Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM)

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  

3.1. ARAHAN PEM BANGUNAN BI DANG CI PT A KARYA dan ARAHAN PENAT AAN

RUANG

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. RPJM N 2015-2019 (Perpres No.2 T ahun 2015)

  Rencana Pembangunan Jangka M enengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 T ahun 2007. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU No. 17 T ahun 2007 tentang RPJP tadi, RPJMN 2015-2019, disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (NawaCita) Presiden/ Wakil Presiden, Joko Widodo dan M uhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan T eknokratik yang telah disusun Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJM N 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.

  Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju I ndonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CI T A, yaitu:

  1. M enghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  kepada seluruh warga negara.

  2. M embuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang 3. bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

  4. M embangun I ndonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  5. M emperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

  6. M eningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat I ndonesia.

  7. M eningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar I nternasional sehingga bangsa I ndonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  8. M ewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor- sektor strategis ekonomi domestik.

  9. M elakukan revolusi karakter bangsa.

  10. M emperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi social I ndonesia. Agenda pembangunan nasional disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita. Dalam lima tahun mendatang (2015-2019), arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah dengan mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KT I , yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa T enggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

  Untuk menghindari timbulnya kesenjangan baru antara wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses transportasi lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan infrastruktur dasar.

  I nfrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945

  Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2015-2019, yaitu :

  1. T ercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

  2. T ercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk I ndonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling

  environment ).

  3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui : i. fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM M BR di 5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-

  PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM M BR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui : ii. pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; iii. pembangunan SPAM berbasis masyarakat ntuk 9.665.920 SR; iv. pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM I KK untuk 9.991.200 SR dan SPAM I bukota

  Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; v. pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

  4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui i. pelaksanaan Rencana Pengamanan Air M inum (RPAM ) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/ kota; ii. optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/ kota; iii. penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/ orang/ hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.

  5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  i. penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/ kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air M inum (RI SPAM ), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; ii. peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/ kota; iii. fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/ kota.

  6. M eningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu i. untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/ kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan I nstalasi Pengolahan Lumpur T inja (I PLT ) di 409 kota/ kab; ii. untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan T PA sanitary landfill di 341 kota/ kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/ kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/ kab; iii. untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; iv. kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/ kab seluruh I ndonesia.

  7. M eningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui i. pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/ kota; ii. penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/ kota; dan iii. menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/ kota.

  

Dokumen RPJMN 2015-2019 juga memuat sasaran pembangunan perkotaan sebagai berikut:

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  

1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi

bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

  

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan

perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

  

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KT I

yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan;

  

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan

perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 (SE No.50/ SE/ Dc/ 2016)

  

Visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam

mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak

sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat

dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/ mutu,

administrasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.

Dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dikenal dengan “gerakan

100-0-100”, yang penekanannya pada cakupan layanan air minum layak 100%, penanganan

permukiman kumuh 0% dan cakupan layanan sanitasi layak 100%. Kondisi eksisting gerakan 100-0-100 I ndonesia dan sasarannya tersaji dalam gambar berikut :

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

Gambar 3.1 Sasaran Gerakan Nasional 100-0-100

  

Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, maka sasaran program Ditjen Cipta Karya adalah

sebagai berikut: a. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;

b. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak,

dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;

c. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  INDIKATOR KINE RJA SATUAN TARGE T 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat

  2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak Persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan

  72

  3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan

  2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/ perbatasan/pulau terluar)

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

  Membangun Sistem

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya Pendekatan Strategi Pelaksanaan

  85 92 100 100

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan

tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota

dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan

masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan

infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/ Kabupaten/ Kota. Dalam hal

fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah

Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas

dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan

adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan

masyarakat.

  64

  %

  Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100

  3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat Persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi

  2

  4

  6

  8

  %

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  

1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda

Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

  2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Fasilitasi Pemda Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan.

  1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui kegiatan Pemberdayaan Pamsimas, Snaimas, dan P2KP. Masyarakat

  2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

3.1.2. ARAHAN PENAT AAN RUANG

  Arahan penataan ruang yang ditindaklanjuti ke dalam RPI JM kabupaten/ kota adalah sebagai berikut:

  3.1.2.1. Arahan RT RWN Arahan RT RWN sesuai amanant PP No.26 tahun 2008 tentang PKN, PKW, PKSN dan KSN diuraikan sebagai berikut :

  • Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan W ilayah (PKW )

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 T ahun 2008 tentang Rencana T ata Ruang W ilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

  Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan eksport-import atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; kegiatan industri dan jasa serta simpul transportasi.

  Pusat Kegiatan W ilayah (PKW ) adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi

  sebagai simpul kedua yang mendukung PKN untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten, seperti kegiatan ekspor-impor, pusat kegiatan industri dan jasa, simpul transportasi. Adapun Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di wilayah Provinsi NT T berdasarkan PP Nomor 26 T ahun 2008 tentang RT RWN disajikan pada tabel dibawah ini.

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T Tabel 3.2.Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) PROVINSI PKN PKW

  Soe, Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur Kupang Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

  • Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 T ahun 2008 tentang Rencana T ata Ruang W ilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Wilayah Propinsi NT T berbat asan darat dan laut dengan negara T imor Leste dan negara Aust ralia. Karena it u maka provinsi NT T masuk dalam PKSN.

  Adapun Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di wilayah Provinsi NT T , tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi NTT PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NO

STATUS PROVINSI NASIONAL

  Pengem bangan At am bua (Ibukot a 1 / Peningkat an Fungsi Nusa Tenggara Tim ur Kab. Belu)

  (Tahap I) Kalabahi (Ibukot a Pengem bangan Nusa Tenggara Timur

  2 Kab. Alor) Baru (Tahap I) Kefam enanu Pengem bangan Nusa Tenggara Timur

  3 (Ibukot a Kab. Tim or Tengah Ut ara) Baru (Tahap I)

  • Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 T ahun 2008 tentang Rencana T ata Ruang W ilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/ atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

  Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  a. pertahanan dan keamanan

  b. pertumbuhan ekonomi

  c. sosial dan budaya

  d. pendayagunaan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi

  e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Adapun Kawasan Strategis Nasional (KSN) di wilayah Provinsi NT T , tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi NTT NO KAW ASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA / KABUPATEN STATUS HUKUM

  37 Kawasan Tam an Nasional Kom odo Lingkungan Hidup Kab. M anggarai Barat KawasanPengem bangan Ekonom i Terpadu M bay Ekonomi Kab. Ngada

  40 KawasanPerbat asan Darat RI dengan negara Tim or Lest e Pertahanan danKeam anan

  Kab. Kupang, Kab. Tim or Tengah Ut ara, Kab. Belu

  41 Kaw asan Perbat asan Laut RI t erm asuk 5 pulau kecil t erluar (Pulau Alor, Bat ek, Dana, Ndana, dan M angudu) dengan negara Tim or Lest e/ Aust ralia Pert ahanan dan

  Keam anan Kab. Kupang, Kab.

  Tim or Tengah Ut ara, Kab. Belu

  

3.1.2.2. RENCANA T AT A RUANG PERBAT ASAN NEGARA DI PROVI NSI NT T (Perpres

No. 179 T ahun 2014)

  Rencana T ata Ruang Kawasan Perbat asan Negara Di Provinsi Nusa T enggara T imur diat ur dalam Perat uran Presiden No 179 T ahun 2014. Rencana T ata Ruang Kawasan Perbatasan Negara berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana T ata Ruang W ilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perbatasan Negara. Kawasan Perbatasan Negara mencakup kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut. Kawasan perbatasan di darat berada di kecamatan pada sisi dalam

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  sepanjang batas wilayah Negara I ndonesia dengan Negara T imor L est e. Kawasan perbat asan di laut meliputi kawasan sisi dalam garis batas yurisdiksi, garis batas Laut T erit orial I ndonesia dalam hal tidak ada bat as yurisdiksi, dan atau Garis Batas Klaim M aksimum dalam hal garis batas negara belum disepakat i dengan Negara T imor L este dan Negara Aust ralia, hingga garis pantai termasuk gugus kepulauan, atau hingga perairan dengan jarak 24 mil laut dari garis pangkal kepulauan. Kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbat asan di laut sebagaimana dimaksud terdir i atas: a. 17(tujuh belas) kecamatan yang meliputi:Kecamatan Alor T imur, Kecamatan Alor

  T imur Laut , Kecamatan Pureman, Kecamat an Lembur, Alor T engah Utara, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan M ataru, Kecamatan Kabola, Kecamatan Alor Barat Laut , Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan T eluk M ut iara, Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Pantar Kecamatan Pantar T imur, Kecamatan Pantar T engah, Kecamatan Pantar Barat, dan Kecamatan Pantar Barat Laut di Kabupaten Alor;

  b. 11 (sebelas) kecamatan yang meliput i Kecamatan Kakuluk M esak, Kecamatan T asifet o T imur, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat , Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat ,Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan T asifet o Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Belu;

  c. 5 (lima) kecamatan yang meliputi Kecamat an Kobalima T imur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan M alaka T engah, Kecamatan M alaka Barat , dan Kecamatan W ewiku di Kabupat en M alaka;

  d. 10 (sepuluh) kecamatan yang meliputi Kecamat an Biboki Anleu, Kecamatan Biboki M oenleu, Kecamatan I nsana Utara, Kecamatan Naibenu, Kecamatan Bikomi Utara, Kecamatan Bikomi T engah, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan M iomaffo Barat, dan Kecamatan M utis di Kabupaten T imor T engah Utara;

  e. 6 (enam) kecamatan yang meliputi Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo,

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan di Kabupaten T imor T engah Selatan;

  f. 8 (delapan) kecamatan yang meliputi Kecamatan Amfoang T imur, Kecamatan Semau, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi T imur di Kabupaten Kupang;

  g. 10 (sepuluh) kecamatan yang meliputi Kecamatan LanduLeko, Kecamatan Rote T imur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rot e T engah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat, dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao;

  h. 6 (enam) kecamatan yang meliput i kecamatan Sabu T imur, Kecamatan Sabu T engah, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan L iae, Kecamatan Hawu M ehara, dan Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua; i. 8 (delapan) kecamatan yang meliput i Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan W ula

  W eijelu, Kecamatan Ngadu Ngala, Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan T abundung, Kecamatan Katala Hamulingu dan Kecamatan Lewa T idahu di Kabupaten Sumba T imur; j. 1 (satu) kecamatan yang meliputi Kecamatan Katikutana Selatan di Kabupaten Sumba

  T engah; k. 3 (tiga) kecamatan yang meliputi Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan

  Kecamatan Laboya Barat di Kabupaten Sumba Barat; 1. 3 (tiga) kecamatan yang meliputi Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar. dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya; m. Laut T eritorialI ndonesia di Selat Ombai, Laut T imor, dan Samudera Hindia; n. Zona Ekonomi Eksklusif I ndonesia di Selat Ombai, Laut T imor, dan Samudera

  Hindia; dan o Landas Kontinen I ndonesia di Laut T imor dan Samudera Hindia. Penataan Ruang Kawasan Perbatasan Negara bertujuan untuk mewujudkan:

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  a. kawasan berfungsi pertahanan dan keamanan negara yang menjamin keutuhan, kedaulautan, dan ketertiban W ilayah Negara yang berbatasan dengan Negara T imor Leste dan egara Australia;

  b. kawasan berfungsi lindung di Kawasan Perbatasan Negara yang lestari; c. Kawasan Budi Daya ekonomi perbatasan yang mandiri dan berdaya saing.

  Rencana Struktur Ruang Kawasan Perbatasan Negara

  Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara ditetapkan dengan tujuan meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta fungsi Kawasan Perbatasan Negara sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik I ndonesia (NKRI ). Rencana struktur ruang Kawasan Perbatasan Negara berfungsi sebagai penunjang dan penggerak kegiatan pertahanan dan keamanan negara untuk menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban serta sosial ekonomi M asyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.

  Rencana st ruktur ruang Kawasan Perbatasan Negara terdiri atas:

  a. rencana sistem pusat permukiman perbatasan negara; dan b. rencana sistem jaringan prasarana.

  Rencana sistim pusat perrmukiman perbatasan negara berfungsi sebagai pusat pelayanan terdiri atas: a. pusat pelayanan utama;

  b. pusat pelayanan penyangga;dan c. pusat pelayanan pintu gerbang. Pusat pelayanan utama PKSN ditetapkan di

  a. PKSN Kalabahi di Kabupaten Alor;

  b. PKSN Atambua di Kabupaten Belu; dan c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten T imor T engah Utara.

  Pusat pelayanan penyangga merupakan pusat kegiatan penyangga pintu gerbang dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara, keterkaitan antara pusat

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  pelayanan utama dan pusat pelayanan pintu gerbang, serta kemandirian pangan M asyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.

  Pusat pelayanan penyangga ditetapkan di:

  a. Haekesak di Kabupaten Belu; dan b. W emasa di Kabupaten M alaka.

  Pusat pelayanan pintu gerbang sebagaimana dimaksud merupakan pusat kegiatan terdepan dalam peningkatan pelayanan pertahanan dan keamanan negara serta kegiatan lintas batas di Kawasan Perbatasan Negara. Pusat pelayanan pintu gerbang ditetapkan di:

  a. M aritaing di Kecamatan Alor T imur pada Kabupaten Alor;

  b. M otaain di Kecamatan T asifeto T imur pada Kabupaten Belu;

  c. T uriskain di Kecamatan Raihat pada Kabupaten Belu;

  d. M otamasin di Kecamatan Kobalima T imur pada Kabupaten M alaka;

  e. Wini diKecamatan I nsana Utara pada Kabupaten T imor T engah Utara;

  f. Napan di Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten T imor T engah Utara;

  g. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulilat pada Kabupaten T imor T engah Utara; dan h. Oepoli di Kecamatan Amfoang T imur pada Kabupaten Kupang. Pusat pelayanan pintu gerbang sebagaimana dimaksud memiliki fungsi sebagai:

  Sistem J aringan Prasarana Permukiman

  Sist em jaringan prasarana permukiman dalam rangka meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan perkotaan dikembangkan secara t erint egrasi dan disesuaikan dengan kebut uhan unt uk mendukung pert umbuhan ekonomi Kawasan Perbatasan Negara. Sist em jaringan prasarana permukiman t erdiri atas:

  a. Sist em Penyediaan Air M inum (SPAM );

  b. sistem jaringan drainase;

  c. sistem jaringan air imbah; dan d. sistem pengelolaan sampah. SPAM terdiri atas:

  a. SPAM jaringan perpipaan; dan b. SPAM bukan jaringan perpipaan.

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  SPAM jaringan perpipaan terdiri atas unit air baku, unit produksi, dan unit dengan kapasitas produksi sesuai dengan kebut uhan dan perkembangan Kawasan Perbatasan Negara. SPAM jaringan perpipaan terrdiri atas:

  a. unit air baku yang bersumber dari bangunan pengolahan air minum (BPAM ) di mata air, sungai, danau, dan embung; b. unit produksi air minum meliput i I nstalasi Pengolahan Air minum (I PA) ditetapkan unt uk melayani PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN Atambua, W emasa,

  Haekesak, M aritaing, M otaain, T uriskain, M otamasin, W ini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli; dan c. Unit distribusi air minum dit etapkan unt uk melayani PKSN Kalabahi, PKSN

  Kefamenanu, PKSN Atambua, W emasa, Haekesak, M aritaing, M otaain, T uriskain, M otamasin, W ini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli. SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air pada kawasan yang tidak at au belum terjangkau SPAM yang ditetapkan sesuai dengan ket ent uan peraturan perundang-undangan. SPAM ukan jaringangan perpipaan yang melayani kawasan yang tidak/ belum terjangkau SPAM termasuk PPKT berpenghuni dan pos pengamanan perbatasan di: a. Kecamatan Alor T imur, Kecamatan Alor T imur Laut, Kecamatan

  Pureman,Kecamatan Lembur, Kecamatan A l or T engah Utara, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan M ataru, Kecamatan Kabola, Kecamatan Alor Barat Laut , Kecamatan Alar Barat Daya, Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar T imur, Kecamatan Pantar T engah, Kecamatan Pantar Barat, dan Kecamatan Pantar Barat Laut pada Kabupaten Alor;

  b. Kecamatan Kakuluk M esak, Kecamatan T asifet o T imur, Kecamatan At ambua Barat , Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Lasiolat , Kecamatan Raihat , Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamat an T asifet o Barat, dan Kecamatan Nanaet Duabesi pada Kabupaten Belu; c. Kecamatan Kobalima T imur, Kecamatan Kobalima, Kecamatan M alaka T engah,

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  Kecamatan M alaka Barat, dan Kecamatan W ewiku pada Kabupat en M alaka;

  d. Kecamatan Biboki Anleu, Kecamatan Biboki M oenleu, Kecamatan I nsana Utara, Kecamatan Naibenu, Kecamatan Bikomi Ut ara, Kecamatan Bikomi T engah, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kecamatan M iomaffo Barat , dan Kecamatan M utis pada Kabupat en T imor T engah Ut ara;

  e. Kecamatan Boking, Kecamatan Nunkolo, Kecamatan Kot'olin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Kualin, dan Kecamatan Amanuban Selatan pada Kabupaten T imor T engah Selat an;

  f. Kecamatan Amfoang T imur, Kecamatan Semau, Kecamatan Semau Selatan, Kecamatan Kupang Barat , Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi T imur pada Kabupaten Kupang;

  g. Kecamatan Landu L eko, Kecamatan Rote T imur, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote T engah, Kecamatan Rote Selat an, Kecamatan L obalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya t ermasuk Pulau Ndana, Kecamatan Rote Barat , dan Kecamatan Ndao Nuse pada Kabupat en Rote Ndao;

  h. Kecamatan Sabu T imur, Kecamatan Sabu T engah, Kecamatan Sabu Barat , Kecamatan L iae, Kecamat an Hawu M ehara, dan Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Raijua; i. Kecamatan Pahunga L odu, Kecamatan W ula W eijelu, Kecamatan Ngadu Ngala,

  Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan T abundung, Kecamatan Katala Hamulingu, dan Kecamatan Lewa T idahu pada Kabupaten Sumba T imur; j. Kecamatan Katikutana Selatan pada Kabupat en Sumba T engah; k. Kecamatan W anukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat pada

  Kabupat en Sumba Barat ; dan l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar, dan kecamat an Kodi pada Kabupat en Sumba Barat Daya.

  Penyediaan air minum unt uk kawasan t ert inggal dan terisolasi, termasuk PPKT berpenghuni yang tidak terdapat sumber air baku atau merupakan lokasi dengan sumber air baku sulit dapat diupayakan melalui rekayasa pengolahan air baku. Pengelolaan SPAM dilaksanakan sesuai dengan ketent uan perat uran perundang-undangan. Sist em jaringan drainase dit etapkan dalam rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir,t erutama di kawasan perunt ukan permukiman. Sist em

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  jaringan drainase sebagaimana dimaksud berada di PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN Atambua, W emasa, Haekesak, M aritaing, M otaain, T uriskain, M otamasin, W ini, Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli.

  Sist em jaringan drainase dilaksanakan secara terpadu dengan sist em pengendalian banjir. Sistem jaringan air limbah t erdiri atas: a. sistem pembuangan air limbah setempat; b. sistem pembuangan air limbah terpusat . Sist em pembuangan air limbah set empat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pernbuangan air limbah set empat serta dikembangkan pada kawasan yang belum m em i l i k i sistem pebuangan air limbah terpusat . Sist em pembuangan limbah t erpusat dilakukan secara kolektif rnelalui jaringan pengumpulan air limbah, pengolahan, serta pernbuangan air limbah secara t erpusat . Sist em pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud mencakup I nstalasi Pengolahan Air Limbah (I PAL) beserta jaringan air limbah. Sistem pembuangan air limbah t erpusat dilaksanakan dengan memperhat ikan aspek teknis, lingkungan, dan sosial-budaya M asyarakat seternpat, serta dilengkapi dengan zona penyangga.

  Sist em pernbuangan air limbah terpusat ditetapkan di PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, PKSN Atarnbua, W emasa, Haekesak, M aritaing, M otaain, T uriskain, M otarnasin, W ini, Napan, Haurneni Ana, dan Oepoli. Sist em pernbuangan air limbah terpusat diat ur sesuai dengan ket ent uan peraturan perundang- undangan.

  Sist em pengelolaan sampah t erdiri atas:

  a. T empat Penampungan Sementara (T PS);

  b. T empat Pengolahan Sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (T PS 3R);

  c. T empat Pengolahan Sampah T erpadu (T PST );dan d. T empat Pemrosesan Akhir (T PA).

  Lokasi T PS, T PS 3R, dan T PST ditetapkan dengan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah. Lokasi T PA d i KawasanPerbatasan Negara ditetapkan di:

  a. Kecamatan T asifeto Barat dan Kecamatan Kakuluk M esak diKabupaten Belu;

  b. Kecamatan M alaka T engah pada Kabupaten M alaka;

  c. Kecamatan Lobalain pada Kabupaten Rote Ndao; dan

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

3.1.2.3. Rencana T ata Ruang W ilayah (RT RW ) Provinsi

3.1.2.3.1. Arahan pengembangan pola ruang mencakup: pengembangan kawasan lindung dan budidaya, yang terkait bidang Cipta Karya.

A. Kawasan Lindung

  kawasan lindung lainnya.

  c. Kawasan Resapan M utis di Kabupaten T imor T engah Selatan; dan

  b. Kawasan Resapan Air Baumata di Kabupaten Kupang;

  a. Kawasan Resapan Air Fatukoa Naioni di Kota Kupang;

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari kawasan resapan air dan kawasan bergambut. Kawasan perlindungan bawahannya yang terdapat di NT T adalah kawasan resapan air yang meliputi :

  f. kawasan lindung geologi; dan g.

  d. Kecamatan Sabu T engah pada Kabupaten Sabu Raijua.

  e. kawasan rawan bencana;

  kawasan perlindungan setempat; d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

  b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; c.

  a. kawasan hutan lindung;

  Luas perairan Provinsi NT T adalah sekitar 19.148.400 Ha. Luasan ini mencakup pemanfaatan Lindung di wilayah Laut Provinsi NT T . Kawasan lindung terdiri atas :

  Kawasan Lindung ditetapkan berdasarkan kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Provinsi NT T . Rencana kawasan Lindung Provinsi NT T adalah minimal 29,03% dari total luas wilayah Provinsi NT T adalah sekitar 1,348,760.25 Ha dimana luas lahan total adalah 3,297,598.85 Ha.

  Rencana T ata Ruang W ilayah (RT RW ) Provinsi NT T ditetapkan melalui Peraturan Daerah No. 1 T ahun 2011. Adapun arahan RT RW Propinsi meliput i pengembangan pola ruang, st rukt ur ruang dan St rat egi operasionalisasi pola ruang dan st rukt ur ruang yang diuraikan sebagai berikut :

i) Kawasan Yang M emberikan Perlindungan T erhadap Kawasan Bawahannya

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  d. Kawasan Resapan Air Wolomera di Kabupaten M anggarai T imur. Arahan pemanfaatan ruang di Kawasan tersebut di Provinsi NT T adalah :

  a. ketersediaan vegetasi hijau sebagai perlindungan kawasan ((Green Belt) dan mempertahankan ekosistem kawasan sehingga ekosistem tersebut tetap lestari dan berkelanjutan.

  b. rehabilitasi kawasan berupa sarana dan prasarana perlindungan kawasan dari ancaman bencana longsor, gempa bumi dan bencana alam lainnya, seperti penyediaan sumur resapan dan/ atau waduk pada lahan terbangun sebagai sarana prasarana penunjang fungsi kegiatan.

  c. penerapan prinsip ”zero delta Q policy” terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya.

  d. pengawasan dan pengendalian pada kawasan resapan air dilakukan dengan cara pemerintah memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadap pengawasan dan pengendalian kawasan konservasi dan resapan air pada pemerintahan daerah kabupaten, pada wilayah terkait.

ii) Kawasan Perlindungan Setempat

  Kawasan Perlindungan setempat meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal. Adapun Kawasan Perlindungan setempat yang terdapat di Propinsi NT T , meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar atau waduk dan kawasan sempadan jurang.

  a. Kawasan sempadan pantai; Kawasan sempadan pantai yang terdapat di NT T memiliki luas total kurang lebih 56.274 Ha, meliputi :

  1. Kawasan sempadan pantai yang berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat yaitu di sepanjang pantai Provinsi Nusa T enggara T imur;

  2. Kawasan sempadan pantai rawan gelombang pasang dan tsunami yang berjarak lebih dari 100 meter disesuaikan dengan karakter pantai, terdapat di M aumere di Kabupaten Sikka, Daerah Atapupu/ pantai utara Belu, pantai selatan Pulau

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

  Sumba, pantai utara Ende, pantai utara Flores T imur, pantai selatan Lembata, dan pantai selatan Pulau T imor.

  b. Kawasan sempadan sungai; Kawasan sempadan sungai yang terdapat di NT T memiliki luas total kurang lebih 181.837 Ha, meliputi :

  1. Kawasan sempadan sungai di kawasan non permukiman berjarak sekurang- kurangnya 100 m dari kiri dan kanan untuk aliran sungai utama dan sekurang- kurangnya 50 meter dari kiri dan kanan untuk anak sungai.

  2. Kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman berjarak sekurang- kurangnya 10 meter.

  c. Kawasan sekitar danau atau waduk Kawasan sekitar danau atau waduk memiliki luas total kurang lebih 28.944 Ha, berjarak 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

  Adapun arahan Kawasan Perlindungan Setempat Provinsi NT T disajikan pada tabel berikut :

  

T abel 3.5. Arahan Kawasan Perlindungan Setempat Provinsi NT T

NO JENIS ARAHAN

  1 Kawasan Sempadan Pantai o PP No 29 tahun 1986 mengenai Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat o Pantai rawan gelombang pasang dan tsunami sempadan > 100m o Penetapan sempadan pantai rawan bencana memperhatikan karakter pantai (topografi, tipe,bentuk pantai, dsb) o Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt). Pelindung dari abrasi dan gelombang pasang/ tsunami

  2 Kawasan Sempadan Sungai o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan bukan permukiman sekurang - kurangnya 100 meter dan anak sungai sekurang - kurangnya 50 meter (Permen PU No. 63 Tahun 1993) o Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter

  3 Sempadan Jurang o Ketersedian sarana prasarana perlindungan sekitar kawasan berupa rambu-rambu, guide real, lampu penerangan o Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt). Pelindung disempadan dan lereng jurang sebagai antisipasi resiko longsor yang mungkin dapat terjadi

  4 Kawasan Sekitar Danau & Waduk o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/danau ditetapkan yang lebarnya antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat o

Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Danau dan Waduk

o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan o Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budidaya lainnya di sekitar lokasi waduk /danau yang mempertimbangkan konservasi waduk/danau

  5 Kawasan Sekitar Mata Air o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah o Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Mata Air

  6 Kawasan Lindung Spiritual o

Berdasarkan kebutuhan perlindungan terutama saat kegiatan berlangsung

o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

  7 Kawasan Kearifan Lokal o Berdasarkan kebutuhan perlindungan kawasan

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

NO JENIS ARAHAN

  o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

  Sumber: R TRWP 2010 iii)

  Kawasan Rawan Bencana Alam

  Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di propinsi NT T , meliputi kawasan rawan tanah longsor dan gerakan tanah dan kawasan rawan banjir.

  a. Kawasan rawan longsor Kawasan rawan longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan longsor dan gerakan tanah terdapat di Kabupaten Kupang, Kabupaten T imor T engah Selatan, Kabupaten T imor T engah Utara, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, Kabupaten Flores T imur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten M anggarai T imur, Kabupaten M anggarai, Kabupaten M anggarai Barat.

  b. Kawasan rawan banjir Kawasan rawan bajir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasi sering dan/ atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Kawasan ini terdapat di T akari dan Noelmina di Kabupaten Kupang, dan Benanain di Kabupaten Belu, Dataran Bena dan Naemeto di Kabupaten T imor T engah Selatan, Ndona di Kabupaten Ende.

  Adapun pembagian wilayah berdasarkan jenis bencana di Provinsi NT T adalah sebagai berikut:

  T abel 3.6. Kawasan Rawan Bencana Alam Provinsi NT T NO JENIS KAWASAN

   Lereng Gunung Ile Mandiri-Larantuka Kawasan Rawan Bencana Longsor  Kawasan Ikan Poti-Kab Kupang

  1  Kawasan Buka Piting-Alor  Kawasan Perbatasan Ende dan Sikka Kawasan Rawan Bencana Banjir  Rawan Banjir Kota Larantuka

  2  Rawan Banjir Kota Kupang Kawasan Rawan Bencana Gempa &  Provinsi NTT

  3 Gerakan Tanah Kawasan Rawan Bencana  Rawan Tsunami Laut Flores

  4 Gelombang Pasang & Tsunami  Rawan Tsunami Pantai Selatan Provinsi NTT

  B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . AL OR - P R OVIN S I N T T

NO JENIS KAWASAN

   Rawan Tsunami Laut Timor

  5 Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi

   Rawan Gunung Berapi Egon-Sikka  Rawan Gunung Berapi Ile Ape-Lembata  Rawan Gunung Berapi Lewo Tobi-Flores Timur  Rawan Gunung Berapi Ile Rie-Ngadakeo

  Sumber: RTRWP 2010

  Berdasarkan identifikasi ini adapun arahan pemanfaatan kawasan Rawan Bencana Alam di Provinsi NT T adalah sebagai berikut:

  

T abel 3.7. Arahan Kawasan Rawan Bencana Alam Provinsi NT T

NO JENIS ARAHAN

  1 Kawasan Rawan Bencana Longsor o Pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana longsor o Pemeliharaan vegetasi di bagian gunung yang memiliki tingkat ketinggian >2000 m dpl dan memiliki kelerengan >30%. o Penanaman vegetasi seperti pepohonan untuk mengendalikan kecepatan aliran air dan erosi tanah pada sempadan sungai o Prioritas kegiatan penanaman vegetasi yang berfungsi untuk perlindungan kawasan tanah longsor. o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman o Penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

  2 Kawasan Rawan Bencana Banjir o Pembebasan kawasan terbangun pada kawasan rawan banjir sebagai kawasan hijau o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana o Pengaturan intensitas, bentuk bangunan yang terkait zona kerentanan o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman o Penetapan pemberdayaan / swadaya masyarakat dalam antisipasi banjir di lingkungan permukiman o Penyediaan sstem peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana