IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN TERPADU USIA LANJUT (POSBINDU USILA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POS PEMBINAAN TERPADU

  

USIA LANJUT (POSBINDU USILA) DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh: Anis Yuliana

  6661110290

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

ABSTRAK

Anis Yuliana. NIM 6661110290. SKRIPSI. Implementasi Kebijakan Pos

Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja

Puskesmas Singadaru Kota Serang. Pembimbing I: Ipah Ema Jumiati, M.Si

dan Pembimbing II: Titi Stiawati M.Si. Program Studi Ilmu Administrasi

Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

  Kata Kunci: Implementasi, Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia sebagai wujud nyata dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004. Kebijakan Posyandu Lansia yang dilaksanakan di Kota Serang diberi nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang terwujud dari program kesehatan usia lanjut di Puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas Singandaru menjadi lokus penelitian karena memiliki persentase jumlah Lansia berusia 60 tahun ke atas terbesar di Kota Serang yaitu 18,49%. Masalah implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya partisipasi Lansia, dan tidak adanya pengkuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi kebijakan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru. Penelitian ini menggunakan teori model implementasi pendekatan

  

bottom up Adam Smith. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

  dekriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Analisa data menggunakan model Milles & Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan Posbindu Usila belum optimal karena kelurahan Kota baru belum memiliki Posbindu Usila, kader tidak mengetahui perhitungan dan kegunaan IMT, kekurangan jumlah kader dan tenaga kesehatan, kurangnya pengetahuan Lansia tentang kebijakan Posbindu Usila dan kondisi ekonomi Lansia yang kurang baik menyebabkan kurangnya partisipasi Lansia, dan tidak ada insentif untuk kader. Saran untuk meningkatkan optimalisasi yaitu perlu menambah jumlah Posbindu, kader dan dokter umum, adanya pelatihan IMT, sosialisasi tentang kebijakan Posbindu Usila, penurunan biaya pemeriksaan kesehatan dan pemberian insentif kader.

  

ABSTRACT

Anis Yuliana. NIM 6661110290. RESEARCH PAPER. Implementation of

Integrated Development Center for Elderly Policy in working area of

Singandaru Community Health center Serang City. First adviser: Ipah Ema

Jumiati M.Si and Second Adviser: Titi Stiawati M.Si. Departemen of Public

Administration. Faculty of Social and Political Sciences.University of Sultan

Ageng Tirtayasa.

  Keywords: Implementation, Integrated Development Center for Elderly Policy

The government release a policy of integrated helath center for elderly as a

tangible manifestation of the Indonesian Government Regulation No. 43 of 2004.

  

The government in Serang City release integrated health center for elderly and it

named as Integrated Development Center for Elderly which is realized from

program of elderly health at Community Health center. The working area of

Singandaru community helath center become a place of research because it has a

higher number of elderly aged 60th in percent at Serang City, that is 18,49%. In

implementing intergrated health center at working area of Puskesmas Singandaru

has problems, there are the lack of health personnel and participation of the

Elderly, and no counting Body Mass Index (BMI) for Elderly. The purpose of this

reseacrh is to know how is implemention of this policy at working area of

Puskesmas Singandaru. This research used a theory of implementation model

with bottom up approach Adam Smith. This research method used descriptive

qualitative approach. Data collection techniques used observation, interviews,

documentation. analyzed used a model of Milles and Huberman. The resullt of

this research showed that the implementation of integrated delevopment center for

elderly is not optimal because Kota Baru Village doesn’t have an integrated development center for elderly, kader doesn’t know how to count and the utility of BMI, elderly doe sn’t know about the policy and economic conditions Elderly poor

leads to a lack of participation Elderly, and no commision for cader. Suggestions

to improve the optimization is add number of integrated development center for

elderly, cader and doctor, do training BMI, do socialization, bring down the cost

and give commision for cader.

  Tidak seharusnya kamu mengeluh lelah dalam

mewujudkan impianmu, karena orang tuamu pun

tidak pernah lelah membantumu mewujudkan impianmu.

  Skripsi ini aku persembahkan Untuk seseorang yang sangat berarti dalam

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum wr. wb Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, pemilik segala keagungan, kesempurnaan dan kemuliaan. Dialah pencipta sekaligus penguasa tunggal alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

  “Implementasi

Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah

Kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang

  dengan baik. Skripsi ini dibuat

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan dan nasihat dari berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril maupun materil. Maka peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Rahmawati, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Imam Mukhroman, S.Ikom., M.I.Kom sebagai Wakil Dekan II Fakultas

  6. Listyaningsih, M.Si Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Riswanda, Ph.D Sekretaris Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Ipah Ema Jumiati, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama. Terima kasih atas segala kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, semangat serta saran yang bermanfaat dan memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

  9. M.Si selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih atas Titi Stiawati, segala kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, semangat serta saran yang bermanfaat dan memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

  10. Jullianes Cadith, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah memberikan bimbingan dari awal perkuliahan hingga sekarang.

  11. Seluruh dosen program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  12. Seluruh Staf Tata Usaha (TU) program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Terimakasih atas segala sumbangsihnya.

  13. Seluruh kader Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) dan masyarakat lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru. Terima kasih telah memberikan informasi serta kesempatan bagi peneliti untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan Posbindu Usila.

  14. Eka Agustina, M.Kes, Kepala Seksi Gizi Remaja dan Lanjut Usia Dinas Kesehatan. Terimakasih telah memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti untuk penulisan skripsi ini.

  15. Drg. Yayat Cahyati, Kepala Puskesmas Singandaru. Terimakasih telah memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti untuk penulisan skripsi ini.

  16. Tatu Maltupah, Amd. Kep selaku pelaksana program kesehatan usia lanjut Puskesmas Singandaru. Terimakasih telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti serta memberikan kesempatan kepada peneliti untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan Posbindu Usila.

  17. Seluruh Staf Puskesmas Singandaru dan Dinas Kesehatan Kota Serang, Terimakasih atas segala sumbangsihnya.

  18. Seluruh Staf Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota baru. Terimakasi telah membantu peneliti dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti untuk penulisan skripsi ini.

  19. Papa, Mama, Teteh Elis, Hana, dan keponakan tante Adis dan Dias yang senantiasa memberikan semangat bagi peneliti untuk menempuh gelar strata satu. Terimakasih untuk segala kepercayaan dan doa kalian.

  20. Keluarga besar terutama Uwa Yayat, Teteh Nia, Teteh Dian dan Ressa.

  Terimakasih atas motivasi yang memberi semangat kepada peneliti.

  21. Sahabat terbaikku Alfi, Lena, Putri, Aliya, Vergie, Kiki, Iwan, Mursi, Umi Micha, Era, Sella, Dika, dan Fifi terimakasih untuk persahabatan, doa dan motivasinya.

  22. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administasi Negara angkatan 2011

  Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum wr. wb

  Serang, 07 Maret 2016 Anis Yuliana

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ABSTRAK ABSTRACT MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI

  v …............................................................................................

  DAFTAR GRAFIK

  ………………………………………………………. ix

  DAFTAR TABEL

  ………………………………………………………… x

  DAFTAR GAMBAR

  xii …………….……………………………………….

  

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1

  1 Latar Belakang Masalah...............................................................

  1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………….. 19

  1.3 Batasan Masalah………………………………………………… 20

  1.4 Rumusan Masalah......................................................................... 20 1.5 Tujuan Penelitian..........................................................................

  20

  BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI PENELITIAN

  2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian…...…………………………….. 53

  60 3.4.2 Definisi Operasional...............................................................

  3.4 Variabel Penelitian.............……...………………….……………. 60 3.4.1 Definisi Konsep.....................................................................

  3.3 Lokasi Penelitian……...……....………………………………….. 59

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian……..................………………………. 59

  58

  3.1 Metode Penelitian...........................................................................

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  2.4 Asumsi Dasar …………………………………………………… 57

  2.2 Penelitian Terdahulu…………...……………..………………… 45

  2.1 Deskripsi Teori…..……………………………………………… 22

  2.1.5 Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia ……………………... 40

  2.1.4.2 Pendekatan Bottom-Up …………………………... 37

  2.1.4.1 Pendekatan Top-Down …………………………… 34

  2.1.4 Model Pendekatan Implementasi Kebiajakan Publik ……. 33

  2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik ………..………………… 29

  27

  23 2.1.2 Tahap-tahap Kebijakan Publik............................................

  2.1.1 Kebijakan Publik……...…………..……………………..

  61

  3.6 Informan Penelitian ……………………….………..…................. 66

  90 4.3 Penyajian Data.................................................................................

  4.4 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................... 162

  4.3.4 Environmental Factors (Faktor Lingkungan)....................... 149

  4.3.3 Implementing Organization (Organisasi Pelaksana)............. 127

  4.3.2 Target Groups (Kelompok Sasaran)..................................... 111

  93

  92 4.3.1 Idealized Policy (Kebijakan Ideal)........................................

  88 4.2.2 Data Informan.......................................................................

  3.7 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 69

  88 4.2.1 Deskripsi Data Penelitian......................................................

  75 4.2 Deskripsi Data.................................................................................

  75 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Singandaru............................

  73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................

  72 3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian..........................................................

  71 3.8.2 Uji Keabsahan Data................................................................

  3.8 Analisis Data dan Uji Keabsahan Data........................................... 71 3.8.1 Analisis Data..........................................................................

  BAB V KESIMPULAN

  5.2 Saran................................................................................................ 178

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1.1 Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Banten..........................

  4

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012-2013.......................................................................

  3 Tabel 1.1.2 Rekapan Kasus Penyakit Tidak Menular Triwulan I Sampai Dengan Triwulan III Kota Serang Tahun 2014..........................

  6 Tabel 1.1.3 Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut dan Persentase Penduduk Usia Lanjut masing-masing Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Serang Tahun 2014.....................................................

  11 Tabel 1.1.4 Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru. …..................................

  13 Tabel 1.1.5 Persentase Jumlah Lanjut Usia yang dibina Posbindu Usila Bulan Mei – September Tahun 2015.........................................

  17 Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………............….. 50

Tabel 3.4.2.1 Pedoman Wawancara

  ………………...........……………….....…

  63 Tabel 3.6.1 Daftar Informan Penelitian …….............………………………… 68 Tabel 3.9.1 Waktu Penelitian..............

  ………...……………………………... 74 Tabel 4.1.1.1 Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru.....................

  77 Tabel 4.1.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun 2014...........................................

  78 Tabel 4.1.1.3 Nama Posbindu Usila di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru..................................................................................

  79 Tabel 4.1.1.4 Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru Tahun 2013....................

  80 Tabel 4.1.1.5 Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru................................................................................

  82

Tabel 4.1.1.7 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru.........

  83 Tabel 4.1.1.8 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Singandaru................................

  84 Tabel 4.2.2.1 Daftar Informan.......................................................................

  91 Tabel 4.4.1 Persentase Jumlah Sasaran ≥ 60 Tahun yang dibina di Posbindu Usila bulan April

  • – September 2015............................................. 171

Tabel 4.4.2 Hasil Temuan Lapangan................................................................ 174

  DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.2 Tahap-tahap dalam kebijakan Publik........................................

  27 Gambar 2.1.2.1 Sekuensi Implementasi Kabijakan...........................................

  32 Gambar 2.3.1 Skema Kerangka Berpikir…………...……………………….. 56 Gambar 4.1.1.1 Peta Puskesmas Singandaru......................................................

  76 Gambar 4.1.1.2 Struktur Organisasi UPT Puskesmas Singandaru Tahun 2015.

  85 Gambar 4.3.2.1 Struktur Organisasi Posbindu Usila.......................................... 112

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Matriks Hasil Wawancara Lampiran 3 Tabel Hasil Temuan Lapangan Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data Lampiran 5 Struktur Organisasi Lampiran 6 Surat Pernyataan Informan Lampiran 7 Membercheck Lampiran 8

  Dokumentasi Lampiran 9 Laporan Program Kesehatan Usia Lanjut Lampiran 10 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Lampiran 11

  Lain-lain

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Memiliki umur yang panjang dan sehat merupakan sutau harapan seluruh masyarakat sehingga mereka dapat memiliki banyak pengalaman dari perjalanan hidupnya, ataupun dapat menikmati waktu yang lebih panjang, serta dapat menghabiskan waktu kesehariannya dengan keluarga besar yaitu anak dan cucunya. Untuk memiliki umur yang panjang, masyarakat pun berusaha menjaga kesehatannya. Kesehatan pada masa tua dibutuhkan agar bisa menjadikan masa lanjut usia yang mandiri dan berdaya guna. Maka dari itu derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan. Derajat kesehatan masyarakat yang baik terwujud dari keberhasilan pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan yang salah satunya terlihat dari angka harapan hidup masyarakat.

  Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur (Profil Kesehatan Indonesia 2013). Dalam menghitung angka harapan hidup, idealnya dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific

  

Death Rate/ASDR ) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara

  bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena

  

Mortpak Lite

  diakses pada tanggal 15 April 2016). Dalam mencari Angka Harapan Hidup dengan menggunakan software Mortpak diperlukan data jumlah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) yang akan dihitung oleh software tersebut, kemudian akan diperoleh Angka Harapan Hidup dari hasil perhitungan rata-rata umur pada tabel life expectansy at

  

birth . Angka yang dihasilkan digunakan untuk menunjukan kemampuan untuk

bertahan hidup lebih lama.

  Provinsi Banten berhasil meningkatkan angka harapan hidup masyarakat dari 68,86 tahun pada tahun 2012, menjadi 69,04 tahun pada tahun 2013, dengan persentase penduduk usia lanjut sebesar 4,73% atau sebanyak 565.781 orang dari total penduduk tahun 2013 sebanyak 11.452.491 orang (Banten dalam Angka 2014). Angka Harapan Hidup (AHH) yang meningkat menunjukan bahwa derajat kesehatan masyarakat pun telah meningkat. Namun peningkatan Angka harapan Hidup ini menjadi tugas pemerintah dalam mengatasi dampaknya di masa yang akan datang, karena semakin lamanya usia manusia untuk bertahan hidup maka akan semakin meningkat jumlah manusia usia lanjut.

  Provinsi Banten memiliki 4 (empat) Kabupaten dan 4 (empat) Kota. Kota Serang adalah ibu kota Provinsi Banten. Terkait peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH), tidak seperti kota dan kabupaten lainnya di provinsi Banten, ibu kota Provinsi Banten tidak berhasil meningkatkan angka tersebut di tahun 2013.

Tabel 1.1.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2012-2013 No Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup Tahun 2012 (Tahun) Angka Harapan Hidup Tahun 2013 (Tahun) Persentase Lansia (%) Total Jumlah Penduduk (Jiwa)

  1 Kota Serang 67,23 67,23 4,1 618.802

  2 Kota Tangerang 71,09 71,09 3,87 1.952.396

  3 Kota Cilegon 65,84 65,84 4,06 39.8304

  4 Kota Tangerang Selatan

  72,09 72,10 4,52 1.443.403

  5 Kab. Tangerang 68,92 68,96 4,28 315.7780

  6 Kab. Lebak 65,74 65,83 6,46 1.247.906

  7 Kab. Pandeglang 62,66 62,83 7,09 1.183.006

  8 Kab. Serang 62,90 63,03 2,63 1.450.894 Sumber: Banten Dalam Angka 2015

  Berdasarkan tabel 1.1.1 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) kota di Provinsi Banten yang tidak berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakatnya di tahun 2013 yaitu Kota Serang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Hal tersebut berarti ketiga kota tersebut tidak berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti kota dan kabupaten lainnya di Provinsi Banten. Selain itu, dari ketiga kota tersebut yaitu Kota Serang, Kota tangerang dan Kota Cilegon, persentase jumlah penduduk usia lanjut terbanyak yaitu Kota Serang yakni sebesar 4,1% atau sebanyak 25.422 jiwa dari total penduduk di Kota Serang sebanyak 618.802 jiwa. Selain Angka Harapan Hidup (AHH) yang akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk usia lanjut di masa yang akan datang, terjadinya fenomena bonus demografi pun menjadi penyebab hal tersebut. produktif yaitu penduduk yang berusia 15 tahun sampai 59 tahun. Fenomena bonus demografi terjadi karena penurunan angka kelahiran atau angka Total

  

Fertility Rate (TFR). Total Fertility Rate (TFR) adalah rata-rata jumlah anak

  yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya (Jabar.bkkbn.go.id diakses pada tanggal 13 September 2015).

  

Grafik 1.1.1 Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Banten

  Sumber: bkkbn.go.id Berdasarkan grafik 1.1.1, angka kelahiran di Provinsi Banten pada tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun 2007 yaitu sebesar 0,14.

  Hal ini menjadi penyebab terjadinya fenomena bonus demografi di Provinsi Banten di tahun 2013. Pada tahun 2012, jumlah penduduk usia produktif di Provinsi Banten berjumlah 7.446.699 orang atau sebesar 66,19% dari total penduduk usia produktif di Provinsi Banten sebanyak 7.558.592 orang atau menurun sebasar 0,2% dari tahun 2012.

  Fenomena bonus demografi pun terjadi di Kota Serang. Kota Serang memiliki persentase jumlah penduduk usia produktif sebesar 64,67% atau sebanyak 400.190 jiwa dari total penduduk sebanyak 618.802 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif melebihi dari 50% berarti sudah melebihi setengah dari total penduduk. Secara demografis, besarnya proporsi penduduk usia produktif merupakan potensi bagi pembangunan. Namun pemerintah juga perlu memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang, yaitu akan meningkatnya penduduk usia lanjut karena angka kelahiran yang sangat tinggi pada tahun tertentu yang berarti rata-rata anak yang lahir tinggi akan menjadi penduduk usia lanjut setelah 60 (enam puluh) tahun kemudian.

  Jumlah penduduk usia lanjut yang meningkat karena meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) dan fenomena bonus demografi mengakibatkan terjadinya perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian, di mana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) semakin meningkat. Penyakit tidak menular (PTM) ini yang biasanya disebut penyakit degeneratif (penuaan), dengan demikian penyakit ini adalah penyakit yang biasa dialami oleh penduduk usia lanjut.

  Usia yang bertambah tua akan mengalami penurunan fungsi fisiologis pengelompokan penyakit tidak menular menurut enam kelompok penyakit yaitu kanker, diabetes mellitus, jantung, hipertensi, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan asma (Buletin Penyakit Tidak Menular (PTM) 2012).

Tabel 1.1.2 Rekapan Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) Triwulan I Sampai Dengan Triwulan III Kota Serang Tahun 2014

  No. Penyakit Tidak Menular Jumlah Lansia tahun (Orang)

  1 Hipertensi 3.128

  2 Penyakit Jantung Koroner 191

  3 Stroke

  33

  4 Diabetes Melitus 388

  5 PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) 138

  6 Asthma

  92

  7 Osteoporosis

  12

  8 Gagal Ginjal Kronik

  11 Jumlah 3.993 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2014

  Berdasarkan tabel 1.1.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 Lansia di Kota Serang yang menderita Penyakit tidak menular sebanyak 3.993 orang. Total penduduk Lansia tahun 2014 sebanyak 22.003 orang, hal ini berarti sebesar 18,14% dari jumlah penduduk lansia tersebut menderita Penyakit Tidak Menular (PTM). Dari ke-10 (sepuluh) PTM, yang banyak diderita oleh lansia adalah

  Permasalahan kesehatan lainnya yang diungkapkan Kane dan Ouslander sering disebut dengan sebutan 14 (empat belas) I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),

  

incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual

impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of

vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity

  (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan) (Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lanjut Usia 2010).

  Berbagai macam permasalahan yang dialami penduduk usia lanjut, maka dari itu penduduk usia lanjut perlu mendapatkan perhatian pemerintah melalui pelaksanaan kebijakan yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dalam

  pasal 14 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik, mental dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.

  Usia lanjut yang mengalami penurunan fungsi organ tubuh serta memiliki risiko terkenanya penyakit degenaratif, perlu mendapatkan perlakuan yang khusus atas pelayanan kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 5 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dalam pasal 41 ayat 2 disebutkan bahwa orang yang berusia lanjut berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

  Demi terwujudnya isi undang-undang tersebut, maka pemerintah wajib menyediakan fasilitas dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun memfasilitasi kelompok usia lanjut. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 138 ayat 2 disebutkan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, dalam pasal 4 dan 5 menjelaskan bahwa, Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia baik yang masih potensial maupun tidak. Upaya tersebut dilaksanakan oleh dan jadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat serta dilaksanakan secara terkoordinasi antar pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesejahteraan Lansia tercatum dalam Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2004 pasal 3 yaitu:

1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; 2.

  Pelayanan kesehatan; 3. Pelayanan kesempatan kerja; 4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;

6. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; 7.

  Bantuan sosial; 8. Perlindungan sosial.

  Peraturan pemerintah Nomor 43 tahun 2004 merupakan peraturan yang menjadi dasar kebijakan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia).

  Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Tujuan dilaksanakan pelayanan kesehatan di posyandu Lansia adalah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri, dan berdaya guna (Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lansia 2010).

  Posyandu Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi usia lanjut yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dengan melibatkan peran serta para usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat, dalam penyelenggaraannya diakses pada tanggal 27 maret 2015). Maka dari itu, posyandu Lansia termasuk dalam kebijakan derivat atau kebijakan turunan dari kebijakan publik, dimana Posyandu Lansia merupakan suatu bentuk kegbijakan yang terwujud dari

  Posyandu Lansia yang dilaksanakan di daerah di Indonesia menggunakan nama yang berbeda-beda seperti karang wredha, pusaka, Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), karang lanjut usia, dan lain-lain (Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lansia 2010). Kota Serang menggunakan nama Posyandu Lansia dengan nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila). Nama Posbindu dipilih karena sebagai penjelas perbedaaan antara Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di mana sasaran dalam Posyandu mencakup bayi, Balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan wanita subur. Sedangkan sasaran dalam Posbindu mencakup penderita Penyakit Tidak Menular (PTM) yang biasa diderita oleh lanjut usia. Nama usia lanjut digunakan karena Posbindu untuk masyarakat yang berusia lanjut dalam arti yang sudah memasuki masa usia lanjut yaitu berusia 60 tahun ke atas, sedangkan istilah lanjut usia lebih ke kelompok masyarakat berusia lanjut (wawancara dengan Ibu Eka Agustina, M.Kes Kepala Seksi Gizi Remaja dan Lanjut Usia Dinas Kesehatan Kota Serang pada tanggal 20 April 2016).

  Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut diakses pada tanggal 16 April 2016). Pelaksanaan kebijakan ini dibantu oleh Puskesmas setempat dalam memberikan jasa tenaga kesehatan di Posbindu Usila. Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang tersebar di masing-masing wilayah kerja Puskesmas di Kota Serang. Berikut adalah Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang ada di masing-masing wilayah kerja Puskesmas di Kota Serang beserta persentase jumlah Lansianya:

Tabel 1.1.3 Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut dan Persentase Penduduk Usia Lanjut masing-masing Wilayah Kerja Puskesmas di Kota

  9 Puskesmas Pancur

  14 Puskesmas Taktakan 7 2.287 58.959 3,87%

  13 Puskesmas Singandaru 5 5.231 28.284 18,49%

  12 Puskesmas Serang Kota 8 3.063 52.226 5,86%

  11 Puskesmas Sawah Luhur 2 187 84.08 2,22%

  10 Puskesmas Rau 3 1.769 52.890 3,34%

  2 30 25.147 0,11%

  8 Puskesmas Kilasah 3 635 39.140 1,33%

  

Serang Tahun 2014

No. Nama Puskesmas Jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut Jumlah Lansia (Jiwa) Jumlah penduduk (Jiwa) Persentase Jumlah Lansia

  7 Puskesmas Kasemen 4 3037 44.304 6,85%

  6 Puskesmas Kalodran 3 749 34.415 2,17%

  5 Puskesmas Curug 2 558 49.181 1,13%

  4 Puskesmas Cipocok 1 290 14.059 2,06%

  3 Puskesmas Ciracas 3 1.817 29.608 6,13%

  2 Puskesmas Banten girang 2 476 29.576 1,6%

  1 Puskesmas Banjar agung 3 209 49.446 0,42%

  15 Puskesmas Unyur 4 1.257 54.496 2,3%

  Data pada tabel 1.1.3 didapatkan dari laporan kegiatan usia lanjut di Kota Serang tahun 2014, serta data kependudukan Kota Serang dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan batas usia lanjut usia yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yaitu minimal 60 tahun. Berdasarkan tabel 1.1.3 dapat diketahui bahwa dari ke-16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kota Serang, wilayah kerja Puskesmas Singandaru merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah penduduk Lansia terbanyak yakni sebesar 18,49% atau sebanyak 5.231 lansia. Menurut kutipan dalam bulletin Lansia tahun 2013, persentase jumlah penduduk usia lanjut yang mencapai lebih dari 7% menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan daerah berstruktur tua. Hal ini menunjukan bahwa wilayah kerja Puskesmas Singandaru merupakan wilayah berstruktur tua di Kota Serang.

  Wilayah yang termasuk berstruktur tua perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam memberikan kebijakan di bidang kesehatan untuk penduduk usia lanjut, mengingat permasalahan yang terlihat dialami oleh Lansia adalah kesehatan yang menurun. Puskesmas Singandaru memiliki program kesehatan usia lanjut yang terlaksana dalam kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Serang dan kader Posbindu Usila. Wilayah kerja Puskesmas Singandaru membawahi 3 (tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota Baru serta memililki 5 (lima) Posbindu Usila yang terdapat di kelurahan tersebut.

Tabel 1.1.4 Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

  Nama Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut No.

  Kelurahan (Posbindu Usila)

  1 Pepabri Lontar Baru

  2 Melati Lontar Baru

  3 Teratai Lontar Baru

  4 Sirsak Kagungan

  5 Manggis Kagungan Sumber: Puskesmas Singandaru 2015

  Berdasarkan tabel 1.1.4 dapat diketahui bahwa kelima Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) tersebut terdiri dari 3 (tiga) Posbindu Usila yang berada di Kelurahan Lontar Baru dan 2 (dua) Posbindu Usila berada di Kelurahan Kagungan. Implementasi kebijakan Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat pelaksanaannya. Berbagai permasalahan yang ditemukan berdasarkan data terkait implementasi kebijakan posbindu usila, wawancara pendahuluan serta hasil observasi melalui partisipasi langsung dalam kegiatan posbindu usia lanjut, antara lain:

  Pertama, jumlah tenaga pelaksana Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut

  (Posbindu Usila) dari Puskesmas yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil observasi partisipatif peneliti pada pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru, Tenaga Pelaksana tetap untuk Posbindu Lansia hanya satu orang saja yaitu Ibu Tatu Maltupah Amd. Kep sebagai pelaksana bina kesehatan masyarakat lanjut usia di Puskesmas Singandaru. Beliau berprofesi sebagai

  Serang Kota, tenaga kesehatan untuk Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru jauh lebih sedikit.

  Puskesmas Serang Kota memiliki jadwal pelaksanaan Posbindu Usila beserta tenaga kesehatan yang akan ditugaskan di masing-masing Posbindu Usila.

  Jumlah tenaga kesehatan untuk tiap Posbindu Usila yaitu sebanyak 4 (empat) orang yang terdiri dari 3 (tiga) perawat dan 1 (satu) dokter umum. Berdasarkan hasil obervasi partisipatif peneliti pada pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Serang Kota, ketiga perawat tersebut terbagi dalam bagian pendaftaran yang bertugas mencatat nama lansia yang kemudian dikelompokan dalam kepesertaan BPJS Kesehatan, pemeriksaan tekanan darah, dan pemberian resep obat. Sedangkan seorang dokter bertugas dalam memeriksakan kesehatan lansia dan konsultasi kesehatan lansia yang terdapat di meja pelayanan 4 (empat) di Posbindu Usila. Sedangkan Puskesamas Singandaru tidak menetapkan tenaga kesehatan yang akan bertugas di tiap Posbindu Usila, karena Puskesmas Singandaru hanya memiliki satu tenaga kesehatan yaitu seorang perawat untuk melayani kesehatan Lansia di Posbindu Usila wilayah kerja Puskesmas Singandaru. Tugas tenaga kesehatan di Posbindu mulai dari pemeriksaan tekanan darah, test laboratorium sederhana, konsultasi kesehatan, pemberian resep dan pencatatan nama lansia serta hasil pemeriksaan kesehatan dilakukannya seorang diri.

  Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan pengelola program bertugas pada pelaksanaan Posbindu Usila, pemilihan petugas yang akan membantu dalam pelaksanaan posbindu bersifat fleksibel dalam arti siapapun yang bisa dari bidang perawat, dokter ataupun bidan yang apabila tidak berbenturan dengan jadwal tugas di puskesmas akan diminta untuk membantu melayani kesehatan di Posbindu Usila. Bahkan, apabila ada mahasiswa dari bidang akademik keperawatan akan diminta untuk turut serta dalam pelaksanaan Posbindu Usila (Wawancara dengan Ibu Tatu Maltupah Pengelola Program Lanjut Usia Puskesmas Singandaru pada tanggal 26 Oktober 2015). Hasil observasi partisipatif peneliti yang telah mengikuti seluruh pelaksanaan Posbindu Usila di wilayah kerja Puskesmas Singandaru, tenaga kesehatan di Posbindu Usila dari Puskesmas Singandaru tidak pernah lebih dari satu orang, terkecuali apabila ada mahasiswa bidang kesehatan yang sedang magang yang dapat membantu melayani kesehatan di Posbindu Usila.

  Jumlah tenaga pelaksana Posbindu Usila dari Puskesmas Singandaru yang kurang berakibat pada jumlah Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk Lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yakni Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota Baru sebanyak 5.231 orang atau sebesar 15,17% dari total penduduk di 3 (tiga) kelurahan tersebut.

  Jumlah Rukun Warga (RW) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru yaitu Terpadu Usia Lanjut (Posbindu Usila) di wilayah kerja Puskesmas Singandaru hanya ada 5 (Lima) dan itu pun hanya ada di 2 (dua) kelurahan yaitu Kelurahan Lontar Baru yang memiliki 3 (tiga) Posbindu Usila dan Kelurahan Kagungan yang memiliki 2 (dua) Posbindu Usila. Jumlah Posbindu Usila tersebut tidak ada setengahnya dari jumlah RW. Bahkan warga Kelurahan Kota Baru tidak memiliki satu pun Posbindu Usila. Warga Kelurahan Kota Baru sudah mengajukan permohonan mendirikan Posbindu Usila di wilayahnya, namun pengajuan tersebut tidak dapat dikabulkan oleh pihak Puskesmas dikarenakan jumlah tenaga pelaksana Posbindu Usila dari Puskesmas yang tidak mencukupi yakni hanya tersedia 1 (satu) orang saja. sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ideal untuk Posbindu adalah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 2 (dua) perawat dan 1 (satu) dokter umum (Wawancara dengan Ibu Tatu Maltupah Amd. Kep pengelola progam kesehatan lanjut usia pada tanggal 26 Oktober 2015).

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN STRES DENGAN KEMAMPUAN ACTIVITY DAILY OF LIVING PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA POSYANDU LANSIA PUSKESMAS SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

0 3 21

GAMBARAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG I KABUPATEN BADUNG BALI 2015

0 0 6

HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN B DAN STATUS KESEHATAN DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

0 0 16

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DALAM RANGKA PERWUJUDAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN

0 0 13

PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN KERJA PADA POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU SKRIPSI

1 0 12

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

0 1 12

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN PASIEN USIA LANJUT DALAM PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH RUTIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS

0 0 15

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG INDEKS MASSA TUBUH DAN TEKANAN DARAH DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATIKRAJA - repository perpustakaan

0 0 18

GAMBARAN BEBAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANJUT USIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BATURRADEN

0 0 16

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBANG 2 KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

0 0 15