Pembahasan Peradilan Umum Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia

Pendahuluan

Kedudukan peradilan sebagai pelak- sana kekuasaan kehakiman dalam negara hu- kum mempunyai peran: sebagai katup penekan (pressure valve) terhadap setiap pelang-garan hukum dan ketertiban masyarakat, oleh karena itu peradilan masih diandalkan sebagai badan yang berfungsi dan berperan mene-gakkan kebenaran dan keadilan (M. Yahya Harahap, 2005: 229).

Dalam perkara gugatan yang di da- lamnya terdapat sengketa dan diajukan oleh pihak penggugat ke pengadilan, maka akan diselesaikan dan diputus oleh pengadilan. Me- ngajukan gugat ke pengadilan dengan cara mengajukan surat permintaan, dalam praktik disebut surat gugat atau surat gugatan harus sesuai dengan kompetensi pengadilan negeri sebagaimana dimaksud oleh Pasal 118 H.I.R. Dapat juga diajukan dengan lisan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang dan mohon agar dibuatkan surat gugat berdasarkan Pasal 120 H.I.R.

Pada sidang pertama hakim wajib me- ngupayakan perdamaian sebagaimana diten- tukan oleh Pasal 130 H.I.R. Dengan diter-bit- kannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan maka para pihak wajib menempuh prosedur mediasi.

Mencermati latar belakang lembaga mediasi dapat dikatakan merupakan hal yang sangat ideal dalam mewujudkan asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan apabila berhasil diterapkan. Betapa tidak dengan memperhatikan latar belakang Mah-kamah Agung RI mewajibkan bagi para pihak menempuh mediasi sebelum perkara diputus oleh oleh hakim melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan kemudian diterbitkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dimana proses mediasi diharapkan dapat me- ngatasi penumpukan perkara. Kedua, mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah disbanding dengan proses litigasi. Ketiga, pem-berlakuan mediasi diharapkan dapat mem-perluas akses bagi para pihak untuk memper-oleh rasa keadilan. Keempat, institusionalisasi proses mediasi ke

dalam system peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga penga- dilan dalam penyelesaian seng-keta ( Takdir Rahmadi, dkk: 7-9)

Keberadaan lembaga mediasi tidak dapat dilepaskan dari Pasal 130 H.I.R. dan Pasal 154 R.Bg, karena kedua pasal tersebut dasar hukum keberadaan lembaga mediasi. Pasal 130 ayat (1) H.I.R. menyatakan Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak dating, maka pengadilan negeri mencoba de- ngan perantaraan ketuanya akan memper- damaikan mereka itu. Ayat (2) menyatakan Jika perdamaian yang demikian itu terjadi, maka tentang hal itu pada waktu bersidang, diper- buat sebuah akta, dengan nama kedua belah pihak diwajibkan untuk mencukupi perjanjian yang diperbuat itu; maka surat (akte) itu akan berkekuatan dan akan dilakukan sebagai putu- san hakim yang biasa. Pasal 154 ayat (1) bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka pengadilan negeri dengan perantaraan ketua berusaha menda- maikannya. Ayat (2) bila dapat dicapai per- damaian, maka di dalam sidang itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilak- sanakan seperti suatu surat keputusan biasa.

Wajibnya hakim, mediator dan para pihak untuk menempuh penyelesaian sengketa melalui mediasi telah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Bahkan akibat hukum dari tidak dilaksanakannya prosedur mediasi merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130 H.I.R. atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Dengan demikian wajibnya menda- maikan para pihak melalui mediasi berada pada pemeriksaan di tingkat pertama, oleh karena itu peran hakim pada pengadilan ting- kat pertama sangat menentukan.

Oleh karena itu menghadapi kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa 100% putusan pengadilan berupa putusan konven- sional yang bercorak menang atau kalah (winning or losing), jarang ditemukan dalam praktik putusan yang sama-sama menang (win- win solution ). Sehingga diperlukan kesung- Oleh karena itu menghadapi kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa 100% putusan pengadilan berupa putusan konven- sional yang bercorak menang atau kalah (winning or losing), jarang ditemukan dalam praktik putusan yang sama-sama menang (win- win solution ). Sehingga diperlukan kesung-

154 R.Bg. Hal ini untuk menghindari predikat Membahas keberadaan peradilan umum ketentuan Pasal 130 H.I.R. atau Pasal 154 R.Bg dalam sistem peradilan di Indonesia, maka

merupakan rumusan yang mati (M. Yahya akan diawali dengan ketentuan dalam kons- Harahap, 2005: 241).

titusi yaitu Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Dari literatur yang ada dinyatakan amandemen ketiga yang menyatakan kekua-

bahwa berhasil tidaknya pelaksanaan prosedur saan kehakiman dilakukan oleh sebuah mediasi di pengadilan dipengaruhi oleh hakim Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dan advokat atau kuasa hukum. Ada yang berada di bawahnya dalam lingkungan pera- berpendapat bahwa kegagalan pelaksanaan dilan umum, lingkungan peradilan agama, prosedur mediasi disebabkan oleh dominasi lingkungan peradilan militer, lingkungan pera- motivasi dan peran advokat atau kuasa hukum dilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mah- yang lebih cenderung mengarahkan penye- kamah Konstitusi. lesaian sengketa melalui jalur litigasi. Ada juga

Dari ketentuan konstitusi tersebut yang berpendapat bahwa kegagalan pelak- tampak bahwa ada dua mahkamah yang me-

sanaan prosedur mediasi di pengadilan lakukan kekuasaan kekehakiman, yaitu Mah- disebabkan oleh kurangnya kemampuan, keca- kamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. kapan dan dedikasi hakim. Bahkan Mahkamah

Mahkamah Agung dibantu oleh badan Agung sendiri mensinyalir adanya gejala peri- peradilan di bawahnya yang salah satunya

laku hakim yang tidak sungguh-sungguh mem- adalah badan peradilan di lingkungan pera- berdayakan Pasal 130 H.I.R. untuk menda- dilan umum. Lebih lanjut ketentuan pasal 24A maikan para pihak yang bersengketa. (M. ayat (1) UUD 1945 amandemen ketiga menye- Yahya Harahap, 2005: 241).

butkan kewenangan Mahkamah Agung, yaitu: Dalam kegiatan penelitian ini, secara berwenang mengadili dalam tingkat kasasi,

teoritis diharapkan dapat memberikan pemi- menguji peraturan perundang-undangan di ba- kiran bagi pengembangan mediasi sebagai wah undang-undang terhadap undang- prosedur wajib yang harus dilalui dalam undang, dan mempunyai wewenang lainnya penyelesaian sengketa perdata. Secara praktis yang diberikan oleh undang-undang. diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

Mahkamah Konstitusi mempunyai ke- akademisi dan pihak lain yang memerlukan wenangan sebagaimana diatur oleh Pasal 24C

hasil penelitian ini. UUD 1945 amandemen ketiga yang me- Penelitian ini dilakukan dalam dua nyebutkan Mahkamah Konstitusi berwenang tahap yang meliputi penelitian kepustakaan mengadili pada tingkat pertama dan terakhir

atau library research dan penelitian lapangan yang putusannya bersifat final untuk menguji atau field research. Dalam metode penelitian undang-undang terhadap Undang-Undang kepustakaan, dilakukan dengan usaha mema- Dasar, memutus sengketa kewenangan lem- hami Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor baga negara yang kewenangannya diberikan

Dasar, memutus Pengadilan, mempelajari buku-buku hukum pembubaran partai politik, dan memutus per- acara perdata. Penelitian lapangan yaitu selisihan tentang hasil pemilihan umum. Lebih

2 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Mediasi di oleh

Undang-Undang

penelitian yang dilakukan dengan mengumpul- khusus diatur oleh Undang-Undang Nomor 24 kan data langsung dari Pengadilan Negeri Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Jakarta Sebagaimana diatur oleh Pasal 1 angka 3 Timur.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Kembali kepada pembahasan peradilan

umum (general court), bahwa keberadaan pera- dilan umum diatur dalam Pasal 2 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekua- saan Kehakiman. Lebih khusus diatur dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang dalam penjelasan umum dinyatakan agar Peradilan Umum jo Undang-Undang Nomor 8 pengadilan bebas dalam memberikan putu- Tahun 2004 tentang Perubahan Undang- sannya, perlu ada jaminan bahwa baik pe- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pera- ngadilan maupun hakim dalam melaksa-nakan dilan Umum.

tugas terlepas dari pengaruh pemerintah dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Ta- pengaruh lainnya. hun 1986 menyatakan Peradilan Umum adalah

salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman Tahap-Tahap Proses Mediasi Berdasarkan

bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.

Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 Sementara pada Pasal 3 ayat (1) dan Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di ayat (2) dinyatakan bahwa kekuasaan keha- Pengadilan

kiman di lingkungan peradilan umum dilak- Tahap-tahap proses mediasi diawali sanakan oleh pengadilan negeri dan pengadilan dengan penyusunan resume perkara, dimana

tinggi. Kekuasaan kehakiman di lingkungan ditentukan oleh Pasal 13, bahwa dalam waktu peradilan umum berpuncak pada Mahkamah paling lama lima hari kerja setelah para pihak Agung sebagai pengadilan negara tertinggi. sepakat atas mediator yang dikehendaki, ma- Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sing-masing pihak dapat menyerahkan resume badan peradilan di lingkungan peradilan perkara kepada satu sama lain dan kepada umum meliputi pengadilan negeri dan pe- mediator. ngadilan tinggi.

Tujuan penyerahan resume adalah agar Tempat kedudukan pengadilan negeri masing-masing pihak termasuk mediator

berada di Kotamadya atau Ibu Kota Kabupaten memahami sengketa tersebut yang dimediasi. dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota- Hal ini dapat dipahami mengingat penyerahan madya atau kabupaten. Untuk pengadilan resume akan membantu memperlancar proses tinggi berkedudukan di ibu kota proponsi dan mediasi. daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi,

Resume perkara adalah dokumen yang sebagaimana diatur oleh Pasal 4 ayat (1) dan isinya mengenai penjelasan permasalahan yang

ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 terjadi diantara para pihak sehingga ini ke- tentang Peradilan Umum.

mudian dibawa ke muka pengadilan, dan juga Pembentukan pengadilan negeri dilaku- mengenai usulan dari masing-masing pihak

kan dengan Keputusan Presiden, sebagaimana mengenai penyelesaian permasalahan. Dengan diatur oleh Pasal 7 Undang-Undang Nomor 2 adanya resume ini akan diketahui gambaran Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Berbeda permasalahan yang menimbulkan sengketa, dengan pembentukan Pengadilan Tinggi yang para pihak juga diberikan kesempatan me- pembentukannya dengan Undang-Undang, ngajukan usulan mengenai hal-hal yang para sebagaimana diatur oleh Pasal 9 Undang- pihak inginkan atau yang dijadikan kepen- Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Pera- tingan bersama untuk mewujudkan kesepa- dilan Umum.

katan diantara para pihak.

Berkaitan dengan keberadaan peradilan Setelah tahap penyerahan resume umum, dalam penjelasan umum Undang- perkara, dilanjutkan dengan pelaksanaan

Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang mediasi, dimana ketentuan Pasal 13 ayat (3) Peradilan Umum dinyatakan bahwa di negara menentukan bahwa jangka waktu yang dapat Republik Indonesia sebagai negara hukum dipergunakan untuk melaksanakan seluruh yang berdasarkan Pancasila dan Undang- proses mediasi adalah paling lama empat Undang Dasar 1945 keadilan, kebenaran, puluh hari kerja. Penentuan jangka waktu em- kepastian hukum, dan ketertiban penyeleng- pat puluh hari kerja dihitung sejak terpilihnya garaan sistem hukum merupakan hal-hal mediator oleh para pihak atau penunjukan pokok untuk menjamin kehidupan berma- mediator oleh Ketua Majelis Hakim pemeriksa syarakat, berbangsa, dan bernegara.

perkara tersebut, sebagaimana dimaksud oleh Lebih lanjut berkaitan dengan kekua- pasal 11 ayat (5).

saan kehakiman yang bebas dan mandiri,

Dalam pelaksanaan mediasi tidak tertutup ke- memberikan penjelasan atau pertimbangan mungkinan akan menemui kegagalan. Ten- yang dapat membantu para pihak dalam tunya kegagalan mediasi tersebut tidak penyelesaian perbedaan. Disamping kesepa- diinginkan, karena justeru akan menambah katan untuk mengundang mediator juga harus panjang penyelesaian sengketa di kemudian ada kesepakatan tentang kekuatan mengikat hari. Untuk menyatakan gagal dan tidak layak atautidaknya penjelasan dan atau penilaian se- atas pelaksanaan mediasi merupakan kewe- orang ahli tersebut. Biaya pemanggilan atau nangan dari mediator. Hal ini sebagaimana pelibatan seorang ahli ditanggung oleh para dimaksud oleh Pasal 14 ayat (1) yang menya- pihak berdasarkan kesepakatan. takan mediator berkewajiban untuk menya-

Satu hal yang menggembirakan dari takan mediasi telah gagal jika salah satu pihak proses mediasi adalah tercapainya kesepakatan atau para pihak atau kuasa hukumnya telah kedua belah pihak. Perihal tercapainya kesepa- dua kali berturut-turut tidak menghadiri per- katan para pihak diatur dalam Pasal 17. Maka temuan mediasi sesuai jadwal pertemuan apabila tercapai kesepakatan perdamaian para mediasi yang telah disepakati atau telah dua pihak dengan bantuan mediator wajib meru- kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan muskan secara tertulis kesepakatan yang mediasi tanpa alas an setelah dipanggil secara dicapai dan ditandatangani oleh para pihak patut.

dan mediator.

Dalam hal setelah proses mediasi Perlu diketahui bahwa kesepakatan berjalan, mediator memahami bahwa dalam perdamaian para pihak tidak boleh berten- sengketa yang sedang dimediasi melibatkan tangan dengan hukum atau yang tidak dapat asset atau harta kekayaan atau kepentingan dilaksanakan atau yang memuat itikad tidak yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain baik. Materi kesepakatan perdamaian ini di- yang tidak disebutkan dalam surat gugatan periksa terlebih dahulu oleh mediator sebelum sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak ditandatangani oleh para pihak. dapat menjadi salah satu pihak dalam proses

Para pihak wajib menghadap kembali mediasi, maka mediator berwenang menya- kepada hakim pada hari siding yang telah takan bahwa perkara yang bersangkutan tidak ditentukan untuk memberitahukan telah layak untuk dimediasi atas dasar para pihak dicapainya kesepakatan perdamaian. Selan- tidak lengkap.

jutnya para pihak dapat mengajukan kesepa- Berkaitan dengan pelaksanaan mediasi, katan perdamaian kepada hakim untuk di- terdapat tugas mediator sebagaimana dimak- tuangkan dalam akta perdamaian. Dalam hal sud oleh Pasal 15 diantaranya: mediator wajib para pihak tidak sepakat untuk dikuatkan mempersiapkan usulan jadwal pertemuan dengan akta perdamaian maka, kesepakatan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan perdamaian harus memuat klausula pen- disepakati; mediator wajib mendorong para cabutan gugatan dan atau klausula pernyataan pihak untuk secara langsung berperan dalam perkara telah selesai. proses mediasi; apabila perlu mediator dapat

Di sisi lain pelaksanaan mediasi tidak melakukan kaukus (adalah pertemuan antara mencapai kesepakatan, dalam hal ini ketentuan mediator dengan salah satu pihak tanpa Pasal 18 mengatur sebagai berikut: mediator dihadiri oleh pihak lainnya); mediator wajib wajib menyatakan secara tertulis kepada hakim mendorong para pihak untuk menelusuri dan bahwa proses mediasi telah gagal. Untuk se- menggali kepentingan mereka dan mencari lanjutnya setelah menerima pemberitahuan berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan per- para pihak.

kara sesuai hukum acara yang berlaku. Dalam pelaksanaan mediasi dimung-

Selama melanjutkan pemeriksaan per- kinkan adanya keterlibatan ahli, hal seba- kara ini masih terbuka kesempatan para pihak gaimana dimaksud oleh Pasal 16 syarat adanya untuk mencapai perdamaian, karena hakim persetujuan para pihak atau kuasa hukumnya, masih diberikan wewenang untuk mendorong maka mediator dapat mengundang seorang atau mengusahakan perdamaian hingga sebe- atau lebih dalam bidang tertentu untuk lum pengucapan putusan. Dalam hal terjadi

Secara singkat bagan berikut men- Akhir dari uraian tahap-tahap mediasi jelaskan tahap-tahap proses mediasi berda- adalah bahwa adanya keterpisahan antara sarkan Peraturan Mahkamah Agung R.I. No- mediasi dari litigasi, hal ini tampak dari ke- mor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di tentuan Pasal 19 yang menyatakan bahwa: jika Pengadilan, yang terdiri dari: penyusunan para pihak gagal mencapai kesepakatan, per- resume perkara dan lama waktu proses me- nyataan dan pengakuan para pihak dalam diasi; kewenangan mediator menyatakan proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai mediasi gagal dan tidak layak; tugas-tugas alat bukti dalam proses persidangan perkara mediator; keterlibatan ahli; mencapai kese- yang bersangkutan atau perkara lainnya.

pakatan; tidak mencapai kesepakatan; keter- Bahkan catatan mediator wajib dimus- pisahan mediasi dari litigasi. nahkan, mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang

Mediator

Penyusunan Resume Perkara

(5 hari kerja setelah para pihak

sepakat atas mediator yang dikehendaki), kemudian

Hakim Mediator

diserahkan kepada:

yang Ditunjuk

Tugas

Mediator

Proses Mediasi Berlangsung

Keterlibatan

Ahli

Kewenangan Mediator Untuk Menyatakan:

Tercapai

Tidak tercapai

Kesepakatan,

Kesepakatan, Pasal Pasal 17 18

Mediasi Gagal,

Mediasi Tidak

Pasal 14 ayat (1)

Layak, Pasal 14 ayat (2)

Keterpisahan Mediasi Dari Litigasi, Pasal 19

Bagan 1 Tahap-Tahap Proses Mediasi

Keterpisahan Mediasi Dari Litigasi

perkara lainnya. Dari ketentuan ini dapat Ketentuan Pasal 19 ayat (1) Peraturan dipahami bahwa antara mediasi dan litigasi Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 me- merupakan dua proses yang berbeda. Dengan nyatakan bahwa jika para pihak gagal men- perbedaan ini berakibat bahwa jika mediasi capai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan gagal mencapai kesepakatan perdamaian, maka para pihak dalam proses mediasi tidak dapat pernyataan dan pengakuan para pihk dalam digunakan sebagai alat bukti dalam proses proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai persidangan perkara yang bersangkutan atau

minkan bahwa penyelesaian sengketa di luar Lebih lanjut oleh ayat (2) dijelaskan pengadilan merupakan syarat untuk dapat bahwa catatan mediator wajib dimusnahkan. dilakukan pmeriksaan perkara lebih lanjut di Ayat (3) memuat hak ingkar mediator untuk pengadilan. Dinyatakan oleh Pasal 45 ayat (4) menjadi saksi. Lebih jelasnya ketentuan ayat (3) apabila telah dipilih upaya penyelesaian seng- menyatakan mediator tidak boleh diminta keta konsumen di luar pengadilan, gugatan menjadi saksi dalam proses persidangan per- melalui pengadilan hanya dapat ditempuh kara yang bersangkutan.

apabila upaya tersebut dinyatakan tidak Terhadap mediator juga tidak tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para dapat dikenai pertanggungjawaban pidana dan pihak yang bersengketa. perdata. Karena kesepakatan perdamaian da-

Penyelesaian sengketa menggunakan lam proses mediasi merupakan pembahasan mediasi juga terdapat dalam Undang-Undang yang dilakukan oleh para pihak secara ber- Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan sama-sama.

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 84 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Mediasi Dalam Pengaturan Undang-Un- tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingku-

dang Lain

ngan Hidup menyatakan bahwa gugatan me- Mediasi sebagai salah satu alternatif lalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila penyelesaian sengketa dipandang sebagai salah upaya penyelesaian sengketa di luar penga- satu sarana untuk mewujudkan penyelesaian dilan yang telah dipilih dinyatakan tidak ber- sengketa lebih cepat dan murah, memperluas hasil oleh salah satu atau para pihak yang akses bagi para pihak untuk memperoleh rasa bersengketa. keadilan, memperkuat dan memaksimalkan

Dalam penyelesaian sengketa ling- fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian kungan hidup di luar pengadilan dapat digu- sengketa. mampu mengurangi penumpukan nakan jasa mediator dan/atau arbiter sebagai- perkara di pengadilan.

mana dinyatakan oleh Pasal 85 ayat (3). Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Un-

Demikian juga penyelesaian sengketa dang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase penataan ruang juga mengenal mediasi. dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dinya- Sebagaimana dimaksud oleh Pasal 67 Undang- takan bahwa alternatif penyelesaian sengketa Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang adalah lembaga penyelesaian sengketa atau Penataan Ruang yang menyatakan penyele- beda pendapat melalui prosedur yang dise- saian sengketa penataan ruang pada tahap pakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pertama diupayakan berdasarkan prinsip pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, musyawarah untuk mufakat. Ayat (2) me- mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

nyatakan dalam hal penyelesaian sengketa Penyelesaian sengketa menggunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mediasi dikenal juga dalam penyelesaian diperoleh kesepakatan, para pihak dapat sengketa konsumen. Pasal 45 ayat (2) Undang- menempuh upaya penyelesaian sengketa me- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlin- lalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dungan Konsumen menyatakan bahwa pe- dengan ketentuan peraturan perundang-

nyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh undangan. melalui pengadilan atau di luar pengadilan

Penyelesaian sengketa di luar penga- berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang dilan merupakan kesepakatan para pihak yang bersengketa. Ketentuan pasal ini memberikan bersengketa, yang mencakup penyelesaian kesempatan kepada para pihak yang sedang secara musyawarah mufakat dan alternatif bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) penyelesaian sengketa antara lain dengan untuk menyelesaikan sengketa secara damai mediasi, konsiliasi dan negosiasi. tanpa melalui pengadilan atau Badan

Dalam penyelesaian perselisihan hu- Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak bungan industrial juga dikenal penyelesaian bertentangan dengan undang-undang.

sengketa melalui mediasi. Pasal 8 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penye- bangan putusan perkara, wajib bagi hakim lesaian Perselisihan Hubungan Industrial

untuk menyebutkan bahwa perkara yang menyatakan penyelesaian perselisihan melalui

bersangkutan telah diupayakan perdamaian mediasi dilakukan oleh mediator yang berada

melalui mediasi dengan menyebutkan nama di setiap kantor instansi yang bertanggung

mediator untuk perkara yang bersangkutan. jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/

Dengan demikian beberapa unsur yang Kota.

menunjukkan tentang wajibnya untuk me- Demikian halnya dalam Undang-

nempuh prosedur penyelesaian sengketa Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pera-

melalui mediasi yaitu: Pertama, jika tidak dilan Agama mengenal mediasi yang dinya-

menempuh prosedur mediasi merupakan takan dalam Pasal 56 ayat (1) Pengadilan tidak

pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 boleh menolak untuk memeriksa dan memutus

H.I.R. dan Pasal 154 Rbg. Kedua, meng- suatu perkara yang diajukan dengan dalih

akibatkan putusan batal demi hukum. bahwa hukum tidak atau kurang jelas,

Ketiga, hakim wajib menyebutkan dalam melainkan wajib memeriksa dan memutusnya.

pertimbangan putusan perkara yang Ayat (2) Ketentuan sebagaimana yang dimak-

bersangkutan telah diupayakan perdamaian sud dalam Ayat (1) tidak menutup kemung-

melalui mediasi dengan menyebutkan nama kinan usaha penyelesaian perkara secara

mediator untuk perkara yang bersangkutan. damai.

Dengan demikian dapat dipahami bah- wa wajibnya untuk menempuh mediasi

Keberhasilan Para Pihak Mencapai Kese-

berada pada pemeriksaan tingkat pertama,

pakatan Perdamaian Melalui Mediasi

sehingga dibutuhkan peran hakim peme-

1. Kewajiban bagi setiap hakim, mediator

riksa di pengadilan tingkat pertama. Oleh

dan para pihak menempuh mediasi

karena itu penting bagi hakim untuk me- Prosedur mediasi dimaksudkan untuk

nguasai norma-norma dan jiwa dalam mewujudkan asas peradilan yang cepat,

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 sederhana dan biaya ringan, Oleh karena itu

Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Mediasi Di diperlukan kemauan yang sungguh-sung-

Pengadilan demi tercapainya kesepakatan guh dari para pihak untuk mewujudkannya.

perdamaian para pihak (Takdir Rahmadi, et Dengan berhasilnya prosedur mediasi

all. 2008:21).

diharapkan meminimalisir waktu, biaya dan Waktu yang ditentukan oleh Peraturan tenaga.

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mahkamah

tentang Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan Agung R.I. Nomor 1 Tahun 2008 tentang

adalah empat puluh hari kerja sejak me- Prosedur Mediasi Di Pengadilan menya-

diator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk takan setiap hakim, mediator dan para pihak

oleh Ketua Majelis Hakim. wajib mengikuti prosedur penyelesaian

Dalam hal tercapai kesepakatan per- sengketa melalui mediasi yang diatur dalam

damaian para pihak selama dalam waktu peraturan ini. Tentang wajibnya untuk

empat puluh hari kerja sebagaimana menempuh prosedur mediasi dan akibat

dimaksud ketentuan Pasal 13 ayat (3), maka tidak menempuh prosedur mediasi adalah

para pihak dengan bantuan mediator wajib putusan batal demi hukum sebagaimana

merumuskan secara tertulis kesepakatan dipertegas oleh Pasal 2 ayat (3) yang menya-

yang dicapai dan ditandatangani oleh para takan tidak dipenuhinya prosedur mediasi

pihak dan mediator. Bagaimana jika dalam berdasarkan Peraturan ini merupakan

proses mediasi para pihak diwakili oleh pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130

kuasa hukum? Maka para pihak wajib H.I.R. dan atau Pasal 154 Rbg yang

menyatakan persetujuannya secara tertulis mengakibatkan putusan batal demi hukum.

terhadap kesepakatan yang telah dicapai. Tidak hanya berakibat putusan batal

Disamping itu ada kewajiban bagi me- demi hukum apabila tidak menempuh

diator untuk memeriksa materi kesepakatan prosedur mediasi, bahkan dalam pertim-

perdamaian. Hal ini dimaksudkan untuk

kewajiban ini dimaksudkan untuk membe- perdamaian yang tidak dapat dilaksanakan,

ritahukan telah dicapainya kesepakatan per- kesepakatan perdamaian yang memuat itikd

damaian, sebagaimana dimaksudkan oleh tidak baik.

Pasal 17 ayat (1),(2),(3),(4),(5),(6). Secara Kewajiban para pihak adalah meng-

sederhana tampak dalam bagan di bawah hadap kembali kepada hakim pada hari

ini:

MEDIATOR

Mediasi menghasilkan kesepakatan

perdamaian

Dengan dibantu oleh mediator

Wajib bagi para pihak merumuskan secara tertulis

kesepakatan yang dicapai.

Ditandatangani oleh para pihak dan mediator

Kesepakatn perdamaian tidak boleh:

bertentangan dengan hukum, tidak

dapat dilaksanakan, memuat itikad tidak baik.

Dapat diajukan untuk dituangkan dalam akta perdamaian.

Tidak dikuatkan dalam

Wajib diberitahukan kepada hakim

akta perdamaian

oleh para pihak pada hari sidang yang telah ditentukan.

Dan atau klausula pernyataan

Kesepakatan perdamaian harus memuat

perkara telah selesai

klausula pencabutan gugatan

Bagan 2 Pelaksanaan Mediasi

2. Perdamaian Di Tingkat Banding, Kasasi,

Dan Peninjauan Kembali.

Upaya para pihak untuk mencapai Adanya keinginan para pihak untuk kesepakatan perdamaian tidak hanya ter-

menempuh upaya perdamaian telah diako- henti di Pengadilan Negeri. Oleh Peraturan

modir oleh Pasal 21 ayat (1) dinyatakan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008

bahwa para pihak, atas dasar kesepakatan tentang Pelaksanaan Mediasi Di Pengadilan

mereka, dapat menempuh upaya perda- diperluas hingga di tingkat banding, kasasi

maian terhadap perkara yang sedang dalam dan peninjauan kembali. Hal ini tampak

proses banding, kasasi, dan peninjauan

sejak diterimanya pemberitahuan tentang peninjauan kembali sepanjang perkara itu

kehendak para pihak untuk menempuh belum diputus.

perdamaian.

Dalam kondisi seperti ini masih

diperlukan peranan Ketua Pengadilan 3. Tahap-Tahap Proses Mediasi Dalam

Negeri yang memeriksa perkara tersebut,

Kaitannya Dengan Upaya Para Pihak

karena untuk menyampaikan kesepakatan

Mencapai Kesepakatan Perdamaian Di

para pihak harus disampaikan secara tertulis

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan

kepada Ketua Pengadilan tingkat pertama

Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

yang mengadili sebagaimana dimaksud oleh Seperti pada bab sebelumnya telah ketentuan Pasal 21 ayat (2).

diuraiakan tentang tahap-tahap proses Berikutnya adalah diperlukan koor-

mediasi, maka pada bab kali ini akan dinasi antara Ketua Pengadilan Negeri yang

dijelaskan keterkaitan antara tahap-tahap memeriksa perkara dengan Ketua Penga-

proses mediasi dalam kaitannya dengan dilan Tinggi yang berwenang atau Ketua

upaya mencapai kesepakatan perdamaian di Mahkamah Agung tentang kehendak para

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan pihak untuk menempuh perdamaian. Seba-

Pengadilan Negeri Jakarta Timur. gaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 21

Sebelum penjelasan lebih lanjut, kami ayat (3). Dinyatakan bahwa Ketua Penga-

sampaikan bahwa di era sebelum tahun 1969 dilan tingkat pertama yang mengadili segera

hanya ada satu pengadilan di Jakarta yaitu memberitahu Ketua Pengadilan Tinggi yang

Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta. Bekas berwenang atau Ketua Mahkamah Agung

kantor Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta tentang kehendak para pihak untuk me-

pada saat sekarang ini menjadi gedung nempuh perdamaian.

Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Akhirnya Bagaimana jika perkara yang ber-

pada tahun 1970 Pengadilan Negeri Jakarta sangkutan sedang diperiksa di tingkat

ada tiga yaitu: Pengadilan Negeri Jakarta banding, kasasi, dan peninjauan kembali?

Barat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Dalam keadaan seperti ini maka majelis

Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Timur pemeriksa di tingkat banding, kasasi, dan

dan Utara.

peninjauan kembali wajib menunda pe- Dalam perkembangannya maka pada meriksaan perkara yang bersangkutan

tahun 1973 dibangun gedung Pengadilan selama empat belas hari kerja sejak

Negeri Jakarta Barat dan Selatan. Dan pada diterimanya

tahun 1978 pengadilan negeri yang ada di kehendak para pihak untuk menempuh per-

pemberitahuan

tentang

Jakarta dipecah menjadi lima Pengadilan damaian. Hal ini sebagaimana dimaksud

Negeri, yaitu : Pengadilan Negeri Jakarta oleh ketentuan Pasal 21 ayat (4).

Pusat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Demikian juga dalam hal berkas atau

Jakarta Selatan, memori banding, kasasi, dan peninjauan

Pengadilan

Negeri

Pengadilan Negeri Timur, Pengadilan kembali belum dikirimkan maka, Ketua

(http://pn- Pengadilan tingkat pertama yang bersang-

Jakarta

Utara

jakartapusat.go.id/welcome/ kutan wjib menunda pengiriman berkas atau

view_page/0/4/2/2014/. Sabtu 15 Februari memori banding, kasasi, dan peninjauan

kembali guna memberi kesempatan para Dari hasil penelitian Tim Peneliti di pihak untuk mengupayakan perdamaian.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat diperoleh Dengan ketentuan Pasal 21 ini berarti

data pada bulan Januari – Desember 2012 masih terbuka kesempatan para pihak untuk

sebagai berikut:

menempuh perdamaian dimana Majelis

Tabel 1 Jumlah Perkara Masuk, Tidak Mediasi, Mediasi Gagal, Mediasi Berhasil Pada PN Jakarta Pusat Tahun 2012 No Bulan Perkara Tidak Mediasi Mediasi

Masuk Mediasi Gagal Berhasil

1 Januari 56 26 29 1

2 Februari 58 24 33 1

3 Maret 46 20 26 0

4 April 44 15 28 1

5 Mei 50 28 19 3

6 Juni 39 20 18 1

7 Juli 48 26 19 1

8 Agustus 49 29 20 0

9 September 48 43 5 0

10 Oktober 57 48 9 0

11 Nopember 51 35 16 1

12 Desember 41 32 9 0 Jumlah: 587 9 Sumber: PN Jakarta Pusat

Jumlah Perkara Masuk

Tidak Mediasi

Mediasi Gagal

Mediasi Berhasil

Gambar 1

Grafik jumlah perkara masuk, tidak mediasi, mediasi gagal, mediasi berhasil bulan

Januari s/d Desember 2012

Selanjutnya data dari Pengadilan Negeri bulan Januari s/d Desember 2012, oleh Tim Jakarta Pusat mengenai jumlah perkara masuk, Peneliti dibuat prosentase yang disajikan dalam tidak mediasi, mediasi gagal, mediasi berhasil tabel di bawah ini:

Tabel 2

Prosentase Perkara Tidak Mediasi, Mediasi Gagal, Mediasi Berhasil Pada PN Jakarta

Pusat Tahun 2012

N0 Bulan

Untuk bulan Januari – Juni 2013 diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3 Jumlah Perkara Masuk, Tidak Mediasi, Mediasi Gagal, Mediasi Berhasil Pada PN Jakarta Pusat Tahun 2013 N0 Bulan Perkara

Masuk Mediasi Gagal Berhasil

1 Januari 44 24 19 1

2 Februari 51 28 24 0

3 Maret 47 26 20 1

4 April 66 43 23 0

5 Mei 60 47 13 1

6 Juni 41 29 12 1 Jumlah 309 4 Sumber: PN Jakarta Pusat

Selanjutnya dari tabel tersebut oleh Tim Peneliti dibuat dalam bentuk grafik seperti tampak di bawah ini.

Jumlah Perkara Masuk Tidak Mediasi Mediasi Gagal

Mediasi Berhasil

Gambar 2

Grafik jumlah perkara masuk, tidak mediasi, mediasi gagal, mediasi berhasil bulan

Januari s/d Juni 2013

Selanjutnya data dari Pengadilan Negeri bulan Januari s/d Juni 2013, oleh Tim Peneliti Jakarta Pusat mengenai jumlah perkara masuk, dibuat prosentase yang disajikan dalam tabel di tidak mediasi, mediasi gagal, mediasi berhasil bawah ini:

Tabel 4 Prosentase Perkara Tidak Mediasi, Mediasi Gagal, Mediasi Berhasil Pada PN Jakarta Pusat

N0 Bulan Perkara

Sementara itu dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5 Penyelesaian Perkara Perdata Melalui Mediasi dan Non Mediasi Pada PN Jakarta Timur Tahun 2008 s/d 2013

PERKARA

TAHUN

N0 PERDATA

a. DAMAI

1650 2 NON MEDIASI

b. GAGAL

Sumber: PN Jakarta Timur

Selanjutnya dari tabel tersebut oleh Tim Peneliti dibuat dalam bentuk grafik seperti tampak di bawah ini

b. GAGAL

Gambar 3 Grafik perkara perdata yang menempuh mediasi (damai, gagal ) dan non mediasi tahun 2008 s/d 2013

Selanjutnya data dari Pengadilan Negeri tahun 2013, oleh Tim Peneliti dibuat prosentase Jakarta Timur mengenai mediasi damai, yang disajikan dalam tabel di bawah ini: mediasi gagal dan non mediasi tahun 2008 s/d

Tabel 6 Prosentase Perkara Perdata Yang Tidak Mediasi, Mediasi Gagal, Mediasi berhasil Pada PN Jakarta Timur

N0 Tahun Perkara

Masuk Mediasi

Sebenarnya maksud diintegrasikannya dari hasil pemantauan pelaksanaan mediasi mediasi dalam sistem peradilan sebagaimana sejak periode berlakumya Peraturan Mahka- dimaksud dalam peraturan mahkamah agung mah Agung Nomor 2 Tahun 2003, September R.I. Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur 2003 hingga Desember 2004 di empat Mediasi di Pengadilan, pertama mediasi diha- Pengadilan Tingkat Pertama yaitu, Pengadilan rapkan mampu mengatasi masalah penum- Tingkat Pertama Jakarta Pusat, Pengadilan pukan perkara. Kedua, proses mediasi dipan- Tingkat Pertama Surabaya, Pengadilan Tingkat dang sebagai cara penyelesaian sengketa yang Pertama Batusangkar, Pengadilan Tingkat lebih cepat dan murah dibandingkan dengan Pertama Bengkalis. proses litigasi. Ketiga, mediasi dihrapkan dapat

Laporan dari Indonesian Institute for memperluas akses bagi para pihak untuk Conflict Transformation (IICT) menunjukkan memperoleh rasa keadilan. Keempat, mediasi bahwa tingkat keberhasilan mediasi sangat dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi rendah, yaitu kurang dari 10% dari jumlah lembaga pengadilan dalam penyelesaian seng- perkara yang masuk. Keadaan yang sama juga keta.

terjadi Pengadilan Tingkat Pertama lainnya Dengan hasil seperti dalam tabel di atas, dari keempat Pengadilan Tingkat Pertama ternyata terjadi juga pada saat masih diber- tersebut (Takdir Rahmadi, et all. 2008: 9). lakukannya Peraturan Mahkamah Agung

Padahal sebenarnya apabila diban- Nomor 2 Tahun 2003. Hal ini dapat diketahui dingkan dengan tahap-tahap penyelesaian

Berikut kami sampaikan tahap-tahap sidang ditunda. Ditambah lagi di tingkat penyelesaian perkara perdata melalui penga- pengadilan negeri jika sudah sampai tahap dilan sebagai akibat mediasi tidak menghasil- putusan, maka putusan tersebut dapat diajukan kan kesepakatan perdamaian antara pihak upaya hukum berupa banding ke pengadilan penggugat dan tergugat: tinggi. Demikian juga terhadap putusan

Sidang kedua

Sidang pertama

jawaban

Pembacaan gugatan

Upaya hukum

Sidang ketiga

Peninjauan kembali

replik

ke MA

Upaya hukum Kasasi ke MA

Sidang keempat

duplik

Upaya hukum Banding ke Pengadilan Tinggi

Sidang kelima

pembuktian

Sidang keenam

kesimpulan

Sidang ketujuh

Putusan hakim

memperoleh kekuatan hukum

tetap.

Bagan 3 Tahap-tahap penyelesaian perkara perdata melalui pengadilan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terca- Agung tentang mediasi, hakim mediator, para painya Kesepakatan Perdamaian Para pihak, kuasa hukum.

Pihak Dalam Mediasi

1. Peraturan Mahkamah Agung Tentang

Dari data pelaksanaan mediasi dengan

Prosedur Mediasi Di Pengadilan

mediasi gagal oleh kami tim penelti mengamati Dari Buku Komentar Peraturan Mah- faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya kamah Agung RI N0. 1 Tahun 2008 tentang

kesepakatan perdamaian para pihak dalam Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan didapatkan proses mediasi. Yaitu: Peraturan Mahkamah informasi sebagai berikut. Sebelum terbitnya

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun (Steering Committee) yang terdiri atas Wakil 2008 telah ada Peraturan Mahkamah Agung Ketua Mahkamah Agung R.I. bidang yudisial, Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi seluruh Ketua-Ketua Muda Mahkamah Agun di Pengadilan. Kalangan hakim memberikan R.I. dan konsultan ahli. Kelompok pengarah berbagai masukan kepada Mahkamah Agung yang menentukan kata akhir atas tiap rumusan tentang permasalahan yang terdapat dalam pasal-pasal dalam Peraturan Mahkamah Agung Perma Nomor 2 Tahun 2003, sehingga Mah- hasil revisi. Dalam bagan tampak sebagai kamah Agung menerima berbagai masukan berikut: tersebut dan memandang perlu untuk merevisi Perma Nomor 2 Tahun 2003.

Dibentuk Untuk menindaklanjutinya akhirnya

Keputusan Kelompok Kerja dibentuklah kelompok Kerja Revisi Peraturan

MARI untuk

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003.

merevisi

Perma N0. 1

Sebagai ketua kelompok kerja adalah Harifin A.

tahun 2003

Tumpa, yang dilanjutkan oleh Atja Sondjaja. Untuk anggota kelompok kerja terdiri dari unsur hakim, advokat, LSM dan perguruan tinggi.

berbagai Anggota kelompok kerja yaitu: I Gusti

Mengkaji

Menentukan kata

kelemahan Perma Agung Sumanatha, Andi Samsan Nganro,

akhir terhadap

N0. 1 Tahun Diah Sulasti Dewi, Eli Maryani Multiningdyah,

rumusan pasal- pasal dalam

2003. Mempersiapkan Artha Silalahi, Suhadi, Tahir Lutfi Yazid,

Perma hasil revisi

draf Perma hasil Firmansyah, Fatahillah AS, Fahmi Shihab,

revisi Takdir Rahmadi. Beberapa kegiatan telah dilaksanakan oleh kelompok kerja, dimana kegiatan tersebut merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh

Kelompok

kelompok kerja. Kegiatan yang dimaksud

Pengarah

adalah: (Steerring Committee) Kelompok

a. Melaksanakan diskusi internal secara rutin kerja seminggu sekali; melaksanak

b. Melakukan survey di beberapa pengadilan tingkat pertama terpilih untuk mendapat-

an tugasnya.

Bagan 4 kan informasi tentang pelaksanaan Pera- Tahap revisi terhadap Perma N0. 1 Tahun 2003

turan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003, kelemahan-kelemahan, dan saran- saran perbaikan;

Dari hasil revisi terhadap Peraturan

c. Menyelenggarakan dua kali lokakarya, Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 yang yaitu bulan Juni 2007 dan tanggal 11 Maret menghasilkan Peraturan Mahkamah Agung 2008 yang dihadiri oleh kalangan hakim, Nomor 1 Tahun 2008 diperoleh beberapa peru- mediator, advokat, dan akademisi;

bahan penting. Seperti misalnya sifat wajib

d. Melakukan studi banding ke Jepang pada mediasi, pihak penggugat terlebih dahulu bulan Oktober – Nopember 2007;

menanggung biaya pemanggilan para pihak,

e. Melakukan diskusi dengan pakar hokum diperkenankannya hakim pemeriksa menjadi dan mediasi di Jepang.

mediator, dll (Takdir Rahmadi, et all. 2008: 9). Tabel berikut merinci lebih lanjut beberapa

Untuk selanjutnya hasil kerja kelompok perubahan penting yang dimaksud. kerja diserahkan kepada Kelompok Pengarah

Tabel 7 Perubahan Perubahan Mahkamah Agung

N0 Perubahan Penting

Ketentuan Dalam Perma

Keterangan

N0. 1 Tahun 2008

1 Sifat wajib mediasi yang harus diikuti

Tidak ditegaskan dalam Perma N0. 2 Tahun oleh setiap hakim, mediator, dan para

Pasal 2 ayat (3)

pihak. 2 Biaya

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. ditanggung

Pengugat melalui uang panjar biaya perkara. 3 Diperkenankannya

Dengan alasan khawatir hakim pemeriksa pemeriksa perkara menjadi mediator.

hakim

majelis

Pasal 8 ayat (1) huruf d

perkara tidak mampu mengadili perkara yang dimediasi secara obyektif dan netral setelah

gagal menghasilkan kesepakatan. Sehingga dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 hakim pemeriksa perkara tidak diperkenankan menjadi mdiator.

mediasi

4 Dimungkinkan mediator lebih dari satu

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. orang

Pasal 8 ayat (1) huruf d.

Pasal 8 ayat (2).

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 para pihak resume perkara.

5 Para pihak tidak wajib membuat

Pasal 13 ayat (1)

Pasal 13 ayat (2)

wajib membuat resume. Setelah dilakukan pembahasan yang mendalam oleh kelompok kerja maka, resume perkara tidak wajib bagi para pihak untuk membuatnya. Karena jika para pihak wajib membuat resume perkara berarti merupakan syarat agar mediasi dapat dilaksanakan. Dengan kata lain belum masuk proses mediasi saja sudah gagal.

6 a. Proses mediasi paling lama 40 hari

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 ditentukan kerja.

Pasal 13 ayat (3)

waktu proses mediasi selama 21 hari sudah b. Atas dasar kesepakatan para pihak

Pasal 13 ayat (5)

termasuk masa pemeriksaan perkara. jangka

diperpanjang paling lama 14 hari kerja.

c. Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk

jangka

waktu

pemeriksaan perkara. 7 Diatur kewenangan mediator untuk

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. menyatakan mediasi gagal dan tidak

Pasal 14 ayat (1)

Pasal 14 ayat (2)

layak. 8 Pada

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang

Pasal 18 ayat (3)

pengucapan putusan. 9 Tidak

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. pertanggungjawaban pidana maupun perdata terhadap mediator atas isi kesepakatan perdamaian dari hasil proses mediasi. 10 Diberikannya kesempatan bagi para

dapat

dikenakannya

Pasal 19 ayat (3)

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. pihak atas dasar kesepakatan untuk

perkara yang sedang dalam proses atau sedang diperiksa di tingkat banding, kasasi, peninjauan kembali. 11 Adanya ketentuan yang mengatur

Dalam Perma N0. 2 Tahun 2003 tidak diatur. kesepakatan para pihak menyelesaikan perkara di luar pengadilan.

Pasal 23

banding tentang mediasi terintegrasi dengan Mahkamah Agung dalam kaitannya sistem peradilan di Jepang (Takdir Rahmadi, et dengan integrasi mediasi ke dalam sistem all. 2008: 9). peradilan di Indonesia pada tahun 2006 dengan

2. Mediator

Hal ini tentunya dimaksudkan untuk difasilitasi oleh Japan International Cooperation meningkatkan kemampuan hakim dalam me- Agency (JICA) mengirim sejumlah hakim dan mimpin pelaksanaan mediasi untuk mencapai advokat ke Jepang untuk melakukan studi

berdamai niscaya akan mengalami kesulitan Dengan memperhatikan tabel di atas, untuk mencapai perdamaian, yang pada akhir- tim peneliti mengkaitkan dengan analisa dari nya hakim juga tidak bisa memaksa para pihak M. Yahya Harahap yang menyatakan bahwa untuk berdamai. Pasal 1321KUHPerdata me- kenyataan praktik yang dihadapi jarang nyatakan tiada suatu persetujuan pun mem- dijumpai putusan perdamaian. Produk yang punyai kekuatan jika diberikan karena kekhi- dihasilkan peradilan dalam penyelesaian per- lafan atau diperoleh dengan paksaan atau pe- kara yang diajukan kepadanya hampir 100% nipuan. berupa putusan konvensional yang bercorak

Sehingga dengan dasar Pasal 1321 menang atau kalah (M. Yahya Harahap, 2004: KUHPerdata maka kesepakatan perdamaian 241).

akan ada jika diberikan tanpa kekhilafan, tanpa Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa paksaan atau penipuan. kesungguhan, kemampuan, dan dedikasi ha-

Bahkan dalam Pasal 12 ayat (1) Pera- kim untuk mendamaikan boleh dikatakan turan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 tahun sangat mandul. Hal ini berakibat terhadap 2008 menyatakan para pihak wajib menempuh keberadaan Pasal 130 H.I.R. dan Pasal 154 R.Bg proses mediasi dengan itikad baik. Pasal 12 dalam hukum acara perdata tidak lebih dari Ayat (2) menyatakan salah satu pihak dapat hiasan belaka atau rumusan mati.

menyatakan mediasi tidak layak jika pihak Relevan dengan itu adalah tugas-tugas lawannya menempuh mediasi tidak dengan mediator yang harus dipahami oleh setiap itikad baik. mediator sehingga proses mediasi dapat

Berkaitan dengan itu, dalam Pasal 2 menghasilkan kesepakatan perdamaian. Tugas- ayat (2) menyatakan wajibnya mediasi. Tetapi tugas yang dimaksud adalah sebagaimana wajibnya mediasi tidak selamanya disambut ditentukan oleh Pasal 15 Peraturan Mahkamah dengan baik oleh para pihak. Bisa saja salah Agung R.I. Nomor 1 tahun 2008, yang menya- satu pihak merasa terpaksa menjalani proses takan bahwa (1) mediator wajib memper- mediasi. Terhadap pihak yang merasa terpaksa siapkan usulan jadwal pertemuan mediasi ini bisa saja menunjukkan itikad tidak baik, kepada para pihak untuk dibahas dan dise- karena anggapannya pihak lawan adalah pakati (2) mediator wajib mendorong para musuh sehingga tidak mempunyai pemahaman pihak untuk secara langsung berperan dalam terhadap kepentingan pihak lawan. proses mediasi (3) Apabila dianggap perlu,

Demikian juga kuasa hukum berperan mediator dapat melakukan kaukus (4) mediator penting

mencapai kesepakatan wajib mendorong para pihak untuk menelusuri perdamaian. Kehadiran kuasa hukum dalam dan menggali kepentingan mereka dan mencari proses mediasi menentukan tercapainya berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi kesepakatan

untuk

perdamaian. Ketidakhadiran para pihak.

kuasa hukum selama 2 kali berturut-turut da- Disamping itu ada kewajiban bagi lam pertemuan mediasi sesuai jadwal perte- setiap mediator dalam menjalankan fungsinya muan yang telah disepakati atau tanpa alasan untuk menaati pedoman perilaku mediator. setelah dipanggil secara patut maka mediator Sebagaimana ditentukan oleh Pasal 24 ayat (1) berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal. Peraturan Mahkamah Agung R.I. Nomor 1 tahun 2008

Analisis Waktu Terhadap Proses Mediasi Yang Berhasil Mencapai Kesepakatan Per-

3. Para pihak atau kuasa hukum dari para damaian dalam Kaitannya Dengan Kepas- pihak

tian Hukum, Rasa Keadilan dan Asas Para pihak atau kuasa hukum dari para Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya Ringan