Budiarini Pradnya Paramita BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan medis

  1. Pengertian Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan bayi selama jam pertama setelah kelahiran (Sudarti, M.Kes,

  2010 hal : 1) Bayi baru lahir disebut juga dengan

  neonatus merupakan

  individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan intra uterin. Bayi baru normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Vivian Lani Lia Dewi, 2010 hal : 1)

  Menurur Ai yeyeh Rukiyah, 2010 hal : 2 yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawan.

  Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

  harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010 hal : 2)

  o

  C

  Hipotermia adalah bayi baru lahir yang suhunya kurang dari 36

  atau kedua kaki bayi dan tangan teraba dingin. (Sarwono, 2006 hal : 373) Suhu tubuh rendah atau

  hipotermia dapat disebabkan oleh karena

  terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan yang rendah, i

  8 permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. (DEPKES RI, 2003 hal : 37)

  o Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36,50 C pada pengukuran

  suhu melalui ketiak. (DEPKES RI 2005 hal : 5-8) Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5°C (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010 hal : 283)

  Gejala awal

  hipotermi yaitu apabila suhu di bawah 36

  ⁰C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila tubuh bayi teraba dingin, bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36

  ⁰C). Hipotermi berat jika suhu tubuh kurang dari 32 ⁰C. (Wafi Nur, 2010 hal : 189)

  2. Etiologi Hipotermi Menurut Helen Varney ( buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 2 hal

  : 878) transisi fisiologis ke kehidupan ekstrauterin bayi baru lahir terjadi dengan cepat terjadi dalam empat area yaitu system pernafasan, system sirkulasi, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan memperoleh sumber glukosa. Setiap area perubahan ditinjau secara terpisah.

  a. Perubahan pernafasan.

  Sistem pernafasan adalah sistem yang paling bertantang ketika perubahan dari lingkungan

  ekstrauteri bayi baru lahir harus segera

  mulai bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi bayi baru lahir adalah placenta.

  Janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas selama sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveolo berkembang secara gestasi begitu juga kemampuan janin selama surfaktan, fosfolipid yang mengalami tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara alveoli.

  Ruang interstitial antara alveoli sangat tipis sehingga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveolo untuk pertukaran udara.

  Bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan pernafasan kecuali jika pusat pernafasan diotak dan otot-otot pernafasan bekerja mengatur pernafasan. Respon paru-paru bayi baru lahir terhadap kemoreseptor (yang ada di glomulus aortikum dan glomulus karotikum) dan mekanoreseptor paru menjadi kekuatan penggerak dalam pengaturan pernafasan lebih lanjut. Kekuatan otot-otot pernafasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak secara langsung mempengaruhi keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi.Bayi baru lahir yang sehat mengatur sendiri banyak aspek usaha nafasnya sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antara oksigen, karbondioksida, dan kapasitas residu fungsional.

  Nafas aktif pertama menghasilkan rangkaian peritiwa tanpa gangguan yang membantu sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewas, mengosongkan paru dari cairan, menetapkan volume paru

  neonatus

  dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan arteri pulmonalis.

  Pertamakali dilahirkan lender keluar dari hidung dan mulut. Banyak bayi baru lahir megap-megap dan mengis pada saat itu.Oleh karena itu penghisapan mulut dan hidung dengan sebuah suksion karet tidak diperlukan. Penggunaan alat penghisap, sepertri suksion karet atau suksion dinding harus dibatasi jika usaha nafas bayi baru lahir berkurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas.

  Bagan perubahan system pernafasan bayi baru lahir .

  Bagan 1. Permulaan Pernapasan menurut Helen Varney, 2008 hal: 879

  b. Perubahan sirkulasi Aliran darah dari plecenta berhenti pada saat tali pusat diklem.

  Keadaan ini meniadakan suplai oksigen placenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru sebagai respon terhadap tarikan nafas pertama.

  Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa system bertekanan rendah. Karena paru adalah organ yang tertutup berupa cairan paru memiliki darah yang minimal. Sebagian basar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang disebut

  foramen ovalle. Darah yang kaya

  oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui

  duktus arteriosus.

  Bagan perubagan dari sirkulasi janin kesirkulasi neonatus.

  Bagan 2. Perubahan dari Sirkulasi Janin ke Sirkulasi Neonatus menurut Helen Varney, 2008 hal: 881 c. Termoregulasi Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan. Karena suhu didalam uterus berfluktuasi sediki, janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,6°C daripada suhu ibu. Pada saat lahir faktor yang berperan dalam kehilangan panas bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme :konveksi, konduksi, radiasi, evaporasi.

  Berikut adalah bagan akibat kehilangan panas pada bayi baru lahir.

  Asidosis metabolik

  Bagan 3. Akibat Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir menurut Helen Varney, 2008 hal : 882 d. Pengaturan glukosa.

  Sebelum kelahiran, janin terpajan pada kadar glukosa darah yang hamper konstan, sehingga 60 hingga 70 persen kadar glukosa darah maternal. Dalam mempersiapkan kehidupan ekstrauterin, janin yang sehat menyimpan glukosa sebagai glikogen, khususnya didalam hati. Sebagian besar penyimpanan glikogen terjadi pada trimester ketiga.

  Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk mempertahankan keseimbangan glukosa yang essensial bagi fungsi otak neonatus.Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah turun selama waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran).

  Penelitian pada bayi baru lahir cukup bulan yang sehat menemukan kadar glukosa rendah fisiologis terjadi pada 1 sampai 1,5 jam setelah bayi lahir dan kadar glukosa tersebut stabil dalam 3 sampai 4 jam.

  Sistem pada bayi baru lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara mandiri penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi dalam 3 cara : Melalui air susu ibu/susu formula, melalui penggunaan cadangan glikogen, atau melalui pembuatan glukosa dari sumber-sumber lain khususnya lipid.

  Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir bahkan bayi yang lahir cukup bulan dan sehat. Pada bayi

  hipotermi memiliki

  kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan. Pada bayi bayi baru lahir meliputi area permukaan tubuh yang bayi baru lahir yang luas, Jaringan lemak subkutan tipis, perbandingan luas permukaan, tubuh dengan berat badan besar, cadangan glikogen dan brown fat sedikit, BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shifering (menggigil) pada reaksi kedinginan, Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi terhadap

  hipotermi.

  Mekanisme hilangnya panas pada Bayi Baru Lahir Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :

  a. Radiasi : Dari objek kepanas bayi, contoh timbangan bayi dingin tanpa pengalas.

  b. Evaporasi : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit, contoh air ketuban pada tubuh bayi baru lahir , tidak dapat dikeringkan.

  c. Konduksi : Panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh , contoh : pakaian bayi yang basah dan tidak cepat diganti,

  d. Konveksi : Penguapan dari tubuh keudara, contoh : angin disekitar tubuh bayi baru lahir.(DEPKES RI, 2005 hal : 5-7) Gambar 1.

  Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir menurut

  DEPKES RI 2005.

3. Klasifikasi hipotermi

  hipotermi dibagi

  b. Hipotermia sedang : denyut jantung kurang dari 100 kali/menit, malas minum, letargi.

  b. Tanda-tanda hipotermia sedang 1) Aktivitas berkurang atau letargis

  2) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja. 3) Tubuh bayi teraba dingin. 4) Dalam keaadan berat, denyut jantung bayi menirun dan kulit bayi mengeras (sklerema).

  a. Gejala hipotermi pada bayi baru lahir : 1) Bayi tidak mau minum atau menetek.

  hipotermi bayi baru lahir.

  4. Tanda dan gejala Hipotermi Menurut Sarwono, 2006, H: 373 penilaian bayi baru lahir dilihat apakah ada tanda dan gejala

  b. Hipotermia berat : Kulit teraba keras, nafas pelan dan dalam.

  hipotermi a. Hipotermia ringan : Kedua kaki dan tangan teraba dingin.

  menjadi 3 yaitu : a.

  Berdasarkan penurunan suhu tubuh klasifikasi

  Cold stress

  d.

  Hipotermia berat : Apabila suhu tubuh bayi kurang dari 32°C.

  b. Hipotermia sedang : Apabila suhu tubuh bayi 32°C-36°C c.

  : Apabila suhu bayi kurang dari 36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.

  Hipotermi ringan

  : Bayi mengalami stress dingin akibat hipotermia (Saifuddin, 2006 : 373) Berdasarkan kejadian

  2) Tangisan lemah 3) Kulit berwarna tidak rata.

  4) Kemampuan menghisap lemah 5) Kaki teraba dingin.

  c. Tanda-tanda hipotermia berat

  1) Aktivitas berkurang atau letargis

  2) Tangisan lemah 3) Kulit berwarna tidak rata 4) Kemampuan menghisap lemah 5) Kaki teraba dingin 6) Bibir dan kuku kebiruan 7) Pernafasan lambat 8) Pernafasan tidak teratur 9) Bunyi jantung lambat 10) Selanjutnya timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.

  d. Tanda-tanda stadium lanjut

  

hipotermi

  1) Muka, ujung kaki berwarna merah terang 2) Bagian tubuh lainnya pucat 3) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan

  (sklerema)

  5. Patofisiologi Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan. Karena perubahan suhu lingkungan.Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu.

  Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga

  cara : menggigil, aktivitas

  volunter, dan termogenesis (produksi panas

  tubuh) tanpa menggigil. Cara menggigil tidak efisien pada

  neonatus,

  terlihat hanya pada kondisi stress dingin yang paling berat. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas, bahkan bayi dengan cukup bulan yang memiliki kekuatan otot yang cukup untuk menangis dan tetap dalam posisi

  fleksi.

  Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini : peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat

  (brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus dapat

  menghasikan panas dalam jumlah besar dengan menghasilkan kecepatan metabolisme mereka. Pada ini, norepinefrin mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas kedalam sirkulasi.

  Pada cara kedua lemak cokelat dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Lapisan lemak cokelat berupa pada dan sekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya lemak cokelat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir.

  Gejala klinis

  hipotermia dapat sulit dibedakan termasuk takipnea

  dan peningkatan frekuensi jantung. Setiap bayi baru lahir yang mengalami stress akibat

  hipotermia harus dievaluasi untuk melihat

  adanya hipoglikemia dan hipoksia serta harus diobservasi dengan ketat. Proses penghangatan kembali memakan waktu beberapa jam. Upaya untuk menghangatkan bayi baru lahir dengan cepat dapat membuat bayi mengalami

  apnea. (Helen varney, 2008 hal : 881)

6. Pencegahan hipotermi a. Jangan memandikan bayi sebelum bayi berumur 12 jam.

  b. Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25°C dan bebas dari aliran angin) c. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding dingin dan jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau di dalam pemancar panas.

  d. Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (misal alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan )

  e. Pada waktu dipindahkan ditempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat.

  f. Bayi harus berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus intravena atau selama resusitasi dengan cara: 1) Memakai pakaian dan mengenakan topi.

  2) Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti.

  3) Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan dan tindakan.

  g. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (misal menggunakan pemancar panas) h. Ganti popok setiap kali basah. i. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (missal kain kasa yang basah), usahakan agar bayi tetap hangat. j. Jangan memandikan atau bayi menyentuh bayi dengan tangan dingin

  (DEPKES RI 2005 hal : 5-7) k. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel.

  Tabel 1. Tabel pengukuran suhu tubuh menurut depkes RI 2005 hal 5-7

  Keadaan bayi Frekuensi pengukuran Bayi sakit Tiap jam Bayi kecil Tiap 12 jam Bayi keadaan baik Sekali sehari

  7. Penatalaksanaan medis untuk penanganan medis

  1. Cara menghangatkan bayi baru lahir

  a. Kontak kulit untuk semua bayi, untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32°-36,5°C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

  b. Kangoroo mother Care Cara ini untuk menstabilkan bayi dengan berat badan ≤ 2500 g. Terutama direkomendasi untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan ≤ 1800 g. Cara ini tidak dilakukan pada bayi yang sakit berat dan bayi yang sakit berat. Apabila ibu tidak ada bisa digantikan oleh keluarga (pengganti ibu) c. Pemancar panas

  Pemancar untuk menghangatkan bayi sakit atau berat badan ≥ 1500 gram.

  d. Lampu penghangat

  Lampu ini digunakan apabila tidak ada pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm.

  e. Inkubator Dilakukan untuk penghangatan b erkelanjutan dengan bayi berat ≤ 1500 gram yang tidak dapat dilakukan KMC.

  f. Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat ≤ 2500 gram yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

  2. Manajemen khusus bayi baru lahir dengan hipotermi a.

  Hipotermia sedang

  1) Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut dengan selimut hangat. 2) Bila ada pengganti ibu/pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit.

  3) Bila ibu tidak ada :

  a) Hangatkan kembali kembali bayi bayi dengan alat pemancar panas gunakan incubator dan ruangan hangat bila perlu.

  b) Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan beri asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengaturan tubuh.

  c) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi harus sering diubah.

  d) Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu berikan asi peras.

  e) Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan.

f) Periksa kadar glukosa darah, bila

  ≤ 45mg/dl (2,6 mmol/L) tangani

  hipoglikemia

  g) Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas bila ada tangani gangguan nafasnya.

  h) Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C berarti usha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tubuh setiap 2 jam. i) Setelah suhu tubuh normal lakukan perawatan lanjutan, pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap

  3 jam. j) Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baikserta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

  b.

  Hipotermia berat

  1) Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang trlah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin gunakan incubator atau ruangan hangat. 2) Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri oakaian yang hangat pakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

  3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.

  4) Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi) 5) Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis, dari pipa infus terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.

6) Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah

  45mg/dl (2,6mmol/L), tangani

  hipoglikemia

  7) Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.

  8) Anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya segera setelah siap : a) Bila bayi tidak dapat menyusu beri asi peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.

  b) Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri asi peras begitu suhu bayi mencapai 35°C. 9) Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5°C/jam berate upaya menghangatkan berhasil.kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.

  10) Setelah suhu bayi normal lakukan perawatan lanjutan untuk bayi, pantau bayi selama 12 jam kemudian ukur suhunya setiap 3 jam.

  11) Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.

  8. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laborat untuk hipotermi yaitu pemeriksaan darah untuk mengukur glukosa darah dalam tubuh, apabila kadar glukosa darahnya ≤ 60 mg/dL atau 80 mg/dL berarti bayi mengalami hipoglikemia. Tetapi gejala

  hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah

  mencapai 50 mg/dL. Diagnosa

  hipoglikemia ditegakkan berdasarkan

  gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010 hal : 293)

  9. Penataksanaan

  hipotermia

  Penatalaksanaan

  hipotermia ringan

  a. Hangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk manjaga bayi agar tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut dengan metode kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.

  b. Bila tubuh bayi masih dingin gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu , yang digunakan untuk menutupi tubuh ibu dan bayi. Lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

  c. Biasanya bayi

  hipotermia mengalami hipoglikemia sehingga bayi

  harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin.(Sarwono Prawirohardjo, 2006 hal : 374)

  Penatalaksanaan

  Hipotermia Sedang a. Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.

  b. Jika ibu ada, minta ia menghangatkan kembali bayi melakukan kontak langsung jika bayi tidak mengalami masalah lain.

  c. Jika ibu tidak ada atau kontak langsung tidak dapat dilakukan : 1) Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat.

  2) Hangatkan bayi dengan menggunakan pemanas radian. Gunakan metode penghangatan kembali yang lain.

  d. Dorong ibu menyusui lebih sering. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternative.

  e. Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl atasi glukosa darah yang rendah.

  f. Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali permenit atau bayi mengalami tarikan dinding dada kedalam atau grunting pada saat ekspirasi, atasi kesulitan bernafas. (Manajemen masalah bayi baru lahir, 2003 hal : 39) Penatalaksanaan

  hipotermia berat

  a. Hangatkan bayi segera menggunakan pemanas radian yang telah dihangatkan.

  b. Lepaskan baju dingin atau basah, jika ada. Beri selimut bayi baju hangat dan topi, tutupi dengan selimut hangat.

  c. Atasi sepsis, dan pertahankan selan IV di bawah pemanas radian untuk menghangatkan cairan.

  d. Ukur glukosa darah. Jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl, atasi glukosa darah yang rendah.

  e. Kaji bayi : 1) Periksa adanya tanda-tanda kedaruratan (yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 20 kali permenit bernapas terengah- engah, tidak bernafas, atau syok setiap jam.)

  2) Ukur suhu tubuh bayi setiap jam :

  a) Jika suhu tubuh bayi meningkat 0.5°C perjam selama 3 jam terakhir, penghangatan kembali berhasil lanjutkan mengukur suhu tubuh bayi setiap 2 jam.

  b) Jika suhu tubuh bayi tidak meningkat atau meningkat lebih lambat 0,5°C perjam, pastikan bahwa suhu alat penghangat diatur dengan benar.

  f. Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali permenit atau bayi mengalami tarikan dinding dada kedalam atau grunting pada saat ekspirasi, atasi kesulitan bernafas.

  g. Kaji kesiapan makan setiap 4 jam sampai suhu tubuh normal. h. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda kesiapan menyusu, izinkan bayi mulai menyusu. i. Ketika suhu tubuh bayi normal, ukur suhu tubuh setiap 3 jam selama 12 jam. j. Jika suhu bayi tetap dalam rentang normal hentikan pengukuran. k. Jika bayi makan dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi pulangkan bayi. Beri saran pada ibu tentang cara menjaga bayi tetap hangat di rumah. (Manajemen masalah bayi baru lahir, 2003 hal : 38)

  Tabel 2. Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi menurut DEPKES RI, 2005 hal : 5-8

  Berat bayi 35°C 34°C 33°C 32°C 3-5 minggu

  ≤ 1500 gram 1-10 hari 11 hari sampai ≥ 5 minggu 3 minggu 1500-2000 gr 1-10 hari 11 hari sampai 4

  ≥ 4 minggu minggu 2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari-3 minggu

  ≥ 3 minggu 1-2 hari

  ≥ 2500 gram ≥ 2 hari. Cara menggunakan inkubator

  a) Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan.

  b) Tutup matras dengan kain bersih.

  c) Kosongkan dengan reservoir dapat tumbuh bakteri yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi.

  d) Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi. e) Hangatkan inkubator sebelum digunakan.

  f) Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar. Lepas semua pakaian bayi dan segera diberi pakaian kembali setelah slesai. Tutup inkubator secepat mungkin jaga lubang selalu tertutup agar incubator tetap hangat.

  g) Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.

10. Komplikasi Hipotermi

  akibat yang ditimbulkan dari

  hipotermi yaitu Hipoglikemi-sidosis metabolik, yang dikarenakan vasokonstriksi perifer dengan metabolisme

  anaerob sehingga kebutuhan oksigen pada bayi meningkat. Apabila metabolisme bayi meningkat dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan

  pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea,

  perdarahan intra ventrikular (ai Yeyeh Rukiyah, 2010 hal : 284).

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

  Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien atau member asuhan (Soepardan, 2008).

  Manajemen asuhan kebidanan menurut varney sebagai berikut : Langkah l : Pengumpulan data dasar

  Adalah pengumpulan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul dengan kebutuhannya, meninjau kembali perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit sebelumnya, meninjau data laboratorium terkait secara singkat dan membandingkan dengan laporan terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang menjadi sumber kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap bahkan pasien mengalami komplikasi yang diperlukan konsultasi dari dokter bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.

  Langkah ll : Interpretasi Data Menginterpretasikan data dengan tepat untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosa. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar nomenklatur kebidanan adalah :

  1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi 2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

  3. Memiliki cirri khas kebidanan.

  4. Didukung oleh klinikal judgemen dalam lingkup praktik kebidanan.

  5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemem kebidanan. Langkah lll : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

  Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa saat ini. Langkah ini sangat penting dalam perawatan kesehatan yang aman. Dalam hal ini bidan mengambil langkah antisipasi dan melkukan tindakan kewaspadaan.

  Langkah lV : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan Kewaspadaan.

  Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penataksanaan kebidanan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer tetapi perawatan yang berkelanjutan. Mengumpulkan data-data baru dan dievaluasi. Beberapa data mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.

  Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah- langkah yang sebelumnya.Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa sudah terlihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi wanita tersebut yaitu tentang apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling, dan rujukan untuk masalah- masalah sosial, ekonomi, kultural atau masalah psikologi bila diperlukan. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehtan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan wanita tersebut yang pada akhirnya akan melaksanakan rencana tersebut.

  Oleh krena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai pembahasan rencana bersama wanita tersebut kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakan. Lankah Vl : Melaksanakan Perencanaan.

  Pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh yang dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh orang tua, bidan atau anggota tim kesehatan lainnya, jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya agar benar-benar dilakukan. Apabila bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terlaksananya rencana asuhan kolaborasi yang menyeluruh tersebut. Manajemen efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan tersebut. Langkah Vll : Evaluasi

  Langkah terakhir ini adalah memeriksa apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan ibu, benar-benar terpenuhi dalam mengidentifikasi maslah atau diagnosa. Rencana tersebut efektif jika dalam pelaksanaannya efektif dan dianggap tidak efektif jika tidak efektif. Ada kemungkinan bahwa sebgian rencana tersebut telah efektif dan sedangkan sebagian lain tidak. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi. (Varney, 2007) Metode Pendokumentasian SOAP S : Subjektif Apa yang dikatakan ibu O : Objektif Apa yang dilihat dan dirasakan bidan sewaktu melakukan pemeriksaan (hasil laboratorium) A : Assesment Kesimpulan apa yang dibuat dari data-data subjektif atau objektif tersebut P : Planning Apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut diatas.

  Penerapan Manajemen Kebidanan menurut Varney (1997), meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan tindakan antisipasi segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

  Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan luar uterus. (Wafi Nur, 2010) a. Data Subjektif

  1) Identitas pasien Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan, (Eny Retna Ambarwati, 2009)

  Umur : Dicatat dalam jam/hari untuk mengetahui apakah ada resiko atau tidak, terutama bayi dengan hipotermi yang waktu timbulnya kurang dari 2 hari. (DEPKES RI, 2005 hal : 5-10)

  2) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan bayi baru lahir misalnya

  ekstremitas bayi terlihat kebiruan.

  ( Eny Ambarwati. 2009) 3) Riwayat kesehatan

  (a) Riwayat kesehatan ibu: Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :

  1) Jantung

  Pada ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung pada kehamilan mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan volume sirkulasi (Sarwono, 2007 hal 430) sedangkan komplikasi yang terjadi pada

  neonatus dapat mengakibatkan janin

  terlahir prematur, Berat Badan Lahir Rendah yang dapat mengakibatkan

  hipotermi karena pada bayi dengan berat

  lahir rendah jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit dak kurangnya lemak subkutan (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 hal 283). 2) Hipertensi yang dapat menyebabkan komplikasi seperti komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya misalnya

  

insufisiensi uteroplasental

  pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas atau BBLR yang dapat mengakibatkan

  hipotermi. (Kapita Selekta

  Kedokteran, 2001 hal 270) 3) Ginjal

  Penyakit ginjal ini dapat disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri

  chlostridia welchii atau

streptokokus (sarwono, 2007 hal 515) Penyakit ginjal pada

  ibu hamil mengakibatkan bayi lahir dengan berat lahir rendah dan IUGR. Bayi IUGR cenderung terjadi

  asfiksia (Jan M. Kriebs, 2010 hal 479). asfiksia pada bayi lebih

  cepat timbul dingin karena tidak terjadi

  vasokonstriksi

  segera setelah lahir (Anik Maryunani, 2009 hal 31).pada bayi dengan berat lahir rendah dapat mengakibatkan

  hipotermi (Jam M. Kriebs, 2010 hal : 479)

  (b) Riwayat kesehatan sekarang : Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang hubungannya dengan bayinya. (Eny Ambarwati, 2009)

  (c) Riwayat kesehatan keluarga : Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. (Eny Ambarwati, 2009)

  4) Riwayat Obstetri Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi, meliputi PB, BB, Penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan seperti bayi lahir dengan berat badan lahir rendah yang dapat mengalami

  hipotermi, karena pada bayi dengan berat lahir rendah

  jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit dan kurangnya lemak subkutan (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 hal 283) 5) Pola Kebutuhan sehari-hari

  a) Pola intake nutrisi Salah satu yang paling pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi oleh bayi baru lahir dan diberikan secara dini adalah ASI. Pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu bayi yang beratnya ≤ 1500 gram kurang mampu mengisap ASI atau susu botol terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba untuk menyusui ibunya (Sarwono, 2007 hal 779), Sedangkan pada bayi yang mengalami

  hipotermi sedang, bayi tidak mau

  minum atau menetek(Sarwono, 2006 hal: 373) sedangkan bayi dengan

  hipotermi berat, bayi makan dengan buruk atau tidak

  mau makan (manajemen masalah bayi baru lahir, 2008 hal : 89)

  b) Pola eliminasi Biasanya sejumlah kecil urine terdapat kandung kemih bayi saat lahir, tapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari, sedangkan bayi dengan

  

hipotermi yang ada hubungannya dengan bayi dengan berat

  lahir rendah mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine (Anik Maryunani, 2009 hal 27)

  c) Pola aktivitas Pada bayi yang mengalami

  hipotermi bayi tampak lesu, atau

  mengantuk saja dan aktivitas bayi berkurang (Sarwono, 2006 hal : 374) d) Pola istirahat

  Pola istirahat bayi dengan

  hipotermi bayi akan sering tidur

  karena bayi akan sering mengantuk (Sarwono, 2006 hal : 373)

  b. Data Objektif 1) Keadaan umum :

  Keadaan umum bayi dengan hipotermi yaitu letargis yaitu tonus otot rendah dan tidak ada gerakan (Sarwono, 2006 hal 374) 2) Tingkat kesadaran :

  Menurut Sarwono, 2006 hal: 373 bayi yang mengalami

  hipotermi

  yaitu somnolen yaitu kesadaran yang lebih rendah dan ditandai dengan bayi tampak mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat.

  3) Tanda Vital

  a) Pernafasan : Pernafasan pada bayi normal yaitu 30-60 kali/menit, sedangkan pernafasan bayi dengan

  hipotermi sedang bayi

  tersebut kesulitan untuk bernafas (Manajemen masalah bayi baru lahir, 2008 hal: 89) b) Suhu :

  Suhu bayi normal yaitu 36,5-37,5°C sedangkan bayi dengan

  hipotermi sedang yaitu 32°C sampai 36,4°C (Manajemen

  masalah bayi baru lahir, 2008 hal: 89) 4) Denyut jantung :

  Denyut jantung bayi normal antara 120-160 kali/menit. Tetapi pada bayi dengan

  hipotermi sedang ataupun hipotermi berat

  denyut jantung bayi kurang dari 100 kali/menit (Manajemen masalah bayi baru lahir, 2008 hal: 89) 5) Antropometri a ) Berat badan : Berat badan bayi normal yaitu 2500-3500 gram sedangkan pada bayi dengan

  hipotermi yang biasanya terjadi

  pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu berat lahirnya ≤ 2500 gram dan tidak kurang dari 1500 gram (Sri Sukamti, 2009 hal 31).

  b) Panjang badan : Panjang badan bayi baru lahir normal adalah 48-52 cm sedangkan panjang badan bayi dengan

  hipotermi yang biasa terjadi pada berat lahir rendah ukuran

  panjang badannya ≤ 45 cm atau sama dengan 45 cm (Sarwono, 2007 hal 777). c ) Lingkar dada : Lingkar dada bayi baru lahir normal yaitu 30-33 cm, pada bayi dengan

  hipotermi yang biasa terjadi pada bayi

  dengan berat lahir rendah yaitu lingkar dadanya kurang dari 30 cm (Sarwono, 2007 hal 777). d ) Lingkar kepala : Lingkar kepala bayi normal yaitu 33-35 cm sedangkan bayi dengan

  hipotermi yang biasa terjadi pada

  bayi dengan berat lahir rendah ukurannya kurang dari 33 cm (Sarwono, 2007 hal 777). Pemeriksaan fisik Pameriksaan fisik dilakukan untuk menentukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan (Sri Sukamti, 2009) a) Wajah : Pada bayi dengan

  hipotermi stadium lanjut muka bayi

  berwarna merah terang (Sarwono, 2006 hal: 374) b) Mulut : Pada bayi dengan

  hipotermi berat warna bibirnya

  kebiruan (Sarwono, 2006 hal: 374)

  c) Ekstremitas : pada bayi dengan sedang

  hipotermi

  ekstremitasnya teraba dingin (Sarwono, 2006 hal: 374)

  d) Kulit : kulit bayi dengan

  hipotermi sedang kulitnya bayi

  berwarna tidak rata (Sarwono, 2006 hal: 374)

  e) Reflek : 1) Reflek menghisap : lemah (Sarwono, 2006 hal : 374)

  2. Interpretasi data Bayi Ny.S, umur 1 hari dengan hipotermi sedang Data Dasar.

  Data Subjektif : Ibu mengatakan bayinya berumur 1 hari. Data Objektif : a) TTV

  b) Ekstremitas bayi kebiruan c) Warna kulit tidak rata.

  3. Diagnosa potensial

  Hipotermia berat

  4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi a. Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.

  b. Jika ibu ada, minta ia menghangatkan kembali bayi melakukan kontak langsung jika bayi tidak mengalami masalah lain.

  c. Jika ibu tidak ada atau kontak langsung tidak dapat dilakukan : 1) Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat.

  2) Hangatkan bayi dengan menggunakan pemanas radian. Gunakan metode penghangatan kembali yang lain.

  d. Dorong ibu menyusui lebih sering. Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternative.

  e. Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl atasi glukosa darah yang rendah.

  f. Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali permenit atau bayi mengalami tarikan dinding dada kedalam atau grunting pada saat ekspirasi, atasi kesulitan bernafas. (Manajemen masalah bayi baru lahir, 2003 hal : 39) g. Perencanaan

  1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

  2. Bila ada pengganti ibu/pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit.

  3. Bila ibu tidak ada :

  a. Hangatkan kembali kembali bayi bayi dengan alat pemancar panas gunakan incubator dan ruangan hangat bila perlu.

  b. Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan beri asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengaturan tubuh.

  c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi harus sering diubah.

  d. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu berikan asi peras.

  4. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan.

  5. Periksa kadar glukosa darah, bila ≤ 45mg/dl (2,6 mmol/L) tangani

  hipoglikemia

  6. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas bila ada tangani gangguan nafasnya.

  7. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C berarti usha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tubuh setiap 2 jam.

  8. Setelah suhu tubuh normal lakukan perawatan lanjutan, pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.

  9. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

  h. Pelaksanaan 1) Mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

  2) Menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit. 3) Bila ibu tidak ada :

  a) Menghangatkan kembali kembali bayi bayi dengan alat pemancar panas gunakan incubator dan ruangan hangat bila perlu.

  b) Memeriksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan beri asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengaturan tubuh.

  c) Menghindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi harus sering diubah.

  d) Menganjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu berikan asi peras. 4) Meminta ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan nafas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan.

  5)

  Memeriksa kadar glukosa darah, bila ≤ 45mg/dl (2,6 mmol/L) tangani

  hipoglikemia

  6) Menilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas bila ada tangani gangguan nafasnya. 7) Memeriksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal

  0,5°C berarti usha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu tubuh setiap 2 jam. 8) Setelah suhu tubuh normal lakukan perawatan lanjutan, pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.

  9) Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baikserta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. i. Evaluasi

  a. Bayi sudah diganti pakaiannya yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.