LAPORAN AKHIR Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah ( 2017 – 2021 ) Kabupaten Manggarai

  2 .1 . WI LAY AH ADM I N SI T RASI

  11

  P rof il K abupaten M anggarai

  16 K

  7. Rahong Utara Purang 121,95 12 -

  12

  6. Lelak Rejeng 63,47 10 -

  17

  5. Wae Rii Timung 129,92 17 -

  19

  1

  18

  4. Ruteng Cancar 123,26

  11

  abupaten Manggarai, secara geografis terletak antara, Utara : 8º LU - 8º.30 LS dan 119,30º - 12,30º BT, dengan batas- batas wilayah sebagai berikut:

  3. Langke Rembong Ruteng 60,64 -

  23

  2. Satar Mese Barat Narang 278,79 23 -

  23

  1. Satar Mese Iteng 298,41 23 -

  Kelurahan Jumlah

  No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km 2 ) Desa

Tabel 2.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Desa Di setiap Kecamatan di Kabupaten Manggarai

  Luas wilayah Kabupaten Manggarai adalah 1 669,42 Km² yang terdiri dari daratan Pulau Flores dan pulau kecil yaitu Pulau Mules. Secara administratif terbagi menjadi 9 Kecamatan, 132 Desa dan 17 Kelurahan, dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Manggarai di Kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong. Secara jelasnya rincian masing- masing kecamatan dengan luasnya dapat dilihat pada Tabel.

  Sebelah Utara : Laut Flores; Sebelah Timur : Kabupaten Manggarai Timur; dan Sebelah Selatan : Laut Sawu.

  Sebelah Barat : Kabupaten Manggarai Barat;

  2 BAB No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km 2 ) Desa

  Kelurahan Jumlah

  8. Cibal Pagal 243,89

  16

  1

  17

  9 Cibal Barat Golo Woi 10 -

  10

  9. Reok Reo 595,39

  6

  4

  10

  10 Reok Barat Sambi 10 -

  10 Jumlah 1.915,62 145

  17 162

  Peta 2.1 Peta Orientasi Kab. Manggarai

  II-3

  Peta 2.2 Peta Administrasi Kab. Manggarai

  II-4

2.2. POTENSI W ILAYAH KABUPATEN M ANGGARAI

  2.2.1. EKONOM I Pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Manggarai, mencapai Rp 3.347.462.900,- nilai ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp 3.000.880.500,- atau sebesar 10,35%.

  Berdasarkan Data APBD Kabupaten Manggarai Tahun 2015 menunjukan bahwa pendapatan tahun 2015 sebesar Rp 968.092.382.630,- dari pendapatan tersebut yang digunakan untuk belanja atau pengeluaran sebesar Rp 477.766.156.720- .

  Grafik 2.2 Kondisi PDRB Kabupaten Manggarai Tahun 2015 Pert anian

  3.81% Pert ambangan Indust ri

  24.03% List rik, Gas dan Air M inum

  38.83% Bangunan/ Konst ruksi

  3.73% Perdagangan

  0.37% 16.44% Pengangkut an

  0.16% Keuangan, Persew aan dan

  9.23% Jasa Perusahaan Jasa-jasa

  3.39% Sumber : Kabupat en M anggarai Dalam Angka 2016

  2.2.2 PARIW ISATA Sektor Pariwisata di Kabupaten Manggarai terdapat beberapa lokasi wisata yang menjadi tujuan wisata bagi para pengunjung yang datang ke Kabupaten ini diantaranya : Obyek Wisata Kampung

  Todo, Kampung WaeRebo, Kampung Liang Buadi,Kampung Ruteng,Kampung Melerdi,Danau Ranamese dan Gunung Ranaka .

  Sekt or pariwisat a Kabupat en M anggarai pada t ahun 2014 m enyediakan t em pat penginapan sebanyak 14 Unit t erdapat di dua kecamat an langke Rebong dan Kecamat an Reok dengan jumlah kam ar sebanyak 249 dan jumlah t em pat t idur sebanyak 592.

2.2.3. Industri

  Perkembangan banyaknya perusahaan/usaha dan jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan di Kabupaten Manggarai selama kurun waktu 2012-2014. Baik jumlah usaha maupun jumlah tenaga kerja untuk jenis industri sedang tidak mengalami perubahan Industri kecil dan kerajinan rumahtangga lebih dominan dalam menggerakan ekonomi untuk sektor ini.Pada tahun 2014, jumlah perusahaan industri di Kabupaten Manggarai mengalami peningkatan di industri kecil dan rumah tangga. Sedangkan industri sedang tetap berjumlah 2 industri sejak tahun 2012.Ditinjau dari jenis industrinya, industri yang paling banyak di Kabupaten Manggarai tahun 2014 adalah industri aneka sebesar 59,85 persen. Diikuti dengan industri hasil pertanian dan kehutanan sebesar 24,66 persen Sektor Industri di Kabupaten Manggarai memiliki perusahaan/sector industry pengolahan menurut golongan Industri yang terdiri dari :

  1. Unit Usaha terdiri dari :  Industri Aneka = 1345 Industri  Industri kimia = 158 Industr  Industri Logam,mesin da elektronika = 210 Industri  Industri hasil pertanian dan kehutanan = 602

  2. Tenaga Kerja / Man Power :  Industri Aneka = 1768 Industri  Industri kimia = 452 Industr  Industri Logam,mesin da elektronika = 604 Industri

   Industri hasil pertanian dan kehutanan = 1252

2.3. DEM OGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1. Jumlah dan Sebaran Penduduk

  Jumlah penduduk Kabupaten Manggarai tahun 2015 sebanyak 337.286 jiwa, menyebar dalam 12 Kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Ruteng.

  

Tabel 2.3.

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2015 dirinci menurut Kecamatan

  JUM LAH LUAS JUM LAH KEPADATAN RUM AH NO KECAM ATAN W ILAYAH % PENDUDUK % PENDUDUK 2 2 TANGGA (KM ) (JIW A) (JIW A/ KM ) M ISKIN

  1 Sat ar M ese 572,04 34,27 36.612 10,85 64,00 4.400 Sat ar M ese * 36.304 * 10,76 4.465 *

  2 Barat

  3 Sat ar M ese * * * * * * Ut ara

  4 Langke 60,54 3,63 71.417 21,17 1.179,67 2.429 Rembong

  5 Rut eng 176,61 10,58 45.589 13,52 258,13 4.953

  6 Wae Rii 76,55 4,59 30.029 8,90 392,28 4.083

  7 Lelak * * * 13.505 4,00 1.743

  8 Rahong Ut ara 24.985 7,41 3.676 * * *

  9 Cibal 188,27 11,28 27.360 8,11 145,32 4.131

  10 Cibal Barat 15.580 4,62 2.403 * * *

  11 Reok 595,41 35,67 20.964 6,22 35,21 2.050

  12 Reok Barat 14.941 4,43 2.357 * * * TOTAL 1.669,42 100,00 337.286 100 202,04 15.938

  2.3.2. Penduduk M iskin Data statistik Kabupaten Manggarai menunjukan bahwa sampai dengan tahun 2015 prosentase jumlah penduduk/KK Miskin sebanyak 42.845 kk. Kecamatan yang tingkat kemiskinannya paling besar untuk lingkup

  . kabupaten Manggarai pada tahun 2015 berada di Kecamatan Cibal, Ruteng, dan Reok

  2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Penduduk Ekist ing Kabupat en M anggarai Tahun 2015 berjum lah 319.607 jiw a dan diproyeksikan hingga t ahun 2020 m enjadi 342.908 jiw a, dengan rat a-rat a pert um buhan 1,78%/ t ahun.

Tabel 2.4 Grafik Piramida Distribusi

  75+ 70-74

  PEREMPUAN LAKI-LAKI

  65-69 60-64 55-59 50-54 45-59 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4

  15

  10 5 -5 -10 -15

  Kabupat en M anggarai Dalam Angka 2016

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOM I DAN LINGKUNGAN

2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (kabupaten) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah)pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDRB digunakan 2 pendekatan, yaitu produksi dan penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi lapangan usaha merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh lapangan usaha atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang enggunaan dari nilai tambah tersebu. Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manggarai engalami perlambatan di tahun 2014 tetapi di tahun 2013 mengalami peningkatan.Selama sepuluh tahun terakhir,banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional maupun regional. Sejak tahun 2014 telah terjadi perubahan tahun dasar dalam penghitungan PDRB dari tahun dasar 2000 ke tahun dasar 2010. Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (2000=100) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (2010=100) menggunakan KBLI 2009 Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi PDRB dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini .

Tabel 2.5. PDRB & Distribusi Persentase PDRB Kab. M anggarai

  Sumber : Kabupat en M anggarai dalam Angka 2016 Harga Konstan menurut lapangan usaha tahun 2012 – 2014 seperti pada table di atas penyumbang PDRB tersebesar adalah bidang pertanian secara 3 (tiga) tahun berurut – turut jika disbanding dengan

  . sector lainnya

2.4.2. Pertumbuhan Ekonomi

  Pert um buhan ekonom i Kabupat en M anggarai t ahun dapat dilihat sepert i grafik di baw ah ini : Gambar 2.3.

  Pertumbuhan Ekonomi 2012-2014

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

  07

  

8 Cibal - - 6.482 12.345 18.827

  

7 Rahong Utara * * * * *

  

6 Lelak * * * * *

  5 Wae Rii 86 283 4.238 3.048 7.655

  

4 Ruteng - 2.377 9.366 5.918 17.661

  

3 Langke Rembong - 3.006 1.523 1.525 6.054

  

2 Satar Mese Barat * * * * *

  

1 Satar Mese 4.114 11.899 23.255 17.936 57.204

  

Kabupaten Manggarai dilihat dari topografinya merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi oleh bentuk permukaan

daratan yang bergelombang › 40% (pegunungan) yaitu sebesar 38,36 % . Sedangkan 6,23% merupakan dataran rendah

(8-15%).

Tabel 2.6 Luas Wilayah dan Persentase Menurut Tingkat Kemiringan Tanah per Kecamatan di Kabupaten Manggarai

  05

  04

  03

  02

  01

  > 40 (%) Luas (Ha)

  2-15 (%) 15-40 (%)

  No Kecamatan Luas Lahan Menurut Kelerengan (Ha) Jumlah 0-2 (%)

  06

9 Reok 1.421 1.167 8.122 48.831 59.541

  Manggarai 5 621 18 732 52 986 89 603 166942 Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka 2016

  Peta 2.3 Peta Topografi Kabupaten Manggarai

IV -12

  Peta 2.4 Peta Ketinggian Kab. Manggarai

IV -13

  2. 5 Gambaran Geohidrologi Keadaan hidrologis di Kabupaten Manggarai terdiri atas sumber-sumber air yang berasal dari air tanah, air

permukaan dan curah hujan. Sebagai daerah yang mempunyai permukaan bergunung-gunung, air tanah pada

umummya di dapatkan dari mata air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenis flora

dari tumbuhan pepohonan yang cukup rapat. Beberapa sungai besar yang keberadaan airnya mengalir sepanjang tahun

diantaranya sungai Wae Pesi, Wae Neuring, Wae Renca yang mengalir dan bermuara ke pantai Utara (kecamatan

Reok), dan sungai Wae Naong, Wae Reno yang mengalir ke arah selatan dan bermuara ke pantai Selatan (kecamatan

Satar Mese).

  Sumber air tanah dan air permukaan (sungai) yang cukup penting keberadaannya di wilayah kabupaten

Manggarai ini adalah dengan adanya gunung Golo Lusang, Poco Ranaka dan gunung-gunung lainnya, dimana

keberadaan beberapa sungai tersebut berasal dari mata air pada gunung tersebut.

Tabel 2.7 Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Manggarai

  Nama DAS Luas (Ha) Nama DAS Luas (Ha) Aweng 1931,96 Nangakalo Rombok 1150,25 Bacal 1843,94 Nggilat 8588,58 Belang 503,32 Nurur 1049,56 Berang 722,68 P. Mules 1817,21 Buntar 3213,31 Pogo 1537,89 Care 1091,01 Reo Wae Pesi 61148,38 Kedindi 1306,57 Robek 2899,96 Koe Iteng 7104,48 Tembang 344,25 Laja 1470,89 Tilir Nangapaang 1566,36 Laru 1109,81 Torong Besi 1732,02 Mese 25295,63 Wuang 1081,12 Nanas 1534,5 Rokot Kenjoro 1858,43 Jamal 4081,81 Nawu 183,21

  Sumber : RTRW Kabupaten Manggarai

  Peta 2.5 Peta Hidrologi Kabupaten Manggarai

IV -15

  2.5 Gambaran Geologi Jenis tanah di wilayah kabupaten Manggarai pada umumnya terdiri dari jenis tanah AIluvial, Mediteran, Litosol, dan Latosol, sebagaimana disajikan pada tabel dan secara jelasnya dapat dilihat pada Peta.

  7 Rahong Utara * * * * * * *

  Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka 2016

  Jmlh Total 60984 36,53 52601 31,51 53357 31,96 166.942

  11 Reok Barat * * * * * * *

  10 Reok 7 140 4,28 52 401 31,39 - 0,00 59 541

  9 Cibal Barat * * * * * * *

  8 Cibal 14 420 8,64 200 0,12 4 207 2,52 18 827

  6 Lelak * * * * * * *

Tabel 2.8 Luas Wilayah dan Persentase menurut Jenis Tekstur Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Manggarai

  5 Wae Rii - - - - 7 655 4,59 7 655

  4 Ruteng 1 020 0,61 - - 16 641 9,97 17 661

  3 Langke Rembong - - - - 6 054 3,63 6 054

  2 Satar Mese Barat * * * * * * *

  1 Satar Mese 38 404 23,00 - - 18 800 11,26 57 204

  No. Kecamatan Jenis Tanah (Ha) Jmlh Total (Ha) Mediteran (Ha) % Litosol (Ha) % Latosol (Ha) %

  

Berdasarkan kondisi geologi, dan kondisi fisik permukaan Kabupaten Manggarai yang merupakan wilayah

pegunungan dan perbukitan, maka secara umum wilayah Kabupaten Manggarai termasuk kawasan rawan

bencana, terutama bencana gempa bumi dan longsor. Hasil analisis fisik wilayah Kabupaten Manggarai seperti

telah dikemukakan sebelumnya teridentifikasi beberapa lokasi rawan bencana, terutama tanah longsor. Adapun

kawasan rawan bencana meliputi :

(1) Kawasan rawan tanah longsor tersebar di semua Kecamatan, ini karena kondisi kemiringan lahan yang

terjal pada tiap kecamatan.

(2) Kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Reok, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan

Satarmese Barat.

(3) Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Ruteng, Kecamatan Reok, Kecamatan Lelak, Kecamatan

Rahong Utara, Kecamatan Wae Ri’i, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan Satarmese Barat

  Peta 2.6 Peta Rawan Bencana Kab. Manggarai

IV -17

  . 5 Gambaran Klimatologi

  78 81 000/8 340/12 893,5 894,2

  88 88 000/40 000/10 891,0 892,5 Rata-rata

  12 Desember

  85 92 000/11 000/12 892,9 893,7

  11 November

  85 81 000/8 020/12 897,0 894,6

  10 Oktober

  81 69 350/11 340/12 894,6 894,9

  9 September

  76 73 090/11 340/10 894,2 894,9

  8 Agustus

  80 80 090/10 350/9 893,8 893,6

  7 Juli

  6 Juni

  Kabupaten Manggarai termasuk daerah yang beriklim tropis terdiri dari 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata-rata berkisar antara 15,00º C hingga 24,70º C, dengan rata-rata 19,70º C. dan tingkat kelembaban rata-rata 85 %. Menurut L.R. Oldeman, yang membagi wilayah dalam zona-zona agroclimatic, yaitu berdasarkan kriteria bulan basah (lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan kering (kurang dari 100 mm/bulan) menunjukkan bahwa Kabupaten Manggarai cenderung termasuk kedalam wilayah basah, dengan curah hujan yang cukup tinggi namun tidak merata dalam setiap wilayah kecamatan. Temperature atau suhu udara rata-rata adalah maksimal 24,7ºC dan minimum 15ºC. dengan kelembaman 84 serta rata-rata kecepatan angin 17,9/38 knot.

  86 90 000/8 000/12 893,5 893,2

  5 Mei

  91 89 000/14 000/10 892,6 894,0

  4 April

  91 93 000/13 270/20 891,7 891,7

  3 Maret

  88 90 320/16 000/20 891,5 892,1

  2 Februari

  90 92 300/14 000/20 891,9 892,0

  1 Januari

  NO Bulan Kelembaban Arah/ kec Angin Tekanan udara 2013 2014 2013 2014 2013 2014

Tabel 2.7 Rata-rata Kelembaban Udara, Arah/Kecepatan Angin dan Rata-rata Tekanan Udara di Kota Ruteng Menurut Bulan 2014-2015

  85 85 893,2 893,5 Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka 2016

Tabel 2.8 Jumlah Curah Hujan di Kabupaten Manggarai

  7 Rihong Utara - - - - - - - - - - - - -

  52 96 532

  2 Satar mese Brt - - - - - - - - - - - - -

  3 Langke rembong 141 479 1.291 174 210 251

  62 77 147 460 867 4.159

  4 Ruteng - - - - - - - - - - - - -

  5 Wae Rii - - - - - - - - - - - - -

  6 Lelak - - - - - - - - - - - - -

  8 Cibal 192 638 1.029 554 52 - - 101 - 257 229 843 3.895

  74

  9 Reok - - - - - - - - - - - - -

  Manggarai 359 1.194 2.394 799 273 251 163 77 529 741 1.806 8.586 Sumber : Kabupaten Manggarai Dalam Angka 2016

  Bagi masyarakat yang mendiami wilayah kabupaten Manggarai, mereka menceriterakan bahwa leluhurnya (nenek moyangnya) berasal dari Minangkabau (Sumatera Barat), yang datang ke daerah Manggarai dengan menyinggahi pulau Sulawesi. Selanjutnya route perjalanan nenek moyangnya di daerah Manggarai.

  Sementara itu, Drs. Doroteus Hemo dalam bukunya yang berjudul: “Sejarah Daerah

  

Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)” edisi 1988, menyatakan bahwa apabila

  diperhatikan penyebaran penduduk di Indonesia pada masa lampau, dari Barat hingga ke Pasifik, maka dapatlah diduga bahwa penghuni pertama daerah Manggarai datang dari arah Barat.

  Selanjutnya, tentang tipe penduduk daerah Nusa Tenggara Timur telah diteliti, antara lain oleh Dr. P.J. Glinka, SVD yang menggunakan disiplin ilmu antropologi fisik atau

  71 11 - - - - 125

  77

  

Menurut Kecamatan Per Bulan

  07

  No Kecamatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des jmlh

  01

  02

  03

  04

  05

  06

  08

  26

  09

  10

  11

  12

  13

  14

  15

  1 Satar Mese

2.5 Kondisi Sosial Budaya Kabupaten Manggarai 2. 5. 1 Profil Sosial Budaya Kabupaten Manggarai

A. Asal-Usul

  antropologi ragawi. Hasil penelitiannya telah dapat mengungkapkan tentang tipe penduduk Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 3 (tiga) tipe. Metoda yang digunakan beliau adalah berdasarkan index kepala, wajah, hidung dan tinggi kepala. Menurut hasil penelitian tersebut, bahwa penduduk Nusa Tenggara Timur terdiri dari tipe Eropoid yang mirip ras mediteran disekitar laut tengah, India sampai Polinesia; tipe Pacifid yang termasuk golongan Mongoloid yang menyebar di Jepang, Taiwan, Filipina, dan Polinesia; dan tipe ketiga adalah Negroid. Di daerah Manggarai ditemukan adanya ketiga tipe penduduk tersebut, yakni: Eropoid 42,1 %, Pasifid 22,6 %, Negroid 35,3 % (Hemo, 1988: 9).

  B. Sistem Kekerabatan

  Dalam sistem kekerabatan masyarakat (orang) Manggarai menganut sistem patrilokal atau patrilinial, yakni garis keturunan berasal dari pihak ayah. Selain itu, mereka juga memegang sistem virilokal, yakni pasangan yang telah menikah wajib tinggal di rumah orang tua suami. Hal inilah yang menyebabkan pada satu rumah bisa terdiri dari beberapa kepala keluarga (keluarga luas).

  Kesatuan kekerabatan yang terkecil dalam sistem ini ialah keluarga inti yang disebut

  Kilo . Kesatuan yang lebih luas atau lebih besar lagi setelah Kilo disebut Ame. Jadi, Ame

  merupakan kesatuan Kilo-Kilo (keluarga inti) sampai dengan lapisan yang keempat. Dan apabila lapisan tersebut telah sampai pada lapisan kelima atau lebih, maka kesatuan sosial ini disebut Panga (sub klan). Akhirnya Panga-Panga tersebut menjadi satu kesatuan yang lebih luas yang disebut wa’u (klan/marga) yang mempunyai permukiman sendiri yang disebut Ca

  Beo /satu kampung (Latif, 1989: 30).

  C. Pelapisan Sosial

  Pada masa pra kemerdekaan, yakni ketika raja masih berkuasa susunan masyarakat

  Manggarai dibedakan atas 3 (tiga) golongan besar. Golongan pertama (kelas atas) disebut

  Kraeng (bangsawan/raja); golongan kedua disebut Gelarang (kelas menengah) dan golongan ketiga disebut Ata Lengge (kelas bawah, rakyat biasa).

  Pasca kemerdekaan pelapisan sosial ini juga turut berubah seiring dengan berubahnya sistem pemerintahan kerajaan menjadi pemerintahan modern yang formal sebagaimana yang kita kenal dewasa ini pada tingkat kelurahan atau desa. Walaupun demikian, secara informal di kampung-kampung atau desa adat masih diakui adanya penguasa atau mungkin lebih tepat disebut pemangku adat, yaitu Tu’a Golo sebagai pejabat tertinggi yang juga sekaligus sebagai pemimpin spiritual (sehubungan dengan kepercayaan/religi mereka).

D. Latar Belakang Kepercayaan (Religi)

  Sebagaimana umumnya di Nusa Tenggara Timur, orang Manggarai juga percaya kepada kehidupan yang tidak kelihatan, dunia roh dan leluhur. Kematian dianggap sebagai perpindahan ke dunia lain, yakni masuk ke dunia leluhur. Mereka percaya dalam dunia arwah ini terdapat perkampungan seperti di alam nyata (dunia) yang polanya sama, namun nyaman, aman dan tenteram (Pekudjawang, 1987: 67).

  Konsep mengenai kehidupan leluhur di dunia tak kelihatan tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan mereka yang diwujudkan dalam bentuk upacara-upacara ritual, berupa pemberian sesaji (persembahan), baik yang dilakukan di dalam rumah adat maupun di Compang (altar/mesbah) atau tempat-tempat lainnya yang dianggap suci.

  Selain itu, masyarakat (orang) Manggarai juga percaya akan roh-roh yang tinggal dipuncak gunung, hutan lebat, pohon besar, hulu sungai, batu besar atau laut. Pandangan yang bersifat siklis ini membuat mereka percaya kemurkaan para dewa itu menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana kelaparan, dan penyakit (kematian mendadak). Karena itu perlu diciptakan suatu hubungan harmonis antara manusia dengan roh tersebut yang diwujudkan dalam upacara tolak bala (Pekudjawang, 1987: 67).

  Dengan mengacu pada kedua konsep tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada jaman dahulu (kuno) masyarakat (orang) Manggarai menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tetapi jika ditelusuri sungguh-sungguh tentang pengertian doa dalam upacara tradisi/ritual, dapat disimpulkan bahwa tempat pertama yang disembah adalah “Morin Agu

  Ngaran Ata Jari Agu Dedek”. Morin artinya Dia yang menguasai; Ngaran artinya pemiliknya; Bate Jari Agu Dedek artinya Dia yang menjadikan dan menciptakan (Hemo, 1988: 34).

  Corak religius orang Manggarai, tetap terkait dengan norma dan jenis upacara adat serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Upacara-upacara adat merupakan rangkaian kehidupan masyarakat, karena semua upacara itu selain sebagai upacara-upacara adat (ritual), tetapi juga berfungsi sebagai pendidikan masyarakat (informal), karena upacara-upacara dimaksud diharapkan dapat dilakukan secara turun-temurun (Bagul Dagur, 1996: 38). Dengan demikian sampai saat ini, orang Manggarai meskipun sudah menganut agama resmi (Katolik) namun upacara-upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan lamanya (religi) masih tetap dipelihara dengan baik.

  . 5. 1 Kondisi Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Manggarai

  Tingkat pendidikan penduduk kabupaten Manggarai secara umum dapat dilihat dari data prosentase jumlah penduduk yang telah menamatkan sekolah atau memiliki ijazah dari berbagai tingkatan pendidikan. Selain itu tingkat pendidikan juga dapat dilihat dari prosentase jumlah penduduk yang masih sekolah berdasarkan kelompok usia.

  Berdasarkan data Manggarai Dalam Angka tahun 2016 ditunjukkan bahwa lebih dari 35 % penduduk memiliki ijazah Sekolah Dasar, 10,06 % memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama/Sederajat dan 9 % memiliki izasah Sekolah Menengah Atas/Sederajat. Sementara prosentase jumlah penduduk yang memiliki ijazah Diploma II, Diploma III dan S1/S2/3 secara berturut-turut adalah 0,45%, 0,68% dan 2,61%. Sementara itu 41,91 % penduduk tercatat tidak/belum tamat SD. Gambaran tingkat pendidikan penduduk secara jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Tabel 2.9 Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Manggarai 2015

  Laki-Laki + No Tingkat Pendidikan Laki-Laki (%) Perempuan Perempuan

  1 Tidak punya Ijazah 42,88 40,98 41,91

  2 SD/MI/Sederajat 33,26 37,26 35,29

  3 SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 10,29 9,83 10,06

  4 SMU/MA Sederajat 9,23 8,77 9,00

  5 Diploma I dan II 0,45 0,45 0,45

  6 Diploma III/Sarmud 0,69 0,67 0,68

  7 Diploma IV/S1 /S2/S3 3,19 2,04 2,61 Jumlah 100.00 100.00 100.00

  Sumber Data : Manggarai Dalam Angka 2016

  Rendahnya tingkat pendidikan pada sebagian besar masyarakat Manggarai mengakibatkan belum memadainya kapasitas sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan kualitas SDM baik di tingkat regional, nasional maupun global dan belum mencukupi standar sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.