LAPORAN AKHIR Review Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Manggarai Timur

  LAPORAN AKHIR Review Rencana Ter padu dan Pr ogr am Investasi Inf r astr uktur J angka Menengah Kabupaten Manggar ai Timur

BAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN dan REGULASI Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal

  diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumberdaya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan

6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam

  Kabupaten Manggar ai Timur Review Rencana Ter padu dan Pr ogr am Investasi Inf r astr uktur J angka Menengah LAPORAN AKHIR

  bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  Kabupaten Manggar ai Timur Review Rencana Ter padu dan Pr ogr am Investasi Inf r astr uktur J angka Menengah LAPORAN AKHIR

  serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan sistim manajemen SDN Aparatur meliputi penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing- masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta Kewenangan masing-masing.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

  

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan

Organisasi Perangkat Daerah

  Kabupaten Manggar ai Timur Review Rencana Ter padu dan Pr ogr am Investasi Inf r astr uktur J angka Menengah LAPORAN AKHIR Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.

  Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan :

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai

Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.1.2. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Kondisi kapasitas Pemerintah Daerah dilihat dari aspek kelembagaan perangkat Daerah yang telah dibentuk dengan Peraturan Daerah terdiri dari: 3 (tiga) lembaga staf; 17 (tujuh belas) dinas daerah; dan lembaga teknis yang terdiri dari 8 (delapan) badan; 5 (lima) kantor; 6 (enam) kecamatan dan 10 (sepuluh) kelurahan. Sedangkan jumlah personil, secara keseluruhan jumlah pegawai negeri sipil (PNS) hingga Desember 2009 terdapat sebanyak 3.190 orang dengan komposisi menurut kepangkatan/golongan adalah golongan I: 96 orang; golongan II: 2.202 orang; golongan III: 2.486 orang dan golongan IV: 1.564 orang. Dari tingkatan jabatan/eselonering dapat diketahui dari Tabel 6.1 berikut.

  

Tabel 6.1.

Banyaknya Pejabat Pemerintah Menurut Klasifikasi Jabatan dan Jenis Kelamin LAPORAN AKHIR Review Rencana Ter padu dan Pr ogr am Investasi Inf r astr uktur J angka Menengah Kabupaten Manggar ai Timur No Uraian Jumlah Pegawai Laki-Laki Perempuan Jumlah

  1 Eselon IIA

  2 Eselon IIB

  16

  16

  3 Eselon IIIa

  34

  1

  35

  4 Eselon IVA

  96 25 121

  5 Eselon IVB

  25

  2

  27 Jumlah 171

  28 199

  

Tabel 6.2.

Banyaknya Pejabat Pemerintah Menurut Golongan dan Jenis Kelamin

Di Kabupaten Manggarai Timur

  Jumlah Pegawai No Uraian Laki-Laki Perempuan Jumlah

  1 IV 637 145 782

  2 III 924 319 1243

  3 II 640 461 1101

  4 I

  48

  48 Jumlah 2249 925 3174 Dalam pelaksanaan RPIJM di Kabupaten Manggarai Timur, aparat pelaksana yang berwenang adalah:

  a. Bappeda Kabupaten Manggarai Timur

  b. Bagian Pembangunan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai Timur

  c. Aparat Teknis, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing lembaga pemerintah pelaksana pembangunan kota di Kabupaten Manggarai Timur adalah sebagai berikut:

  1. Bappeda Kabupaten Manggarai Timur, mempunyai tugas untuk menyelenggarakan:

  a. Penyiapan RPJP Daerah, RPJM Daerah, dan RKPD

  b. Melaksanakan koordinasi perencanaan diantara dinas-dinas serta organisasi lain dalam lingkup Kabupaten, instansi-instansi vertikal, Kecamatan-Kecamatan, Badan-badan lain yang berada dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur.

  c. Menyusun RKA Kabupaten Manggarai Timur bersama-sama dengan Bagian Keuangan dengan koordinasi Sekretaris Daerah Kabuapten Manggarai Timur.

  d. Mengadakan koordinasi dan penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan.

  e. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan untuk penyempurnaan perencanaan lebih lanjut.

  f. Memantau pelaksanaan pembangunan.

  g. Bagian Pembangunan mempunyai tugas di bidang pembangunan yang dibiayai

  2. Bagian Pembangunan mempunyai tugas di bidang pembangunan yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Manggarai Timur, bantuan pembangunan lain dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Pusat. Bagian pembangunan terdiri dari:

  a. Bagian penyusunan pelaksanaan program

  b. Bagian pengendalian pelaksanaan program

  c. Bagian evaluasi dan pelaporan

  VI

  6

  VI

  7 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, bagian pembangunan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Mengumpulkan, memelihara dan mengolah data, serta menyajikan dokumen informasi.

  b. Melakukan koordinasi penyusunan Program Tahunan Pembangunan Kawasan perkotaan dalam lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai Timur dan seluruh organisasi lain.

  c. Mengadakan pengendalian administratif pelaksanaan pembangunan daerah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabuapten Manggarai Timur, bantuan pembangunan dan dana- dana pembangunan lain dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Pusat d. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pembangunan.

  3. Aparat Teknis, yaitu Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang bertugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, aparat teknis mempunyai fungsi sebagai berikut:

  a. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Bupati.

  b. Pelaksanaan pembangunan fisik sesuai dengan tugas pokoknya dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

  c. Pengamanan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya dan sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan oleh Bupati. Dalam rangka usaha menuju suatu pengembangan kota yang baik, diperlukan suatu pengelolaan yang baik dari aparat pemerintah kota tersebut atau unit-unit organisasi yang terdapat disuatu kota. Penanganan kegiatan pelayanan pada kawasan perkotaan biasanya dijalankan oleh kantor beserta dinas-dinas yang ada. Penanganan kegiatan-kegiatan pelayanaan perkotaan serta unit-unit organisasinya adalah sebagai berikut :

  1. Fasilitas olahraga wewenang oleh Pemerintah kabupaten

  2. Sarana kesehatan wewenang oleh Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan

  3. Jalan dan jembatan, wewenang Pemerintah Daerah, dalam hal ini PU Bina Marga

  4. Drainase, wewenang Dinas Pekerjan Umum

  5. Sanitasi, wewenang Dinas Kesehatan

  6. Kebersihan, wewenang Dinas Pekerjaan Umum

  7. Pemadam kebakaran, wewenang Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini Unit/Satuan Pemadam Kebakaran

  Selain melaksanakan kegiatan rutin dan pembangunan salah satu fungsi Pemerintahan Kota adalah mengatur kegiatan-kegiatan rutin, pembangunan dan kegiatan masyarakat. Peraturan-peraturan tersebut harus mempunyai landasan hukum agar mempunyai kekuatan hukum yang jelas. Landasan hukum tersebut berupa Perda dan Keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundangan yang lebih tinggi hirarkinya, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri (Dalam Negeri), Keputusan Menteri (Dalam Negeri), dan Peraturan Daerah. Penilaian efektivitas peraturan perundangan dilakukan dengan membandingkan secara umum antara materi dengan pelaksanaannya. Umumnya peraturan perundangan cukup efektif walaupun masih banyak kekurangan.Hambatan atau kelemahan dapat terjadi pada penyusunan peraturan perundangan, maupun pada pelaksanaannya. Beberapa kelemahan dalam penyusunan peraturan perundangan, antara lain :

  a. Kurang matangnya perumusan materi peraturan perundangan sehingga materinya kurang lengkap. Hal ini menyebabkan kelemahan atau peluang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga pelaksanaanya menjadi kurang efektif

  b. Kurang lengkapnya data yang menyulitkan perumusan materi maupun penentuan objek dan subjek yang dikenakan peraturan perundangan c. Dalam penyusunan materi peraturan perundangan kurang mempertimbangkan aspirasi, tingkat perkembangan, kesadaran hukum dan keadilan hukum masyarakat sehingga menimbulkan pertentangan dalam masyarakat ataupun kepatuhan tanpa pengertian

  d. Tidak memuat pedoman-pedoman pelaksanaan tugas bagi aparatur pelaksana sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kelemahan-kelemahan yang menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan peraturan perundangan, antara lain: a. Peraturan perundangan kurang dipublikasikan, atau bahkan tidak dipublikasikan sama sekali, sehingga masyarakat umum tidak mengetahuinya b. Aparatur pelaksana belum siap atau belum mampu melaksanakan peraturan perundangan tersebut Masyarakat belum siap atau belum mampu melaksanakan peraturan perundangan tersebut, baik secara mental maupun ekonomi, ketidaksiapan mental dapat disebabkan ketidaktahuan masyarakat, kurangnya kesadaran hukum, kepatuhan tanpa pengertian, atau kurangnya penyuluhan/penerangan. Ketidaksiapan ekonomi terutama disebabkan oleh rendahnya penghasilan masyarakat.

  VI

  8

6.1.3. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya perbaikan/ peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (otonomi daerah), pasca desentralisasi pemerintahan, terindikasi dari penyempurnaan secara bertahap penataan kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan dan Perumusan Organisasi Perangkat Daerah, PPRI Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, selanjutnya direvisi dengan PPRI Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, membuktikan adanya upaya terus menerus untuk menyempurnakan aspek kelembagaan birokrasi daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

  Terlaksananya pembangunan dan pengelolaan kabupaten/kota secara baik, yaitu melalui pelaksanaan program-program pembangunan yang telah direncanakan, perlu ditunjang oleh kemampuan administrasi yang baik dan teratur, disamping kemampuan pengetahuan serta keahlian yang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan peningkatan fungsi administrasi pembangunan Kabupaten/Kota yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul, dalam hal ini menyangkut keikutsertaan berbagai instansi atau badan pemerintah ataupun pihak swasta dan masyarakat yang menjamin kelancaran proses pelaksanaan pembangunan. Untuk itu perlu diperhatikan prosedur administrasi pelaksanaan untuk mewujudkan setiap program perencanaan yaitu penetapan garis kerja dan koordinasi antara Dinas-Dinas yang terlibat, badan pelaksana, dan perencana atau dengan kata lain yaitu pemberian penegasan kewenangan dan tugas pada aparat-aparat yang terlibat dalam pembangunan kota sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

  Dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan kabupaten Manngarai Timur aparat pelaksana yang berwenang adalah: a. Bappeda Kabupaten Manggarai Timur

  b. Bagian Pembangunan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai Timur

  c. Aparat Teknis, yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Timur Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing lembaga pemerintah pelaksana pembangunan kota di Kabupaten Manggarai Timur adalah sebagai berikut:

  1. Bappeda Kabupaten Manggarai Timur mempunyai tugas untuk menyelenggarakan:

  a. Penyiapan RPJP Daerah, RPJM Daerah, dan RKPD

  b. Melaksanakan koordinasi perencanaan diantara dinas-dinas serta organisasi lain dalam lingkup Kabupaten Manggarai Timur, instansi-instansi vertikal, Kecamatan-Kecamatan, Badan-badan lain yang berada dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur c. Menyusun RKA Kabupaten Manggarai Timur bersama-sama dengan Bagian Keuangan dengan koordinasi Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur d. Mengadakan koordinasi dan penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan.

  VI

  9 e. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan untuk penyempurnaan perencanaan lebih lanjut.

  f. Memantau pelaksanaan pembangunan.

  g. Bagian Pembangunan mempunyai tugas di bidang pembangunan yang dibiayai

  2. Bagian Pembangunan mempunyai tugas di bidang pembangunan yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Manggarai Timur, bantuan pembangunan lain dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Pusat. Bagian pembangunan terdiri dari:

  a. Bagian penyusunan pelaksanaan program

  b. Bagian pengendalian pelaksanaan program

  c. Bagian evaluasi dan pelaporan Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, bagian pembangunan mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Mengumpulkan, memelihara dan mengolah data, serta menyajikan dokumen informasi.

  b. Melakukan koordinasi penyusunan Program Tahunan Pembangunan Kawasan perkotaan dalam lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Manggarai Timur dan seluruh organisasi lain.

  c. Mengadakan pengendalian administratif pelaksanaan pembangunan daerah yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Manggarai Timur, bantuan pembangunan dan dana- dana pembangunan lain dari Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Pusat d. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pembangunan.

  3. Aparat Teknis, yaitu Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang bertugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, aparat teknis mempunyai fungsi sebagai berikut:

  a. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Bupati.

  b. Pelaksanaan pembangunan fisik sesuai dengan tugas pokoknya dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

  c. Pengamanan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya dan sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan oleh Bupati.

  Dalam rangka usaha menuju suatu pengembangan kota yang baik, diperlukan suatu pengelolaan yang baik dari aparat pemerintah kota tersebut atau unit-unit organisasi yang terdapat disuatu kota. Penanganan kegiatan pelayanan pada kawasan perkotaan biasanya dijalankan oleh kantor beserta dinas-dinas yang ada. Penanganan kegiatan-kegiatan pelayanaan perkotaan serta unit-unit organisasinya adalah sebagai berikut :

  1. Fasilitas olahraga wewenang oleh Pemerintah kabupaten Manggarai Timur

  2. Sarana kesehatan wewenang oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam hal ini Dinas Kesehatan kabupaten Manggarai Timur

  VI

  10

  VI

  11

  3. Jalan dan jembatan, wewenang Pemerintah Daerah, dalam hal ini PU Bina Marga kabupaten Manggarai Timur

  4. Drainase, wewenang Dinas Pekerjan Umum kabupaten Manggarai Timur

  5. Sanitasi, wewenang Dinas Kesehatan kabupaten Manggarai Timur

  6. Kebersihan, wewenang Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Manggarai Timur

  7. Pemadam kebakaran, wewenang Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini Unit/Satuan Pemadam Kebakaran kabupaten Manggarai Timur

  Selain melaksanakan kegiatan rutin dan pembangunan salah satu fungsi Pemerintahan Kota adalah mengatur kegiatan-kegiatan rutin, pembangunan dan kegiatan masyarakat. Peraturan-peraturan tersebut harus mempunyai landasan hukum agar mempunyai kekuatan hukum yang jelas. Landasan hukum tersebut berupa Perda dan Keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundangan yang lebih tinggi hirarkinya, seperti Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri (Dalam Negeri), Keputusan Menteri (Dalam Negeri), dan Peraturan Daerah. Penilaian efektivitas peraturan perundangan dilakukan dengan membandingkan secara umum antara materi dengan pelaksanaannya. Umumnya peraturan perundangan cukup efektif walaupun masih banyak kekurangan.Hambatan atau kelemahan dapat terjadi pada penyusunan peraturan perundangan, maupun pada pelaksanaannya. Beberapa kelemahan dalam penyusunan peraturan perundangan, antara lain :

  a. Kurang matangnya perumusan materi peraturan perundangan sehingga materinya kurang lengkap. Hal ini menyebabkan kelemahan atau peluang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga pelaksanaanya menjadi kurang efektif

  b. Kurang lengkapnya data yang menyulitkan perumusan materi maupun penentuan objek dan subjek yang dikenakan peraturan perundangan c. Dalam penyusunan materi peraturan perundangan kurang mempertimbangkan aspirasi, tingkat perkembangan, kesadaran hukum dan keadilan hukum masyarakat sehingga menimbulkan pertentangan dalam masyarakat ataupun kepatuhan tanpa pengertian

  d. Tidak memuat pedoman-pedoman pelaksanaan tugas bagi aparatur pelaksana sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kelemahan-kelemahan yang menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan peraturan perundangan, antara lain:

  a. Peraturan perundangan kurang dipublikasikan, atau bahkan tidak dipublikasikan sama sekali, sehingga masyarakat umum tidak mengetahuinya b. Aparatur pelaksana belum siap atau belum mampu melaksanakan peraturan perundangan tersebut

c. Masyarakat belum siap atau belum mampu melaksanakan peraturan perundangan tersebut, baik

  secara mental maupun ekonomi, ketidaksiapan mental dapat disebabkan ketidaktahuan masyarakat, kurangnya kesadaran hukum, kepatuhan tanpa pengertian, atau kurangnya penyuluhan/penerangan. Ketidaksiapan ekonomi terutama disebabkan oleh rendahnya penghasilan masyarakat.

  Peran Serta Masyarakat

  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap orang, kelompok dan badan hukum berhak (dan wajib) berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam PP Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang, peran serta masyarakat diatur secara lebih detail.

  Peran serta yang dimaksud adalah ‘berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang’. Pada tahap perencanaan, masyarakat berhak ikut serta di dalam proses penyusunan rencana, sehingga materi rencana tata ruang yang disusun tidak hanya berdasarkan aspirasi dari Pemerintah (top down), tetapi juga menggali potensi wilayah perencanaan dan aspirasi yang ada dalam masyarakat (bottom up). Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan sosialisasi Rencana Tata Ruang dalam rangka menjaring segala informasi, aspirasi serta tanggapan dari masyarakat, perihal berbagai permasalahan yang berkaitan dengan Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang. Hasil masukan saran dan tanggapan masyarakat dari kegiatan sosialisasi akan diklarifikasi oleh aparat Pemerintah Daerah. Pihak konsultan/nara sumber, serta pihak masyarakat. Keseluruhan hasil kegiatan publikasi dan peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan disajikan dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh TKPRD Kabupaten, Pejabat Kecamatan, serta pihak masyarakat (Wakil anggota masyarakat/tokoh masyarakat, LSM, Badan Usaha) dan dilengkapi bahan masukan peran serta masyarakat, untuk kemudian rnenjadi bagian kelengkapan pengajuan proses legalitas rencana (Perda atau SK Bupati). Pada tahap pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat diwujudkan dalam mengisi pola pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan. Dalam hal ini sosialisasi, penyebaran informasi, maupun meningkatan kesadaran terhadap tata ruang perlu dilakukan agar kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat dapat sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. Keterlibatan masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang diharapkan dapat berfungsi sebagai pengontrol dan penyeimbang untuk menjaga konsistensi tujuan yang telah ditetapkan pada rencana tata ruang. Peran serta aktif masyarakat dalam kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pengendalian pemanfaatan ruang, karena masyarakat adalah pihak yang memiliki akses paling tinggi dalam kegiatan pemanfaatan ruang di sekitar wilayahnya masing-masing. Oleh karenanya, informasi mengenai pemanfaatan ruang oleh masyarakat menjadi informasi yang penting bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk menindaklanjuti pelanggaran pemanfaatan ruang. Salah satu bentuk peran serta masyarakat yang paling sederhana dalam kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah pemberian informasi mengenai kegiatan pemanfaatan ruang, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota.

  VI

  12 Dalam PP Nomor 69 Tahun 1996 dan Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 disebutkan bahwa salah satu cara pertukaran informasi antara pemerintah dan masyarakat adalah melalui forum pertemuan. Forum pertemuan, yang sekarang sering pula disebut Mekanisme Konsultasi Publik merupakan cara peran serta masyarakat yang cukup berdampak bila diselenggarakan dengan baik. Penyelenggaraan konsultasi publik ini adalah tanggung jawab pemerintah dan dapat berupa diskusi, lokakarya, atau seminar. Dalam forum pertemuan atau konsultasi publik, pemerintah dapat menyampaikan rencana kerjanya dan masyarakat dapat pertimbangan ataupun keberatan mereka. Proses pelibatan masyarakat dapat dijalankan dalam bentuk yang beragam seperti mengadakan diskusi, seminar, lokakarya.

  Peran Serta Pihak Swasta

  Pihak swasta merupakan bagian dari masyarakat oleh karena itu pihak swasta juga mempunyai hak dan kewajiban dalam kegiatan penataan ruang mulai dari proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pihak swasta khususnya disini adalah para pengusaha (pengembang). Berkaitan dengan hal penataan ruang, selama ini pada umumnya para pengembang masih terbatas pada mengisi atau mengimplementasikan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pihak swasta dalam proses usaha pengembang akan selalu berkaitan dengan rencana tata ruang kota/wilayah, oleh karena itu pihak swasta juga diberi peran yang besar dalam penetapan tata ruang dimana peran dan keterlibatan dalam pembangunan kota/wilayah akan saling menguntungkan (mutual benefit). Mengingat peran pihak swasta (pengembang) sesungguhnya adalah pelaksana masterplan kota atau rencana tata ruang kota/wilayah yang telah ditetapkan, maka kepastian rencana tata ruang kota sangat penting bagi pengembang dalam mengisi tata ruang tersebut. Peran serta baik masyarakat, maupun swasta dalam penataan ruang perlu ditingkatkan, karena sampai saat ini masih sedikitnya masyarakat dan swasta yang mengetahui tata ruang. Miskinnya informasi dan kesadaran akan tata ruang diakibatkan minimnya informasi tata ruang yang disampaikan kepada pihak swasta maupun masyarakat

  Pembiayaan Pembangunan

  Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran rencana pengembangan kabupaten Manggarai Timur indikasi program pembiayaan pembangunan disusun berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan dan pembangunan kota baik secara sektoral maupun spatial.

  b. Mempertimbangkan Potensi dan kendala yang ada di Kota Borong agar tercapai efisiensi dan efektifitas dari adanya usaha-usaha pembangunan kota.

  c. Mempertimbangkan penangangan masalah yang mendesak dengan merumuskan skala prioritas pengembangan sektoral.

  VI

  13 d. Memadukan upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota di masa mendatang dengan kondisi fisik sarana dan prasarana yang telah ada dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.

  e. Optimalisasi kelembagaan pengelolaan kota dengan memperhitungkan intensitas dan extensitas pelayanan oleh pemerintah kota kepada masyarakat di masa sekarang dan di masa depan.

  f. Upaya peningkatan Sumber-sumber pembiayaan daerah dalam era otonomi daerah di masa depan.

  g. Kebutuhan dana pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

  1. Keterampilan aparat

  2. Pengendalian dan pengawasan operasional

  3. Pertanggungjawaban

  4. Perencanaan koordinasi

  Untuk merealisasikan kegiatan pembangunan di Kawasan Perkotaan Borong tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Biaya tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang pada umumnya didasarkan atas:

  1. Pemenuhan kebutuhan rutin pemerintah

  2. Usaha-usaha pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnnya

  3. Pemenuhan kebutuhan jangka pendek

  Selain pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, beberapa pembangunan fisik dilaksanakan dan dibiayai pula oleh masyarakat (swadaya murni). Pembangunan dengan sistem swadaya murni akan sangat membantu kegitan-kegiatan pembanguan kota disamping yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten. Sektor swasta dapat pula turut melaksanakan pembangunan melalui investasi pembangunan fisik prasarana atau perumahan. Hal ini akan membantu Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan kegiatan pembangunan tanpa memberatkan/menambah anggaran belanja Pemerintah Kabupaten. Kebutuhan pembiayaan pembangunan yang akan diperkirakan adalah pembiayaan baik yang ditangani Pemerintah Kabupaten, maupun oleh swasta atau, masyarakat. Pembiayaan pembangunan besarnya sangat tergantung pada ketersediaan dan jumlah proyek yang direncanakan. Jika dana pembangunan terbatas, maka prioritas utama adalah pembangunan sarana dan prasarana yang sifatnya mendesak.

  VI

  14

  VI

  d. Lain-lain pendapatan yang sah (Penjualan aset tetap daerah, jasa giro)

  a. Pinjaman Dalam Negeri

  4. Pinjaman Daerah, terdiri dari:

  e. Dana Alokasi Khusus

  d. Dana Alokasi Umum

  c. Sumberdaya Alam daerah

  b. BPHTB

  a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

  3. Dana Perimbangan, meliputi:

  c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (Laba, deviden, penjualan saham perusahaan daerah)

  15 Anggaran belanja sangat ditentukan oleh tersedianya anggaran pendapatan dan faktor-faktor eksternal.

  b. Hasil retribusi daerah

  a. Hasil pajak daerah

  2. Lain-lain pendapatan yang sah (Penjualan aset tetap daerah, jasa giro) Pendapatan Asli Daerah Sendiri, yang terdiri dari:

  

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (Laba, deviden, penjualan saham perusahaan daerah)

  b. Hasil retribusi daerah

  a. Hasil pajak daerah

  1. Pendapatan Asli Daerah Sendiri, yang terdiri dari :

  Daerah, disebutkan bahwa sumber-sumber/pendapatan daerah meliputi

  Beberapa faktor eksternal adalah fluktuasi ekonomi dalam dan luar negeri, perubahan kebijaksanaan pemerintah selama proses pembangunan dalam rangka penyesuaian dengan perubahan keadaan dan sebagainya. Sumber dana pembanguan di Kawasan Perkotaan Seba dapat berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar negeri dapat berupa bantuan atau penanaman modal asing (PMA), Sumber keuangan dari pemerintah berasal dari pemerintah atas (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi) dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur. Dana pernbangunan dari masyarakat berupa tabungan maupun swadaya murni masyarakat, sedangkan dari swasta dapat berupa. penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau tabungan perusahaan. Selain bantuan luar negeri, sumber-sumber lainnya dan mempunyai peranan dalam pembiayaan pembangunan di Kawasan Perkotaan Borong adalah sumber-sumber dana yang berasal dari sektor pajak, restribusi daerah dan penerimaan dari sumber dana lain dan menurut undang-undang menjadi hak pemerintah daerah untuk memungutnya. Dengan demikian maka pembiayaan bagi penyelenggaraan pemerintah ini diupayakan dari sumber-sumber di daerah itu sendiri melalui pembayaran kewajiban masyarakat dalam bentuk pajak daerah dan restribusi daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan

  b. Pinjaman Luar Negeri

  5. Lain-lain Penerimaan yang Sah, terdiri dari:

  a. Dana Hibah

  b. Dana Darurat

  c. Kerjasama Pemerintah dan Swasta

Tabel 6.3.

  

Hubungan Kerja Instansi Cipta Karya

Di Kabupaten Manggarai Timur

Peran Instansi dalam Pembangunan Unit/Bagian yang Menangani No. Instansi Bidang CK Pembangunan Bidang CK

  (1) (2) (3) (4) Pengkoordinasian kegiatan perencanaan pembangunan pengairan, perhubungan,

  1. Bappeda pariwisata, tata ruang dantata guna Bidang fisik Prasrana tanah, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.

  Satker Bangunan Permukiman Satker Penataan bangunan Lingkungan

2. Dinas PU

  Satker Penyehatan Lingkungan Permukiman Satker Air Minum Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program di bidang  Bidang Pengawasan dan Pengawasan dan Pengendalian Pengendalian Lingkungan Hidup

  3. BLHD Lingkungan Hidup dan bidang Penataan  Bidang Penataan Lingkungan dan Lingkungan dan Pengkajian Dampak

  Pengkajian Dampak Lingkungan Lingkungan

6.1.4. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Penyelenggaraan Urusan wajib Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Timur yang eksistensi kelembagaannya dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur. Sesuai peraturan daerah maka tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum yakni melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah bidang pekerjaan umum.

  Dalam rangka mewujudkan visi dan misi serta menjalankan tugas pokok dan fungsinya, komponen pendukung (Inputs) pada Dinas Pekerjaan Umum sebagai berikut :

  VI

  16

  VI

  Gol III : 16 orang Gol IV : 3 orang Pria : 12 orang Wanita : 9 orang

  staff itu sendiri; resistensi konseptual; dan juga mispersepesi tentang pembangunan kapasitas. Resistensi legal-prosedural, biasanya digunakan oleh pihak-pihak yang kurang atau tidak mendukung program pembangunan kapasitas ini dengan berbagai alasan. Walaupun barangkali penyebab utamanya adalah rendahnya motivasi mereka untuk berinovasi, berkompetisi serta tidak mau melakukan perubahan. Hal ini karena perubahan merupakan sesuatu yang dinamis dan jelas-jelas menolak faham dari kelompok statusquo. Resistensi dari pimpinan, khususnya supervisor ini mendasarkan diri pada argumen bahwa dengan pembangunan kapasitas, maka mau tidak mau kemampuan staff akan meningkat dan bisa saja mengancam kedudukan struktural mereka. Ini persepsi yang berlebihan tetapi bias dimaklumi karena aspek motivasi dan kebutuhan kekuasaan. Resistensi dari staf, yang bervariasi bisa kecil ataupun besar tergantung kultur dan suasana yang ada dalam lingkungan organisasi tertentu. Hambatan yang paling utama adalah bahwa pembangunan kapasitas merupakan sebuah bentuk inovasi atau perubahan sehingga mereka mesti melakukan perubahan atau usaha-usaha inovatif lainnya. Mungkin ada sebagian staff yang

  prosedural, resistensi dari pimpinan khususnya supervisor (pimpinan menengah dan bawah); resistensi dari

  Hambatan-hambatan dalam pembangunan kapasitas ini meliputi beberapa hal, antara lain resistensi legal-

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

  Jafung TPL : orang dst

  <SMA : orang SMA : orang D3 : orang S1 : orang S2/S3 : orang Jafung TBP : orang

  Jafung TBP : orang Jafung TPL : orang Dst BLHD Gol I/II : 2 orang

  17 Tabel 6.4.

  SMA : orang D3 : orang S1 : orang S2/S3 : orang

  Gol IV : orang Pria : orang Wanita : orang <SMA : orang

  Jafung TPL : orang Dst Bappeda Gol I/II : orang Gol III : orang

  <SMA : orang SMA : orang D3 : orang S1 : orang S2/S3 : orang Jafung TBP : orang

  Gol III : 6 orang Gol IV : orang Pria : 6 orang Wanita : 2 orang

  (1) (2) (3) (4) (5) Dinas PU Bidang Cipta Karya Gol I/II : 2 orang

  

Komposisi Pegawai Dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Di Kabupaten Manggarai Timur

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

6.1.5. Analisa Kelembagaan

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  kurang dinamis dan tidak positif menyambut perubahan sehingga berdampak negatif terhadap program pembangunan kapasitas tersebut. Resistensi konseptual terhadap konsep pembangunan kapasitas muncul karena program pembangunan kapasitas menimbulkan pekerjan dan beban yang harus ditanggung oleh semua elemen dalam organisasi tertentu. Mereka berpendapat bahwa dengan lebih aktif akan menambah beban kerja mereka, padahal beban kerja ini belum tentu berkolerasi dengan penambahan upah. Kemudian adanya mispersepsi bahwa kapasitas building akan menimbulkan self capacity building. Artinya kemampuan individu menjadi diagung- agungkan tanpa melihat aspek aspek lainnya. Padahal, koordinasi, kooperasi, kolaborasi, kerjasama dan berbagai elemen dalam organisasi tersebut sangat menentukan keberhasilan program pembangunan kapasitas sebuah organisasi. Inilah persepsi keliru yang sering terjadi dalam konteks keorganisasian dewasa ini. Dari uraian tadi, lalu implikasi nyata apakah yang diharapkan dari prakarsa capacity building bagi pemerintah daerah (Pemda) dalam menuju good governance tersebut?

  

Pertama, mempertegas Dasar Acuan kinerja Pemerintah Daerah. Sebagai organisasi pemerintah yang

  mengemban fungsi pelayanan public (public service) maka aparatur pemda diharapkan dapat merefleksikan visi, misi, dan tujuan sebagai dasar acuan sebuah organisasi publik. Ini perlu ditekankan lebih dahulu karena Pemda berbeda dengan organisasi swasta, yakni Pemda merupakan non profit

  

oriented organization meski sama-sama bersentuhan dengan kepentingan publik. Dalam hal inilah perlu

  lahirnya kepala daerah Bupati/Walikota, pegawai atau aparatur daerah yang tidak saja mampu memahami susunan pemerintahan daerah dan dasar tata kerjanya seperti Keppres, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah (Perda) dan sebagainya, tetapi juga mengetahui untuk apa organisasi pemda dibentuk, apa tujuannya dan bagaimana meningkatkan kenerjanya untuk kepentingan masyarakat luas di daerahnya.

  

Kedua, Peningkatan manajemen publik Pemda. Yakni meningkatnya penggunaan managerial skill dalam