PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI PELAJAR

  

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI PELAJAR

  

Oleh

Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, Ulul Huda

Email :hartini.wy@gmail.com

  

ABSTRAK

  Kasus penderita HIV-AIDS di Kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun terus meningkat. Di sisi lain, penanggulangan HIV dan AIDS belum mampu menyentuh secara langsung terhadap kelompok beresiko terkena HIV-AIDS dan akar permasalahannya. Tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, maka melalui pengabdian berbasis riset ini dilakukan sosialisasi membantu remaja, khususnya pelajar SMU untuk terhindar penyakit yang berbahaya dan mematikan.Subyek yang terinfeksi HIV-AIDS didominasi oleh ibu Rumah Tangga dan remaja yang berumur kisaran 20 tahun. Penyebaran HIV- AIDS kepada remaja disebarkan oleh Penjaja Seks Komersial (PSK). Pelajar merupakan ujung tombak masa depan, oleh sebab itu pelajar harus mengetahui tentang bahaya HIV AIDS. perkembangan dalam penyebaran virus HIV-AIDS sudah pada tingkat mengkhawatirkan dan perlu upaya kongkrit untuk meminimalisir penyebarannya. perlu pencegahan bahkan diputus mata rantai penularanya. Peningkatan pesat jumlah orang terkena HIV dan AIDS di beberapa provinsi, termasuk kasus yang terjadi di Kabupaten Banyumas, merupakan kenyataan yang memprihatinkan. Jumlah tersebut akan meningkat terus kalau tidak diambil langkah-langkah konkretPelajar merupakan orang yang paling rawan tertular penyakit yang mematikan tersebut. Pelajar SMA merupakan lokasi berdekatan dengan lokasi penjaja sek, maka perlu dilakukan pencegahan melalui pengabdian pada masyarakat Kata Kunci : Pencegahan, HIV dan AIDS, bagi pelajar

  PENDAHULUAN

  Virus HIV dan AIDS (HIV-AIDS) sudah merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi remaja sebagai generasi penerus bangsa. Di Kabupaten Banyumas, subyek yang terinfeksi HIV-AIDS didominasi oleh ibu Rumah Tangga dan remaja yang berumur kisaran 20 tahun (sumber Rumah Sakit Margono, 2014). Berdasarkan hasil survey dan wawancara pada tahun 2014, diperoleh data dari Rumah Sakit Margono bahwa penyebaran HIV-AIDS kepada remaja disebarkan oleh Penjaja Seks Komersial (PSK). Faktor yang mempengaruhinya adalah remaja diberikan pelayanan yang istimewa, bahkantidak membayar (gratis). Adanya data ini perlu menjadi perhatian serius bagi pelajar di lingkungan SMU di Kabupaten Banyumas, khususnya SMA, yang lokasinya berdekatan dengan penjaja sek komersial.

  

Grafik 1. Distribusi (Prosentase / %) HIV-AIDS di Kabupaten Banyumas Berdasarkan

Kelompok Usia Tahun 2006 - 2014 50 60 50.9 ta s e n e o Pr s 20 30

  40 16.1 20.5 10 4 8.5 < 15 15 - 24 25 - 34 35 - 44 > 45

  Mencermati Grafik 1, bahwa jumlah pengidap virus HIV-AIDS pada kalangan remaja, rentang usia 15-24 tahun adalah sebesar 16,1 % dan jika tambahkan dengan yang berusia dibawah 15 tahun (4%), maka totalnya adalah 19,1 %. Keadaan ini harus menjadi evaluasi bahwa perkembangan dalam penyebaran virus HIV-AIDS sudah pada tingkat mengkhawatirkan dan perlu upaya kongkrit untuk meminimalisir penyebarannya. Di Kabupaten Banyumas, subyek yang terinfeksi HIV-AIDS didominasi oleh ibu Rumah Tangga dan remaja yang berumur kisaran 20 tahun (sumber Rumah Sakit Margono, 2014). Berdasarkan hasil survey dan wawancara pada tahun 2014, diperoleh data dari Rumah Sakit Margono bahwa penyebaran HIV-AIDS kepada remaja disebarkan oleh Penjaja Seks Komersial (PSK). Faktor yang mempengaruhinya adalah remaja diberikan pelayanan yang istimewa, bahkan Remaja, terutama pelajar sudah seharusnya mengetahui tentang virus HIV-AIDS. Pengetahuan dan pemahaman akan pola perilaku menyimpang, proses penyebaran dan dampak yang timbul terhadap HIV-AIDS dapat menjadi ujung tombak dalam pencegahan penyebaran virus ini dikalangan remaja. Karena itu, salah satu alternatif untuk meminimalisir penyebarannya adalah dengan melakukan pengabdian melalui kerja sama dengan SMU Kabupaten Banyumas. Kebutuhan mendesak yang harus segera diatasi di kelompok pelajar SMU adalah bagaimana meningkatkan pengetahuan dan pendidikan tentang pencegahan virus HIV-AIDS, melalui alih tehnologi secara berkesinambungan, sehingga pencegahan HIV-AIDS tepat sasaran dan penularanya bahkan diputus mata rantai penularannya.

A. Permasalahan Mitra

  Berdasarkan hasil analisis kondisi dan situasi dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam pengembangan pencegahan HIV-AIDS. Pertama, permasalahan yang dihadapi adalah sebagian besar pelajar belum mengetahui bagaimana proses penularan HIV-AIDS dan dampak yang timbul; Kedua, kurangnya pemahaman dan kesadaran pelajar SMU terhadap penyebaran virus HIV-AIDS yang didominasi oleh remaja berusia 20 tahun dan Ibu Rumah Tangga, karena itulah diperlukan upaya pencegahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan penularan HIV-AIDS antara lain pengetahuan, sikap, dan lingkungan keluarga, Ketiga, Kelompok pelajar SMU merupakan kelompok remaja yang rawan terinveksi HIV-AIDS karena lokasi yang berdekatan dengan lokalisasi, selain dari itu terdapat tempat- tempat yang meeri peluang bagi pelajar untuk melakukan perbuatan dan perilaku yang menyimpang yang berpotensi terinveksi HIV-AIDS.

B. Metode Kegiatan

  Metode kegiatan ini adalah metode partisipatif yaitu dengan melibatkan khalayak sasaran yaitu sekitar 100 pelajar SMU Sokaraja untuk berperan aktif dalam kegiatan dan didampingi oleh tim penerapan teknologi yang bertindak sebagai penyuluh dan fasilitator.

1. Mekanisme Kegiatan.

  Persiapan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah seleksi khalayak sasaran dari pelajar SMU yang benar-benar strategis. Cara penyampaian materi melalui ceramah, pemutaran film tentang penularan HIV-AIDS dan akibatnya. Caranya dengan menetapkan waktu ceramah, diskusi, menampilkan gambar-gambar yang mempermudah alih teknologi, pembagian leaflet bimbingan dan monitoring.

  Teknik Penerapan Teknologi ini akan ditempuh melalui Alih teknologi dengan cara: a. Alih Tehnologi

  Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan melalui : Ceramah tentang pengetahuan akan bahaya HIV-AIDS dengan materi penularan dan resikonya, penjelasan contoh-contoh kasus secara nyata yang telah terjadi dan akibat buruk yang menimpa bagi orang yang terkena HIV-IDS Untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta tentang alih tehnologi, diberikan ujian sebelum (pre test) dan sesudah ( Post Test) alih tehnologi dilaksanakan. Akan dilihat seberapa besar peningkatan pemahaman peserta tentang tehnologi yang akan diberikan b.

  Penerapan Tehnologi mitra untuk bisa hidup secara sehat dan menghindari kegiatan-kegiatan yang berisiko yang mengakibatkan terkena Virus HIV-AIDS. Setelah dilakukan pengabdian, diharapkan pelajar SMU menyadari bahwa HIV-AIDS adalah suatu penyakit yang harus dihindari.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian HIV/AIDS

  AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan penyakit dapat menempel terhadap siapapun. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome ) AIDS (Acquired

  

Immunodeficiency Syndrome ) merupakan sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human 1 Immunodeficiency Virus ). HIV merupakan virus sitopatik diklasifikasikan dalam famili

  

Retrovirus , subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus. Menurut Nursalam ada dua tipe HIV yang

2 dapat menyebabkan AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2.

  2. Gejala-gejala AIDS Menurut Mansjoer gejala-gejala terinfeksi HIV/AIDS ada dua yaitu gejala mayor dan gejala minor.

  Gejala mayor dari penyakit HIV/AIDS antara lain berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis, dan ensefalopati. Gejala minor dari penyakit HIV/AIDS antara lain batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalisata, herpes zoster multisegmental berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes simpleks kroniks progresif, limfadenopati generalisata, infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita dan retinitis oleh virus 3 sitomegalo.

  2. Penularan melalui Transmisi HIV/AIDS

  Transmisi HIV/AIDS dibagi menjadi sebagai berikut:

  1) Transmisi Melalui Kontak Seksual

  Kontak seksual melalui hubungan seksual secara vagina, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Virus HIV dapat ditemukan 4 dalam cairan semen, cairan vagina dan cairan serviks.

  2) Transmisi Melalui Darah atau Produk Darah

  HIV dapat ditransmisikan melalui darah dan produk darah. Terutama pada individu pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara 5 bersama.

  3) Transmisi Secara Vertikal

  Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui 6 pemberian Air Susu Ibu (ASI).

  1 S. F. Daili dkk. 2009. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit 2 FKUI. hlm. 17 3 Kurniawati, N. D. Nursalam. 2009. Op. Cit. Hlm. 29 4 Ibid. hlm. 56 5 Kurniawati, N. D. Nursalam. 2009. Op. Cit. hlm. 31 6 Ibid. Hlm. 39 Kurniawati, N. D. Nursalam. 2009. Op. Cit. hlm. 33

  4) Transmisi Melalui Alat Kesehatan yang tidak Steril

  Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau cairan semen yang terinfeksi HIV dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV. 7

  5) Transmisi pada Petugas Kesehatan dan Petugas Laboratorium

  Risiko penularan HIV terdapat pada kelompok pekerja yang terpapar HIV seperti petugas kesehatan, petugas laboratorium, dan orang yang bekerja dengan spesimen atau bahan yang terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam. 8

d. Pencegahan Penularan HIV

  Adhi menjelaskan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan menggunakan obat bius secara intravena 2) Hubungan seksual dengan multipartner memberikan kemungkinan lebih besar mendapat AIDS 3) Melakukan hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal 4) Tidak menggunakan jarum suntik intravena secara bersama 5) Tidak melakukan donor darah bagi orang berisiko tinggi AIDS. 9 Pencegahan HIV/AIDS selain dilakukan secara terpadu harus juga dilakukan pencegahan secara dini. Pencegahan ini melalui kegiatan promosi antara lain melalui:

  1) Penyuluhan dan sosialisasi informasi yang benar pada masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat; 2) Menyediakan media informasi yang bermutu, memadai dan mudah diakses oleh masyarakat; 3) Memberikan pendidikan kepada remaja, khususnya siswa SMA tentang pencegahan

  HIV dan AIDS dalam materi kurikulum pendidikan sekolah formal dan non formal yang terintegrasi dengan mata pelajaran Pendidkan jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)

  SIMPULAN

  Peningkatan pesat jumlah orang dengan HIV dan AIDS di beberapa provinsi, termasuk kasus yang terjadi di Kabupaten Banyumas, merupakan kenyataan yang memprihatinkan. Jumlah tersebut akan meningkat terus kalau tidak diamil langkah-langkah konkrit untuk mencegah HIV 7 Ibid. hlm. 33 8 Nasronudin. 2007. Op. Cit. Hlm. 40 9 Djuanda Adhi. 2006. Ilmu Penyakit dan Kelamin. Edisi Empat Cetakan Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Hlm. 62

  dan AIDS maka, pengabdian ini melakukan transfer Iteks, pada remaja khususnya siswa SMA Negeri Sokaraja

  Pengabdian ini memberikan pengetahuan untuk memutuskan mata rantai penularan HIV- AIDS pada generasi muda, khususnya pelajar di SMU Ipteks ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penularan dan resiko HIV dan AIDS, kepada keler. mpok remaja/pelajar.

  Karena kelompok remaja adalah rawan dan suka coba-coba terhadap sesuatu yang baru. . Kelompok pelajar ini merupakan aset bangsa untuk diselamatkan agar generasi yang akan datang tecipta generasi yang sehat dan berkualitas.

  Melalui pendidikan di sekolah dapat dijadikan sebagai basis transformasi pengetahuan, maka akan membantu secara langsung pemerintah daerah dalam menekan angka penyebaran virus HIV AIDS . Yang pada akirnya sekolah setelah pelaksanaan pengabdian, diharapkan merencanakan program pencegahan HIV-AIDS melalui pelajaran yang disisipkan dalam mata pelajaran tertentu

  Saran

  Kegiatan pengabdian ini agar tidak terputus sebaiknya dilanjutkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya biologi, pendidikan kesehatan dan jasmani. Sebaiknya pendidikan ini juga dilanjutkan pada remaja lainatau dilanjutkan pada sekolah- sekolah

DAFTAR PUSTAKA

  Dinas Kesehatan. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Hartini, Sri, Bambang Haryanto, 2010, Perlindungan Hukum Malpraktik Terhadap Pasien di

  Kabupaten Banyumas Penelitian Dipa Unsoed, Universitas Jenderal Soedirman,

  Purwokerto Hartini, Sri, Tedi Sudrajat, 2012, Model Perlindungan Hukum Terhadap Kebijakan Pelayanan

  Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Banyumas, Penelitian Unggulan,

  Universitas Jenderal soedirman, Purwokerto Hasanudin. 2008. Penelitian: Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Lingkungan Keluarga dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS. pada siswa SMU N 5 Palu . Vol. 1 No. 4.

  Kedaulatan Rakyat. 2014. Penderita HIV/AIDS di Banyumas Terus Naik. KR. Kamis 4 September 2014. Yogyakarta. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2002. Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata.

  Kurniawati, N. D. Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.

  Salemba Medika. Jakarta. Naskah Akademik, 2015 Pencegahan Penyakit Menular, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bayumas.