POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA DENGAN ANAK DOWN SYNDROME - FISIP Untirta Repository

  

POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA

DENGAN ANAK DOWN SYNDROME

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjanan Ilmu Sosial pada Konsentrasi Ilmu Humas

  

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

  

Kinanthi Dyah Arini

6662 081140

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

ABSTRACT

Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Information Searching Patterns of

Parents Of Children with Down syndrome.

  Infromation needs is essential rights of every human being. As well as parents of children with Down syndrome. They have an interst in searching for information regarding how to care for and educate their children. Information searching patterns of parents of children with Down syndrome in this study relates to sources and media information. This reseach aims to find picture of information searching patterns of children with Down syndrome in Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, Cilegon. This reseach uses qualitative methods and post postivis paradigms. This reseach uses the model of information searching by Wilson.The results from this reseach illustrate that parents of children with Down syndrome are more likely to meet their infomation needs through the media senses, namely through face to face with people who are experts or have experince dealing with children with Down syndrome, such as doctors and teacher in school.

  Key words : Model of information searching, Down syndrome

  

ABSTRAK

Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Pola Pencarian Informasi Orang

Tua Anak dengan Down syndrome. Skripsi.

  Kebutuhan informasi merupakan hak hakiki yang dimiliki oleh setiap manusia. Begitu pula dengan orang tua anak down syndrom. Mereka mempunyai kepentingan untuk mencari informasi berkenan dengan cara mengasuh dan mendidik anak mereka. Pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down

syndrome dalam penelitian ini berkaitan dengan sumber dan media infromasi.

  Penelitian ini bertujuan untuk untuk mencari gambaran pola pencarian infromasi orang tua dengan anak Down syndrome pada Sekolah Luar Biasa Al-Kautsar, Cilegon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan paradigma pospositivis. Penelitian ini menggunakan model pencarian informasi dari Wilson. Hasil penelitian menggambarkan bahwa orang tua dengan anak Down syndrome lebih cenderung memenuhi kebutuhan informasi mereka melalui media panca indera, yaitu melalui tatap muka langsung dengan orang-orang yang ahli atau mempunyai pengalaman menangani anak Down syndrome, seperti guru di sekolah. Key words : Model pencarian informasi, Down syndrome,

  “ Keep your eyes on the stars and your feet on the ground”

  • Theodore Rososevelt-

  Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu dan ayah tercinta dan seluruh keluargaku.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

  Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan kesehatan dan kelancaran untuk menjalankan sekaligus menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pencarian Informasi Orang Tua dengan Anak Down Syndrome.“

  Penelitian inidilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Dalam penyusunan ini, penulis sangat menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi, dalam arti masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatsan waktu, pengalaman, dan ilmu pengetahuan.

  Namun berkat semangat, dukungan, pengarahan, dan bimbingan dari lingkungan sekitar, dan berbagai pihak, hambatan, dan kesulitan yang dialami oleh peneliti dapat di selesaikan dengan baik, sehingga alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ini mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. H.Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Juruasan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing I yang

4. Ibu Puspita Asri Praceka,S.sos, M.I.Kom, selaku Sekertaris jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Dipl.Ing.Rangga G Gumelar, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah menjadi orang tua di kampus dan bersedia untuk meluangkan waktunya dan memberikan arahan, bimbing serta inpirasi dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Terima kasih untuk ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom, selaku wali dosen yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan saran baik dari awal masuk kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi.

  7. Terima kasih untuk semua dosen FISIP UNTIRTA yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis baik dalam mata kuliah maupun penyusunan skripsi.

  8. Terima kasih untuk seluruh staff dan karyawan FISIP UNTIRTA yang telah memberikan berbagai bantuan kepada penulis baik dari awal kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi.

  9. Terima kasih untuk keluarga Bapak Hernady dan Ibu Endang, serta keluarga Bapak Taufik dan Ibu Nining atas kesedianya mendukung, membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi penelitian.

  10. Terima kasih kepada Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon, dan seluruh guru, khususnya Ibu Asof dan Ibu Cicih serta Ibu Elis yang memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di sekolah.

  11. Terima kasih banyak untuk wanita terhebatku, Sri Mulyani, Mamahku tercinta yang selalu memberikan doa yang tanpa henti, dukungan, dan saran, serta kasih sayang yang membuat penulis selalu yakin dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih mah.

  12. Terima kasih kepada papah tercinta Yoyok Subiyakto, lelaki terbaik yang selalu menjadi motivator, teman berbagi dan inpirasi dalam setiap perjalanan hidupku serta menjadi ayah terhebat untuk anak-anaknya. Terima kasih atas kesabarannya.

  13. Terima kasih kepada kakak laki-lakiku Ari P Witantra , dan Kristi Ananta, serta saudara perempuanku Andin N dan Mareta, yang selalu memberikan doa dan dukungan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

  14. Terima kasih untuk kedua orang terbaik selain keluargaku, Ane Septianingsih dan Pitriantoro Apriadi yang selalu memberikan doa, perhatian, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

  15. Untuk teman seperjuangan di akhir, Hizaz Juliyadi, Trami Vidya Veliyanti, dan sahabat seperjuangan di kampus, Desta Yessavioleta, Farah Airin, Fitriani Fazriah, Retno Yuniar, dan Yona Dian Puspita, Adis Trisnawan dan Nugra Ahdilan terima kasih atas doa dan dukunganya selama masa perkuliahan.

  16. Terima kasih untuk adikku , Tresna Amalia, Piras Satnawati, dan Nisfu atas bantuanya dan dukungan kepada penulis.

  17. Seluruh angkatan Ilmu Komunikasi 2008 dan keluarga besar Ilmu Komunikasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih sudah menjadi teman yang baik dan mengisi kehidupan penulis.

  18. Terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Akhir kata sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang mereka berikan kepada penulis. Amin Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

  Serang, 12 November 2013

  

DAFTAR ISI

  

  2.6. Model Pencarian Informasi ............................................. 27

  

  

  

  2.4. Down syndrome............................................................... 22

  

  

  

  

  LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGASAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI .........................................................................................................iv DAFTAR TABEL.................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii

  

  

  

  BAB II. KAJIAN PUSTAKA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV PEMBAHASAN

  

  4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan...................................... 54

  

  

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  

   DAFTARPUSTAKA.............................................................................................84 RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya .................................................................31Tabel 3.1 Paradigma-Paradigma Penelitian ..................................................39

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Pencarian Informasi Wilson ............................................. 25 Gambar 2 Pola Pencarian Infomasi Orang tua dengan anak

  Down Syndrome ........................................................................... 81

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Program Studi Ilmu

  Komunikasi FISIP UNTIRTA Lampiran 2 : Kartu Bimbingan Lampiran 3 : Pendoman Wawancara Lampiran 4 : Hasil wawancara dengan Bapak Taufik Lampiran 5 : Hasil wawancara dengan Ibu Nining Lampiran 6 : Hasil wawancara dengan Bapak Hernady Lampiran 7 : Hasil wawancara dengan Ibu Endang Lampiran 8 : Hasil wawancara dengan Ibu Asrof Lampiran 9 : Hasil wawancara dengan Ibu Cicih Lampiran 10 : Dokumentasi Lampiran 11 : Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk komunikasi. Dengan berkomunikasi maka

  manusia menjadi lebih nyaman dan percaya diri, karena dengan komunikasi terjadi pertukaran informasi, yang sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu dan sebaliknya. Informasi yang didapat melalui komunikasi akan membuat manusia menjadi paham akan keberadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya, bagaimana harus bersikap dan bertindak.

  Orang tua dengan anak Down Syndrome adalah manusia yang mempunyai rasa tidak nyaman dan percaya diri karena keadaan dirinya.

  Mempunyai anak Down Syndrome menempatkan mereka pada keadaan yang membingungkan karena anak Down Syndrome adalah anak dengan kebutuhan khusus. Anak Down Syndrome atau bisa juga disebut dengan anak tuna grahita membutuhkan perlakuan khusus dalam merawat dan memberikan pendidikan kepada mereka. Bagaiman merawat dan mendidik mereka adalah sebuah pertanyaan besar bagi orang tua anak Down

  .

  Syndrome

  Salah satu cara menjawab petanyaan ini adalah dengan melakukan komunikasi dan mencari informasi. Dengan berkomunikasi dan mencari dan mendidik anak Down Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome membutuhkan informasi namun pengetahuan yang mereka miliki tidak dapat memenuhi, dimana orang tua anak Down Syndrome akan mengalami kesenjangan pada diri orang tua. Keadaan antara Kesenjangan atau gap dalam diri orang tua dimana antara pengetahuan yang dimiliki kurang, dengan informasi yang dibutuhkan akan menimbulkan keadaan yang tidak menentu. Kesenjangan yang akan timbul pada orang tua anak Down

  

Syndrome akan cenderung membuat orang tua mengalami kebutuhan

  informasi. Pemenuhan akan informasi dapat dilakukan dengan pencarian melalui sumber informasi. Orang tua anak Down Syndrome akan cenderung mencari berbagai sumber informasi untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan.

  Pencarian informasi dapat berupa berinteraksi dengan sumber informasi melalui media. Media infomasi dapat berupa sumber ahli, internet, buku, komunitas, dan media cetak lainnya. Namun media informasi dulu akan berbeda dengan saat ini, kondisi dua puluh tahun lalu mungkin berbeda dengan sekarang, dimana pencarian informasi sulit karena media dulu belum banyak yang mepaparkan Down Syndrome. Di rumah sakit pun belum banyak terdapat kasus anak Down Syndrome dikarenakan orang tua malu membawa anaknya untuk berkonsultasi ke dokter. Dahulu orang tua anak Down Syndrome belum banyak yang terbuka dengan keadaan anak mereka, mereka cenderung menutupi anak mereka dengan kampung, ini dikarenakan kurangnya informasi orang tua anak Down

  

Syndrome . Adanya informasi yang tidak benar yang mengatakan bahwa

  anak Down Syndrome merupakan anak pembawa sial ini lah yang memicu orang tua anak Down Syndrome berlaku tidak menerima keadaan anak mereka dan cenderung malu memperkenalkan anak mereka kepada lingkungan. Salahnya pengentahuan orang tua anak Down Syndrome mengenai pengobatan anak Down Syndrome membuat orang tua anak Down

  

Syndrome mengirim anak mereka ke dukun atau orang pintar untuk

  menyambuhkan anak mereka, bahkan anak mereka diharuskan mengkonsumsi obat-obatan tradisoanal atau herbal yang belum teruji mampu menyembuhkan anak Down Syndrome.

  Sikap orang tua yang menolak kenyataan bahwa anak mereka merupakan anak Down Syndrome akan sangat buruk dampaknnya terhadap anak mereka ataupun pencarian informasi yang dilakukan orang tua. Anak akan merasa tidak di mengerti dan tidak diterima apa adanya yang nantinya menimbulkan penolakan dari anak dan membentuk perilaku yang tidak dinginkan. Selain itu akan mempengaruhi pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome dalam memenuhi kebutuhan informasi. ketertutupan ini juga akan menyebabkan sulitnya mencari orang untuk dimintai informasi tentang anak Down Syndrome. Tidak seperti sekarang terdapat komunitas persatuan orang tua dengan anak Down Syndrome yang mau memberikan informasi dan berbgai pengalaman sesama orang tua anak Down Syndrome

  Proses pencarian informasi merupakan suatau tindakan yang dilakukan seseorang ketika ingin mendapatkan informasi. cara ataupun teknik dalam mencari informasi pasti berbeda. Hal tersebut tergantung pada kemauan dan kemampuan dari pencari informasi. Penerimaan orang tua akan mempengaruhi pencarian informasi. Sikap orang tua yang menerima kenyataan bahwa anak mereka merupakan anak Down Syndrome akan sangat mengurangi perasaan kebingungan, dan rasa tidak nyaman.

  Penerimaan yang baik dan dukungan sosial dari keluarga, akan membantu mengoptimalkan pencarian informasi mengenai anak Down

  

Syndrome . Orang tua anak Down Syndrome akan melakukan pencarian

  informasi guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Proses pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi dan membentuk sebuah kebiasaan.

  Pola pencarian informasi merupakan suatu gambaran kebiasaan seseorang atau langkah-langkah seseorang dalam mencari informasi. Pola ini dapat berupa tahapan pencarian dengan ciri-ciri untuk masing-masing tahap atau berdasarkan karateristik kelompok, serta berdasarkan keuletan dalam pencarian informasi.

  Cara atau tehnik setiap orang tua dengan Down Syndrome dalam mencari informasi akan berbeda, ini dibedakan sejauh mana orang tua berkemampuan untuk mendapatkan informasi. Selain itu kemampuan orang tua, ini disarkan pada latar belakang dari orang tua itu sendiri dan anak Down Syndrome belum terpapar media informasi yang memuat tentang anak Down Syndrome.

  Kebanyakan orang tua anak Down Syndrome dahulu akan merasa sangat tertolong bila mereka menemukan seorang profeisonal, seperti pekerja sosial, perawat kesehatan, atau dokter yang kepada mereka orang tua dapat berbagi perasaan. Orang tua akan berfikir mereka akan memberikan informasi yang dibutuhkan.

  Dalam proses pencarian informasi orang tua di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar , orang tua berperan aktif dan bekerja sama dengan guru Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Di Sekolah Kebutuhan Khusus Al- Kautsar terletak di kota Cilegon, terdapat beberapa guru yang dianggap pihak yang mengetahui dan mengerti kegiatan yang terjadi terkait anak

  Down Syndrome dan proses pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome yang terbentuk, yang menjadi faktor kunci keberhasilan dan

  keefektifitan pencarian informasi Dari paparan yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana “Pola pecarian informasi orang tua dengan anak Down

  Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar ketika mereka

  melakukan pencarian informasi saat itu.” 1.2.

   Perumusan Masalah

  Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalahnya dapat dengan Anak Sindrom Down di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon saat itu.”

1.3. Identifikasi Masalah

  Dari perumusan masalah di atas, penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down

  Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam memenuhi

  kebutuhan informasi ? 2. Media pencarian informasi apa saja yang digunakan orang tua anak Down

  Syndrome sebagai alat pemenuh kebutuhan informasi ? 1.4.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk menganalisa pola pencarian informasi orang tua dengan anak

  Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam memenuhi kebutuhan informasi.

2. Untuk mengkaji media pencarian informasi yang digunakan orang tua anak Down Syndrome sebagai alat pemenuhan kebutuhan informasi.

1.5. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diangkat untuk menggambarkan mengenai perilaku pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah dengan Kebutuhan berdasarkan kesenjangan yang ada dalam diri orang tua anak Down Syndrome dan perilaku yang timbul sebagai respon terhadap informasi yang didapatkan.

  Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan andil untuk pengembangan dan kemajuan ilmu, khususnya dalam pembentukan pola pencarian informasi.

  Secara praktis, dari hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi para keluarga yang memiliki anak Down Syndrome dalam mendapatkan infomasi mengenai Down Syndrome, guru pengajar di Sekolah dengan Kebutuhan Khusus Al- Kautsar dalam mengembangkan ilmu dalam pengajaran , dan pemerhati Down

  

Syndrome. Pada umumnya peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan

menjadi acuan bagi masyarakat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Sesuai dengan rumusan masalah bahwa fokus penelitian adalah mengenai

  pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Oleh karena itu penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan pada fokus penelitian ini secara tuntas adalah komunikasi, informasi, pola pencarian informasi, media dan Down Syndrome. Hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perlu bagi penulis untuk memaparkan terlebih dahulu.

2.1. Komunikasi

  Komunikasi merupakan istilah yang begitu populer atau familiar pada saat ini, Komunikasi membedakan manusia dari semua makhluk yang lain. Sebagian besar waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi dalam, pergaulan, pekerjaan dan aktivitas kehidupan sehari-hari kita. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui komunikasi manusia saling berinteraksi antara satu dan lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda.

  Lukiati Komala mendefinisikan definisi komunikasi sebagai satu bentuk proses interaksi.

  “Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkunganya dengan (1) membangun hubungan antar sesama (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah

  1 laku itu.

  Menurut Steven dalam buku Hafied, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberikan reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu

  

2

berasal dari seseorang atau lingkunganya.

  Mengenai beberapa pengertian komunikasi ini banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan definisi komunikasi secara umum adalah sebuah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu serta mengubah sikap, pendapat atau perilaku penerima sesuai yang diinginkan oleh komunikator. Perubahan sikap, pendapat, atau perilaku orang tua dengan anak Down Syndrome yang didasarkan melalui seseorang yaitu anak mereka yang menderita Down Syndrome sebagai suatu respon. Orang tua

  

Down Syndrome melakukan komunikasi dan membangun hubungan baik dengan

  orang lain (sumber informasi) guna memenuhi kebutuhan informasi. Komunikasi dibangun dengan dokter anak Down Syndrome, pengajar di sekolah, sesama orang tua anak Down Syndrome serta orang-orang yang berhubungan dengan anak guna mencari informasi maupun bertukar informasi yang akan

  Down Syndrome mempengaruhi sikap orang tua anak Down Syndrome.

  Ditinjau dari proses pencarian informasi merupakan sebuah komunikasi dalam arti bahwa dalam proses tersebut terlibat orang tua anak Down Syndrome dan sumber informasi. Proses komunikasi yang terjalin tidak hanya orang tua sebagai komunikator melainkan menjadi komunikan, begitupula dengan sumber informasi. Komunikasi yang dilakukan orang tua dan sumber informasi merupakan komunikasi berencana baik secara tatap muka maupun melalui media. Komunikasi antara orang tua dan sumber informasi terjadi secara dua arah dan satu arah. Komunikasi dua arah terjadi ketika terjadi dialog antar orang tua dan sumber informasi. Ketika orang tua anak Down Syndrome mengakses sumber informasi dari media cetak, dan media elektronik maka komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi satu arah.

2.1.1. Komponen Komunikasi

  Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam prosesnya komunikasi mempunyai beberapa komponen sebagai berikut :

1. Komunikator

  3 Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada khalayak.

  Oleh karena itu komunikator biasa disebut sebagai pengirim, source, sumber, atau encoder. Merurut Vardiansyah, komunikator adalah manusia yang berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk

  4

  mewujudkan motif komunikasinya. Komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator. Ini serupa dengan proses komunikasi orang tua dengan anak Down Syndrome, dimana saaat orang tua akan bertanya kepada ahli, guru maupun sesama orang tua dengan anak Down Syndrome, orang tua menjadi komunikator dan ketika orang tua mendengarkan penjelasan, orang tua menjadi komunikan.

  2. Pesan Pesan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif

  5

  komunikasinya. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkahlaku komunikan. Pesan dari komunikasi akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu. Orang tua dengan anak Down Syndrome mengutarakan pesan melalui komunikasi dengan tujuan mereka akan mendapatkan informasi untuk memenuhi motif tersebut. Motif mencari informasi tentang anak down synrome yang merupakan tujuan orang tua berkomunikasi.

  3. Media Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan

  6

  dari komunikator kepada khalayak. Beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Orang tua dengan anak Down

  Syndrome menggunakan media pancaindra dan media pendukung lainnya

  dalam mencari informasi. Media pendukung dalam proses pencarian informasi dapat berupa media cetak, media elektonik, atau melalui alamat situs internet.

  4. Komunikan Komunikan adalah pihak yang penerima pesan atau sasaran penyampaian

  7

  pesan. Dalam proses komunikasi komunikan dapat menjadi komunikator, begitupun sebaliknya komunikator dapat menjadi komunikan. Dalam proses pencarian informasi yang dilakukan orang tua dengan anak Down

  Syndrome terjadi percakapan dimana dalam proses nya narasumber seperti (doktor, ahli terapi, guru, dll) bisa menjadi komunikan dan komunikator.

  5. Efek Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah

  8

  laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi itu berhasil, demikian sebaliknya. Hal serupa dapat dilihat dari efek yang terjadi pada orang tua dengan anak Down Syndrome sebagai respon dari informasi yang didapatkan.

2.1.2. Sifat Komunikasi

  Sifat komunikasi ada beberapa macam , diantaranya :

  1. Komunikasi tatap muka (face-to-face)

  2. Komunikasi bermedia (mediated)

  3. Komunkasi verbal (verbal)

  4. Komunikasi non-verval (non-verbal) Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim) dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (Feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif.

  Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

  Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.2. Informasi Setiap manusia membutuhkan informasi ketika melakukan suatu kegiatan.

  Tanpa informasi manusia tidak akan dapat berperan banyak dalam melakukan kegiatanya dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut sudut padang dunia kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang

  9 diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang.

  Menurut Davis seperti yang dikutip Kadir dalam bukunya Pengenalan Sistem Informasi, “informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat

10 Setiap data yang berguna bagi penerimanya dapat ini atau saat mandatang”.

  dianggap sebagai informasi.

  Informasi juga merupakan serangkaian fakta yang diinformasikan. Hal yang sama menurut Jogiyanto “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

  11

  lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pegumpulan atau pengelolaan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Informasi berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan.

  Mengutip dari Helena Olli dalam bukunya, Kamus Komunikasi, Onong

  12 Uchjana Efendy mendefinisikan informasi sebagai : a.

  Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau jumlah orang yang baginya merupakan hal-hal yang baru diketahui.

  b.

  Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.

  c.

  Kegiatan menyebarluaskan pesan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru. Dalam penelitian ini, orang tua anak Down Syndrome menyampaikan pesan ataupun menerima pesan dari seseorang atau jumlah orang yang lebih banyak 9 (sumber informasi) untuk mengetahui informasi tentang anak Down Syndrome.

  

Pawit M Yusuf. 2009.Ilmu Informasi, Komunikasi< dan Kepustakaan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal

10

11 Abdul Kadir.2003. Pengenalan Sistem informasi. Yogyakarta : Andi. Hal 28

  Informasi yang didapatkan melalui proses komunikasi satu arah maupun komunikasi dua arah yang didalamnya terjadi pertukaran maupun pembagian informasi. Informasi yang didapat orang tua dengan anak Down Syndrome akan diolah sebagai respon dari informasi yang didapat. Infomasi itu dapat menjadi sebuah pengetahuan yang dapat disampaikan kepada sesama orang tua anak Down

  

Syndrome ataupun lingkungan sekitar baik secara langsung maupun mengunakan

  media komunikasi. Informasi yang didapat akan mempengaruhi keputusan yang diambil orang tua anak Down Syndrome terhadap anak mereka dan lingkungan yang mempengaruhinya.

2.2.1. Ciri-ciri Informasi

  Informasi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut

  13 Davis informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut: 1.

  Benar atau salah, Ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerimaan informasi yang salah dipercayai mengakibatkan sama seperti benar.

  2. Baru, Informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.

  3. Tambahan, Informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada.

  4. Korektif, Informasi dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang salah.

  5. Penegas, Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atau kebenaran informasi tersebut. Informasi yang didapat orang tua anak Down Syndrome mempunyai lima ciri diantaranya informasi tidak terlepas dari benar atau salah, informasi baru, informasi tambahan, informasi korektif dan informasi penegas. Informasi dapat benar atau salah ini tergantung pengelolaan dari dalam diri orang tua, dimana bisa dikatakan benar jika orang tua percaya bahwa itu benar. Informasi baru sebagai informasi yang pertama kali didengar orang tua anak Down Syndrome. Informasi tambahan adalah informasi ini dapat memberikan atau memperbaharui informasi yang dimiliki orang tua anak Down Syndrome. Informasi korektif adalah informasi yang dapat menjadi suatu korektif informasi yang dimiliki orang tua, apakah informasi yang orang tua miliki sudah benar atau salah. Informasi penegas adalah informasi yang digunakan sebagai penegas dari informasi yang telah dikoreksi guna meningkatkan persepsi orang tua anak Down Syndrome tentang kebenaran informasi tersebut, dan sekaligus akan menjadi acuan orang tua dalam bertindak sebagai respon terhadap informasi yang diterima dan diolah oleh orang tua anak Down Syndrome. Informasi yang telah diolah orang tua akan menjadi dasar untuk menerapkan tindakan orang tua terhadap anak Down Syndrome dan lingkunganya, baik lingkungan keluarga dekat, lingkungan keluarga besar, maupun lingkungan sekitar.

2.2.2. Manfaat Informasi

  Informasi dapat dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat

  14

  kepada pengguna. Menurut Sutanta ada beberapa manfaat informasi yaitu : 1.

  Menambah pengetahuan Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi

  Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

  3. Mengurangi resiko kegagalan Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

  4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan mengahasilkan yang lebih terarah.

  5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

  Pendapat di atas menunjukan bahwa dengan informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh. Informasi yang didapatkan orang tua anak Down Syndrome harus memberikan pengetahuan, mengurangi ketidakpastian orang tua, mengurangi resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan orang tua, dan mampu memberikan standar agar keputusan orang tua anak Down Syndrome lebih terarah untuk mencapai tujuan. Informasi harus memberikan pengetahuan baik pengetahuan baru maupun pengetahuan untuk memperbaharui informasi yang sudah orang tua anak Down Syndrome miliki yang nantinya dapat mengurangi ketidakpastian orang tua terhadap anak Down Syndrome. Selain itu informasi dapat menjadi antisipasi orang tua agar tidak terjadi kegagalan dalam mendidik anak Down Syndrome.

2.3. Pencarian Informasi

  Proses pencarian informasi merupakan suatu tingkah laku dalam mencari informasi. Pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi. Menurut Krikelas dalam artikel Encang-Saepudin (2009) berjudul Perilaku Pencarian Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi berpendapat bahwa perilaku pencarian informasi adalah kegiatan dalam menentukan dan mengidentifikasikan pesan untuk memuaskan kebutuhan informasi yang

  15 dirasakan.

  Masih di dalam Encang, pendapat lebih rinci yang dikemukakan oleh Drao yang mengatakan bahwa “perilaku pencarian infromasi merupakan aktivitas pemakai untuk mencari, mengumpulkan, dan memakai informasi yang mereka

  16 butuhkan.

  Pencarian informasi menurut Pannen (1990) adalah pencarian dan penggunaan informasi adalah keadaan ketika orang bergerak melewati ruang dan waktu dan menemukan dirinya pada suatu keadaan dimana dia harus menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, melihat suatu fakta,

  17 agar dapat mengetahui sesuatu untuk terus bergerak.

  Proses pencarian informasi adalah kegiatan pengumpulan informasi sebagai 15 sesuatu yang kemudian diasimilasikan ke dalam struktur pengetahuan seseorang.

  http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalam- 16 memenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 10 Juli 2012 pukul 23.50 WIB http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalam- memenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 13 Juli 2012 pukul 8.16 17 WIB

http://funnymustikasari.wordpress.com/2010/07/26/perilaku-pencarian-informasi/ diakses Dari sini lah terlihat bagaimana teori tentang kognisi menjadi bagian dari proses interaksi pemakai dengan sistem informasi, dan bagaimana struktur kognitif

  18 pemakai berubah menjadi informasi yang ditemukan.

  Dengan demikian pencarian informasi merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan dan memakai informasi yang dibutuhkan oleh orang tua anak

  

Down Syndrome dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi orang tua yang

berkenaan dengan anak Down Syndrome.

  Proses pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari sesuatu yang tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Keadaan awal orang tua anak Down Syndrome mengalami kondisi dimana sadar bahwa orang tua membutuhkan informasi mengenai anak Down Syndrome, tetapi masih ragu terhadap inti permasalah dari anak Down Syndrome karena orang tua merasa kurang terhadap pengetahuan yang orang tua butuhkan. Tahap selajutnya orang tua akan melakukan pemilihan informasi secara selektif yang berhubungan dengan keadaan anak Down Syndrome. Setelah melakukan pemilihan informasi, orang tua akan siap memulai penelusuran dan menentukan sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi orang tua anak Down Syndrome. Proses penelusuran sumber infomasi merupakan paling sulit karena orang tua anak Down

  

Syndrome belum mampu menyatakan mengenai informasi yang dibutuhkan

  dengan tepat. Setelah mampu mengendalikan tahap penelusuran, maka perasaan tidak pasti orang tua anak Down Syndrome mulai mengikis dan kepercaaan diri mulai meningkat. Ketika pola pikir orang tua anak Down Syndrome lebih jelas dan terpusat pada masalah yang ditekuni maka pemakaian informasi menjadi efektif dan efisien. Diakhir pencarian informasi maka akan muncul suatu perasaan puaas atau kecewa.

2.3.1. Faktor Pencarian Informasi

  Terciptanya suatu kebutuhan terhadap informasi tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit, ada beberapa faktor yang akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan

  19

  kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi yaitu : 1.

  Kondisi psikologis seseorang.

  Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira 2. Demografis.

  Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Kita dapat menduga bahwa kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang, walau mungkin pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang ke media perantara. Perilaku seseorang dari kelompok masyarakat yang tak memiliki akses ke internet pastilah berbeda dari orang yang hidup dalam fasilitas teknologi melimpah.

  3. Peran seseorang di masyarakatnya.

  Khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku informasi. Misalnya, peran menggurui yang ada di kalangan dosen akan menyebabkan perilaku informasi berbeda dibandingkan perilaku mahasiswa yang lebih banyak berperan sebagai pelajar. Jika kedua orang ini berhadapan dengan pustakawan, peran-peran mereka akan ikut mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi.

  4. Lingkungan.

  Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas.

  5. 19 Karakteristik sumber informasi.

  

Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar

  Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi. Berkaitan dengan butir 2 di atas, orang-orang yang terbiasa dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang sangat jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya

  Kelima faktor di atas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya orang tua anak Down Syndrome mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi. Kondisi psikologis orang tua akan mempengaruhi perilaku pencarian informasi orang tua, orang tua yang tenang akan mudah mengakses informasi, berbeda dengan orang tua yang risau atau tertekan saat mencari informasi. Demogarafis, keadaan sosia-budaya, kelas sosial orang tua akan mempengaruhi perilaku pencarian informasi, orang tua yang tinggal di pedesaan akan berbeda dengan orang tua yang tinggal di perkotaan khususnya dalam hal mengakses media. Peran seseorang di masyarakatnya dan lingkungan, orang tua dan lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi pencarian informasi. Orang tua anak Down Syndrome yang dikelilingi lingkungan yang mendukung tentunya akan lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapat dukungan dari lingkunganya. Karateristik sumber informasi, orang tua yang terbiasa mengakses media eletronik dan datang dari strata sosial atas pastilah memiliki kemudahan dalam mengakses sumber infromasi dibandingkan orang tua anak Down Syndrome yang jarang terpapar media cetak maupun media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya.

  Faktor lain yang juga ikut menentukan perilaku pencarian orang tua yaitu jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan akses, waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

2.4. Down Syndrome

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sindrom adalah himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu, hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi.

  Down Syndrome (mongoloid) adalah suatu kondisi dimana genetik

  tambahan menyebabkan keterlambantan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental. Anak Down Syndrome memiliki kelaianan pada kromosom nomor 21 yang terdiri dari dua kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga infromasi genetika menjadi tertanggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orang-orang dengan Down Syndrome ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol.

  Isitilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental). Istilah sindrome ini sepertinya telah usang, sehingga saat ini kita menggunakan istilah Down Syndrome.

  Setiap manusia mempunyai 23 pasang kromosom (46 buat kromosom) terdiri atas 22 pasang autosom (nomor 1-22) dan 1 pasang kromosom seks. Down

  

Syndrome muncul bila terdapat kelebihan sebuah kromosom nomor 21. menyebabkan protein-protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam sel. Hal ini mengganggu pertumbuhan normal di dalam tubuh janin. Protein-protein apa saja yang terlibat sampai saat ini belum diketahui.