SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) - FISIP Untirta Repository
SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL
(Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1) pada Program Studi Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Disusun Oleh: Widiyana Ningsih
6662102106
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI
HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
“Dan bahwasanya manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya…” (Al- qur’an Surat An-Najm ayat 39) “Kerja keras memang penting, tapi ada satu hal yang lebih penting dari itu yaitu percayalah pada diri anda sendiri” J.K Rowling (Pengarang Buku Harry Potter)
Bismillahirahmanirahim Skripsi ini kupersembahkan Kepada seluruh keluarga besarku, Bapak dan Mamah tercinta Sebagai wujud baktiku Semoga ini merupakan langkah awal Untuk selalu membahagiakan kalian…
ABSTRAK
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Skripsi. Self Disclosure Pada Media Sosial
(Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk). Pembimbing I :
Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S.Sos.
M.I.KomSelf disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya suatu tindakan
pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai berbagai macam hal serta mengenai pernyataan
- – pernyataan yang terkadang tidak mampu dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan pada media yang terlalu umum, yang bukan anonim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana self disclosure pengguna, dimensi, fungsi, faktor-faktor, dan efek yang terjadi pada media sosial anonim LegaTalk. Penelitian ini menggunakan teori self disclosure (Johari Window). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah lima orang informan utama dan tiga informan pendukung yang ditemukan melalui teknik accidental sampling (teknik sampling kebetulan). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa self disclosure pada media anonim menjadikan individu lebih nyaman untuk terbuka mengenai dirinya. Dimensi atau aturan dalam pengungkapan diri yang terjadi oleh informan LegaTalk ini berkaitan dengan aspek frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan oleh informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni, memiliki fungsi sebagai bentuk ekspresi. Faktor-faktor self disclosure seperti besaran kelompok mempengaruhi pengungkapan di LegaTalk, serta efek self disclosure yang terjadi pada LegaTalk tidak ditemukan yang berkaitan dengan teori.
Kata Kunci Komunikasi Antar Pribadi, Media Anonim, Media Sosial, Self Disclosure.
ABSTRACT
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Undergraduate Thesis. Self Disclosure On
Social Media (Descriptive Study On Social Media LegaTalk Anonymous). Guide I :
Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si and Guide II : Puspita Asri Praceka, S.Sos.
M.I.Kom
Self-disclosure for this LegaTalk user is an action of self-disclosure by describing
what in their heart and the feelings contents about something else and then the
statements that are sometimes not able to talked about such things that are intimate
or it is too privacy if shared on media that is too general, which is not anonymous.
This research was made to know how the user of self-disclosure for, dimensions,
functions, factors, and effects of what happen in LegaTalk anonym social media. The
theory of this research is self-disclosure (Johari Window). This study used a
qualitative approach and the method used was a descriptive study. The technique of
collecting the data using interviews, observation and documentation. Informant in
this research are five key informants and supporters of the three informants found
through accidental sampling (accidental sampling technique). The results of this
research shows that the self-disclosure in the media to make the personal feel more
comfortable anonymity to open about themselves. Dimensions or rules in the case of
self-disclosure by the informant LegaTalk is related to the frequency aspects (level of
frequency) and duration (time access) required by informants to express themselves
very erratic and unpredictable. The function of self-disclosure that occurs in this
LegaTalk such that, has a function as a form of expression. Factors such as the
amount of self-disclosure affect disclosure in LegaTalk group, and the effects of self-
disclosure that occurs in LegaTalk not found with regard to the theory.Keywords Anonymous Media, Interpersonal Communication, Self Disclosure , Social Media.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Self Disclosure Pada Media Sosial (Studi
Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) bisa terselesaikan dengan baik.
Tak lupa salam serta shalawat kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir masa.Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Jurusan Komunikasi konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penyusunannya, peneliti banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada : 1.
Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW.
2. Bapak Prof Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si selaku dosen pembimbing I yang tidak hanya banyak memberi arahan namun juga telah berbaik hati memberi pinjaman buku-buku jurnal sebagai pedoman penulisan skripsi.
6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom, selaku Sekertaris Jurusan Prodi membagi ilmu dan masukan yang sangat berarti bagi penulis serta terimakasih banyak telah memberi bantuan untuk menghubungkan salah satu informan pendukung penelitian.
7. Bapak Dipl.Ing (FH) Rangga Galura Gumelar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis dari semester awal sampai akhir.
8. Bapak M. Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku ketua penguji sidang dan Darwis Sagita, M.I.Kom selaku anggota penguji sidang yang telah menguji dan memberi nilai yang sangat memuaskan kepada peneliti.
9. Seluruh dosen dan staff program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu penulis dalam hal kelancaran proses skripsi.
10. Ibu Asmara Wreksono selaku Country Manager, mba Dinda Puspitasari selaku PR Executive dan para staff Creative HotHouse yang memberi kesempatan kepada peneliti untuk berbagi informasi serta mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini.
11. Keluargaku tercinta Bapak Sutrisno dan Ibu Faizah yang selalu setia memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tak pernah putus untuk kelancaran skripsi ini. Kepada kakakku Nurnia Ningsih, adikku David Prayogo, kakak ipar mas Sudar Wahono serta keponakan-keponakanku tersayang Nizam Bilal Ramadhan dan Najla Nazhifa Sari yang menjadi sumber motivasi bagi peneliti.
12. Terimakasih kepada Edwin Setiawan S.I.Kom yang telah meluangkan banyak waktu serta telah menjadi penyemangat yang setia.
13. Risnawati Dwi Rahayu S.Pd dan Sugeng Rahmatullah S.T sebagai sahabat masa sekolah yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
14. Permasyari Vita Fatimah dan Sarah Hidayat S.I.Kom sebagai sahabat seperjuangan dan terimakasih karena kalian telah menjadi bagian yang menyukseskan penelitian ini.
15. Maya Maul Haya Sofa S.I.Kom, Chereston Parulian, S.H dan Windi Windari sebagai para sahabat seperjuangan yang telah memberikan banyak waktu bersama untuk berbagi kegembiraan.
16. Seluruh informan utama maupun informan pendukung penelitian.
Terimakasih atas kesediaan waktu dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
17. Mba wulan selaku adik kandung dari dosen pembimbing 2 yang telah membantu menghubungkan peneliti dengan salah satu informan dalam penelitian ini.
18. Teman – teman NR Humas kelas H, terimakasih atas jalinan pertemanan yang membentuk cerita indah selama masa kuliah.
19. Teman-teman angkatan 2010 konsentrasi Humas dan jurnalistik Ilmu Komunikasi Fisip Untirta.
20. Keluarga besar KKM 49 tahun 2013 yang telah menjadi bagian dari perjalanan penulis.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang dilipat gandakan dan rejeki yang selalu dilancarkan. Aamiin
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, Oktober 2015 Penulis,
Widiyana Ningsih
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………………i LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ... ………………………………………………………ii DAFTAR ISI .. ……………………………………………………………….v DAFTAR TABEL .. ……………………………………………………………....ix DAFTAR GAMBAR . ……………………………………………………......x DAFTAR LAMPIRAN …..……………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .
………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah …….…………………………………………………………11
1.3 Identifikasi Masalah ….…………………………………………………....11
1.4 Tujuan Penelitian .………………………………………………………………12
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….12
1.4.1 Manfaat Teoritis ……….……………………………………………....12
1.4.2 Manfaat Praktis ……….………………………………………………13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis .………………………………………………………………14 2.1.1 Komunikasi Antarpribadi .
……………………………………………....15
2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi .………………………………18 2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri) .
………………………………………19
2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure .………………………………………22
2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure .………………………………………25
2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure .………………………………………26
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure .………………27
2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri ….……………………………………29 2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri .
………………………………………30 2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi .
………………31
2.1.3 Konvergensi dan Media Baru ….……………………………………32
2.1.4 Media Sosial …….…………………………………………………………36
2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial …….…………………………………39
2.1.6 Teori Self Dislosure ……….………………………………………………46
2.2 Kerangka Berpikir ………….……………………………………………………51
2.3 Penelitian Terdahulu ………….……………………………………………54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian …………….…………………………………………………59
3.2 …….…………………………………………………61
Paradigma Penelitian
3.3 Ruang Lingkup Penelitian…….…………………………………………………63
3.4 Instrumen Penelitian ……….………………………………………………65
3.4.1 Sumber dan Jenis Data ……….………………………………………65
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ……….………………………………………66
3.5 Informan Penelitian ………………………………………………….……69
3.7 Uji Keabsahan Data …….…………………………………………………75
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.2.3 Tampilan LegaTalk .
4.1.3 Profil Informan ……….………………………………………………84
4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono ……….………………………………85
4.3.2 Dimensi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) P engguna LegaTalk……..102
5.2 Saran …….………………………………………………………………..143
5.1 Kesimpulan ……….……………………………………………………..141
4.4 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk ….…..134
4.3.5 Efek Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk ….…..124
4.3.4 Faktor-faktor Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) pengguna LegaTalk..116
……..110
4.3.3 Fungsi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk .
4.3.1 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk ……………….89
3.8 Jadwal Penelitian ….……………………………………………………………76
4.3 Pembahasan Penelitian ……….………………………………………………88
4.2 Deskripsi Data ……….………………………………………………………87
4.1.3.5 AG …………..…………………………………………………...86
4.1.3.4 Samuel Henk V N …….…………………………………………86
4.1.3.2 Rizky Hermawan ……….………………………………………85
4.1.3.1 Ahmad Rian Effendi ………….……………………………84
………………………………………83
4.1.2.2 Logo LegaTalk ……….………………………………………82
4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk ………….……………………………80
4.1.2 LegaTalk ……….………………………………………………………78
4.1.1 Profil Creative HotHouse ….……………………………………………77
.………………………………………………77
BAB V PENUTUP
5.2.2 Saran Praktis ………….…………………………………………..144
DAFTAR PUSTAKA ...……………………………………………………145 LAMPIRAN ……………………………………………………………………...150 RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………...202
DAFTAR TABEL
Halaman TABEL 2.1 Penelitian Self Disclosure Pada Media Sosial .... …………………….40
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………………….57
TABEL 3.1 Informan Penelitian……………………………………………….72
TABEL 3.2 Informan Pendukung……………………………………………….73 TABEL 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................
…………………………….76
DAFTAR GAMBAR
Halaman GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir ........ ………………………………………….53
GAMBAR 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain….....46
GAMBAR 4.1 Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015..82GAMBAR 4.2 Logo Aplikasi LegaTalk……………………………………….82
GAMBAR 4.3 Tampilan LegaTalk……………………………………………….83
GAMBAR 4.4 Bagan Self Disclosure Pada Media Sosial……………………...132
GAMBAR 4.5 Hasil Self Disclosure Pengguna LegaTalk Pada Johari Window….136
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara
……………………………………...150 LAMPIRAN 2 Biodata Key Informan
……………………………………...152 LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara
……………………………………...153 LAMPIRAN 4 Biodata Key Informan
……………………………………...158 LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara
……………………………………...159 LAMPIRAN 6 Biodata Key Informan
……………………………………...162 LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara
……………………………………...163 LAMPIRAN 8 Biodata Key Informan
……………………………………...167 LAMPIRAN 9 Transkip Wawancara
……………………………………...168 LAMPIRAN 1 0 Biodata Key Informan
……………………………………...172 LAMPIRAN 1 1 Transkip Wawancara
……………………………………...173 LAMPIRAN 1 2 Biodata Informan Pendukung
……………………………...177 LAMPIRAN 1 3 Transkip Wawancara
……………………………………...178 LAMPIRAN 1 4 Biodata Informan Pendukung
……………………………...182 LAMPIRAN 1 5 Transkip Wawancara
……………………………………...183 LAMPIRAN 1 6 Biodata Informan Pendukung
……………………………...188 LAMPIRAN 1 7 Transkip Wawancara
……………………………………...189 LAMPIRAN 1 8 Dokumentasi Contoh Status di LegaTalk
……………………...195
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Untuk itu, menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar tidak pernah lepas dari segala aktivitas hidup seseorang. Misalnya dalam lingkungan keluarga, kita berinteraksi satu sama lain dengan keluarga, kemudian pada lingkungan masyarakat yang lebih luas kita mampu menjalin suatu hubungan antar individu dengan teman, rekan kerja, kekasih, bahkan dengan tukang penjual minuman sekalipun. Artinya manusia tidak bisa terlepas dari adanya interaksi dan komunikasi dengan manusia lainnya.
Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial
1
dengan individu lain. Dalam menjalin suatu interaksi, seorang individu melakukan penyampaian informasi kepada orang lain mengenai dirinya. Hal ini berhubungan dengan adanya self disclosure pada individu. Self disclosure atau pembukaan diri menurut Devito merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi
2
tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Pengungkapan diri ini juga
1 2 Slamet Santoso. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama. Hlm 157
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
merupakan informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Self disclosure dapat terjadi, bila ada seseorang dengan sukarela menceritakan
mengenai dirinya kepada orang lain. Pengertian lain mengenai pengungkapan diri atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Menurut Morton, 1978 dalam buku Psikologi Sosial mengatakan
3 bahwa pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif.
Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, bahwa kita
4 menyukai orang-orang tertentu.
Erat kaitannya dengan komunikasi, pengungkapan diri adalah aspek (intimacy), yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan orang yang bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan yang paling dalam
5 dari diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, pengungkapan diri atau self disclosure ini terjadi tidak hanya dalam komunikasi dan interaksi langsung antar manusia. Namun, proses pengungkapan diri ini dapat pula terjadi pada media perantara, yakni media sosial. Dinamika kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai macam situasi dan 3 kondisi yang beraneka ragam. Manusia bisa merasakan bahagia, tapi manusia juga
David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : 4 Erlangga. Hlm 254 Ibid, Hlm: 254 akan merasakan pada titik di mana kehidupan tidak selalu menyenangkan. Dewasa ini, semenjak adanya media sosial seseorang bisa kapan saja dengan mudah berbagi mengenai hal pribadi, serta perasaan dan kegiatan dalam media tersebut. Seseorang biasa meluapkan kebahagiaan, kemarahan, hingga kekesalan dalam dunia maya. Hal inilah yang dinamakan pengungkapan diri atau self disclosure melalui media sosial.
Pernah ada beberapa penelitian terdahulu terkait pengungkapan diri pada media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumaningtyas (2010) menunjukan bahwa self disclosure pada media sosial Facebook mengakibatkan
6
terjadinya kasus pelarian dan penculikan remaja putri di Surabaya. Kemudian, pada penelitian terdahulu lainnya oleh Dimas Pamuncak (2011) juga mengungkapkan adanya bentuk self disclosure pada media sosial yang meneliti mengenai tipe
7
kepribadian pelaku self disclosure pada media jejaring sosial Facebook. Artinya kedua penelitian tersebut membuktikan adanya proses self disclosure pada media sosial.
Konteks pengungkapan diri yang dilakukan pada media sosial, umumnya terletak pada cara orang berbagi informasi tentang diri pada berbagai situs media sosial dalam bentuk status, foto/video, chatting, komentar, dan lain sebagainya sebagai suatu hal untuk diketahui oleh sesama pangguna akun terkait. Terlebih lagi 6 pada individu yang gemar melakukan curahan hati pada media sosial. Mengenai
Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online Facebook Sebagai Saluran Self
7 Disclosure Remaja Putri di Surabaya. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional VeteranDimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.
masalah perasaan, isi hati atau hal pribadi biasanya individu cenderung berbagi pada orang yang dipercaya atau pada orang-orang tertentu saja. Namun hal ini justru dipublikasikan melalui akun media sosial. Ini berarti secara tidak langsung banyak informasi mengenai dirinya yang tidak seharusnya dipublikasikan justru diketahui oleh orang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Ida Ruwaida seorang Sosiolog dari Universitas Indonesia berpendapat bahwa :
Ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias
8 katarsis lewat media sosial.
Mengungkapkan perasaan dalam jejaring sosial ini banyak dilakukan oleh kebanyakan orang. Faktanya, seperti dilansir dari Times of India, sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial sebagai wadah untuk mereka curhat. Dari survei yang dilakukan oleh salah satu televisi swasta Amerika Serikat itu tersingkap bahwa 52 persen orang ternyata curhat di jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Sementara 30 persen lainnya
9 dilatarbelakangi oleh rasa cemburu ataupun dendam dan rasa iri kepada orang lain.
Dengan berbagai latar belakang tersebut, artinya individu banyak yang menggunakan media sosial sebagai media untuk mencurahkan perasaan.
07 Desember 2014 pukul 14:17
Beberapa alasan membuat komunikasi dunia maya menjadi lebih nyaman dan lengkap dari pada komunikasi langsung dengan bertatap muka pada dunia nyata.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Larry D Rosen dkk, Ben-Ze-Ev (2003) mengatakan bahwa seseorang merasa aman dalam dunia maya dibandingkan dunia nyata. Walther (1996) juga mengatakan seseorang juga merasa dekat jika berada
10 dibalik layar atau dunia maya dibandingkan dunia nyata.
Ajang melakukan ”curhat” pada media sosial ini merupakan salah satu fungsi pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak (1979) dalam konteks ekspresi, bahwa kadang- kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang semua itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapatkan
11 kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.
Namun, yang menjadi suatu masalah dalam melakukan pengungkapan diri melalui media sosial yakni berkaitan dengan adanya UU ITE yang berlaku di Negara Indonesia. Seperti kita ketahui dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, ramai pemberitaan mengenai kasus para pengguna media sosial yang terkena Undang- Undang Informasi dan Teknologi (UU ITE). Pada kejadian pelanggaran UU ITE dalam kasus media sosial yang marak terjadi belakangan ini, sebut saja kasus Florence Sihombing yang berawal dari kekesalannya saat antre di SPBU Yogjakarta. 10 Kekesalan Florence pun diungkapkan melalui akun Path miliknya dengan
Dimas Pamuncak. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook.
11 Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Hlm: 8 David O Sears & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:Erlangga. Hlm: 254 kalimata dan penduduk tersebut. Florence Sihombing, mahasiswi semester ketiga Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada disangka telah melakukan penghinaan, pencemaran nama baik, dan penyebaran akses internet yang menghina masyarakat dan menimbulkan kebencian atau permusuhan
12 individu.
Kasus selanjutnya yang baru-baru ini terjadi adalah Ervani, salah seorang pengguna media sosial yang juga mengungkapkan kekesalannya pada jejaring sosial.
Kedua kasus ini merupakan kejadian dari sekian banyak kasus serupa pada media sosial yang merugikan pengguna hingga terjerat hukum Indonesia. Bila dikaitkan dengan self disclosure seseorang, hal ini merupakan tingkat pengungkapan diri yang tinggi menimbulkan kesan kurang dapat mengontrol diri.
Akibat dari banyaknya kasus tersebut, membuat peneliti berasumsi bahwa bermedia sosial seakan terkekang dan kebebasaan mengekspresikan diri seolah dibatasi oleh adanya UU ITE tersebut. Terlebih fasilitas dalam media sosial itu sendiri umumnya digunakan individu sebagai media eksistensi dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan terakhir dalam Teori Kebutuhan Abraham Maslow. Sehingga, fasilitas media sosial inilah yang memungkinkan seseorang dapat bebas berbagi dalam dunia maya tersebut sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan tersebut.
Komplektisitas manusia dalam menggunakan media sosial sangat besar, seperti terlihat dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang memiliki media sosial, mereka mengakses media sosial secara berkala setiap hari, sebagian aktivitas harian mereka diselingi dengan membuka atau mengakses media sosial. Kegiatan yang dilakukan dalam media sosial tersebut yakni melakukan interaksi dengan pengguna media sosial lainnya seperti berkirim pesan, berbagi tentang kegiatan pribadi yang diunggah dalam bentuk foto, video, maupun berbagi update status yang nantinya mengundang komentar dan feedback yang menimbulkan terjadinya suatu interaksi.
Di Indonesia sendiri, sesuai survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2012 lalu, menyatakan bahwa 63 juta masyarakat Indonesia terhubung dengan Internet. Sebanyak 95 persen aktivitas populasi itu saat mengakses
13
dunia maya adalah membuka media sosial. Dalam artikel lainnya, Bao Jianleo selaku Country Manager Baidu (mesin raksasa pencari asal Tiongkok) perwakilan Indonesia juga mengatakan internet memang digandrungi di Indonesia, khususnya untuk mengakses jejaring sosial. Menurut presentase, ada sekitar 84,2 persen pengakses jejaring sosial, kemudian di posisi kedua adalah fungsi internet untuk
14
melakukan telusuran (browsing), sekitar 65,7 persen. Ini artinya bahwa media sosial 13 banyak digunakan dan diakses oleh masyarakat di Indonesia.
14 Adanya partisipasi yang besar terhadap penggunaan media sosial ini menimbulkan banyak media sosial baru yang bermunculan. Semakin canggihnya teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan beragam situs media sosial (sosmed) yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengikuti pula perkembangannya. Masyarakat di Indonesia selalu menjadi publik yang mampu mengikuti perkembangan tersebut, seperti halnya mengikuti tren saat ini sebagai pengguna media sosial. Lagi pula, saat ini kebanyakan orang lebih memilih untuk berkomunikasi secara virtual dalam dunia maya melalui social media dibandingkan berbicara secara langsung dengan orang-orang sekitarnya.
LegaTalk adalah sebuah platform media sosial anonim lokal pertama di
15 Indonesia. Aplikasi yang merupakan platform Android ini diresmikan pada bulan
September 2014, yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin curhat namun tidak ingin mengungkapkan identitas dirinya karena khawatir akan reaksi orang yang berlebihan ataupun akan menimbulkan dampak negatif. Dalam penerapan aktivitasnya yang memungkinkan setiap orang dapat berbagi status tanpa terdeteksi adanya informasi pengguna sebagai identitas tersebut, oleh karena itu media ini disebut juga media sosial anonim. Salah satu aktivitas yang diunggulkan media ini adalah sebagai media khusus berbagi status atau disebut juga ruang curhat. Dalam situs jejaring sosial Lega Talk, dengan tagline
“share with friends, say all you want,
speak anonymously 15 ” ini dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan Teknologi.metrotvnews.com/read/2014/09/25/296897/creative-hot-house-resmikan-aplikasi- individu sebagai media untuk pengungkapan diri dan pemenuhan kepuasaan diri dengan identitas pengguna yang anonim.
Mendaftar dengan verifikasi yang longgar memicu adanya identitas palsu yang memberikan kebebasan dalam menggunakan sosial media. Kelonggaran identitas tersebut tidak terlepas dari salah satu karakteristik media baru yang disampaikan Feldman (dalam Flew 2005:101) yaitu manipulable (mudah dimanipulasi). Masyarakat diberi kebebasan untuk memanipulasi, merubah data dan informasi secara bebas tanpa adanya batasan atau aturan. Belum pernah ada kasus hukum yang melibatkan users dalam sebuah portal media online karena komentar
16 yang melanggar etika.
Kemunculan media sosial umumnya menarik penggunanya untuk terjun menggunakan berbagai layanan yang tersedia pada media sosial tersebut. Manusia secara psikologis senang mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Umumnya, media jejaring sosial telah menjadi salah satu media yang memberi ruang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk berkreasi dan berbagi. Terlebih dengan adanya akun berbasis anonim yakni LegaTalk dengan tidak tercantumnya profil pengguna atau informasi lainnya kecuali hanya deteksi lokasi pada saat pengguna memposting status pada akun media ini. Dalam hal ini memungkinkan seseorang dapat berbagi status dan curhat secara lebih bebas, tanpa memikirkan jati dirinya diketahui oleh orang
“memahami fenomena komunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username dalam portal berita online” diakses lain. Hal ini seperti ungkapan Ian Chandra K bahwa “tidak ada yang tahu tentang jati diri anda yang sebenarnya sehingga anda dapat menuliskannya secara
17
sembarangan.” Dengan meningkatnya kasus mengenai self disclosure pada media sosial terutama maraknya ajang melakukan curhat pada media tersebut yang banyak menimbulkan unsur negatif pada pengguna seperti telah diungkap peneliti di atas mengenai berbagai macam kasus pengguna yang terkena UU ITE. Munculah keinginan peneliti untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor penyebab seseorang melakukan pengungkapan diri terutama pada media sosial anonim dalam hal ini LegaTalk. Pada umumnya karakteristik dari media sosial yakni tercantumnya nama profil atau informasi lainnya sebagai identitas pengguna, yang berguna sebagai tanda pengenal bagi pemilik akun untuk dapat dikenali oleh sesama pengguna. Namun, yang uniknya dari pemilihan media sosial yang peneliti ambil ini yakni terletak pada anonimitas atau media sosial dengan tidak mencantumkan profil pengguna layaknya akun media sosial lainnya seperti halnya Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang muncul pada media sosial yang peneliti ambil yakni LegaTalk, yang di dalamnya terdapat suatu proses komunikasi dari dalam diri individu yang dituangkan dalam sebuah “status”. Pernyataan perasaan pada status 17 tersebut mengandung adanya ungkapan perasaan yang dialami individu mengenai diri