BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERSEPSI DAN KESIAPAN CIVITAS AKADEMIKA RUMPUN BIDANG ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TERHADAP PELAKSANAAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Keaslian penelitian ini dapat dijamin. Beberapa penelitian yang

  terkait dengan topik ini adalah sebagai berikut : 1.

   Presepsi dan Kesiapan Mahasiswa dan Dosen Pendidik terhadap Model Pembelajaran IPE

  Sedyowinarso dkk., (2011) melakukan penelitian yang berjudul Presepsi Mahasiswa dan Dosen Pendidik terhadap Model Pembelajaran Interprofessional Education (IPE). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendektan Focused Group

  Discussion (FGD) pada mahasiswa pendidikan tinggi ilmu kesehatan

  Indonesia dari pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, ilmu keperawatan, kebidanan, farmasi, ilmu gizi, dan kesehatan masyarakat dari institusi pendidikan tinggi ilmu kesehatan yang sekurang- kurangnya memiliki 2 bidang keilmuan kesehatan di Indonesia dan kepada 47 dosen di Surabaya.

  Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pendekatan penelitian dengan kuantitatif kepada civitas akademia rumpun bidang ilmu kesehatan di UMP dan pada penelitian Sedyowinarso meneliti model pembelajaran IPE, pada penelitian ini persepsi dan kesiapan terhadap pelaksanaan IPE.

2. Perbedaan Persepsi Mahasiswa Tahap Profesi

  Sundari.,dkk (2013) melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan Persepsi Mahasiswa Tahap Profesi Di FKIK UMY Tentang Interprofessional Education Di Asri Medical Center Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental dengan desain rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu saat.

  Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada sampel, dimana peneliti melakukan di Fakultas Farmasi, Fakultas Ilmu Sundari dilakukan di FKIK UMY dan hanya bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang IPE.

  3. Persepsi dan Kesiapan Dosen terhadap Pembelajaran IPE

  Yuniawan dkk., (2015) melakukan penelitian yang berjudul Presepsi dan Kesiapan Dosen terhadap Pemebelajaran Interprofesional. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan pendekatan cross sectional pada dosen FKIK Unsoed terdapat enam profesi ilmu kesehatan, yaitu kedokteran, kedokteran gigi, ilmu keperawatan, farmasi, ilmu gizi dan kesehatan masyarakat yang berstatus PNS, dengan menggunakan kuesioer RIPLS modifikasi dan kuesioner pengukuran presepsi Interdiciplinary Education Perception

  (IEPS).

  Scale

  Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada sampel, dimana penelitian ini akan dilakukan pada civitas akademika rumpun bidang ilmu kesehatan UMP yang di dalamnya terdapat mahasiwa, dosen dan karyawan (laboran). Penelitian Yuniawan dilakukan di FKIK Unsoed, sedangkan penelitian ini dikerjakan di tiga fakultas rumpun bidang kesehatan UMP.

  4. Persepsi Mahasiswa Tentang IPE

  Israbiyah (2016) melakukan penelitian yang berjudul Persepsi Mahasiswa Tentang Interprofessional Education (IPE) di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan desain analisis deskriptif dan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan teknik nonprobabilty sampling dengan jenis sampling sistematis.

  Penelitian Israbiyah ini hanya meneliti variabel persepsi, dengan menggunakan kuesioner perbedaanya terletak pada variabel, sampel, kuesioner yang digunakan dan tempat penelitian.

5. Persepsi Tentang IPE

  Permana (2016) melakukan penelitian yang berjudul Persepsi Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan total sampel 23 respoden, instrumen yang digunakan adalah kuesioner Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS).

  Perbedaan penelitian kali ini adalah terhadap variabel pada penelitian Permana hanya variabel persepsi saja, kuesioner yang digunakan sama, tempat dan sampel penelitian berbeda.

B. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education a.

   Definisi Interprofessional Education (IPE) adalah proses pendidikan

  dimana dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar dengan tujuan untuk membina

  interdisipliner /interaksi interprofessional yang meningkatkan praktek

  disiplin masing-masing (ACCP, 2009). Interprofessional education (IPE) merupakan metode pembelajaran interaktif berbasis kelompok guna menciptakan belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik berkolaborasi, dan bertukar pikiran mengenai interpersonal, kelompok, organisme dan hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Royal College of Nursing, 2006). Barnsteiner (2007) menyatakan IPE adalah dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan pembelajaran interaktif tersebut membutuhkan partisipasi aktif peserta didik dan saling bertukar pikiran diantara peserta didik.

  Dapat disimpulkan di dalam dunia kesehatan IPE dapat terwujud apabila civitas akademika rumpun bidang ilmu kesehatan disiplin ilmu yeng terkait berdiskusi mengenai konsep pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas demi kepentingan luas. IPE dapat digunakan untuk membahas atau berdiskusi mengenai isu kesehatan atau kasus di bidang ilmu kesehatan yang terjadi di sekitar masyarakat, sehingga dengan adanya IPE dapat ditemukan solusi- yang ada.

  b. Tujuan IPE

  Tujuan IPE secara umum untuk melatih civitas akademika rumpun bidang ilmu kesehatan untuk lebih mengenal peran profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mampu berkolaborasi dengan baik saat perawatan dan pengobatan pasien. Menurut Cooper (2008) tujuan dari pelaksanaan IPE antara lain :

  1) Untuk meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerja sama. 2) Untuk membina kerjasama yang kompeten. 3) Untuk membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien. 4) Untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien yang komprehensif.

  Pendapat Curran (cit. MacDonal, 2010) tujuan IPE adalah untuk mencapai tingkat kolaborasi kesehatan yang efektif, meningkatkan hasil perawatan pasien, serta menciptakan lingkungan pasien yang baik.

  c. Manfaat IPE untuk Perkembangan Dunia Kesehatan

  IPE dalam dunia pendidikan rumpun bidang ilmu kesehatan mempunyai tujuan untuk mengarahkan dosen untuk membantu mempersiapkan mahasiswa bidang ilmu kesehatan untuk nantinya mampu terlibat dan berkontribusi aktif dalam collaborative practice, seperti yang di jelaskan oleh Galle & Lorelei (2010) bagaimana IPE memegang peran penting yaitu sebagai jembatan di suatau negara

  collaborative practice dapat dilaksanakan. IPE berdampak pada

  peningkatan apresiasi siswa dan pemahaman tentang peran, tanggung jawab, dan untuk mengarahkan siswa supaya berpikir kritis dan menumbuhkan sikap profesional. penelitian dari 42 negara tentang dampak dari penerapan collaborative dalam dunia kesehatan. Hasil dari penelitian ternyata sangat

  practice

  menjanjikan bukan hanya bagi negara terkait, namun juga apabila digunakan di negara-negara lain. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa collaborative practice dapat meningkatkan: 1) Keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan.

  2) Penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai. 3) Outcome kesehatan bagi penyakit kronis. 4) Pelayanan serta keselamatan pasien. Disamping itu collaborative practice dapat menurunkan: 1) Total komplikasi yang dialami pasien.

  2) Jangka waktu rawat inap. 3) Ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers). 4) Biaya rumah sakit. 5) Rata-rata clinical error, dan 6) Rata-rata jumlah kematian pasien (WHO, 2010).

d. Kompetensi IPE

  Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi mendefinisikan kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

  Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan pelaksanaan IPE adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk kolaborasi. Barr (1998) menjelaskan kompetensi kolaborasi yaitu :

  1) Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas. memutuskan perawatan dan pengobatan pasien. 3) Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau parawatan pasien. 4) Mentoleransi perbedaan, kesalah pahaman dan kekurangan profesi lain. 5) Memfasilitasi pertemuan interprofesional, dan 6) Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.

  

American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009), membagi

  kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan tim.

Tabel 2.1 Kompetensi untuk IPE (ACCP, 2009) No Kompetensi utama IPE Komponen kompetesi IPE

  1. Kompetensi pengetahuan Strategi koordinasi Model berbagi tugas/ pengkajian situasi Kebiasaan karakter bekerja dalam tim Pengetahuan terhadap tujuan tim Tanggung jawab tugas spesifik

  2. Kompetensi ketrampilan Pemantauan kinerja secara bersama-sama Fleksibilitas/ penyesuaian Dukungan/ perilaku saling mendukung Kepemimpinan tim Pemecahan konflik Umpan balik Komunikasi/ pertukaran informasi

  3. Kompetensi sikap Orientasi tim (moral) Kemampuan bersama Berbagai pandangan/ tujuan

  4. Kompetensi kemampuan tim Kepanduan tim Saling percaya Orientasi bersama Kepentingan bekerja tim

  Freeth (2005) mengungkapkan bahwa staff pendidik harus mengenali dan menyadari potensi pembelajaran dalam dinamika kelompok interprofessional. Hal ini sangat sesuai dengan tanggung jawab staff pendidik untuk memberikan kesempatan yang sama demi pembelajaran individu yang efektif bagi masing-masing anggota kelompok.

Tabel 2.2 Kompetensi Pengajaran IPE menurut Freeth (2005)

  No Kompetensi Pembelajaran IPE 1. Sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktek interprofessional.

  2. Kepercayaan dalam hubungan pada faktor tertentu dari pembelajaran interprofessional dimana staff pendidik berkontribusi.

  3. Model peran yang positif.

  4. Pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran interaktif dan percaya diri dalam menerapkannya.

  5. Kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakan perbedaan profesi secara kreatif dalam kelompok.

  6. Menghargai perbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota kelompok.

  7. Menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompok.

  

8. Meyakinkan dan memiliki selera humor dalam meghadapi kesulitan.

  e. Pendekatan Pembelajaran IPE

  Pendekatan belajar mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE yaitu exchange-based learning, action-based learning, practice-based

  learning, simulation-based learning, observation-based learning, dan e-based learning (Sedyowinarso dll, 2011) karena metode

  pembelajaran IPE dapat berubah sewaktu-waktu menyesuaikan civitas akademika.

  f. Hambatan IPE Hambatan menurut KBBI adalah halangan atau rintangan.

  Hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan IPE adalah penanggalan akademik, peraturan akademik, struktur penghargaan akademik, lahan praktek klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian profesional, evaluasi, pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis, kekurangan pengajar interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta didik, logistik, kekuatan pengaturan, promosi, perhatian, dan penghargaan, ressitensi perubahan, beasiswa, sistem penggajian, dan komitmen terhadapp waktu (ACCP, 2009).

  Hambatan yang dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada pengorganisasaian, pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sebagai persiapan menghadapi hambatan tersebut mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem pelayanan kesehatan (Sdyowinarso, dkk., 2012) 2.

   Persepsi terhadap IPE

  Persepsi menurut KBBI adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Menurut Riggio dalam Taufik (2013) mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat pengindraan, pandangan, penciuman dan perasaan.

  Barr et al (2005) menyebutkan bahwa komponen persepsi tentang IPE terdiri dari kolaborasi, persamaan kompetensi, bekerja dalam tim, pengalaman dan merupakan ilmu terapan. Sesuai dengan ACCP (2009) dalam penelitian mengenai skala IEPS tentang IPE yaitu kompetensi dan otonomi, persepsi kebutuhan untuk bekerja sama. Bukti kerja sama saat ini, dan pemahaman terhadap profesi lain.

3. Kesiapan terhadap IPE

  Slameto (2010) mengungkapkan bahwa kesiapan adalah keseluruhan semua kondisi individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi tertentu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan psikisnya, sehingga untuk mencapai kesiapan yang maksimal diperlukan kondisi fisik dan psikis yang menunjang kesiapan individu dalam proses pembelajaran. Kesiapan dapat dilihat dari antusiasme civitas akademia terhadap pelaksanaan IPE.

  Civitas akademika yang mampu dan siap untuk pelaksanaan IPE adalah syarat yang harus terwujud dalam pelaksanaan IPE. Kesiapan IPE dapat dilihat dengan tiga domain umum yaitu : 1) identitas profesional, 2) teamwork, 3) peran dan tanggung jawab.

  4. Hubungan Persepsi dan Kesiapan

  Persepsi menurut KBBI adalah tanggapan (penerimaan) melalui panca indranya. Yuniawan (2015) mengatakan persepsi kemudian menpengaruhi perilaku dan membentuk sikap seseorang. Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu, apabila dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon.

  Sikap menurut KBBI merupakan perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian atau keyakinan dapat pula diartikan kesiapan untuk beraksi terhadap objek tertentu, yang akan menimbulkan adanya respon. Kesiapan Civitas akademika rumpun bidang ilmu kesehatan terhadap pelaksanaan IPE akan mempengaruhi sistem pelaksanaan IPE nantinya.

  5. IPE dalam konsep Berubah

  Pelaksanaan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak telepas dari konsep berubah. Perubahan menurut KBBI merupakan hal (keadaan) berubah, peralihan dan pertukaran atau perbaikan aktivitas tetap yang tidak menambah jumlah jasanya.

  Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahan proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing.

  6. Civitas Akademika

  Civitas berasal dari bahasa latin berarti masyarakat. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013), masyarakat merupakan sejumlah manusia dalam arti selus-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Akademika berasal dari bahasa latin yaitu Academia, menurut Oxford Dictionary (2013) Academia berarti sekelompok pelajar yang terlibat pendidikan tinggi dan penelitian. pada kelompok manusia yang terlibat aktivitas pendidikan tinggi dan penelitian. Dalam konteks Universitas Kristen Petra, civitas akademika mengarah pada dosen, karyawan, serta mahasiswa .

  a. Dosen

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang dosen, disebutkan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa dosen adalah tenaga pendidik di dunia pendidikan yang dibutuhkan untuk mencerdaskan mahasiswa dan memiliki peran penting dalam membangun sebuah bangsa (Setiawan, 2015).

  Dosen yang profesional menurut (HPEQ-Project, 2011) dalam Yuniawan (2015) adalah dosen yang menjalankan tugasnya. Tugas utama dosen adalah melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Salah satu tugas utama dosen adalah di bidang pendidikan dan pengajaran yaitu melaksanakan perkuliahan atau tutorial, membimbing seminar mahasiswa, membimbing KKN, membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa, penguji pada ujian akhir, membina kegiatan mahasiswa, mengembangkan program perkuliahan, dan mengembangkan bahan pengajaran. Tugas-tugas tersebut menunjukkan bahwa dosen memiliki peran strategis dalam pengembangan pendidikan termasuk untuk mengembangkan model pembelajaran interprofesi.

  b. Mahasiswa

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Pengertian lain dari mahasiswa ialah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi, mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam lapisan masysrakat Achin (2010) mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan bangsa, karena mahasiswa merupakan sumber kekuatan moral bagi bangsa Indonesia. Artinya bahwa mahasiswa merupakan kelompok orang yang dengan jalur seleksi tertentu sehingga mendapat pendidikan formal tingkat tinggi.

c. Karyawan

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah). Penelitian ini mengambil laboran sebagai responden. Emha.,dkk (2002) mengatakan laboran adalah orang (ahli ilmu kimia dan sebagainya) yang bekerja di laboratorium. Kualifikasi laboran juga telah ditetapkan pada peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 26 tahun 2008 sebagai berikut: 1) Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yan ditetapkan oleh pemerintah. 2) Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

  C. Kerangka Konsep Persepsi terhadap IPE

  Kesiapan terhadap IPE

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DEPRESI PADA MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15

PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG KEGAWATDARURATAN DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 6 14

HUBUNGAN PERTEMANAN SEBAYA DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BERUPA FACEBOOK DAN INSTAGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAHASISWA NON KESEHATAN TENTANG DAGUSIBU DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL TERHADAP MEKANISME KOPING REMAJA AKHIR DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA INTERNET ADDICTION DAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016 - repository perpustakaan

0 0 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA DISASTER NURSING CARE(DNC)EMERGENCY FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 16

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA MAHASISWI PRODI KEPERAWATAN S1 DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 18

PERBANDINGAN PERSEPSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TERHADAP APOTEK ONLINE - repository perpustakaan

0 1 14