Gejala-gejala depresi pada penderita paraplegia korban gempa bumi Yogyakart 2006 : studi deskriptif di pusat rehablitas Yakkum Yogyakarta - USD Repository
GEJALAGEJALA DEPRESI PADA PENDERITA PARAPLEGIA
KORBAN GEMPA BUMI YOGYAKARTA 2006
Studi Deskriptif di Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memeperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Vinsentius Marong Januar
NIM : 029114069
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
LEMBAR MOTTO Aku adalah aktor utama dalam kisah hidupku Maka aku akan menuliskan kisah‐kisah yang indah dan memberikan inspirasi bagi banyak orang. Pada EKM Gereja St. Antonius Kotabaru Yogya, 20 Mei 2007) (Terinspirasi oleh Khotbah Romo… yang namanya aku lupakan
LEMBAR PERSEMBAHAN
Buah karya yang dibuat dengan penuh cinta ini kupersembahkan kepada Sumber inspirasi :
Allah Bapa, Bunda Maria dan Yesus Kristus Mama’ dan Bapak
Rita, Klara, Odok, Etta, para kakak ipar dan ponakanponakan tercinta Sahabatsahabat terindah
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Mei 2007 Penulis
Vinsentius Marong Januar
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Tuhan yang selalu menerangi jalan hidupku khususnya selama perkuliahan hingga sampai pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) program studi Psikologi.
Tugas akhir yang sangat melelahkan ini dapat terlaksana tentunya tak lepas dari dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang terindah ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak atau Mas C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi yang selalu setia sabar dan tabah mendampingi saya untuk bimbingan dan dukungan yang luar biasa sampai skripsi ini selesai.
2. Segenap dosen, staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan rekan seprofesi asisten dosen.
3. Ertina Kusumawati, Psi selaku psikolog, segenap staf Psikososial (Mba Ikke, Alva Lia, Eddina, Bona, Muji Kusnanto), para volunteer, dokter, perawat, fisio, OT yang bekerja sangat hebat dan Pusat Rehabilitasi Yakkum atas kesempatan dan dukungannya.
4. Para penderita paraplegia korban gempa khususnya yang membantu menjadi partisipan. Tetap terus menjalani hidup dan berdamai dengan kondisi yang sangat sulit sekalipun.
5. Sahabatsahabat yang pernah tinggal satu atap H10, Kos Azzuri, Pinky Boy sampai Rumah Nyaman. Jadi kenangan manis bisa hidup bersama. 6. Sahabatsahabat karib Anes Ryan, David, Charly, Oky. HaPe. Thanks sudah hadir dan mau memberi banyak inspirasi. 7. Sahabatsahabat B2K (Buda’buda’ Kepajohan) ex. Tasura 43 (Mael, Yudi,
MelQ, Arto). Haris yang baik hati meminjamkan printer nya. Biar ku ajari kalian menjadi pria tampan dan menawan. 8. Para sahabat wanita hebat yang pernah aku temui Ellen Babaro (good attitude sekaligus perkasa), Tina (so sweet and inspiring), Maya U (yang keep on
fighting), Ana (yang mengajarkan bagaimana menghadapi penderitaan), Siska
Atut, Meng, Shinta, Yarry, Elle, dll. 9. Rosy yang tercinta sekaligus terpahit karena tak bisa kudapatkan cintanya.
10. Sahabat kampus Obet, Danang, Sany, Ajeng, Lia, Uci, Nanut, Lisna, Rio, dll. Sorry ya yang tak tersebutkan tetapi akan selalu kuingat di hati.
11. Team dunia malam alias party goers (Frista, Ucok, Lukas, Doni, dll) yang senang dugem. Kita akan selalu dugem bersama.
12. Mas Miswadi dan Mba Aril yang care.
13. Tidak ketinggalan semua individu, komunitas, organisasi yang pernah dan mau melibatkan aku dalam kerja sama.
Sebagai individu, karya tulis ini tentunya tidak lepas dari kekurangan kekurangan. Meskipun demikian penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Semoga Tuhan selalu menyartai kita semua.
Syalom
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL…………………………………………………………….. i LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……………………….. ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… iii LEMBAR MOTTO…………………………………………………………… iv LEMBAR PERSEMBAHAN………………………………………………… v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………… vi KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xiv DAFTAR BAGAN……………………………………………………………. xv ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii
BAB I. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..... 8 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 8 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 8 BAB II. Landasan Teori……………………………………………………….. 10 A. Bencana Gempa Bumi……………………………………………………... 10
1. Pengertian Bencana Gempa Bumi……………………………………… 10 2. Tahaptahap Reaksi Bencana…………………………………………… 11 3. Dampak yang Ditimbulkan Bencana…………………………………… 15 B. Depresi……………………………………………………………………… 18 1. Pengertian Depresi……………………………………………………… 18 2. Gejalagejala Depresi…………………………………………………... 20 3. Penyebab Timbulnya Depresi………………………………………….. 25 4. Teori Kognitif Depresi…………………………………………………. 27
C. Paraplegia………………………………………………………………….. 30 1. Definisi Paraplegia…………………………………………………….. 30 2. Penyebab Paraplegia………………………………………………….... 31 3. Level Paraplegia……………………………………………………….. 32 4. Jenis Paraplegia………………………………………………………… 33 5. Akibat Paraplegia………………………………………………………. 34
D. Depresi Pada Penderita Cedera Tulang Belakang Akibat Gempa…………. 35 BAB III. Metodologi Penelitian……………………………………………….. 39 A. Jenis Penelitian…………………………………………………………….. 39 B. Identifikasi Variabel……………………………………………………….. 39 C. Subjek Penelitian………………………………………………………….. 41 D. Orientasi Kancah…………………………………………………………… 42 E. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………. 45
1. Wawancara……………………………………………………………… 46 2. Analisis Dokumen………………………………………………………. 48 F. Keabsahan Data Penelitian…………………………………………………. 49 1. Kredibilitas……………………………………………………………… 49 2. Dependability…………………………………………………………… 51 3. Conformability………………………………………………………….. 52 4. Transferability………………………………………………………….. 52
G. Metode Analisis Data………………………………………………………. 53 1. Organisasi Data…………………………………………………………. 53 2. Pengkodean Data……………………………………………………….. 54 3. Interpretasi……………………………………………………………… 57
H. Prosedur Penelitian…………………………………………………………. 57 1. Persiapan Penelitian…………………………………………………….. 57 2. Perijinan Penelitian…………………………………………………….. 58 3. Tempat Penelitian……………………………………………………… 58
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan……………………………………. 60 A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………… 60 B. Hasil Penelitian…………………………………………………………….. 62 C. Dinamika Psikologis……………………………………………………….. 71
1. Subjek 1……………………………………………………………….. 71 2. Subjek 2………………………………………………………………… 82 3. Subjek 3………………………………………………………………... 94
4. Subjek 4……………………………………………………………….. 106 D. Pembahasan………………………………………………………………... 116 BAB V. Kesimpulan dan Saran……………………………………………….. 129 A. Kesimpulan………………………………………………………………… 129 B. Saran……………………………………………………………………….. 130 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 132
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Subjek Penelitian Tabel 2. Blue Print Wawancara Tabel 3. Kode Analisa Data Tabel 4. Ringkasan Data Hasil Penelitian. Tabel 5. Ringkasan Data Hasil Wawancawa Subjek 1 Tabel 6. Hasil Analisis Dokumen Data Pendampingan Individu Psikososial Korban
Bencana Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta Subjek 1. Tabel 7. Ringkasan Data Hasil Wawancawa Subjek 2 Tabel 8. Hasil Analisis Dokumen Data Pendampingan Individu Psikososial Korban
Bencana Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta Subjek 2 Tabel 9. Ringkasan Data Hasil Wawancawa Subjek 3 Tabel 10. Hasil Analisis Dokumen Data Pendampingan Individu Psikososial Korban
Bencana Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta Subjek 3. Tabel 11. Ringkasan Data Hasil Wawancawa Subjek 4. Tabel 12. Hasil Analisis Dokumen Data Pendampingan Individu Psikososial Korban
Bencana Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta Subjek 4 Tabel 13. Verbatim Hasil Wawancara Tabel 14. Ringkasan Data Pendampingan Individu Harian Psikososial Pusat
Rehabilitasi Yakkum
DAFTAR BAGAN
BAGAN. 1 Dinamika Korban Gempa yang Menderita Paraplegia. BAGAN. 2 Dinamika Gejalagejala Depresi Penderita Paraplegia Korban Gempa Bumi Yogyakarta 2006.
STUDI DESKRIPTIF GEJALAGEJALA DEPRESI PADA PENDERITA
PARAPLEGIA KORBAN GEMPA BUMI YOGYAKARTA
Vinsentius Marong Januar
Fakultas Psikologi
Universitas Sanatha Dharma Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai gejalagejala depresi pada penderita paraplegia korban gempa bumi Yogyakarta pada bulan Mei 2006 silam. Retakan pecah suatu bangunan mengakibatkan cedera tulang belakang. Penderita mengalami kelumpuhan permanen. Indikasi adanya gejala depresi diperoleh dari pengamatan peneliti selama mengikuti pendampingan bersama penderita dan teori tentang paraplegia.
Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Penderita paraplegia adalah orang yang kakinya dan bagian batang tubuhnya lumpuh sebagai akibat dari kerusakan atau penyakit sumsum tulang belakang. Gejala depresi dalam penelitian ini berdasarkan kriteria depresi yang ada pada DSM IV TR.
Metode perolehan data menggunakan teknik wawancara dan analisis dokumen. Teknik wawancara bebas dengan pedoman umum dan untuk analisisnya bersifat deskriptif. Analisis dokumen menggunakan data pendampingan individu Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. Penelitian ini mengambil responden sebanyak 4 (empat) orang yang terdiri dari dua wanita dan dua pria.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita paraplegia korban gempa mengalami gejala depresi. Gejala satu berkaitan dengan gejala lain, sering muncul namun tidak selalu muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi yang subjek alami juga tidak selalu disebabkan oleh kelumpuhan tetapi juga berkaitan dengan peristiwa traumatis yaitu gempa bumi dan pada satu subjek yaitu adanya konflik masa lalu. Gejala depresi yang dominan muncul disebabkan oleh kelumpuhan. Gejala depresi berbeda pada tiap subjek. Subjek yang berperan sebagai kepala keluarga merasa sangat tertekan yang disebabkan oleh faktor seperti seksualitas, pekerjaan dan relasi sosial, sedangkan subjek yang masih remaja lebih menonjol tentang bagaimana relasi dengan temanteman dan melanjutkan sekolah. Dampak buruk cedera tulang belakang seperti rasa sakit, nyeri dan panas pada bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan turut memicu gejala depresi. Faktor kurangnya perhatian keluarga dan lingkungan sekitar turut memicu munculnya gejala depresi. Kata kunci : gejala depresi, paraplegia.
DESCRIPTION RESEARCH
SYMPTOMS OF DEPRESSION AT PATIENT OF PARAPLEGIA
EARTHQUAKE VICTIM OF YOGYAKARTA
Vinsentius Marong Januar
Psychology Faculty
Sanata Dharma University Yogyakarta
ABSTRACT
This research intended to know the description concerning symptoms of depression at patient of paraplegia, Yogyakarta earthquake victim on May 2006 ago. One of the earthquake impact is spinal cord injure effect of hit by building ruins. Patients become permanent paralysis. Indication symptoms of depression emerge from perception of researcher during following counseling with patient and theory about paraplegia.
Symptoms of depression are corps of feeling and behavior as specifically can be grouped as depression. Symptoms of depression in this research based on criteria of depression exist in DSM IV TR. Patient of paraplegia is one who its foot and part of its palsied torso in consequence of damage or disease of backbone marrow.
Method acquirement of data use technique interview and document analysis. Free Interview technique with general directive and for its analysis have the characteristic of descriptively. Document analysis use counseling data of Yakkum Center Rehabilitate Yogyakarta. This Research took four respondents, consists of two women and two men.
Result of research indicates that patient of paraplegia, earthquake victim experiencing of depression symptom. Symptom relating each other, often emerge but do not always emerge when which at the same time. Symptom neither of depression which is nor always because of paralysis but also relate to traumatic event that is earthquake and past conflict. Symptoms of Depression dominant emerge because of paralysis. Symptoms of depression differ at every responder. Responder which have a role as parent feel very depress because of factor like sexualities, social relationship work and social relationship, while responder which still adolescent about how relationship with friends and continue school. Bad impact of spinal cord injure like feeling pain, pain in bone and heat as reaction of paralysis partake to trigger symptom of depression. Lack of attention from environment and family causes symptom of depression. Keyword: Symptom of depression, Paraplegia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahBencana alam berupa gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05:54:00.0 WIB. Gempa dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan pusat gempa berada di laut 37.2 km selatan Yogyakarta dengan posisi 8 LS 110.31 BT dan kedalaman 11,8 Km (Berita Gempa Bumi No.: 66/ NSC/ V/ 2006, BMG). Pusat Vulkanologi dan Mitgasi Bencana Geologi (2006) mendefinisikan gempa bumi sebagai berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau reruntuhan batuan. Yogyakarta adalah salah satu wilayah yang rawan gempa karena keadaan tektoniknya merupakan hasil tumbukan lempeng Eurasia dan lempeng IndoAustralia (News BMG, 2006).
Gempa menyisakan kerusakan yang parah pada aspek fisik dan nonfisik. Akibat utama gempa bumi adalah hancurnya bangunanbangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya korban jiwa biasanya karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsoran dan kebakaran (Pusat Vulkanologi dan Mitgasi Bencana Geologi, 2006). Ketika bencana menimpa, korban mengalami kehilangan orang yang dicintai, mengalami luka fisik, dan kehilangan barang barang pribadi yang berharga (Vivienne, dalam Bencana dan Kita, 2006).
WHO, (dalam Bencana dan Kita, 2006) mengatakan bahwa bencana adalah “peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian pada kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan pada pelayanan kesehatan yang bermakna, sehingga memerlukan bantuan yang luar biasa dari pihak lain”. Bencana menempatkan korban pada posisi “kalah dan tidak berdaya“. Kerusakan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh bencana alam dapat menggetarkan nyali siapapun (Crisis Centre UGM, 2006). Kerugian tidak saja berupa materi tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan psikologis.
Secara sosial, dampak bencana terjadi biasanya berhubungan dengan pola hubungan yang berubah karena kematian, perpisahan, pengisoliran, dan kehilangan lainnya. Hancurnya keluarga dan komunitas, kerusakan pada nilai nilai sosial, hancurnya fasilitas dan layanan sosial merupakan beberapa contoh dampak bencana terhadap masyarakat yang mengalaminya. Dampak sosial tersebut berhubungan erat dengan dampak ekonomi karena banyak individu dan keluarga yang kehilangan materi dan kemampuan untuk mencari nafkah serta kehilangan status sosial, posisi, dan peran dalam masyarakat.
Bencana atau kejadian traumatis dapat mengakibatkan kondisi psikologis yang buruk pada korban bencana alam (Rilis Life Reconstruction Post Disorder, 2006). Kejadian traumatis seperti bencana alam dapat menyebabkan gangguan stress pasca trauma (Bencana dan Kita, 2006). Gejala ini bisa menjadi sangat parah dan sangat lama sehingga secara signifikan mengganggu kehidupan sehari yang dialaminya melalui mimpi buruk, kilas balik, seolaholah sedang mengalami kembali kejadian traumatis tersebut, kesulitan untuk tidur, maupun perasaan terasing. Respon emosi yang muncul terhadap trauma ialah shock, perasaan bersalah, kengerian, ketakutan, kesedihan, kecemasan, dan depresi. Depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang, misalnya musibah.
Selain aspek psikis, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2006) mengungkapkan bahwa gempa bumi yang kuat mampu menyebabkan kerusakan, korban cidera dan kehilangan nyawa yang besar melalui beberapa cara termasuk retakkan pecah (fault rupture) suatu bangunan. Handicap International (2006) menyatakan bahwa di Yogyakarta saat ini banyak orang yang mengalami cedera sumsum tulang belakang karena dampak dari gempa bumi. Cedera tulang belakang dapat menyebabkan seseorang mengalami kecacatan permanen.
Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta menangani rawat inap sebanyak 304 orang pasien paraplegia. Gempa bumi telah mengakibatkan warga masyarakat yang mengalami cacat tetap. Hasil dari pendataan Seksi Bina Program Dinas Kesehatan DIY (pemdadiy.go.id, 2007) mencatat 891 orang penderita cacat tubuh permanen akibat cedera gempa sehingga menempati urutan tertinggi dibanding penderita cacat yang lain.
Cedera sumsum tulang belakang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan yang memutuskan atau sangat merusakkan urat syaraf pusat di leher atau punggung kecelakaan atau kejadian tertentu dalam hal ini adalah gempa bumi. Fallon (1985: 3) mengungkapkan bahwa disebut ‘trauma’ (= luka berat), ‘traumatic’ yang berarti mengguncangkan jiwa. Lukanya disebut ‘traumatic lesion’ atau luka traumatik tulang belakang.
Kejadian traumatis tersebut meremukkan tulang belakang dan sumsum tulang belakang. Satu atau lebih lingkaranlingkaran tulang daripada tulang belakang mungkin akan rusak atau hancur atau berubah letak secara paksa dan butirbutir tulang terdorong ke dalam sumsum tulang belakang. Hal ini menyebabkan tulang belakang berhenti berfungsi (Fallon, 1985: 5). Pengaruh pengaruh trauma atau luka berat menyebabkan gangguan pada koordinasi saraf sarafnya menjadi terganggu bahkan terputus sama sekali. Seberapa banyak tubuh yang terpengaruh tergantung dari tingkat letak cedera itu di sepanjang tulang punggung. Semakin tinggi letak cidera itu, semakin luas bagian tubuh yang terpengaruh.
Cedera sumsum tulang belakang leher menyebabkan kuadriplegia sedangkan cedera sumsum tulang belakang punggung mengakibatkan paraplegia (Werner, 2002:217). Dalam penelitian ini akan membahas penderita paraplegia. Reed (1991) mengatakan bahwa paraplegia adalah suatu kondisi kehilangan gerak dan fungsi sensori di bawah tingkat dari cedera tulang belakang ; biasanya diantara T10 atau kebawah. Seorang paraplegia adalah orang yang kakinya dan bagian batang tubuhnya lumpuh sebagai akibat dari kerusakan atau penyakit sumsum mengakibatkan perintah dari otak dan rangsangrangsang dari bagian tubuh akan terhenti di sumsum tulang belakang yang akhirnya mengakibatkan kelumpuhan. Werner (2002) mengatakan bahwa ciriciri khusus paraplegia adalah penderita merasakan hilangnya gerakan terkendali dan daya rasa di tungkai, panggul dan sebagian batang tubuh mungkin terpengaruh. Semakin tinggi letak cedera semakin banyak yang terpengaruh. Penderita mengalami kehilangan kontrol urine dan usus besar sebagian bahkan menyeluruh. Selain itu penderita juga mengalami spastisitas atau kejangkejang otot serta tungkainya lemas atau lunglai.
Gangguan suasana hati atau depresi umumnya terjadi pada individu dengan kondisi kesehatan yang kronis, termasuk cedera tulang tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan (Mask, 1998). Seseorang yang divonis mengalami kelumpuhan permanen tentunya akan merasa depresi (Fallon 1985: 1). Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang sangat dalam, perasaan tidak berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison, 2006: 372).
Depresi pada penderita paraplegia menurut Fallon (1985: 16), meliputi perasaan sedih, kecewa dan takut, bertanyatanya dalam hati bagaimana harus menyesuaikan diri untuk bekerja, mengatur rumah tangga, berpergian ke tempat tempat lain, bercinta, segala sesuatu yang diinginkan dan dinikmati. Rice (1992) seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian traumatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang, misalnya musibah.
Di kemudian hari, depresi dapat terjadi jika penderita kehilangan dukungan emosional dan sosial dari lingkungan sekitarnya. Reaksi fisik pasca kelumpuhan seperti spastic (kejang otot), serangan rasa sakit yang akut dapat menambah stress bahkan gangguan depresi (Parsons, 1998). Mask (1998) mengungkapkan bahwa depresi dapat menjadi efek buruk pada individu yang mengalami cedera tulang belakang seperti menimbulkan berbagai macam penyakit dan dapat menyebabkan kematian.
Sejak bulan Juni 2006, peneliti terlibat secara langsung bersama penderita paraplegia korban gempa bumi Yogyakarta 2006. Peneliti tergabung dalam tim sukarelawan bekerja sama dengan unit Psikososial Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. Kegiatan yang diselenggarakan berupa pendampingan individu, care
support dan group support. Pendampingan bertujuan agar penderita menerima
kondisi kecacatan permanen yang mereka alami. Masalah psikis penderita pada umumnya berupa rasa sedih, putus asa, menderita berkepanjangan yang ditemui hampir setiap sesi pendampingan. Penderita berpikir tentang masa depan secara pesimistis dan merasa tidak berarti sebagai orang cacat.