BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DIGITAL FORENSIK - ANALISIS DATA CRYPT 12 ENCRYPTED DATABASE PADA APLIKASI WHATSAPP MESSENGER UNTUK KASUS FORENSIK DIGITAL - repository perpustakaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DIGITAL FORENSIK Menurut Al-Azhar (2012) komputer/digital forensik merupakan
aplikasi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi komputer untuk kepentingan pembuktian hukum (pro justice), yang dalam hal ini adalah untuk membuktikan kejahatan berteknologi tinggi atau computer crime secara ilmiah (scientific) hingga bisa mendapatkan bukti-bukti digital yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan tersebut.
Hal yang perlu di pahami seorang ahli forensik digital adalah prinsip- prinsip dasarnya, dalam hal ini ACPO (Association Of Chief Police Officiers) England Wales & Nireland adalah salah satu lembaga hukum di United Kingdom (UK) bidang penegakan hukum menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1. No action taken by law enforcement agencies or their agents should change data held on a computer or storage media which may subsequently be relied upon in court; 2.
In circumstances where a person finds it necessary to access original data held on a computer or an storage media, that person must be competent to do so and be able to give evidence explaining the relevance and the implications of their actions;
3. An audit trail or the record of all processes applied to computer-based electronic evidence should be created and preserved. An independent third party should be able to examine those processes and achieve the same result; 4.
The person in charge of the investigation (the case officer) has overall responsibility for ensuring that the law and these principles are adhered to.
B. MOBILE FORENSIK
Menurut Al-Azhar (2012) forensik ini berkaitan dengan jenis barang bukti elektronik yang berupa handphone dan smartphone. Pemeriksaan ini biasanya berkaitan dengan informasi digital yang tersimpan di barang bukti tersebut. Informasi yang penting ini [contoh: call logs misalnya panggilan masuk (incoming), keluar (outgoing) dan tidak terjawab (missed); SMS (short
message service ) misalnya pesan masuk (inbox), keluar (sent), dan rancangan
(draft), e-mail, foto (gambar digital), video; dan lain-lain] diperlukan untuk mengetahui komunikasi di antara pelaku kejahatan atau pemetaan apa yang telah dilakukan para pelaku yang berkaitan dengan kejahatannya. Hal ini biasa terjadi pada kasus-kasus narkotika.
C. ANDROID
Menurut Supardi (2011) Android adalah sebuah sistem operasi perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi. Beberapa pengertian lain dari Android, yaitu:
- Merupakan platform terbuka (open source) bagi para pengembang (programmer) untuk membuat aplikasi.
- Merupakan sistem operasi yang dibeli Google Inc. dari Android Inc.
- Bukan bahasa pemrograman, akan tetapi hanya menyediakan lingkungan hidup atau run time environment yang disebut DVM (Dalvik Virtual Machine) yang telah dioptimasi untuk device/alat dengan sistem memori yang kecil.
D. APLIKASI WHATSAPP
WhatsApp memungkinkan untuk mengirim pesan teks, video, dan
media audio. Aplikasi ini tersedia untuk ponsel Android, Blackberry, iOS, Symbian (s60), dan Windows. WhatsApp Inc. didirikan pada tahun 2009 oleh Brian Acton dan Jan Koum, keduanya veteran Yahoo!. Dengan adanya aplikasi tersebut orang dapat bertukar informasi seperti gambar, video, aktivitas dan acara.
Meskipun sudah terhubung dengan teman untuk lebih banyak waktu, tetapi kerahasiaan mereka juga semakin rentan terhadap ancaman oleh hacker dan penjahat cyber. Tidak ada batasan panjang dan jumlah pesan yang bisa ditukarkan dan tidak dikenakan biaya operator. Seseorang tidak perlu memasang sim card untuk menggunakan WhatsApp; satu-satunya persyaratan adalah telepon yang mendukung, koneksi internet dan ruang penyimpanan di telepon untuk mengunduh aplikasi. WhatsApp menggunakan versi standar
Extensible Messaging and Presentation Protocol (XMPP) yang dapat
disesuaikan. Setelah WhatsApp terpasang di ponsel mana pun, maka akan membuat akun pengguna menggunakan nomor telepon sebagai nama pengguna (ID:
WhatsApp secara otomatis mensinkronisasi semua nomor telepon dari
buku telepon pengguna dengan database terpusat pengguna WhatsApp untuk menambahkan kontak ke daftar kontak WhatsApp pengguna. Sebelumnya, pesan WhatsApp tidak dienkripsi, artinya data yang dikirim dan diterima ada di plaintext, artinya pesan dapat dibaca dengan mudah jika tersedia paket jejak (Sahu, 2014).
E. TEKNOLOGI ENKRIPSI DATABASE WHATSAPP
Mulai versi WhatsApp 2.9 pertukaran pesan disimpan di 'msgstore.db' berupa database SQLite. Tapi dalam versi awal tersebut peneliti keamanan menemukan sesi chatWhatsApp bersifat rentan, karena file database yang menyimpan percakapan chatting tidak dienkripsi dan dapat dengan mudah diakses melalui banyak cara untuk mendapatkan rincian seluruh percakapan ting termasuk gambar, video, kontak dan sebagainya. Saat itu, peneliti
chat
keamanan mulai meneliti database WhatsApp (msgstore.db) untuk mengambil sesi percakapan bahkan yang sudah dihapus dari opsi chat.
WhatsApp segera memperbaruinya dengan mekanisme enkripsi untuk melindungi database-nya (Shuaibu dan Bala, 2016).
Aplikasi WhatsApp otomatis mem-backup percakapan setiap hari pada pukul 04.00 pagi dan menyimpannya dalam folder WhatsApp pada ponsel Android. Folder tersebut terletak di memori internal atau kartu SD eksternal. Aplikasi WhatsApp menggunakan ekstensi crypt dalam pengenskripsian file
database- nya. Crypt menggunakan algoritma AES . Sebuah file msgstore.db.crypt menyimpan database pesan masuk dan pesan keluar dalam
format database yang terenkripsi. Aplikasi WhatsApp menggunakan format ekstensi crypt5, crypt6, crypt7, crypt8, crypt12 untuk enkripsi database-nya (Kunang dan Khristian, 2017).
Sekarang ini aplikasi WhatsApp menggunakan crypt12 dalam pengenkripsiannya, dan mungkin saja nanti kedepannya akan menggunakan
crypt13 atau yang lain. Aplikasi WhatsApp menyimpan semua database yang
terenkripsi di folder WhatsApp pada direktori /sdcard/WhatsApp/Databases/ dan folder WhatsApp tersebut bisa saja berada pada memori internal maupun eksternal atau SD Card. Untuk mendekripsi database aplikasi WhatsApp, maka diperlukan file key yang terletak pada direktori
/data/data/com.whatsapp/files / dan untuk
masuk ke direktori tersebut membutuhkan hak akses root.
F. BASIS DATA
Basis data terdiri atas dua kata, yaitu basis dan data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang,tempat bersarang/berkumpul. Sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya. Basis data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti:
Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.
Secara umum sebuah sistem basis data merupakan sistem yang terdiri atas kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan program (DBMS) yang memungkinkan beberapa pemakai dan/atau program lain untuk mengakses dan memanipulasi file-file (tabel-tabel) tersebut. Lebih jauh lagi, dalam sebuah sistem basis data, secara lengkap akan terdapat komponen- komponen utama sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware).
2. Sistem Operasi (Operating System).
3. Basis Data (Database).
4. Sistem (Aplikasi/Perangkat Lunak) Pengelola Basis Data (DBMS).
5. Pemakai (User).
6. Aplikasi (perangkat lunak) lain (bersifat opsional) (Fathansyah, 2007).
Sistem basis data adalah sistem terkomputerisasi yang tujuan utamanya adalah memelihara data yang sudah diolah atau informasi dan membuat informasi tersedia saat dibutuhkan. Pada intinya basis data adalah media untuk menyimpan data agar dapat diakses dengan mudah dan cepat (Rosa dan Shalahuddin, 2013).
G. KRIPTOGRAFI
Menurut Ariyus (2006) kriptografi berasal dari bahasa Yunani, menurut bahasa dibagi menjadi dua kripto dan graphia, kripto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Menurut terminologinya kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan ketika pesan dikirim dari suatu tempat ke tempat yang lain. Algoritma kriptografi merupakan langkah-langkah logis bagaimana menyembunyikan pesan dari orang-orang yang tidak berhak atas pesan tersebut. Algoritma kriptografi terdiri dari tiga fungsi dasar yaitu: a. Enkripsi: Enkripsi merupakan hal yang sangat penting dalam kriptografi yang merupakan pengamanan data yang dikirimkan terjaga kerahasiaannya.
Pesan asli disebut plaintext yang dirubah menjadi kode-kode yang tidak dimengerti. Enkripsi bisa diartikan dengan chiper atau kode. Sama halnya dengan kita tidak mengerti akan sebuah kata, maka kita akan melihatnya di dalam kamus atau daftar istilah-istilah. Beda ha1nya dengan enkripsi, untuk merubah plaintext ke bentuk chipertext kita menggunakan algoritma yang dapat mengkodekan data yang kita ingini. b. Dekripsi: Dekripsi merupakan kebalikan dari enkripsi, pesan yang telah dienkripsi dikembalikan ke bentuk asalnya (plaintext) disebut dengan dekripsi pesan. Algoritma yang digunakan untuk dekripsi tentu berbeda dengan yang digunakan untuk enkripsi.
c. Kunci: Kunci yang dimaksud disini adalah kunci yang dipakai untuk melakukan enkripsi dan dekripsi, kunci terbagi jadi dua bagian kunci pribadi (private key) dan kunci umum (public key).
Menurut Munir (2006) proses menyandikan plainteks menjadi cipherteks disebut enkripsi (encryption) atau enciphering (standard nama menurut ISO 7498-2). Sedangkan proses mengembalikan cipherteks menjadi plainteks semula dinamakan dekripsi (decryption) atau deciphering (standard nama menurut ISO 7498-2). Enkripsi dan dekripsi dapat diterapkan baik pada pesan yang dikirim maupun pada pesan tersimpan. Istilah encryption of data
in motion mengacu pada enkripsi pesan yang ditransmisikan melalui saluran
komunikasi, sedangkan istilah encryption of data at-rest mengacu pada enkripsi dokumen yang disimpan di dalam storage. Contoh encryption of
data in motion adalah pengiriman nomor PIN dari mesin ATM ke komputer server di kantor bank pusat. Contoh encryption of data at-rest adalah enkripsi file basis data di dalam hard disk.
H.
ADVANCED ENCRYPTION STANDARD (AES)
Sadikin (2012) menyatakan AES merupakan sistem penyandian blok yang bersifat non-Feistel karena AES menggunakan komponen yang selalu memiliki invers dengan panjang blok 128 bit. Kunci AES dapat memiliki panjang kunci bit 128, 192 dan 256 bit. Penyandian AES menggunakan proses yang berulang yang disebut dengan ronde. Jumlah ronde yang digunakan oleh
AES tergantung dengan panjang kunci yang digunakan. Setiap ronde
membutuhkan kunci ronde dan masukan dari ronde berikutnya. Kunci ronde dibangkitkan berdasarkan kunci yang diberikan. Relasi antara jumlah ronde dan panjang kunci diberikan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara jumlah ronde dan panjang kunci AES Panjang Kunci AES (bit) Jumlah Ronde (Nr)
128
10 192
12 256
14 I.
KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
1. Sahu (2014) melakukan penelitian terhadap aplikasi WhatsApp versi 2.11.186 dimana database yang ada diamankan menggunakan versi enkripsi .crypt7 dan yang dienkripsi dengan algoritma AES dengan panjang kunci 192 bit. Ia menggunakan WhatsApp Xtract dan Phyton untuk mengekstrak data pada WhatsApp dan mendapatkan bukti percakapan yang ada.
2. Shuaibu dan Bala (2016) melakukan penelitian yang membahas beberapa isu penting tentang aplikasi WhatsApp dan keamanannya. Teknologi keamanan Whatsapp pada saat itu adalah masih menggunakan versi enkripsi .crypt8 dan menggunakan WhatsApp-Crypt-DB Converter untuk melakukan enkripsi serta WhatsApp Xtract dan Phyton untuk mengekstrak data pada WhatsApp, tetapi tidak melakukan analisis terhadap hasil ekstrak yang didapatkan. Mereka juga menyebutkan beberapa tantangan mengenai WhatsApp Forensics dan juga prosedur bagaimana mengekstrak bukti dari Smartphone Android yang dicurigai.
3. Fauzan, dkk. (2016) melakukan analisis penanganan kasus
cyberbullying yang terjadi melalui aplikasi Line Messenger yang
dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang teknik pengungkapan bukti digital pada kasus cybercrime. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada proses investigasi, yaitu terdiri dari tahapan preservation, collection, examination, dan
analysis .
4. Kunang dan Khristian (2017) menjelaskan proses alur proses deskripsi file database WhatsApp menggunakan versi enkripsi
crypt8 , yang dienkripsi menggunakan algoritma AES dengan
panjang kunci 256 bit. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan artefak digital berupa percakapan, kontak dan foto profil. File media juga bisa didapatkan, tetapi hanya berupa voice note saja.