ICT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.doc

ICT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

  A. PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran matematika di jemjang pendidikan dasar dan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaaan dalam kehidupan dan di dunia selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, 2002). Dengan demikian siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari- hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap serta ketrampilan dalam penerapan matematika.

  Namun sampai saat ini masih banyak kenyataan yang membuktikan rendahnya kemampuan siswa dalam aplikasi matematika . Hasil penelitian Suryanto dan Somerset terhadap 16 SLTP pada beberapa provinsi di Indonesia juga menemukan bahwa hasil tes mata pelajaran matematika siswa sangat rendah, utamanya pada soal cerita matematika (aplikasi matematika) Zulkardi (2001). Padahal soal-soal yang diujikan pada ujian nasional umumnya berbentuk soal cerita. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita berhubungan erat dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah perlu mendapat perhatian penting seperti rekomendasi dari National Council of Teachers of Mathematics in USA (NCTM, 1980) bahwa: problem solving be the focus of School Mathematics. Dengan melalui pemecahan masalah (problem solving), para siswa menggunakan ketrampilan yang dimiliki sebelumnya untuk mencapai pemecahan tantangan suatu masalah. Siswa harus mendefenisikan masalah secara lebih jelas ( dapat dilakukan dengan membuat suatu hipotesa atau konjektur), menguji data (mungkin dengan bantuan kalkulator atau komputer) dan membuat suatu penyelesaian. Melalui pemecahan masalah siswa diharapkan dapat sampai pada pemahaman yang lebih tinggi tentang berbagai

  B. Apa itu ICT?

  ICT adalah singkatan dari information and communication technology, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Teknologi informasi dan komunikasi, atau TIK, didefinisikan sebagai kombinasi antara teknologi informatika dengan teknologi- teknologi lain terkait. Khususnya teknologi komunikasi. Dalam pembelajaran matematika, teknologi yang digunakan umumnya kalkulator dan komputer dengan software yang cocok ukl digunakan dalam pembelajaran. Di negara- negara maju, sudah sejak lama disadari pentingnya penggunaan teknologi (dalam hal ini kalkulator dan komputer) dalam pembelajaran matematika. Pada milenium ketiga ini, dunia pendidikan matematika dihadapkan pada perkembangan pesat matematika sebagai suatu disiplin ilmu dan sebagai alat yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan sains dan teknologi. Terdapat hubungan timbal balik yang erat antara matematika dengan teknologi. Keduanya dapat digunakan untuk saling mendukung perkembangan masing- masing. NCTM (2000) menyatakan bahwa : Teknologi adalah alat yang penting dalam pengajaran matematika secara efektif; hal ini memperluas matematika yang dapat diajarkan dan meningkatkan pembelajaran bagi siswa’. Tetapi penggunaan teknologi yang cocok untuk dalan belajar dan pembelajaran matematika menjadi isu internasional yang penting.

  Penelitian dan pengalaman menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapan dan bagaimana teknologi digunakan untuk pembelajaran matematika di sekolah. Pertama, nilai instrumental teknologi yang digunakan memberi pengaruh pada tingkat kemauan para siswa akan untuk belajar kecakapan teknis yang diperlukan untuk bekerja dengan teknologi itu. Kedua,penggunaan berbagai penyajian menunjukkan peningkatan pemahaman konseptual siswa dan juga menyediakan metoda alternatif dalam memecahkan masalah bagi siswa. Namun, bagaimanapun siswa harus tetap dibimbing untuk menggunakan teknologi secara bijaksana. Siswa harus diberi pelajaran untuk mengetahui kapan penggunaan teknologi dibutuhkan dalam membantu memecahkan atau mengerjakan sesuatu dan kapan pula pendekatan dengan menggunakan kertas dan pensil dibutuhkan.

  Pemahaman siswa tentang konsep-konsep matematika abstrak dapat terbantu dengan penggunaan teknologi. Siswa dapat menguji lebih banyak contoh- contoh atau bentuk representasional daripada hanya menggunakan tangan, sehingga mereka dapat membuat dan menyelidiki konjektur secara lebih mudah sehingga lebih banyak waktu untuk pembentukan konsep dan pemodelan. Perangkat teknologi, seperti kalkulator, komputer dan internet dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa. Seperti yang dinyatakan dalam Prinsip- prinsip dan Standar National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) :

  When technological tools are available, students can focus on decision

making, reflection, reasoning, and problem solving. Students can learn more

mathematics more deeply with the appropriate use of technology ( Dunham and

Dick 1994; Sheets 1993; Boers-van Oosterum 1990; Rojano 1996; Groves 1994)

  Teknologi tidak hanya mempengaruhi bagaimana matematika diajarkan dan dipelajari tetapi juga berakibat pada apa yang diajarkan dan kapan suatu topik muncul dalam kurikulum. Siswa SMU dapat mengunakan simulasi komputer untuk menggambarkan distribusi sampel dan mereka dapat bekerja dengan sistem aljabar komputer yang lebih efisien daripada manipulasi simbolik yang masih menjadi fokus dari pengajaran matematika sekolah tradisional. Dengan menggunakan perangkat teknologi, siswa dapat memikirkan mengenai isu yang lebih luas seperti perubahan parameter dan mereka dapat membuat model dan memecahkan masalah- masalah kompleks yang sampai saat ini tidak dapat dicapai oleh mereka. teknologi juga mengaburkan beberapa pemisahan yang dibuat- buat diantara beberapa topik dalam aljabar, geometri dan analisis data dengan membiarkan siswa menggunakan gagasan dari satu area matematika untuk lebih mengerti area matematika yang lain. Teknologi juga dapat membantu guru untuk menghubungkan perkembangan kemampuan dan

  Dalam hubungan antara matematika sekolah dengan kehidupan sehari- hari, reformasi dalam bidang matematika memperluas skop perhatiannya dari hanya sekedar perhitungan dengan pensil dan kertas, menjadi perkiraan dan komputasi mental. Jika seseorang bijaksana dalam menggunakan teknologi , kalkulator contohnya, ia akan memiliki rasa apakah hasil suatu perhitungan masuk akal, ia tak akan menerima begitu saja hasil kalkulator atau komputer. Dengan tersedianya perangkat teknologi yang cukup, siswa dihadapkan pada keputusan saat penggunaan teknologi yang tepat. Curcio (1999) menyatakan bahwa ‘ the proper instruksional use of technology does not paralyze learners

  

but in reality liberates so that they can focus on the essence of a

problem’(p.282). Jadi dengan menggunakan teknologi, waktu yang mereka

  gunakan untuk memfokuskan diri pada masalah jauh lebih banyak daripadf waktu yang mereka butuhkan untuk sekedar melakukan perhitungan. Bila hanya menggunakan pensil dan kertas, bisa dibayangkan berapa banyak waktu yang terbuang percuma.

  Banyak penelitian yang menunjukkan keefektifan penggunaan kalkulator dan komputer dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Kalkulator dan komputer secara potensial dapat menggeser paradigma kegiatan pembelajaran dari konsentrasi pada ketrampilan manipulatif ke pengembangan konsep, hubungan, dan ketrampilan memecahkan masalah. Oleh karena itu tidak heran jika organisasi-organisasi internasional seperti NCTM (1991), Mathematical Association of America (1991), dan The Mathematical Association (1989) juga merekomendasikan penggunaan kalkulator dan komputer dalam pembelajaran matematika.

  Meskipun saat ini kalkulator relatif mudah dan murah diperoleh, tetapi mitos bahwa kalkulator akan membuat bodoh siswa masih ada. Dan kebanyakan guru bersikap ambivalen dalam mengizinkan penggunaan kalkulator, Banyak orangtua dan guru yang khawatir bahwa penggunaan kalkulator di sekolah akan menjadikan para siswa sangat tergantung pada kalkulator jika dihadapkan pada masalah- masalah kalkulasi sehingga membuat mereka lemah dalam berhitung. Tetapi pada kenyataannya, kalkulator dapat melakukan perhitungan dengan cepat, tepat, dan akurat, dan memiliki memaory yang cukup handal, sehingga waktu yang diperlukan siswa untuk kalkulasi lebih singkat dan siswa mempunyai lebih banyak waktu untuk meningkatkan ketrampilan pemecahan masalah.

  Salah satu jenis kalkulator yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran matematika adalah kalkulator grafik. Jenis kalkulator ini sudah lama digunakan dalam kelas matematika di negara- negara barat seeprti Amerika Serikat. Inggris dan Australia. Kalkulator grafik adalah salah satu alat hitung yang memberi ‘ever more powerful tools for doing mathematics’. Kalkulator grafik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kalkulator biasa, yang terpenting adalah bahwa kalkulator grafik dapat digunakan untuk memggambarkan grafik fungsi- fungsi, seperti fungsi linear, kuadratik dan trigonometri. Dalam pokok bahasan statistik kalkulator ini juga dapat digunakan untuk mencari mean, median, atau kuartil pertama dan ketiga sekumpulan data.

  Secara ringkas, pengunaan kalkulator dalam pendidikan matematika perlu mendapat perhatian oleh semua pihak, terutama oleh para guru. Guru matematika, selain perlu memahami penggunaan kalkulator ini, juga harus mampu menciptakan pembelajaran matematika sehingga penggunaan kalkulator ini memperoleh hasil yang efektif dan efisien sehingga dapat menjawab kekhawatiran berbagai pihak yang kurang setuju dengan penggunaan perangkat teknologi ini.