SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA PELAJAR PADA PENDERITA HIV DAN AIDS BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL DI SMAN 1 GENTENG

  SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA PELAJAR PADA PENDERITA HIV DAN AIDS BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL DI SMAN 1 GENTENG PENELITIAN DESKRIPTIF ANALITIK Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

  OLEH : YOGA AJI PRADANA NIM. 131311133118 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  2017

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA iv

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

v

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

  Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ANALISI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA PELAJAR PADA PENDERITA HIV DAN AIDS BERDASARKAN TEORI HEALT BELIEF MODEL (HBM) DI SMAN 1 GENTENG

  ”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakutas Keperawatan Universitas Airangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyeesaikan penyusunan peneitian ini.

  2. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.Ns., M.Kep. selaku dosen Pembimbing II Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama penelitian sampai diselesaikannya skripsi ini.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4. Ibu Eka Misbahatul M.Has, S.Kep.Ns., M.Kep. dan Bapak Deni Yasmara, S.Kep.Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB. selaku Dosen penguji saya saat seminar proposal yang telah memberikan masukan demi terlaksananya penelitian ini.

  5. Bapak Sukaji dan Ibu Wibi Mulyani selaku orang tua, serta Yuliangga Aji Saputra selaku kakak saya yang senantiasa mendoakan, memotivasi dan memberikan dukungan baik secara moral maupun finansial sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

  6. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dan kepala Bangkesbangpol yang telah membantu saya memperolah data awal demi terlaksananya penelitian ini.

  7. Kepala Sekolah SMAN 1 Genteng yang telah memfasilitasi saya dalam pengambilan data awal sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

  8. Semua adik-adik SMAN 1 Genteng khususnya kelas XI (responden) yang telah meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

  9. Adzan Fachrurrozi dan Mariana Puspitasari selaku teman yang telah meluangkan waktunya dalam mendengarkan keluh kesah saya, yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat untuk terus berjuang serta membantu mengerjakan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  10. Teman-teman angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama dari maba.

  Terimakasih atas doa dan dukungannya sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

  11. Bapak Hendy yang telah membantu dan mempersilahkan saya mengerjakan skripsi di ruang baca yang nyaman.

  12. Dan seluruh pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi saya. viii

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan.

  Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun saya berharap skripsi ini dapat disetujui sehingga penelitian yang saya ajukan dapat terlaksana.

  Surabaya, 14 September 2017 Penulis ix x MOTTO

  Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu,maka janganlah sampai engkau menelantarkan mereka karena kerja kerasmu.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT FACTOR ANALYSIS OF STUDENTS’ STIGMA IN HIV/AIDS PATIENTS BASED ON HEALTH BELIEF MODEL (HBM) THEORY IN SMAN 1 GENTENG

  A Descriptive Analytic Study in SMAN 1 Genteng By: Yoga Aji Pradana

  Introduction: the rapid spread of stigma and discrimination leads to anxiety and prejudice against people living with HIV. The purpose of this study was to analyze the factors affecting students

  ’ stigma in people with HIV and AIDS based on Health Belief Modeltheory.Methods: This study was in descriptive correlational study designusing cross-sectional approach. The population was students of SMAN 1 Genteng. The samplesparticipated in this study were 100 respondents based on simple random sampling. The independent variables of this studywere demographic factor (knowledge), health belief (susceptibility, severity, benefit, barrier, and self-efficacy ) and perception of threats. The dependent variable was student s’ stigma in HIV and AIDS patient. The data were collected using questionnaires. Data was analyzed using multiple regression statistic test with level of significance at 0,05. Results: the results of the analysis show that knowledge has no significant effect on belief (susceptibility (0,787), severity (0,432), benefit (0,485), barrier (0,196), self-efficacy (0,872), belief has no significant effect on the threat (susceptibility (0,536), severity (0,998), benefit (0,128), barrier (0854), self-efficacy (0,859)), the threat has no significant effect on stigma (0.222). Discussion: There is no influence between knowledge with beliefs, beliefs with threats, and threats to stigma.Further research is expected to use a specific measuring instrument to measure variables.

  Keywords: HIV and AIDS, stigma, knowledge, susceptibility, severity, benefit, barrier, self-efficacy, threat xi

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STIGMA PELAJAR PADA PENDERITA HIV DAN AIDS BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL (HBM) DI SMAN 1 GENTENG

  Penelitian Deskriptif Analitik di SMAN 1 Genteng Oleh : Yoga Aji Pradana

  Pendahuluan: stigma dan diskriminasi tersebar secara cepat yang menyebabkan terjadinya kecemasan dan prasangka terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi stigma pelajar pada penderita HIV dan AIDS berdasarkan teori Health Belief Model.

  Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross- sectional. Populasinya adalah pelajar SMAN 1 Genteng.Sampel yang digunakan sebesar 100 responden berdasarkan simple random sampling.Variabel independen penelitian ini adalah demografi (pengetahuan), keyakinan (kerentanan, keseriusan, keuntungan, hambatan, kepercayaan diri) dan persepsi ancaman. Variabel dependen adalah stigma pelajar pada penderita HIV dan AIDS. data variabel independen dan dependen dikumpulkan menggunakan kuisioner. Data analisis

menggunakan uji statistik regresi berganda dengan derajat kemaknaan p<0,05.

  Hasil dan analisis: hasil dari analisis menunjukkan bahwa pengetahuan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keyakinan (kerentanan(0,787), keseriusan(0,432), keuntungan(0,485), hambatan(0,196), kepercayaan diri(0,872), keyakinan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ancaman (kerentanan(0,536), keseriusan(0,998), keuntungan(0,128), hambatan(0,854), kepercayaan diri(0,859), ancaman tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stigma (0,222).

  Diskusi: Tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan keyakinan, keyakinan dengan ancaman, dan ancaman terhadap stigma. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat ukur yang spesifik untuk mengukur variabel.

  Kata kunci : HIV dan AIDS, stigma, pengetahuan, kerentanan, keseriusan, keuntungan, hambatan, kepercayaan diri, ancaman xii

  xiii DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  LEMBAR JUDUL SKRIPSI............................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ v LEMBAR PANITIA PENGUJI ......................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................

  

  xi

   DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………....... xviii

  1

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  xiv

  BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 63

  

  

  

  

  

  

  4.11 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 62

  5.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 63

  

  5.1.2 Karakter Demografi .............................................................................. 63

  5.1.3 Deskriptif Variabel Penelitian............................................................... 65

  5.1.4 RekapitulasiHasil Penelitian ................................................................. 67

  5.2 PEMBAHASAN ........................................................................................... 68

  

5.2.1 Pengaruh Faktor Pengetahuan Terhadap Keyakinan Pelajar Pada

Penderita HIV dan AIDS DI SMAN 1 Genteng ................................... 69

  

5.2.2 Pengaruh Faktor Keyakinan Yakni Kerentanan, Keseriusan,

Keuntungan, Hambatan, Kepercayaan Diri Dengan Stigma Pelajar Pada Penderita HIV dan AIDS DI SMAN 1 Genteng .......................... 70

  

5.2.3 Pengaruh Faktor Ancaman Terhadap Stigma Pelajar Pada

Penderita HIV dan AIDS DI SMAN 1 Genteng ................................... 72 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 73

  6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 73

  

  

  

  

  

  

  BAB

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  6.2 Saran ..................................................................................................... 73

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

  

Tabel 4.1 Jumlah populasi target di SMAN 1 Genteng ................................... 39Tabel 4.2 Definisi operasional variabel yang diteliti ....................................... 42Tabel 5.1 Distribusi karakteristik demografi responded di SMAN 1 genteng ............................................................................................. 65Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ................... 66Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan keyakinan ................................... 66Tabel 5.4 Distribusiresponden berdasarkan ancaman ...................................... 67Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan stigma ......................................... 67Tabel 5.6 Rekapitulasi hasil uji hipotesis tingkat pengaruh pengetahuan terhadapkeyakinan, keyakinan dengan ancaman, ancaman

  dengan stigma ................................................................................... 68 xv

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Health Belief Model (HBM) (Glanz and Bishop, 2010). ............... 26Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor yang Mempengaruhi Stigma Pelajar pada penderita HIV-AIDS berdasarkan teori Health

  

Gambar 4.1 Bagan kerangka kerja analisis faktor yang mempengaruhi stigma pelajar pada penderita HIV dan AIDS berdasarkan

   xvi

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Penjelasan penelitian bagi responden .......................................... 78 Lampiran 2. Permintaan menjadi responden .................................................... 80 Lampiran 3. Pernyataan persetujuan ikut penelitian ........................................ 81 Lampiran 4. Kuisioner pengetahuan ................................................................ 84 Lampiran 5. Kuisioner kerentanan ................................................................... 84 Lampiran 6. Kuisioner keseriusan.................................................................... 85 Lampiran 7. Kuisioner keuntungan .................................................................. 85 Lampiran 8. Kuisioner hambatan ..................................................................... 86 Lampiran 9. Kuisioner kepercayaan diri .......................................................... 86 Lampiran 10. Kuisioner ancaman .................................................................... 87 Lampiran 11. Kuisioner stigma ........................................................................ 88 Lampiran 12. Tabulasi data umum................................................................... 89 Lampiran 13. Tabulasi data pengetahuan......................................................... 92 Lampiran 14. Tabulasi data kerentanan ........................................................... 95 Lampiran 15. Tabulasi data keseriusan ............................................................ 98 Lampiran 16. Tabulasi data keuntungan .......................................................... 101 Lampiran 17. Tabulasi data hambatan ............................................................. 104 Lampiran 18. Tabulasi data kepercayaan diri .................................................. 107 Lampiran 19. Tabulasi data ancaman............................................................... 110 Lampiran 20 Tabulasi data stigma ................................................................... 113 Lampiran 21. Uji validitas................................................................................ 116 Lampiran 22. Uji reliabilitas ............................................................................ 122 Lampiran 23. Uji regresi logistik berganda...................................................... 126 xvii

  xviii

  AIDS : Aquired Immuno Deficiency Virus ARV : Antriretroviral ASI : Air Susu Ibu CD -4 : Cluster of Differentiaten 4 CDC : Centers of Disease Control DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia DINKES : Dinas Kesehatan DNA : Deoxyribonucleic Acid EFV : Efivarenz ELISA : Activity Of Daily Living HBM : Health Belief Model HIV : Human Immunodeficiency Virus

  IDU : Injecting Drug User

  IDV : Indinavir

  IFA : Immunofluorencent Assay

  ILO : International Labour Organitation KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi KPAN : Komisi Penanggulangan AIDS Nasional LAV : Lymphadenophaty Associated Virus NAPZA : Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya NFV : Nelvinafir NRTI : Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitor NNRTI : Non-Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitor NVP : Nevirapin ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS PCR : Polymerase Chain Reaction RIPA : Radioimmunoprecipitation Assay RNA : Ribonucleic PPIA : Pencegahan Penularan Ibu ke Anak SQV : Saquinavir UNAIDS : United Nation Progamme on HIV and AIDS USHPS : U.S Public Health Service WHO : World Health Seks WPS : Wanita Pekerja Seks

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak pertama kali penyakit HIV/AIDS di dunia sekitar tahun 1987 berbagai

  respon seperti ketakutan,penolakan,stigma dan diskriminasi telah muncul bersamaan dengan terjadinya epidemik. Stigma dan diskriminasi telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya kecemasan dan prasangka terhadap ODHA. Penyakit HIV/AIDSmenjadi fenomenal biologis, medis, dan menjadi fenomena sosial di masyarakat (Frederikson, 2007).

  Stigma pada ODHA terjadi karena pelajar beranggapan bahwa penyakit HIV/AIDS berkaitan dengan perilaku menyimpang, seks bebas, dan penyalahgunaan narkotika (Averting HIV dan AIDS, 2011). Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA berdampak pada terbukanya penyakit AIDS, hal ini karena stigma dan diskriminasi akan mematahkan semangat orang untuk berani melakukan tes dan bahkan akan juga membuat orang merasa enggan untuk mencari informasi dan cara perlindungan terhadap penyakit (Hermawati, 2011).

  Menurut penelitian Sosodoro (2009) pada pelajar usia 15

  • – 25 tahun mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan stigma terhadap ODHA, dengan nilai Odds Ratio Crude 3,37 yang berarti bahwa stigma terhadap ODHA ditemukan 3,37 kali lebih banyak pada pelajar dengan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang rendah daripada pelajar

    yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang tinggi.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut WHO dan the Joint United Nations Program on HIV/AIDS, remaja lebih beresiko tertular HIV sebagai akibat dari kurangnya informasi

  (knowledge), terlibat dalam perilaku beresiko, dan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi (Thanavah, 2013). Setiap hari 5.000 anak muda berusia 15-25 tahun terinfeksi HIV, atau sekitar 2 juta infeksi baru pertahun (Chen, 2012).

  Data statistik UNAIDS 2011 mengungkapkan bahwa 36,9 juta orang hidup dengan HIV, 2 juta pasien baru terinfeksi dan 1,2 ribu orang meninggal karena HIV/AIDS diseluruh dunia. Kasus AIDS di Indonesia sejak tahun 1987 sampai 2016 secara kumulatif sebanyak 191.073 pada penderita HIV dan 77,947 pada penderita AIDS. Jawa timur berapa pada posisi kedua dengan jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 26,052 orang dan berada di posisi pertama dengan jumlah 14,499 orang dengan AIDS (Kemenkes RI, 2016).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti dengan menyebar kuisioner tentang stigma pada pelajar SMAN 1 Genteng untuk menilai tingkat stigma pada ODHA pada tanggal 12 April 2017.Dari total responden yang diberi kuisioner sejumlah 35 pelajar, 66% pelajar masuk dalam kriteria tinggi yaitu lebih dari 56%dan 34% pelajar masuk ke kriteria stigma rendah yaitu kurang dari kurang dari 56%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2016,prevalensi kasus HIV peringkat 5 tertinggi per Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2016 sebagai berikut.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 1.1 Kasus HIV per Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi(Dinkes Banyuwangi, 2016).

  Kecamatan Jumlah Keterangan Banyuwangi 500 Kasus tertinggi dari faktor umur Singojuruh 280 adalah 26-30 tahun dengan jumlah 625

  Genteng 210 kasus dan jenis kelamin yang Purwoharjo 190 tertinggi adalah wanita dengan

  Glagah 175 jumlah 1.559.

  Berdasarkan data diatas, peneliti menentukan lokasi penelitian di Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Genteng terdapat faktor resiko penyebaran kasus HIV sangat besar. Di Kecamatan tersebut terdapat tempat hiburan malam dengan WPSK banyak yang masih di bawah umur yang datang dari berbagai daerah.

  Stigma dan diskriminasi terjadi karena masyarakat memandang penderita HIV/AIDS sebagai orang yang perlu dihindari, penyakit yang sangat ditakuti, sangat menular dan penyakit sebagai hukuman dari Tuhan (Waluyo dkk, 2007). Faktor-faktor yang diberikan masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS karena selalu bersinggungan dengan orang yang pergaulannya bebas, pecandu narkoba,

orang yang melanggar norma-norma agama dan sosial (Kemenkes RI, 2012).

  Strategi dalam perubahan perilaku stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS di kalangan pelajar dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan Health Belief Model (HBM). HBM (Health Belief Model) adalah teori yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa faktor prioritaspenting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang tidak menentu serta teori ini berpusat pada perilaku kesehatan individu (Maulana, 2009).

  Sampai saat ini stigma pelajar pada penderitaHIV/AIDS berdasarkan teori Heatlh Belief Model (HBM) belum dapat dijelaskan, maka peneliti melakukan penelitian diharapkan dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi stigmapelajar pada penderita HIV dan AIDS. Melihat tingginya kasus HIV dan AIDS yang ada di Kabupaten Banyuwangi sangat tinggi, respon seperti penolakan, pengucilan dan penghakiman pada ODHA sangat rentan dikalangan pelajar.

  Rumusan Masalah Bagaimana analisis faktor yang mempengaruhi stigma pelajar pada penderita HIV dan AIDS berdasarkan teori Health Belief Model (HBM)di SMAN

1 Genteng?

  Tujuan Penelitian Tujuan umum Menjelaskan faktor yang mempengaruhi stigma pelajar pada penderita HIV

dan AIDS berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) di SMAN 1 Genteng.

  Tujuan khusus

  1. Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan terhadap keyakinan: (susceptibility, severity, benefit, barriers, self-efficiacy) pelajar pada penderita HIV dan AIDS di SMAN 1 Genteng

  2. Menganalisispengaruh keyakinan : (susceptibility, severity, benefit, barriers, self-efficiacy ) terhadap persepsi ancaman (threat) pelajar pada penderita HIV dan AIDS di SMAN 1 Genteng

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Menganalisis pengaruh persepsi ancaman (threat) terhadap stigma pelajar

  pada penderita HIV dan AIDSdi SMAN 1 Genteng Manfaat Penelitian Teoritis

  Pada tatanan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk bidang Ilmu Keperawatan khususnya Ilmu Keperawatan Komunitas yaitu masalah yang perlu ditangani pada penderita HIV/AIDS dan analisis faktor yang mempengaruhi stigma pelajar berdasarkan teori Health Belief Model.

  Praktis

  1. Pada tatanan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pelajar mengenai informasi tentang penyakit HIV dan AIDS dan tidak memberikan stigma negatif kepada penderita HIV dan AIDS.

  2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan masukan bagi Pemerintah setempat dan petugas kesehatan setempat khususnya bagi peningkatan pengetahuan pelajar tentang HIV dan AIDS.

  3. Bagi peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi stigma pelajar terhadap penderita HIV dan AIDS dengan menggunakan teori Health Belief Model .

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep HIV DAN AIDS

  2.1.1 Pengertian HIV dan AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodefeciency Virus. Yaitu suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh (imunitas) manusiadan virus ini dapat menyebabkan penyakit AIDS. HIV menjangkiti sel-sel system kekebalan tubuh manusia terutama CD4+ dan macrophages komponen-komponen utama system kekebalan sel dan menghancurkan fungsinya. Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrom adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus. Penyakit ini ditandai dengan gejalan menurunnya system kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh kuman yang pada keadaan system kekebalan tubuh normal tidak terjadi) (August et.al, 2009).

  2.1.2 Etiologi Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystis carinii dan dua orang gay muda dengan Sarcoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh Virus yang di sebut HIV, Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuan Perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala Limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lymhadenopathy Associated Virus (LAV). Gallo (National Institute of health, USA 1984) menemukan virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi HIV (Widoyono, 2005).

  HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrite folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel microglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Bilamana virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintregasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus ( Daili, 2009).

2.1.3 Diagnosis

  Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV:

1. Konseling dan tes HIV sukarela KTS/VCT (Voluntery Counselling &

  Testing )

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Konseling dan tes atas inisiatif petugas kesehatan KTIP/PITC (Provider-

  Initiated Testhing and Counseling ) Pemanfaatan tes HIV melalui VCT masih jauh dari harapan, sehingga dikembangkan pelaksanaan tes HIV melalui KTIP/PITC (Provider-Initiated

  Testhing and Counseling ). KTIP/PITC merupakan kebijakan pemerintah untuk dilaksanakan di layanan kesehatan, oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV setidaknya pada ibu hamil, pasien TB, pasien yang menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV, pasien dari kelompok pasien beresiko (penasun, PSK, homoseksual, pasien PMS, dan seluruh pasangan seksual). Anjuran tes HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bahwa pasien sudah mendapatkan informasi cuup dan menyetujui tes HIV serta semua pihak menjaga

kerahasiaan (prinsip 3C : counseling, consent, confidentiality) (Sufro, 2015).

2.1.4 Epidemiologi

  Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystis Carinii dan dua orang gay muda dengan Sarcoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh.

  Negara Amerika Utara dan Inggris, epidemik pertama terjadi pada kelompok laki-laki homoseksual, selanjutnya pada saat ini epidemik terjadi juga pada pengguna obat suntikan dan pada populasi heteroseksual. Seks tanpa kondom adalah modus utama penularan HIV di Karibia. Survey menunjukkan persentase prevalensi HIV pada beberapa kelompok yaitu : 80-90% PSK, 30% kelompok laki-laki konsumennya, 30% pada kelompok mereka yang datang berobat di klinik penyakit menular seksual, 10% pada pendonor darah dan 10% pada kelompok wanita yang diperiksa di klinik perawatan antenatal. Sampai dengan tahun 2010 jumlah penderita HIV di seluruh dunia sebanyak 34 juta orang (UNAIDS, 2011).

  Indonesia merupakan negara penyandang HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987, terjadi pada orang berkebangsaan Belanda. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan tahun 2016, kasus AIDS di Indonesia sejak tahun 1987 sampai 2016 secara kumulatif sebanyak 191.073 pada penderita HIV dan 77,947 pada penderita AIDS (Kemenkes RI 2016).

  Menurut Nursalam (2007) pembagian stadium HIV menjadi AIDS ada empat stadium yaitu:

  1. Stadium pertama HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologi ketika antibody terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Rentan waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan.

  2. Stadium kedua asimtomatik (tanpa gejala) Asimtomatik berarti bahwa didalam organ tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun. Pasien yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.5 Profilaksi HIV dan AIDS

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized Lymphadenopaty ), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung selama satu bulan.

  4. Stadium keempat AIDS Keadaan ini disertai adanya bermacam macam penyakit antara lain penyakit syaraf, infeksi sekunder dan lain-lain.

2.1.6 Penularan

  Penyakit ini menular melalui berbagai cara. Antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, cairan sperma dan ASI. Virus terdapat juga pada saliva, air mata dan urin tapi dengan konsentrasi yang sangat rendah. HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Terdapat tiga cara penularan HIV yaitu:

  1. Hubungan seksual baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 70-80% dari total kasus sedunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid , dan trikomoniasis.

2. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik; 1) Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggisampai 90%.

  Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus sedunia; 2) Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kasus sedunia; 3) Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

petuga kesehatan, risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat 0,1% dari total kasus sedunia.

  3. Secara vertikal; dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Risiko sekitar 25-40% dan angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga. Faktor-faktor diatas merupakan cara dimana HIV bisa menular kepada orang lain. Artinya selain faktor-faktor tersebut, HIV tidak akan menular kepada orang lain. HIV tidak dapat ditularkan dalam kontak sosial. Misalnya berpelukan dengan orang yang positif HIV, berjabat tangan, pemakaian WC, wastafel, kamar mandi, kolam renang, gigitan nyamuk dan serangga lain. HIV juga tidak bisa ditularkan melalui membuang ingus, batuk atau meludah. Pemakaian piring, alat

makan atau makan bersama-sama orang yang HIV positif (Depkes RI, 2006).

2.1.7 Kriteria Diagnostik

  Untuk keperluan surveilans AIDS di Indonesia, digunakan definisi kasus AIDS yang disusun oleh US Center for Disease Control (CDC) dan disetujui oleh WHO. Berdasarkan diagnosisi tersebut, AIDS ditetapkan bila terdapat dua gejala mayor dan satu gejala minor serta tidak ada sebab-sebab immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat dan etiologi lainnya.

  Gejala mayor:

  1. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan;

  2. Diare kronis lebih dari 1 bulan, baik berulang maupun terus menerus; dan 3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan.

  Gejala minor:

  1. Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan;

  2. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans ;

  

3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh;

  4. Munculnya Herpes zozter berulang; dan 5. Bercak-bercak gatal seluruh tubuh.

  Dalam upaya menurunkan resiko terinfeksi HIV, berbagai organisasi kesehatan menganjurkan untuk memakai pendekatan ABCD, yaitu:

  

1. A atau Abtinence, yaitu menunda kegiatan seksual sebelum menikah;

  2. B atau Be faithful, yaitu setia dengan pasangan setelah menikah;

  3. C atau Condom, yaitu gunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks yang beresiko; dan

  4. D atau Drug, yaitu tidak menggunakan napza terutama yang menggunakan jarum suntik secara bergantian.

  Upaya pencegahan penularan HIV juga dilakukan dengan memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang HIV dan AIDS pada masyarakat terutama kaum remaja.

  Antiretroviral (ARV) adalah obat yang bekerja untuk menghambat replikasi virus HIV. Terapi menggunakan ARV adalah terapi yang paling berhasil sampai saat ini. Tujuan pemberian terapi ARV adalah untuk menekan replikasi HIV secara maksimum, meningkatkan limfosit CD4 dan memperbaiki kualitas hidup penderita.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.8 Pencegahan

2.1.9 Penatalaksanaan

  

Dibagi menjadi 3 golongan utama ARV (Depkes RI 2006), yaitu:

  2. Penghambat reverse transcriptase enzyme 1) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI): obat ini terkena sebagai analog nukleosida yang penghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA. Yang termasuk obat golongan NRTI termasuk zidovidine (ZDV/AZT), lamivudine (3DT) dan didanosine (ddl)

  2) Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI): obat ini berbeda dengan NRTI walaupun kerjanya sama yaitu menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA. Yang termasuk obat NNRTI termasuk nevirapin (NVP) dan efiverenz (EFV).

  saquinavir (SQV), indinavir (IDV) dan Nelvinafir (NFV).

  Upaya untuk menanggulangi HIV dan AIDS dibedakan berdasar kelompok perilaku resiko rendah, resiko tinggi dan ODHA karena bentuk penanganannya yang berbeda. Pendekatan dengan KJE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) akan memberikan hasil yang terbatas sehingga perlu kegiatan pendukung lainnya seperti upaya perawatan dan pengobatan.

  Strategi nasional merupakan kerangka acuan dan panduan untuk upaya menanggulangi HIV dan AIDS di Indonesia, baik oleh masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM, keluarga, dan lembaga-lembaga penelitian agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Penghambat masuknya virus; enfuvirtid

3) Penghambat enzim protase (PI) ritonavir (RTV) obat yang termasuk

2.1.10 Strategi nasional penanggulangan HIV dan AIDS

  melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing (Susilo, 2006).

  

Prinsip dasar penanggulangan meliputi (Kemenkokesra, 2003):

  1. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya masyarakat

  2. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh mesyarakat, LSM dan pemerintah

  3. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus disadari pada pengertian bahwa masalah ini sudah menjadi masalah sosial dimasyarakat.

  4. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS memperhatikan masyarakat yang rentan termasuk yang berkaitan dengan pekerjaanya.

  5. Upaya pencegahan penularan HIV dilakukan melalui komunikasi, edukasi dan informasi untuk menciptakan gaya hidup sehat

  6. Upaya pencegahan yang efektif dengan menggunakankondom 100% diantara penjaja seks dan pelangganya.

  7. Mengurangi infeksi HIV pada penyalahgunaan Napza suntik yang bergantian melalui pengurangan dampak buruk.

  8. Upaya-upaya terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan.

  9. Melakukan pemeriksaan HIV dan AIDS untuk mendiagnosa penyakit, dan harus didahulu dengan inform consent terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan.

  10. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada pengidap HIV dan AIDS.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2 Stigma HIV dan AIDS

  Menurut Herek, stigma terkait AIDS adalah segala persangkaan, penghinaan dan diskriminasi yang ditujukan kepada ODHA serta individu, kelompok atau komunikasi yang berhubungan dengan ODHA tersebut. Diskriminasi merupakan aksi atau tindakan yang berasal dari munculnya stigma dan langsung kepada orang yang terstigma. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA erat kaitanya dengan cara penularan HIV dan AIDS yang identik dengan perbuatan tercela seperti penggunaan obat terlarang, homoseksual, pelacuran dan lain sebagainya (UNAIDS 2005).

2.2.1 Pengertian stigma

  Stigma adalah tindakan memberikan label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk. Dalam prakteknya, stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi, yaitu tindakan tidak mengakuiatau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak sadar individu atau kelompok sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang bermanfaat. Stigma dan diskriminasi terjadi disebabkan karena persepsi bahwa mereka dianggap sebagai musuh, penyakit elemen masyarakat yang memalukan atau mereka yang tidak taat norma masyarakat dan agama yang berlaku (Depkes 2012).

  Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat, dan terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas sosial (Heatherton 2003). Menurut Chaplin (2004) stigma adalah suatu cacatan atau cela pada karakter seseorang. Sedangkan menurut Green (dalam Cholil, 1997) stigma adalah suatu ciri negatif yang menempel pada diri pribadi seseorang karena

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pengaruh lingkungan. Menurut Goffman (dalam Heatherson, 2003) stigma adalah suatu syarat yang dianggap sebagai gangguan dan dinilai kurang dibanding orang normal lainnya. Sedangkan Crocker (dalam Heatherton, 2003) mendefinisikan stigma menempatkan beberapa sifat atau ciri khas yang menyampaikan identitas sosial yang bertujuan merendahkan diri seseorang dan konteks sosial tertentu.

  Dalam Survey pada para peneliti di Indonesia bahwa 40% penyebab dari mereka menghindar test HIV adalah karena stigma (UNAINS 2007).

  Stigma sosial adalah penolakan sosial sangat berat dari karakteristik pribadi atau keyakinan yang diterima sebagai norma-norma budaya. Erving Goffman mendefinisikan sigma sebagai proses reaksi orang lain yang merusak identitas normal. Ada 3 (tiga) bentuk stigma, meliputi:

  1. Diagnosis penyakit mental

  2. Bentuk fisik atau cacat tidak diiinginkan 3. Berhubungan dengan ras, agama, kepercayaan dll.

  Teori stigma Goffman dan klasifikasi stigma (Averting HIV and AIDS 2011),Link Brace dan Jo Phelan, stigma ada apabila terdiri dari 4 (empat) komponen: 1. Membedakan individu dan melabelkan manusia berbeda-beda.

  2. Keyakinan terhadap budaya yang berlaku mengikat mereka dengan atribut label yang merugikan.

  3. Pelabelan individu sebagai kelompok yang berbeda untuk membedakan antara “kami” dan “mereka”

  4. Pelabelan individu sebagai “kehilangan status dan diskriminasi” yang menunjukkan ketidak setaraan.

  Stigma AIDS lebih jauh dapat di bagi menjadi tiga kategori:

  1. Stigma instrumental AIDS yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-

hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.

  2. Stigma simbolis AID Syaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap berhubungan dengan penyakit tersebut.

  3. Stigma kesopanan AIDS yaitu hukuman sosial atas orang yangn

berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yamg positif HIV.

  2.2.2 Stigmatisasi Menurut Maman et.al (2009) dalam Pariati (2012), mengartikan diskriminasi sebagai aksi-aksi spesifik yang didasarkan pada berbagai stereotip negatif ini yakni aksi-aksi yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan dan merugikan orang. Pengertian lain tentang diskriminasi dikemukakan oleh Burza (1999) bahwa diskriminasi adalah perbuatan atau perlakuan berdasarkan stigma dan ditujukan kepada pihak yang terstigmatsasi (Burza, 1999). Menurut UNAIDS, diskriminas terhadap penderita HIV digambarkan selalu mengikuti stigma dan merupakan perlakuan yang tidak adil terhadap individu karena status HIV mereka, baik itu status sebenarnya maupun hanya persepsi saja (UNAIDS, 2012).

  2.2.3 Proses pemberian stigma Menurut Pfuhl (dalam Simanjutak, 2005) proses pemberian stigma yang dilakukan masyarakat terjadi melalui 3 tahap yaitu:

  1. Proses interpretasi, pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat tidak semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat , akan tetapi pelanggaran normalah yang di interpretasikan oleh masyarakat sebagai suatu penyimpangan perilaku yang akan menimbulkan stigma.

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

RI - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA