BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO

BAB VII Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Pohuwato

7.1. Arahan RTRW Kabupaten Pohuwato

  Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kabupaten Pohuwato menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah no 8 tahun 2012 tentang RTRW Kab. Pohuwato Tahun 2011 - 2031. Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pohuwato, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten Pohuwato adalah sebagai berikut:

7.1.1. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) di Wilayah Kabupaten Pohuwato

  Dalam RTRW Provinsi Gorontalo menetapkan beberapa kawasan dalam wilayah Kabupaten Pohuwato sebagai kawasan strategis provinsi, yakni sebagai berikut :

  a. Penetapan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo

  1. Pengembangan Kawasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan pengembangan irigasi teknis berupa KSP Randangan dan sekitarnya.

  2. KSP Marisa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perputaran perdagangan.

  b. Penetapan Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya Provinsi Gorontalo

  1. Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya terdapat di setiap kabupaten. Suku Bajo yang hidup berkelompok di suatu perkampungan di Desa Torisiaje Kecamatan Popayato. Mereka tinggal dilaut dengan mendiami bangunan rumah di atas air. Di Desa Karengetan Kecamatan Paguat dan Desa Londoun Kecamatan Popayato terdapat perkampungan Suku Sangihe Talaud. Suku Minahasa dapat ditemukan di Kaarwuyan Kecamatan Paguat.

  2. Obyek budaya yang perlu dilindungi juga terdapat di Kabupaten Pohuwato, dan karenanya perlu dikukuhkan sebagai bagian dari kawasan lindung sebagai cagar budaya provinsi berupa Perkampungan Suku Bajo di Desa Torisiaje Kecamatan Popayato.

  Penetapan Kawasan Strategis Kepentingan Sumber Daya Alam c.

  Keberlanjutan ragam hayati darat maupun laut diarahkan untuk dlindungi oleh kawasan-kawasan lindung strategisnya. Pemanfaatan SDA yang tak terbarukan diarahkan agar menghasilkan sumber pendapatan baru yang setara dan mengembalikan kualitas lingkungan hidup pasca eksploitasi. Kawasan strategis provinsi kepentingan sumber daya alam yakni Blok tambang emas Pohuwato, dan Blok tambang emas Pohuwato – Boalemo.

  

d. Penetapan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

  Untuk kawasan strategis Provinsi Gorontalo sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup yang berada di Kabupaten Pohuwato meliputi :

  1. Cagar Alam Panua di Kelurahan Libuo Kecamatan Paguat; 2. Cagar Alam Tanjung Panjang.

7.1.2. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Kab. Pohuwato

a. Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

  1. Kawasan Industri di Kecamatan Paguat

  2. Kawasan Perdagangan dan Jasa Komersial di Pusat Kota Marisa Penetapan kawasan strategis wilayah Kabupaten Pohuwato dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi wilayah yakni berupa kawasan perdagangan dan jasa yang berada di kawasan pusat Kota Marisa. Kawasan ini merupakan pusat perdagangan dan jasa komersial yang cakupan pelayanannya meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pohuwato dan sekitarnya. Kawasan ini merupakan lokasi pemusatan beberapa fasilitas perdagangan dan jasa komersial, seperti : pasar wilayah, supermarket, pertokoan, perbankan, dan perhotelan, serta jasa komersial lainnya.

  3. Kawasan Wisata Pantai Bumbulan Indah dan Kawasan Wisata Pohon Cinta di Marisa Kawasan wisata Pantai Bumbulan Indah terletak di Kecamatan Paguat.

  Kawasan ini berorientasi pada laut Teluk Tomini dengan hamparan pasir putih dengan pemandangan (view) alami laut lepas pantai yang eksotis. Kawasan wisata Pantai Bumbulan Indah merupakan obyek wisata unggulan Kabupaten Pohuwato, yang memiliki daya tarik kuat untuk dikunjungi. Kawasan wisata pantai ini juga telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup representatif seperti Cottage beberapa unit, Gazebo-Gazebo, Panggung Pertunjukan, Pos Retribusi/Pengamanan, Menara Pengawas pantai, Jogging Track/ Pedestrian, Taman Main anak-anak, Kios Makanan tradisional, Lapangan Olah Raga, Lampu-Lampu Taman, Toilet Umum, dan Pelataran Parkir pengunjung.

  4. Kawasan Pelabuhan Penumpang dan Pelabuhan Barang Bumbulan Di dalam kawasan strategis ini terdapat dua buah pelabuhan, yakni Pelabuhan Kapal Penumpang dan Pelabuhan Kapal Barang. Pelabuhan kapal penumpang merupakan dermaga pelabuhan kapal fery yang nantinya akan merupakan simpul dalam tatanan transportasi laut regional (antar kabupaten dan antar provinsi) memiliki alur pelayaran utama dari/ dan ke Parigi, Pagimana (Provinsi Sulawesi Tengah), dan pulau-pulau kecil dalam wilayah Kabupaten Pohuwato dan sekitarnya. Sementara untuk alur pelayaran kapal-kapal barang melayani daerah-daerah pesisir Teluk Tomini dalam wilayah Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah, hingga ke Kalimantan. Pelabuhan Barang Bumbulan mampu melayani kapal-kapal dengan bobot sampai 3.000 DWT dengan panjang kapal hingga 75 meter.

  

7.1.3. Kawasan Strategis lainnya sesuai dengan Kepentingan Pembangunan

Wilayah Kabupaten Pohuwato

  Kawasan strategis kabupaten yang memiliki nilai strategis lainnya dari sudut kepentingan pembangunan wilayah Kabupaten Pohuwato adalah Kawasan Bandar Udara Imbodu yang berlokasi di Kecamatan Randangan. Kawasan Bandar Udara Imbodu ini berprospek menjadi simpul jaringan transportasi udara (dalam tatanan transportasi udara provinsi sebagai bandara pengumpan) di Kabupaten Pohuwato dan sekitarnya, termasuk kabupaten-kabupaten tetangga, yang rencana pengembangannya akan masuk dalam tatanan kebandarudaraan provinsi.

7.1.4. Arahan P engembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang yang Mencakup:

A. Arahan Pengembangan Pola Ruang

1. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

a) Rencana Pengembangan Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat di wilayah Kabupaten Pohuwato berupa Hutan Lindung. Kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Pohuwato ditetapkan dengan kriteria antara lain: a) kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih besar dari 45 %, b) kawasan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas permukaan laut, c) kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, dan d) kawasan yang mempunyai nilai skor lebih dari 175 menurut SK. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980. Hutan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Pohuwato sesuai dengan Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 adalah seluas 137.605 ha atau sebesar 32,42 % dari luas wilayah Kabupaten Pohuwato (luas wilayah kabupaten 424.431 ha). Ketetapan ini akan menjadi dasar dalam pemantapan kawasan areal hutan lindung di Kabupaten Pohuwato dalam rangka melindungi dan melestarikan fungsi ekologis kawasan hutan lindung tersebut, serta mengembangkan keterpaduan program konservasi kawasan hutan lindung lintas instansi terkait. Hasil overlay peta menunjukkan bahwa sebaran hutan lindung di wilayah Kabupaten Pohuwato sebagian besar terdapat di wilayah bagian utara pada areal lahan yang bertopografi 500

  • – 1.500 m dpl dengan tingkat kelerengan sebagian besar berada pada kelas lereng 25
  • – 40 %. Hutan lindung dengan karakteristik areal tersebut umumnya tersebar pada wilayah Kecamatan Taluditi, Wanggarasi, Buntulia, Lemito, Patilanggio, Popayato, Popayato Timur, dan Popayato Barat. Hasil overlay dengan peta tutupan lahan menunjukkan bahwa sebagian areal hutan lindung telah mengalami bukaan vegetasi yang cukup luas, seperti menjadi tegalan, semak belukar, terutama pada wilayah Kecamatan Taluditi dan Wanggarasi.

b) Rencana Pengembangan Kawasan Perlindungan Setempat

   Sempadan Pantai

  Dengan mengacu pada karakteristik tipologi pantai di wilayah Kabupaten Pohuwato dikaitkan dengan ketentuan lebar sempadan pantai, serta hasil overlay peta penggunaan lahan, maka kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pohuwato yang panjangnya sekitar 160 km adalah seluas ± 3.300 ha.

   Sempadan Sungai Areal sempadan sungai di Kabupaten Pohuwato adalah seluas ± 2.032,82 ha. Di wilayah Kabupaten Pohuwato terdapat beberapa sungai besar yang memiliki badan sungai yang cukup panjang seperti Sungai Randangan dengan panjang aliran 95,8 km, dimana sungai ini melintasi dua provinsi. Sungai ini juga telah ditetapkan dalam RTRWN sebagai Wilayah Sungai (WS) Randangan yang melintasi Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Dengan demikian interkoneksitas antara daerah hulu dan daerah hilir sungai sangat penting dalam menjaga kestabilan kontuinitas debit air sungai tersebut. Sehingga sangat penting untuk menjaga fungsi lindung daerah aliran sungai di daerah hulu, utamanya di wilayah bagian utara Kecamatan Wanggarasi dan Kecamatan Taluditi di daerah hulu sungai tersebut.

c) Rencana Pengembangan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

   Kawasan Suaka Alam

  Dalam RTRWN (PP/26/2008) telah menetapkan Cagar Alam Panua dan Cagar Alam Tanjung Panjang yang berada di Kabupaten Pohuwato sebagai Kawasan Lindung Nasional.

  Sesuai dengan Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Kabupaten Pohuwato, telah menetapkan kawasan suaka alam/pelestarian alam keseluruhan di Kabupaten Pohuwato yakni seluas 40.013 ha. Kawasan suaka alam yang ada di wilayah Kabupaten Pohuwato berupa cagar alam yakni Cagar Alam Panua seluas 36.837,73 ha dan Cagar Alam Tanjung Panjang seluas 3.175,27 ha.

   Kawasan Suaka Alam Laut Dalam RTRW Provinsi Gorontalo telah menetapkan Taman Laut Pulau Bitila yang ada di Kabupaten Pohuwato sebagai kawasan perlindungan laut atas wilayah laut yang memiliki flora dan fauna termasuk terumbu karang. Taman laut Pulau Bitila berada di Teluk Tomini yang secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Paguat. Kawasan Taman Laut Pulau Bitila memiliki potensi besar berkembang menjadi obyek wisata laut, karena didalamnya memiliki daratan pulau yang berpasir putih dengan kualitas air laut yang jernih. Pada kedalaman ± 20 meter dari permukaan laut terdapat biota dan jenis ikan yang beragam, serta terumbu karang yang masih baik.

   Kawasan Pantai Berhutan Bakau Wilayah Kabupaten Pohuwato sebagian diarahkan untuk pengembangan kawasan hutan mangrove sejalan. kawasan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato akan memanfaatkan areal seluas ± 5.791,16 ha yang memanjang mulai dari timur hingga barat pesisir Teluk Tomini. Penyebarannya meliputi beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Marisa, Duhiadaa, Lemito, Paguat, Patilanggio, Popayato, Popayato Barat, Popayato Timur, dan Kecamatan Randangan.

   Rencana Penanganan Kawasan Rawan Bencana Dalam RTRW Provinsi Gorontalo disebutkan bahwa kawasan yang diidentifikasi berpotensi rawan bencana alam di wilayah Kabupaten Pohuwato menurut prioritas penanganannya meliputi antara lain berupa kawasan rawan banjir, tsunami, dan kawasan rawan gempa bumi (sangat rendah). Berdasarkan hasil analisis peta geologi lembar Tilamuta, di wilayah Kabupaten Pohuwato terdapat dua zona rawan gempa bumi yaitu tergolong sangat rendah terdapat di wilayah Kecamatan Lemito, dan Popayato. Sedangkan yang tergolong rendah terdapat di wilayah Kecamatan Randangan, Taluditi, Patilanggio, Marisa dan Paguat. Sementara untuk kawasan rawan bencana alam banjir di Kabupaten Pohuwato lebih banyak dipengaruhi oleh faktor alam, seperti kondisi fisik topografi, alur aliran air, curah hujan yang tinggi, peresapan air yang rendah, pendangkalan dan penyempitan alur sungai, dan pendangkalan muara sungai. Daerah-daerah yang diidentifikasi merupakan daerah rawan bencana alam banjir, meliputi wilayah yang sebagian besar merupakan kawasan hilir sungai-sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil yang meliputi : Kecamatan Marisa, Duhiadaa, Randangan, Dengilo, Wanggarasi, Lemito, Popayato Timur, Popayato, dan Popayato Barat.

   Kawasan Lindung Geologi Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah yaitu kawasan sempadan mata air yang terdapat di Kecamatan Popayato barat, Lemito, Buntulia, Randangan, Dengilo, Taluditi, Marisa, dan Paguat.

2. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

a) Rencana Peruntukan Kawasan Hutan Produksi

   Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Sesuai dengan Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 yang telah menetapkan bahwa Hutan Produksi Terbatas (HPT) di wilayah Kabupaten Pohuwato terdapat seluas 80.083 ha. Hutan produksi terbatas ini merupakan kawasan yang memproduksi kayu dan hasil hutan lainnya, tetapi eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan tanam.

   Kawasan Hutan Produksi Tetap

  Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Sesuai dengan Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 yang telah menetapkan bahwa Hutan Produksi Tetap di wilayah Kabupaten Pohuwato terdapat seluas 40.920 ha.  Kawasan Hutan Produksi yang dapat di konversi Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi merupakan kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat dialihfungsikan. Dalam Kepmenhut No. SK.433/Menhut-II/2009 menetapkan Hutan Produksi yang dapat dikonversi di wilayah Kabupaten Pohuwato terdapat seluas 69.678 ha.

   Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

  Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di Kecamatan Maisa, Buntulia, Paguat, Dengilo, Patilanggio, Taluditi, Popayato, Popayato Barat, Popayato Timur dan Lemito.

b) Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian

   Rencana Peruntukan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

  Kawasan Pertanian Lahan Basah

  Rencana pengembangan kegiatan pertanian lahan basah di wilayah Kabupaten Pohuwato sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Duhiadaa, Taluditi, Randangan, Dengilo, Patilanggio, dan Buntulia.

  Dimana luas areal pertanian lahan basah potensial keseluruhan adalah 41.212 ha atau sebesar 9,71 % dari luas wilayah kabupaten.

  Kawasan Pertanian Lahan Kering

  Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering di wilayah Kabupaten Pohuwato tersebar diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal yang diarahkan untuk pengembangan lahan kering adalah 11.616 ha.

  Rencana Peruntukan Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan

  Pengembangan kegiatan budidaya tanaman tahunan/ perkebunan di wilayah Kabupaten Pohuwato diarahkan pada beberapa kawasan potensial pengembangan komoditi tanaman tahunan meliputi kopi, kakao, mete, kelapa dalam, kelapa sawit, cengkeh, panili, dan kemiri, serta buahan- buahan seperti durian, jeruk, dan mangga. Luas areal yang diarahkan untuk pengembangan tanaman perkebunan adalah seluas 48.481 ha dengan areal pengembangannya merata ke segenap wilayah Kabupaten Pohuwato. Untuk kegiatan perkebunan yang intensif diarahkan pada kawasan dengan ketinggian 200

  • – 400 m dpl, sementara untuk kegiatan perkebunan yang non intensif diarahkan pada areal dengan ketingggian > 400 m dpl.

   Rencana Peruntukan Kawasan Peternakan Rencana pengembangan kawasan peternakan di wilayah Kabupaten Pohuwato berada di wilayah Kecamatan Randangan, Kecamatan Popayato, dan Kecamatan Taluditi. Wilayah ini dalam beberapa aspek sesuai dengan karakteristik budidaya kegiatan peternakan hewan besar dan tempat penggembalaan, dibanding dengan wilayah-wilayah lainnya.

   Rencana Peruntukan Kawasan Perikanan

  Rencana pengembangan kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Pohuwato dapat dikluster berdasarkan jenis kegiatannya yaitu : 1) budidaya laut, 2) budidaya payau, dan 3) budidaya air tawar. Arahan pengembangan komoditas perikanan mencakup : a) komoditas perikanan budidaya payau berupa udang windu, bandeng, dan kepiting bakau, b) komoditas perikanan budidaya laut berupa rumput laut, kerapu, dan kerang mutiara, c) komoditas budidaya air tawar berupa ikan mas dan ikan nila. Pertimbangan arahan pengembangan kegiatan budidaya tersebut didasarkan atas nilai ekonomis yang tinggi dan telah berkembang di masyarakat, serta pangsa pasarnya sangat prospek.

  Dengan mempertimbangkan karakteristik kawasan yang sesuai untuk pengembangan budidaya payau di Kabupaten Pohuwato, maka sebarannya lebih diarahkan di wilayah Kecamatan Popayato Barat, Popayato, Popayato Timur, Lemito, Randangan, Wanggarasi, Duhiadaa, Marisa, dan Paguat, dengan total areal seluas ± 5.520,27 ha.

  Sementara untuk kegiatan budidaya laut akan memanfaatkan perairan Teluk Tomini yang membentang dari timur sampai barat kearah laut lepas sejauh menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Pohuwato.

  Untuk kegiatan budidaya air tawar di Kabupaten Pohuwato lebih diarahkan pada kawasan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan budidaya tersebut, terutama persediaan air tawar yang cukup, seperti pada wilayah Kecamatan Taluditi, Patilanggio, dan Dengilo. Untuk lebih mengembangkan kegiatan perikanan secara berkelanjutan dan terpadu sehingga memberikan nilai ekonomis lebih tinggi kepada masyarakat secara luas di Kabupaten Pohuwato, maka dikembangkan pula Kawasan Minapolitan dengan menetapkan Kecamatan Lemito sebagai Minapolis. Minapolis Lemito akan didukung oleh kawasan-kawasan yang meliputi Popayato Barat, Popayato, Popayatao Timur, Wanggarasi, Taluditi, Randangan, Duhiadaa, Buntulia, Marisa, Paguat, dan Dengilo.  Rencana Peruntukan Kawasan Pertambangan Pengembangan kegiatan pertambangan di wilayah Kabupaten Pohuwato untuk golongan bahan galian C terdapat dibeberapa lokasi yang dilintasi sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil seperti Sungai Randangan, Sungai Popayato, Sungai Malango, Sungai Lemito, Sungai Marisa, dan Sungai Paguat. Lokasi-lokasi tambang bahan galian C tersebut berada di Kecamatan Randangan, Popayato, Lemito, Marisa, dan Paguat. Sementara untuk potensi bahan tambang golongan B, terdapat di wilayah Kecamatan Buntulia, Patilanggio, Taluditi, Popayato Barat, dan Paguat berupa mineral emas. Sementara untuk mineral lainnya berupa andesit tersebar di Kecamatan Marisa, Buntulia, dan Taluditi. Bahan tambang golongan golongan B lainnya berupa toseki terdapat di wilayah Kecamatan Patilanggio, Wanggarasi, Paguat, dan Randangan. Mineral berupa andesit terdapat di wilayah Kecamatan Marisa, Buntulia, dan Taluditi. Jika telah dilakukan eksplorasi bahan tambang tersebut hendaknya mempertimbangkan matang mengenai dampaknya terhadap lingkungan sekitar, mengingat wilayah Kabupaten Pohuwato banyak terdapat sungai- sungai yang airnya banyak dimanfaatkan sebagai air bersih penduduk, pun air baku PDAM, juga digunakan untuk mengairi lahan-lahan pertanian, sehingga kualitasnya perlu dijaga dari limbah penambangan. Kegiatan penambangan mineral di Kabupaten Pohuwato utamanya emas, umumnya dilakukan masyarakat setempat tanpa izin, atau dikenal sebagai ”penambangan emas tanpa izin” (PETI). Yang menjadi permasalahan adalah sebagian dari lokasi penambangan tersebut terletak di kawasan hutan suaka alam atau hutan lindung. Guna meminimalisir dampak buruk yang lebih luas, terutama terhadap lingkungan yang pada akhirnya

terhadap masyarakat sendiri, diperlukan kebijakan pengendalian yang arif dari segenap stakeholders terhadap kegiatan PETI ini.

   Rencana Kawasan Peruntukan Industri

  Kawasan peruntukan industri merupakan tempat pemusatan kegiatan industri. Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Pohuwato diarahkan di wilayah Kecamatan Paguat sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Gorontalo. Arahan ini berkaitan dengan aksesibilitas wilayah ini dengan beberapa prasarana dan sarana transportasi berskala regional dan nasional yang akan lebih mengefisienkan kegiatan pemasaran hasil-hasil industri maupun pasokan bahan baku di kawasan tersebut, seperti akses yang tinggi dengan pelabuhan laut Paguat, akses yang tinggi dengan Bandar Udara Djalaluddin (Kabupaten Gorontalo) dan Bandar Udara Imbodu yang ada di Kecamatan Randangan melalui jalan arteri primer.

   Rencana Peruntukan Kawasan Pariwisata

  Kabupaten Pohuwato sebagai daerah potensial menjadi tujuan (destinasi) wisata unggulan di Provinsi Gorontalo memiliki obyek dan daya tarik wisata unggulan berupa keindahan alam dan keunikan budaya. Dalam kebijakan pengembangan kepariwisataan Kabupaten Pohuwato menempatkan beberapa kawasan wisata di daerah ini menjadi obyek wisata prioritas, dan telah menjadi obyek kunjungan (destinasi) utama turis mancanegara dan domestik, yakni : 1. Permukiman Terapung Suku Bajo di Desa Torisiaje;

   Obyek wisata ini terletak di Kecamatan Popayato.Daya tariknya berupa bangunan rumah masyarakat suku Bajo yang berada di atas perairan laut.

  2. Kawasan Wisata Pantai Indah Bumbulan;Obyek wisata ini berada di Kecamatan Paguat.Daya tariknya berupa hamparan pasir putih dengan view alami laut

  Teluk Tomini, dilengkapi dengan fasilitas wisata, seperti cottage,

  jogging track, gazebo, toilet, gedung pementasan, taman main, kios makanan tradisional, dan lapangan olah raga.

  3. Taman Laut Pulau Bitila;Obyek wisata ini berada di Kecamatan Paguat.

   Daya tariknya berupa keindahan alam bawah laut dengan aneka ragam biota laut, seperti beragam spesies ikan, terumbu karang yang masih baik, serta daratan pulau yang berpasir putih.

  7. Masjid Keramat di Kecamatan Wanggarasi.

   Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman

  16. Pantai pasir putih di Kecamatan Paguat.

  15. Pulau Napo Libuo di Kecamatan Paguat.

  14. Perkampungan Suku Minahasa di Desa Karangetan Kecamatan Paguat.

  13. Perkampungan Suku Sangihe di Desa Karangetan Kecamatan Paguat, dan di Desa Londoun Kecamatan Popayato.

  12. Air Terjun Dadu di Kecamatan Wanggarasi.

  11. Air Terjun Karya Baru di Kecamatan Dengilo.

  10. Air Terjun Makarti Jaya di Kecamatan Taluditi.

  8. Air Terjun Lomuli di Kecamatan Lemito.

  6. Danau Telaga di Kecamatan Popayato.

  4. Pulau Lahe;Obyek wisata Pulau Lahe berada di Kecamatan Marisa.Daya tariknya berupa pantai pasir putih yang mengelilingi pulau.

  5. Danau Embung di Kecamatan Patilanggio.

  4. Pantai Lalape di Kecamatan Popayato.

  3. Pantai Belili di Kecamatan Duhiadaa.

  2. Pantai Tanjung Bajo Kecamatan Paguat.

  mancanegara maupun domestik, meliputi : 1. Tanjung Maleo di Kecamatan Paguat.

  potensial dikembangkan sehingga lebih menarik untuk dikunjungi turis

  Disamping obyek-obyek wisata prioritas tersebut di atas, wilayah Kabupaten Pohuwato masih memiliki banyak jenis obyek-obyek wisata yang juga

  6. Danau Delo;Obyek wisata ini terletak di Kecamatan Marisa.Daya tariknya berupa keindahan alam danau.

   Daya tariknya berupa keindahan panorama alam pantai Teluk Tomini.

  5. Pantai Pohon Cinta;Obyek wisata ini berada di Kecamatan Marisa.

  Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi utama antara lain : 1) sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial, 2) sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. Rencana pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Pohuwato diselaraskan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan prasarana dan sarana permukiman yang memenuhi kelayakan dan mampu menunjang aktivitas masyarakat dalam berkehidupan dan berpenghidupan.

  Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Dengan memperhatikan berbagai hal, seperti kondisi topografi, ketersediaan sumber air bersih, daerah rawan bencana alam, sempadan sungai/pantai, penggunaan lahan perkotaan saat ini, daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman, serta tingkat kepadatan bangunan hunian yang dipersyaratkan, maka pengembangan permukiman perkotaan lebih diarahkan dengan pola memusat (concentric) untuk permukiman di kawasan perkotaan. Hal ini diupayakan guna mengoptimalkan dan mengefektifkan pemanfaatan lahan-lahan di kawasan perkotaan. Disamping itu, arahan pemusatan permukiman perkotaan akan lebih mengefisienkan investasi prasarana dan sarana lingkungan permukiman, dengan tetap optimal memberikan pelayanan kepada masyarakat perkotaan. Dengan demikian pula, kawasan perkotaan menjadi kawasan yang nyaman untuk dihuni, sehingga kualitas hidup masyarakatnya terutama dari sisi ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana permukiman. Kawasan yang diarahkan dengan tingkat intensitas bersusun) berada di Kota Marisa (PKWp), juga Kota Paguat dan Kota Popayato sebagai pusat kegiatan lokal (PKL).

  Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman Perdesaan

  Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka rencana pengembangan permukiman perdesaan lebih diarahkan dengan pola memanjang (linear) mengikuti pola jaringan jalan perdesaan. Dengan pola linear ini akan lebih memudahkan aksesibilitas dari/ dan ke pusat- pusat pelayanan perdesaan, ataupun pusat kegiatan yang lebih tinggi seperti ke pusat pelayanan kawasan/lingkungan (PPK/L) terdekat. Untuk mendukung pengembangan permukiman perdesaan tersebut, penting pula mengembangkan sistem jaringan air bersih dan listrik perdesaan, serta ketersediaan moda angkutan umum perdesaan. Disamping itu, dengan memanfaatkan jaringan jalan perdesaan sebagai orientasi permukiman akan memudahkan dilakukan evakuasi jika terjadi bencana alam, seperti banjir.

  Kawasan peruntukan lainnya

  Kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan yang terdiri atas: Kawasan Markas Brimob dan TNI Angkatan Laut terdapat di Kecamatan

   Paguat;  Markas TNI Angkatan Darat di Kecamatan Marisa dan Kawasan Popayato; dan Kawasan Markas TNI Angkatan Udara di Kecamatan Randangan.

   Kawasan Gedung Olah Raga (GOR) yang terdapat di Kecamatan Paguat  dan Marisa Kawasan TPA Tempat Pemprosesan Akhir di Kecamatan Marisa

  b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. Kota marisa merupakan arahan pengembangan Kota hijau yang tertuang dalam dokumen P2KH.

B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Terkait Keciptakaryaan

1. Pengembangan Prasarana Sarana Air Minum

  Rencana pengembangan sumber daya air di wilayah Kabupaten Pohuwato lebih diprioritaskan pada penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum penduduk melalui sistem jaringan pelayanan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pohuwato. Dimana kondisi saat ini potensi sumber daya air baik sungai maupun air tanah belum terkelola secara optimal. Hal ini terlihat dari kapasitas pelayanan air minum penduduk secara keseluruhan yang diproduksi oleh PDAM “Tirta Maleo” Kabupaten Pohuwato, dimana keseluruhan baru sebesar 60 liter/detik, yang terdiri dari 45 liter/detik bersumber dari air permukaan (sungai), dan sebesar 15 liter/detik bersumber dari air tanah. Dari sistem jaringan air bersih yang ada saat ini baru sudah mampu melayani beberapa kawasan, yakni meliputi : Marisa, Buntulia, Duhiadaa, Paguat, Randangan, Lemito, Popayato Barat, Popayato Timur, Popayato, Wanggarasi, Taluditi. Padahal kebutuhan akan air minum penduduk di Kabupaten Pohuwato cukup besar, untuk saat ini saja dengan penduduk sebanyak 123.726 jiwa (standar kebutuhan 150 liter/org/hari) membutuhkan air minum minimal 18.559 m3/hari atau jika melalui sistem jaringan PDAM berarti minimal dengan produksi 214,8 liter/detik. Kondisi saat ini berarti sistem penyediaan air minum (SPAM) baru mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan air minum sebesar 23,28 % dari kebutuhan penduduk. Selanjutnya jika diprediksi bahwa jumlah penduduk sampai tahun 2030 sebanyak 278.516 jiwa (asumsi pertumbuhan penduduk 3,76 % pertahun) tentunya kebutuhan akan air minum penduduk juga menjadi semakin meningkat menjadi sebesar 41.777 m3/hari. Itu berarti jika kebutuhan air minum tersebut disediakan melalui sistem jaringan pelayanan PDAM, maka kapasitas produksinya akan sebesar 483,53 liter/detik. Jika sistem jaringan air minum ini hanya berfokus pada pelayanan kawasan-kawasan perkotaan saja (ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan), maka kapasitas produksinya cukup keseluruhan sebesar 290,12 liter/detik. Kebutuhan air minum tersebut dari sisi ketersediaan sumber air baku masih cukup tersedia, terutama dari sumber air permukaan. Bagi daerah perdesaan yang memang cukup sulit dikembangkan sistem penyediaan air minum (SPAM) melalui pelayanan PDAM, dikembangkan pola swadaya secara komunal dengan memanfaatkan sumber air tanah berupa sumur-sumur bor yang memang selama ini telah banyak dimanfaatkan di wilayah Kabupaten Pohuwato, baik di perkotaan maupun diperdesaan, baik untuk keperluan rumah tangga maupun keperluan pertanian.

2. Pengembangan Prasarana Drainase dan Air Limbah

  Rencana pengembangan sistem jaringan drainase di wilayah Kabupaten Pohuwato dilakukan dengan sistem saluran terbuka. Hal ini dilakukan dengan investasi saluran terbuka lebih ekonomis dibanding saluran tertutup, dan tetap efektif dalam fungsinya. Demikian pula kelanjutan pemeliharaannya, akan lebih mudah dan lebih murah.

  Secara fungsional, sistem jaringan drainase yang akan dikembangkan tidak hanya sebagai saluran air limpasan (run off), tetapi juga sebagai saluran buangan air limbah domestik (air limbah rumah tangga). Pengembangan sistem jaringan drainase di wilayah Kabupaten Pohuwato lebih diprioritaskan pada kawasan perkotaan, terutama Kota Marisa dan sekitarnya, serta pada sisi jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer. Langkah ini ditempuh untuk mengatasi permasalahan sanitasi lingkungan permukiman di Kota Marisa dan sekitarnya yang telah mulai terindikasi mengalami degradasi kualitas lingkungan akibat buruknya sistem sanitasi lingkungan permukiman terutama, sistem jaringan drainase. Prioritas lainnya dari pengembangan sistem jaringan drainase di wilayah Kabupaten Pohuwato adalah pada sisi jaringan jalan arteri primer yakni jaringan jalan yang berfungsi menghubungkan Kota Marisa (pusat kegiatan wilayah promosi) dengan kota-kota lainnya seperti Kota Tilamuta (PKW Kabupaten Boalemo) dan Kota Parigi (PKL Kabupaten Parigimoutong). Langkah ini ditempuh guna mencegah kerusakan konstruksi badan jalan akibat erosi air limpasan (run off), yang memang cukup potensial merusak konstruksi badan jalan terutama jaringan jalan yang berada pada sisi dalam daerah tebing. Sementara untuk rencana pengembangan sistem jaringan air limbah dilakukan hanya secara on site, dimana untuk kegiatan yang berskala besar seperti kegiatan industri besar, rumah sakit umum dan sejenisnya yang menghasilkan air limbah bahan berbahaya dan beracun (b3) metode penanganan air limbahnya di lakukan melalui sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang ada dalam kawasan kegiatan tersebut.

3. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan

  Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Pohuwato mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP- SPP), dimana upaya pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan upaya- upaya yang meliputi :

  1. Pengurangan sampah maksimal semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. pengelolaan.

  3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan. Adapun sasaran umum yang hendak dicapai dari pengelolaan persampahan yakni (1) pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60% penduduk; (2) pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%; dan (3) tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota metropolitan dan besar, serta controlled landfill untuk kota sedang dan kecil serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.

  Urgensitas pengelolaan persampahan di wilayah Kabupaten Pohuwato berada pada kawasan perkotaan Marisa dan sekitarnya, dimana kawasan ini memang merupakan tempat pemusatan berbagai kegiatan seperti pusat permukiman, ekonomi, sosial budaya, dan pemerintahan sehingga timbulan sampahnya sangat besar terutama yang bersumber dari rumah tangga dan pasar. Untuk itu, maka diperlukan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang direncanakan berlokasi di Desa Botubilotahu, Kecamatan Marisa dengan luas lahan ± 5 ha. Penanganan terhadap permasalahan sampah perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah sampah akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitasnya, terutama di kawasan perkotaan, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat. Ketidaktepatan mengelola persampahan dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup masyarakat, terutama diperkotaan. Polusi bau, sumber penyakit, dan degradasi lingkungan, serta penurunan estetika lingkungan merupakan dampak yang dapat ditimbulkan dari permasalahan sampah. Secara garis besar pengelolaan persampahan nantinya di Kabupaten Pohuwato dapat di rinci seperti ini : a. Pemilahan : dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) Kontainer;

  b. Pengolahan : dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik.

  c. Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk, motor gerobak;

  d. Pengangkutan : dari TPS Kontainer diangkut dengan Truk menuju Tempat 6,5 km dari pusat Kota Marisa.

  Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPA sampah, di mana nantinya sampah-sampah organik di lokasi TPA dapat di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah di TPA dilakukan dengan metode controlled landfill, yang secara operasional lebih ekonomis dibanding metode sanitary landfill, dan lebih berwawasan lingkungan dibanding metode open dumping

C. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya.

1. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi untuk Kawasan Lindung

  1) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam; b. Ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan c. Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat. 2) Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun dengan memperhatikan : a. ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak Pemanfaatan terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan

  3) Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; b. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi; c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai; d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan

  4) Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

  b. pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang Ketentuan dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; c. bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman Pendirian rekreasi; dan d. lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan Penetapan perundang-undangan. 5) Peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kota disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi; b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan c. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud pada huruf b diatas. 6) Peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, suaka alam laut dan perairan disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam; b. Pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

  c. pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan Ketentuan perundang-undangan; d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan e. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentan g alam dan ekosistem. 7) Peraturan zonasi untuk kawasan suaka margasatwa, suaka margasatwa laut, cagar alam, dan cagar alam laut disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;

  b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

  c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan e. Ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan. 8) Peraturan zonasi untuk kawasan pantai berhutan bakau disusun dengan

  a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata alam; b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan kayu bakau; dan

  c. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah mengurangi luas dan/atau mencemari ekosistem bakau. 9) Peraturan zonasi untuk kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam; b. Ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;

  c. bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan Pendirian sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c. 10) Peraturan zonasi untuk cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

  b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak Ketentuan sesuai dengan fungsi kawasan. 11) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

  c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum. 12) zonasi untuk kawasan rawan banjir disusun dengan Peraturan memperhatikan : a. Penetapan batas dataran banjir;

  b. Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan c. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya. 13) Peraturan zonasi untuk kawasan keunikan bentang alam disusun dengan memperhatikan pemanfaatannya bagi perlindungan bentang alam yang memiliki ciri langka dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu Peraturan pengetahuan, budaya dan/atau pariwisata. memperhatikan :

  a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

  b. Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air.

2. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya

  1) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan hutan rakyat disusun dengan memperhatikan : a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan; b. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan c. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf b. 2) zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian disusun dengan Peraturan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; dan b. Ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama. 3) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan c. Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari;

  4) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan disusun dengan memperhatikan : a. Pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara resiko dan manfaat; dan

  b. Pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah. 5) zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan Peraturan memperhatikan : kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan b. Pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri. 6) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan memperhatikan : a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

  c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata;

  7) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun dengan memperhatikan : a. Penetapan daerah rawan bencana alam, seperti longsor dan banjir;

  b. Penetapan tingkat kepadatan bangunan;

  c. Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman;

  d. Kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan e. Penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

D. Indikasi Program Sebagai Operasionalisasi Rencana Pola Ruang Dan Struktur Ruang Khususnya Untuk Bidang Cipta Karya.

Tabel 5.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW Kabupaten Pohuwato untuk

  Bidang Cipta Karya, Tabel 5.2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), serta Tabel 5.3 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk Bidang Cipta Karya Kabupaten Pohuwato.

  

Tabel 7. 1 Arahan RTRW Kabupaten Pohuwato Bidang Kecipta Karyaan

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

  Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Pohuwato merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/ pengembangan wilayah Kabupaten Pohuwato dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan tahun 2030 (selama 20 tahun; tahun 2010 - 2030).

  Pengembangan Prasarana Sarana Air Minum

  Rencana Pengembangan Permukiman Perdesaan

  Pengembangan Prasarana Air Limbah Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Perkotaan

  Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan

  Peningkatan Prasarana dan Sarana Permukiman Perdesaan

  Pengembangan Prasarana Drainase Pengembangan RTH Pengembangan Kawasan TPA Tempat Pemprosesan Akhir di Kecamatan Marisa

  Sumber : RTRW Kab. Pohuwato Tahun 2010 -2030

  Rencana Pengembangan Permukiman Perkotaan

  

Tabel 7. 2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) berdasarkan RTRW Kab. Pohuwato

2010

  • – 2030

  

Kawasan Startegis Sudut Kepentingan Lokasi

Kabupaten (KSK) Kawasan Industri Pertumbuhan Ekonomi Kec. Paguat Pengembangan/Penataan Pertumbuhan Ekonomi Kota Marisa Kawasan Perdagangan dan Jasa Komersial di Pusat Kota Marisa Pengembangan/ Penataan Pertumbuhan Ekonomi Kec. Paguat Kawasan Wisata Pantai Bumbulan Indah Pemantapan dan Pertumbuhan Ekonomi Kec. Paguat Pengembangan Kawasan Pelabuhan Penumpang dan Pelabuhan Barang Bumbulan

Pemantapan dan Pertumbuhan Ekonomi Kec. Randangan

Pengembangan Kawasan Bandar Udara Imbodu Sumber : RTRW Kab. Pohuwato Tahun 2010 -2030