FOTOGRAFI KEHUMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN CITRA YANG BAIK( STUDI EKSPLORATORI FOTOGRAFER KEHUMASAN)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FOTOGRAFI KEHUMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN CITRA YANG BAIK ( STUDI EKSPLORATORI FOTOGRAFER KEHUMASAN ) PENELITI IKBAL RACHMAT, MT FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TAHUN 2017

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… iv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 - 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 3 - 31 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 32 - 34 BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………… 35 - 41 BAB V PENUTUP ………………………………………………………… 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- BIODATA PENELITI - JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN - ANGGARAN PENELITIAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual ……… 8 Gambar 2.3 Foto Seri/Esai ………………………………………………... 12 Gambar 2.4 Spot Foto …………………………………………………….. 13 - 14 Gambar 2.5 General News Photo .......……………………………………. 14 Gambar 2.6 People in the News Photo …………………………………… 15 Gambar 2.7 Daily Life Photo ……………………………………………. 16 Gambar 2.8 Art and Culture Photo ………………………………………. 17 – 18 Gambar 2.9 Social and Environment photo ……………………………… 18 Gambar 4.1 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37 Gambar 4.2 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37 Gambar 4.3 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37 Gambar 4.4 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38 Gambar 4.5 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38 Gambar 4.6 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38 Gambar 4.7 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 39

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan terus berkembang, membuahkan banyak manfaat bagi segala sendi bidang kehidupan manusia. Merubah sebuah bentuk menjadi lebih menarik, lebih dapat bertahan lama hingga memudahkan dalam menjalankan rutinitas pekerjaan. Kegiatan menjadi menyenangkan, menjadi lebih efisien, menjadi lebih praktis yang berujung pada efektifitas dalam pekerjaan. Salah satu lingkup bidang pekerjaan dalam kegiatan komunikasi berupa kegiatan Public Relations atau humas.

Humas memiliki tanggung jawab utama sebagai “penjaga citra/image” positif baik bagi sebuah perusahaan. Selain fungsi eksternal humas juga memiliki fungsi internal, fungsi yang mampu menjaga hubungan pekerja di dalam perusahaan, agar tetap berjalan baik dan harmonis dalam hubungan antar karyawan. Kegiatan humas eksternal dan internal ini tentu dilakukan dengan beberapa kegiatan, dengan “peralatan” yang mencakup bidang kerja atau tanggung jawab humas, yang dikenal dengan “tool of PR” sebagai batasan lingkup tanggung jawab baik ke dalam maupun luar perusahaan.

Salah satu lingkup tanggung jawab humas yang terdapat dalam “tool of PR” berupa using photograph. Kegiatan melukis dengan cahaya sebagai bagian dari bidang seni yang dikenal dengan fotografi menjadi salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh public relations officer. Keahlian ini tentu perlu dipelajari lebih dahulu, meskipun saat ini kita tahu bahwa kegiatan dokumentasi acara dengan bukti foto sudah sangat mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena faktor banyaknya para produsen handphone, gadget, smartphone dan sejenisnya telah memfasilitasi kamera pada setiap produkya (dihampir semua merek dan jenis) saat ini. Lalu apakah masih diperlukan kegiatan mempelajari pemotretan bagi seorang humas dan bagaimana fotografi menjadi bagian dari “tool of PR” yang bahkan keahlian ini menjadi sebuah ranah khusus dalam fotografi yakni fotografi Salah satu lingkup tanggung jawab humas yang terdapat dalam “tool of PR” berupa using photograph. Kegiatan melukis dengan cahaya sebagai bagian dari bidang seni yang dikenal dengan fotografi menjadi salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh public relations officer. Keahlian ini tentu perlu dipelajari lebih dahulu, meskipun saat ini kita tahu bahwa kegiatan dokumentasi acara dengan bukti foto sudah sangat mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena faktor banyaknya para produsen handphone, gadget, smartphone dan sejenisnya telah memfasilitasi kamera pada setiap produkya (dihampir semua merek dan jenis) saat ini. Lalu apakah masih diperlukan kegiatan mempelajari pemotretan bagi seorang humas dan bagaimana fotografi menjadi bagian dari “tool of PR” yang bahkan keahlian ini menjadi sebuah ranah khusus dalam fotografi yakni fotografi

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian Fotografi Kehumasan Sebagai Media Pembentukan Citra Yang Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan) meliputi :

1. Bagaimana relevansi fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi kehumasan ?

2. Bagaimana peran fotografi dalam membuat reputasi citra yang baik ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

Lasswel mendefinisikan komunikasi dengan : who says what-in which channel-to whom-and with what effect. Maka komponen dalam komunikasi terdiri dari:

1. Komunikator (siapa)

2. Pesan (mengatakan apa)

3. Saluran (melalui saluran apa)

4. Komunikan (kepada siapa)

5. Efek (dengan efek bagaimana) Beberapa tujuan dari komunikasi adalah untuk :

1. Mempengaruhi

2. Menarik perhatian

3. Menarik simpati

4. Menimbulkan empati

5. Menyampaikan informasi MakabBila dikaitkan dengan kegiatan Public Relations, maka PR harus benar-benar memahami esensi dari kegiatan komunikasi itu sendiri agar tujuannya (pencitraan) dapat tercapai.

2.2 Komunikasi Nonverbal Dan Bahasa Tubuh

Komunikasi nonverbal (Sasa Djuarsa) didefinisikan sebagai pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau suara- suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa. Prinsip-prinsip yang sangat penting untuk kegiatan komunikasi :

1. Komunikasi nonverbal tidak sama dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal harus dilakukan dengan sadar dan sengaja.

1. Prosesnya selalu dimulai dengan pemberian makna serta perumusan pesan dan diakhiri dengan pengiriman pesan.

2. Pesan-pesan nonverbal bisa diekspresikan secara tidak sengaja ataupun sengaja, dan secara sadar ataupun tidak. Jadi, secara tidak

sengaja atau secara tidak sadar bisa saja pesan-pesan nonverbalnya keluar.

2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal

Dalam kegiatan berkomunikasi terdapat enam fungsi bahasa nonverbal, fungsi-fungsi tersebut yakni:

1. Fungsi menekankan.

2. Fungsi melengkapi.

3. Menunjukkan kontradiksi.

4. Fungsi mengatur.

5. Fungsi mengulangi.

6. Fungsi mengganti. Dan terdapat ciri utama komunikasi nonverbal, yaitu :

1. Isyarat nonverbal bersifat komunikatif.

2. Isyarat nonverbal bersifat kontekstual.

3. Isyarat nonverbal bersifat paket.

4. Isyarat nonverbal dapat dipercaya.

5. Isyarat nonverbal dikendalikan oleh aturan.

6. Isyarat nonverbal bersifat metakomunikasi.

2.3.1 Tiga Bagian Utama Komunikasi Nonverbal

1. Gerakan tubuh a)

Emblim (perilaku nonverbal yang langsung menggantikan bahasa verbal).

b) Ilustrator (perilaku nonverbal yang berfungsi memberi ilustrasi).

c) Affect display (isyarat nonverbal yang mengekspresikan emosi seseorang).

d) Regulator (isyarat nonverbal yang bersifat mengatur). e)

Adaptor (perilaku nonverbal yang berfungsi memuaskan kebutuhan tertentu).

2. Gerakan wajah Pesan wajah dapat mengkomunikasikan kelompok emosi : kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan/penghinaan.

3. Gerakan mata a)

Mencari umpan balik. b)

Menginformasikan pihak lain untuk bicara. c)

Mengisyaratkan sifat hubungan. d)

Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik. e)

Fungsi penghindaran kontak mata. f)

Pembesaran pupil mata.

Peran (strategis) media menyebarluaskan informasi (publik). Anggapan ini adalah tidak berdasar, kedua belah pihak, baik Humas maupun journalist (berbagai media) memiliki orientasi dan tujuan yang sama-sama mulia, dan keduanya pun didukung oleh etika profesi masing-masing, sebagai panduan dalam bertindak.

Beragam bentuk media bermunculan. lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada masa lampau. media semakin kondusif dengan UU No.

40 tahun 1999 tentang Pers, menjalankan fungsi komunikasi serta fungsi ekonomi, di tengah masyarakat yang membutuhkan media, UU no 32 tahun 2002 media televisi berkembang semakin pesat.

Media konvensional dan media sosial semakin pesat. media online memiliki keunikan, berbeda, (twitter, facebook dsb), memungkinkan praktisi Humas memiliki ruang untuk menyampaikan informasi kepada publik dengan lebih cepat dan mudah.

Sesungguhnya, dari perspektif komunikasi, tumbuh dan berkembangnya berbagai media merupakan indikator bahwa bahwa kita hidup sebagai bangsa yang kian demokratis. Kita memiliki berbagai sarana komunikasi untuk mengekspresikan pikiran dan pendapat kita.

Pemetaan media, membantu para praktisi Humas mengetahui gambaran/informasi karakteristik, jenis, serta kebijakan pemberitaan setiap media, sehingga bisa menentukan, bagaimana seharusnya berhubungan dan berkomunikasi dengan media.

Pemetaan media berfungsi untuk Menyusun, mengklasifikan serta membuat dokumentasi menyangkut profil media massa, misal, segmentasi khalayak yang berbeda berdasarkan geografis, status sosial ekonomi serta pendidikan.

Pemetaan media sangat bergantung pada sejauh mana praktisi Humas memiliki bekal berkaitan dengan riset dalam bidang media, baik riset kuantitatif maupun secara kualitatif.

2.4 Fotografi dan Ilmu Komunikasi

Bicara mengenai keindahan tidak akan terlepas dari yang namanya seni. Seni itu memiliki nilai relatif, yang tidak dapat di nilai sama baik, sama bagus dan sama indah oleh setiap/sekelompok orang.

Fotografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk mendokumentasikan momen penting. Hal ini kita ketahui dari sejarah kehidupan manusia purba di zaman pra sejarah.

Pada zaman tersebut mereka memiliki aktifitas pada zamannya dari kehidupan pribadi sampai kehidupan masyarakat, mereka berusaha setiap apa yang mereka lakukan saat itu bisa mereka ceritakan kelak pada generasi mereka selanjutnya, karena keterbatasan ilmu pengetahuan saat itu mereka hanya mampu melakukan pekerjaan sebatas melukis pada dinding-dinding gua, menulis pada bebatuan, dan atau pada kulit hewan dan pepohonan.

Seniman lukis menjadi bintang dunia gambar saat itu, namun para pelukis belum mampu menggambar langit di malam hari dengan baik, selain dalam Seniman lukis menjadi bintang dunia gambar saat itu, namun para pelukis belum mampu menggambar langit di malam hari dengan baik, selain dalam

Fotografi berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata Phos - Photo yang memiliki arti Cahaya, dan kata Graphien – Graphy yang memiliki arti tulisan/tulis /melukis, sehingga fotografi memiliki definisi :

1. Melukis dengan cahaya

2. Teknik membuat gambar sesuai dengan aslinya (dengan pengetahuan dasar mengenai sifat cahaya dan penemuan zat-zat kimia)

3. Sedangkan menurut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah seni dan proses penciptaan gambar dengan cahaya pada negatif dan permukaan yang dipekakan.

Negatif film/roll negatif yang biasa kita kenal, terbuat dari bahan selluloid/plastik transparan yang dilapisi bahan-bahan kimia, sedangkan permukaan yang dipekakan lainnya adalah kertas foto yang biasa digunakan oleh studio atau lab. cuci cetak pada umumnya.

2.4.1 Unsur dan Tujuan Fotografi

Dalam kegiatan pemotretan terdapat unsur-unsur yang mendukung terciptanya visual, unsur utama fotografi adalah cahaya, dengan 3 medianya, yakni :

1. Kamera

2. Lensa

3. Film Sedangkan tujuan fotografi yakni menterjemahkan bahasa non-

verbal/bahasa visual. Bahasa verbal merupakan lisanatau tulisan seperti : Apa, Kenapa, Bagaimana, sedangkan bahasa non verbal merupakan bahasa visual, berupa visual, contohnya lambar marka jalan/marka lalu lintas.

Gambar 2.1

Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual

2.4.2 Komunikasi dan Seni

Komunikasi memerlukan media untuk dapat berinteraksi, begitu pula berbicara mengenai fotografi, yang memiliki sifat sebagai karya dokumentasi (memerlukan objek) yang nyata, atau fakta sesungguhnya, memerlukan suatu bukti untuk dapat menyampaikan pesan kepada orang lain sehingga dapat berinteraksi secara baik.

Seni lukis dapat dilakukan oleh siapa saja baik ada atau tidak adanya media/objek/visual yang akan dilukis, dengan cara menggunakan imajinasi/daya khayal. Berbeda dengan seni fotografi tidak dapat terjadi apabila objek/visual potret tidak berwujud nyata. Media yang digunakan juga berbeda, telah disebutkan sebelumnya ada 3 media dalam fotografi yakni Kamera, lensa dan film, ketiga media tersebut harus ada untuk menghasilkan pekerjaan fotografi, sedangkan seni lukis medianya adalah kanvas/kertas gambar, spidol, pensil, cat & kwas, atau ballpoint gambar untuk menggoreskan kreatifitasnya.

2.5 Foto Dan Fotojurnalistik

Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa bertugas sebagai alat dokumentasi (pribadi/resmi) sebuah institusi bahkan negara. Sebagai alat dokumentasi, foto menjadi salah satu hal penggerak perubahan dunia, bahkan hingga saat ini foto tetap menjadi salah satu media untuk merekam sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah waktu.

Agar sebuah foto bisa menjadi sebuah media dokumentasi yang berisi informasi dan bisa diketahui oleh banyak pihak, foto membutuhkan sebuah tempat yang bernama media massa. Di dalam media massa inilah foto diolah menjadi sebuah berita untuk memberi ide, gagasan, atau tindakan kepada orang lain untuk melakukan perubahan. Foto yang memuat sebuah berita inilah yang acap kali dikenal dengan istilah foto jurnalistik.

Fotojurnalistik menghentikan waktu dan memberi kita gambaran nyata bagaimana waktu membentuk sejarah lewat sebuah kejadian. Fotojurnalistik menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambarnya yang sesuai dengan fakta, sehingga fotojurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan sebuah peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif.

Dalam dunia fotojurnalistik, efek yang ingin ditimbulkan oleh seorang pembuat fotojurnalistik adalah efek sosial dari sebuah efek visual yang dibuatnya, dan dari dalam sebuah fotojurnalistik yang tercipta tersimpanlah sebuah cerita perubahan jaman yang di masa depan akan menjadi sebuah sejarah.

Jurnalistik/Jurnalisme adalah kegiatan/pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita/informasi melalui media massa. Foto adalah potret/gambar yang dibuat dan di hasilkan dengan sebuah alat bernama kamera dengan tujuan untuk menjadi sebuah alat penyimpan informasi (dokumentasi).

2.5.1 Foto Tunggal Dan Foto Seri

Editor majalah life Wilson Hicks yang mengatakan bahwa unit dasar dari fotojurnalistik adalah foto tunggal dengan teks yang menyertainya yang disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features, sedangkan foto seri atau foto esai adalah foto-foto yang terdiri atas lebih dari satu foto tetapi temanya satu. Biasanya foto esai atau foto seri hadir di koran-koran atau majalah yang terbit untuk/pada hari minggu. Kelebihan foto esai atau foto seri adalah lebih memudahkan pekerjaan fotografer dimana fotografer dapat menjelaskan suatu peristiwa dalam beberapa jepretan foto, bukan hanya dalam satu foto tunggal. Sementara kelemahannya foto seri atau foto esai ini dikerjakan dalam waktu yang relatif lebih lama.

2.5.2 Teks Foto/Caption Foto

Teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi suatu foto. Tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.

Bila foto tersebut berasal dari luar, harus ditulis nama fotografernya atau sumber asal foto. Dengan memberi keterangan seperti, dokumentasi pribadi atau nama instansi. Tanggal pemotretan : 2014/7/22 (penanggalan ini untuk mempermudah pengelolaan database foto anda). wajib diisi oleh setiap fotografer untuk keperluan dokumentasi. Karena dengan keterangan yang lengkap pengelolaan database foto akan lebih tertata. Selain itu akan memudahkan fotografer dalam mencari foto-foto yang pernah dibuat.

2.5.1.1 Syarat-Syarat Teks Foto

Dalam memuat sebuah foto jurnalistik, yang disertai teks foto harus memuat beberapa syarat diantaranya :

1. Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat

2. Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaska data yang dimiliki,

3. Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + 1H, yaitu who, what, where, when, why dan how,

4. Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense),

5. Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto.

Gambar 2.2 Foto Tunggal

Foto : Ikbal Rachmat

Workshop UGM - Jakarta, 29/6, Workshop on Religion and Gender In Indonesia yang diselenggarakan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies) program Doctoral untuk kelas Internasional Universitas Gajah Mada diselenggarakan di Hotel Cipta, Jakarta, Rabu 6 Juni 2012, workshop tahun ini terkait dengan penelitian terkait “Dakwahtainment” yang di lakukan oleh para penceramah pada umumnya yang sering muncul di layar TV. Kali ini dikhususkan penceramah Mamah Dedeh yang sering berdakwah di stasiun TV Indosiar maupun ANTV, kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat mengenai manfaat dakwahtainment khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air. FOTO ICRS Media/Tim Media/workshop juni/DSC 0014/2012.

Keterangan foto : Hotel Cipta, Jakarta, 28/06 – Workshop UGM Yogyakarta = keterangan, tanggal foto, serta judul foto

1. ICRS-UGM Yogyakarat = who

2. Workshop ( Workshop on Religion and Gender In indonesia) = what

3. Di Hotel Cipta , Jalan Sabang, Jakarta = where

4. Rabu = when

5. kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat kali ini untuk mengetahui manfaat dakwahtainment

khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air = How

6. FOTO ICRS Media/Ikbal/Workshop juni/DSC 0014/2012 = data foto, yang dimuat dikoran internal, yang di buat oleh Tim Media dan sudah diedit dan dilepas oleh editor serta tahun penyiarannya.

2.5.3 Foto Seri/Essay Photo

Gambar 2.3 Foto Seri/Foto Esai

2.5.4 Jenis - Jenis Fotojurnalistik

Menurut Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) Fotojurnalistik terkategori atas :

1. Spot Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh fotografer langsung

pada lokasi kejadian. Contohnya adalah foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Fotografer harus memiliki keberanian saat membuat foto serta dibutuhkan keberuntungan dalam hal posisi untuk mendapatkan sudut yang bagus. Memperlihatkan emosi subjek yang difoto untuk memancing emosi pembacanya juga.

Gambar 2.4 Spot Foto

Foto : Slideshare

2. General News Photo adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya yakni politik, ekonomi dan humor.

Gambar 2.5 General News Photo

Foto : Slideshare

3. People in the News Photo adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang menjadi berita itu. Bisa kelucuannya, nasib dsbnya. Tokoh – tokoh pada kategori ini bisa tokoh populer ataupun tidak populer tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.

Gambar 2.6 People in the News Photo

Foto : Slideshare

4. Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia di pandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).

Gambar 2.7 Daily Life Photo

Foto : Slideshare

5. Portraiture adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.

6. Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan 6. Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan

7. Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Art and culture photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya

Gambar 2.8 Art And Culture Photo

Foto : Ikbal Rachmat

9. Social and Environment photo adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Gambar 2.9 Social and Environment photo

Foto : Slideshare

2.6 Public Realtions/Humas

Menurut Edward Bernays dalam Indrawadi Tamin public Relations is the relations of an individual, association, government or corporation with the publics with it must take into consideration in carrying on its social function, yang diterjemahkan sebagai hubungan publik/humas adalah hubungan individu, asosiasi, pemerintah atau korporasi dengan publiknya yang harus mempertimbangkan fungsi sosial dalam menjalankannya.

2.6.1 Fungsi Public Relations

Menurut pakar Humas Internasinal, Cutlip & Centre, and Canfield (1982) dalam Rosady Ruslan fungsi Public Realtions diantaranya sebagai berikut:

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada menejemen lembaga/organisasi)

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang

diwakilinya, atau sebaliknya

4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumba saran kepada pimpinana manajemen demi tujuan dan manfaat bersama

5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya

atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

2.6.2 Ruang Lingkup Public Relations

Ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi lembaga antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut :

1 Membina hubungan ke dalam (public internal), yang dimaksud dengan public internal adalah public yang menjadi bagian dari

unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri.

2 Membina hubungan keluar (public eksternal), yang dimaksud public eksternal adalah public umum (masyarakat). Mengusahakan

tumbuhnya sikap dan gambaran public yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya.

Secara operatif Humas merupakan fungsi khusus manajemen. Artinya, PR/Humas membantu memelihara aturan bermain bersama melalui saluran komunikasi kedalam dan keluar, agar tercapai saling pengertian atau kerja sama antara organisasi dan publiknya. Selain itu berfungsi untuk menanggapi opini public mengenai kebijaksanaan yang dibuat serta memenuhi fungsi manajemen, yaitu untuk memonitoring, mengantisipasi dan memanfaatkan berbagai kesempatan serta tantangan atau perbahan yang terjadi di dalam masyarakat atau publiknya.

Humas atau Public Relations adalah menilai sikap masyarakat (public) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi atau instansi. Humas terkait langsung dengan fungsi top manajemen. Fungsi kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila berada langsung dibawah pimpinan atau mempunyai hubungan langsung dengan pimpinan atau tertinggi pada orgtanisasi atau instansi bersangkutan. Untuk mengatasi kemungkinan buruk, PR/Humas akan menjalankan fungsinya yaitu menjaga citra dan nama baik organisasi dengan menggunakan cara-cara edukatif dan informatif serta persuasif, yang mengandung arti suatu ajakan atau imbauan bukan merupakan paksaan.

2.6.3 Kemampuan PR Officer

Menjadi seorang PR/Humas harus memiliki empat kemampuan, diantaranya yaitu:

1. Memiliki kemampuan mengamati dan menganalisa suatu persoalan berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, komunikasi dan

mampu mengevaluasi suatu problematika yang dihadapinya.

2. Kemampuan untuk menarik perhatian, melalui berbagai kegiatan publikasi yang kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya

sebagai target sasaran.

3. Kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum

4. Kemampuan menjalin suasana saling percaya

2.6.4 Program Kerja dan Aktivitas Humas

Tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas Public Relation atau Humas di lapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi/perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder- sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra positif, kemauan baik, saling menghargai, saling timbul pengertian, toleransi antara kedua belah pihak.

Perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian hingga pengevaluasian suatu program kerja PR/Humas melalui berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh public relation, contohnya special events, social marketing PR, advertising PR, press & media relationship, business comunication PR, marketing PR, crisis management & complaint handling PR, PR writing, PR campaign dan lain sebagainya.

Scott M. Cutlip & Allen H. Center (Prentice-Hall, Inc. 1982:139), dalam Rosady menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut :

1 Penelitian dan mendengarkan (research-listening) Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi

dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan- kebijaksanaan suatu organisasi. Setelah itu baru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta, dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya.

2 Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision) Dalam tahap ini sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan

dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan mulai diberikan.

3 Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (comminication-action) Informasi yang berkenaan dengan langkah-langkah yang akan

dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya.

4 Mengevaluasi (evaluation) Pihak public relations/Humas mengadakan penilaian terhadap hasil- hasil dari program-program kerja atau aktivitas humas yang telah

dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari teknik- teknik manajemen dan komunikasi yang telah dipergunakan.

Membina Hubungan Media dan Pers (media & pers relations) merupakan sebagai alat, pendukug atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan media dan pers dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel) dalam penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan (awareness) dan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi humas merupakan prioritas utama, hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah kekuatan pembentukan opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui media masa.

Definisi press relations menurut Rosady Ruslan, adalah suatu kegiatan dari pihak public relations untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau informasi tertentu mengenai aktifitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan/institusi, produk dan hingga kegiatan bersifat individual lainya yang perlu di publikasikan melalui kerjasama dengan pihak pers atau media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif. Dari hasil kerjasama yang baik inilah diharapkan akan tercipta suatu opini publik yang positif sekaligus Definisi press relations menurut Rosady Ruslan, adalah suatu kegiatan dari pihak public relations untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau informasi tertentu mengenai aktifitas yang bersifat kelembagaan, perusahaan/institusi, produk dan hingga kegiatan bersifat individual lainya yang perlu di publikasikan melalui kerjasama dengan pihak pers atau media massa untuk menciptakan publisitas dan citra positif. Dari hasil kerjasama yang baik inilah diharapkan akan tercipta suatu opini publik yang positif sekaligus

Publik relations dalam upaya menyebarkan pesan, informasi, publikasi hingga mengeluarkan berita (news and press release) yang dapat bekerja sama dengan pihak pers/wartawan menggunakan formula, Avoid publicities and withdrawal news negative (hindari publisitas dan berita negatif). Artinya pihak pejabat humas/PRO harus dapat memilah-milah dengan pasti mana diantara informasi dan publikasi, atau berita tersebut yang boleh direlease (disiarkan), atau mana diantara informasi tersebut tidak boleh diketahui secara umum, dan bahkan tertutup untuk kalangan pers/wartawan.

Humas dan pers biasanya muncul semacam pertentangan antara kedua belah pihak saat menunaikan tugasnya masing-masing. Pertentangan yang terjadi atau saling berprasangka buruk antara pihak humas dan pers dapat diatasi seandainya hubungan itu berlandaskan kepada prinsip-prinsip keterbukaan, serta saling menghargai peran satu sama lainya dan saling mendukung. Serta setiap pihak akan berfungsi serta bertindak sesuai dan terikat dengan kode etik profesinya masing-masing.

1 Kontak formal : kontak resmi dengan pihak pers/wartawan adalah yang dapat dikontrol dengan baik (under controlling) oleh pihak humasnya.

2 Kontak Informal (tidak resmi) : publikasi atau pemberitaan di media massa tidak dapat dikontrol penuh oleh pihak humas (uncontrolled),

karena yang membuat inisiatif membuat atau mengendalikan berita ada ditangan wartawan yang bersangkutan.

2.6.5 Jenis dan media Public Relations

Pada umumnya ada dua jenis media yang sering dipergunakan dalam aktifitas publikasi dari Public Relations yakni media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas (Above The Line) diantaranya sebagai berikut.

1 Media cetak yang bersifat komersial, misalnya surat kabar harian, tabloid, majalah berita, dll. Kelebihan media berita (news media) :

Harga murah, berita menyeluruh, lengkap dan dapat menyebar secara cepat serta efektif. Tetapi mempunyai kelemahan, seperti : Komunikasi searah, umur atau jangka waktu berlakunya relatif pendek/rentang hidupnya pendek (short life span).

2 Media elektronik (broadcast media), seperti Stasiun Radio dan TV, baik di pemerintahan (TVRI dan RRI) maupun swasta (RCTI, SCTV, ANTV, dll). Kelebihannya : pesan mudah didengar dan

diingat pemirsanya, (visualnya lebih hidup) serta kecepatan penyampaian berita dan pengaruhnya cukup tinggi. Kelemahannya : relatif lebih mahal (high cost), pengaruhnya langsung, khususnya dapat bersifat negatif, dll.

Menurut Frank Jefkins (1988:154) dalam Rosady terdapat lima model utama mengenai House Journal, yaitu The Sales Buletin, The Newsletter, The Magazine, The Tabloid Newspaper, The Wall Newspaper. Selain itu terdapat House Journal, yang berbentuk media elektronik yang baru dipakai mulai tahun 1980-an dan kini banyak digunakan dikalangan lembaga atau perusahaan- perusahaan tertentu, seperti melalui saluran media (electronic channel media).

1 Video Cassets, media elektronik berbentuk kaset rekaman video gambar atau film dokumentasi yang diproduksi dan didistribusikan untuk dipasang melalui TV monitor ditempat yang strategis dan

mudah dilihat, atau dipresentasikan ke khalayak.

2 Audio Cassets Tape, informasi atau berita-berita yang direkam menggunakan pita rekaman yang berisikan pidato, instruksi, pesan- pesan tertentu, dan kemudian didistribusikan kepada karyawan,

pelanggan, atau relasi bisnis.

3 Viewdata House Journal, media surat kabar elektronik yang mempergunakan perangkat saluran TV atau komputer untuk dapat

mengakses informasi atau berita-berita tertentu. Jenis media yang digunakan Humas tersebut diatas biasanya tergolong media tatap muka atau secara langsung yang mempunyai kelebihan, seperti pesannya dua arah sehingga dapat melihat emosi audiensnya dalam upaya mengakses informasi atau berita-berita tertentu. Jenis media yang digunakan Humas tersebut diatas biasanya tergolong media tatap muka atau secara langsung yang mempunyai kelebihan, seperti pesannya dua arah sehingga dapat melihat emosi audiensnya dalam upaya

Jenis media lini bawah yang digunakan Humas antara lain berbentuk : Presentasi pengenalan, Peduli masyarakat sekitarnya, Pameran, Berupa Display barang, penjualan secara langsung dengan menawarkan langsung produk kepada konsumen, membentuk alat pendukung kampanye Humas (Promosi atau barang cetakan), Jenis Media Internal Humas (In-house journal) antara lain Magazine (majalah) bulanan dan mingguan, tabloid dan bulletin perusahaan, News Letter (siaran berita) press release (Siaran publisitas dasar, Siaran publikasi produk, dan siaran keuangan) dan photo press. Media Internal ini berfungsi sebagai media penhubung komunikasi internal dan eksternal, sebagai ajang komunikasi khusus antar karyawan, sebagai sarana media untuk “pelatihan dan pendidikan” dalam bidang tulis menulis bagi karyawan sehingga terdapat nilai tambah bagi departemen Humas/PR.

2.6.5.1 In-House Journal Dan PR Writing

Dalam setiap penerbitannya, media internal humas melalui beberapa teknis pembuatannya, teknis-teknis ini meliputi kegiatan berupa :

1. Teknik menulis Naskah Humas/PR Bentuk-bentuk penulisan naskah kehumasan (PR Writing) yang masing-masing memiliki karakter dan gaya penulisan (style) yang berbeda, yaitu : Naskah (Script), Siaran (Release), Laporan (Report), Profil (Profile), Promosi (Promotion).

2. Kiat, Teknik, dan Tujuan Penulisan Naskah Kehumasan, meliputi :

a. Praktisi PR memerlukan persiapan yang cukup ketika mulai menggarap suatu tulisan, gaya bahasa, suatu topik atau isu, dan

hingga merancang tujuan publikasi, serta strategi pesan yang hendak dicapai pada sebuah tulisan tersebut.

b. Segi akurasi informasi/berita b. Segi akurasi informasi/berita

dipergunakan.

d. Eksklusifitas

e. Latar belakang penulisan (background).

f. ASSETO Formula (Audience, Structure, Style, Editing, Topic, Objective).

g. SOLAADS (Subject, Organization, Location, Advantage, Application, Details, Sources).

3. Tulisan yang Menarik Beberapa hal diperlukan teknik tertentu untuk menjadikan sebuah tulisan menarik, antara lain, Narasi, Deskripsi, Kalimat aktif dan langsung, dan Eksposisi.

Berikut ini beberapa bentuk In-House Journal Dan PR Writing yang biasa dipergunakan dalam media public relations, sebagai berikut :

1. Media Publik Relations Fungsi dari In House Journal (House Organ) sebagai media PR atau Media Internal Perusahaan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu media komunikasi, informasi, pendidikan, hiburan dan media pengetahuan. Isi majalah perusahaan biasanya terdiri dari beberapa hal, yaitu Master head, daftar isi majalah, kolom pembuka, Cover, Editorial atau tajuk rencana, Iklan. Jenis media publikasi yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan pesan kepada publiknya serta mampu meningkatkan citra, antara lain : House Jornal, Printed Material, Media pertemuan (event), Broadcasting Media dan Internet, Media Sarana Humas/PR, Media Personal.

2. Company Profile Proses pembuatan, perencanaan, action plan, strategi penyampaian pesan (komunikasi), pendistribusian mengenai Company Profile tersebut tidak jauh berbeda dengan sistem pembuatan Annual Report. Company Profile lebih banyak menampilkan aspek historis 2. Company Profile Proses pembuatan, perencanaan, action plan, strategi penyampaian pesan (komunikasi), pendistribusian mengenai Company Profile tersebut tidak jauh berbeda dengan sistem pembuatan Annual Report. Company Profile lebih banyak menampilkan aspek historis

3. Annual Report Sebuah Annual report harus menggambarkan cerita sukses perusahaan untuk menarik minat investor. Diterbitkan sedemikian rupa, menggambarkan kinerja perusahaan, memperlihatkan bahwa perusahaan tersebut dikelola secara professional, menjadi salah satu piranti media komunikasi untuk menarik mitra usaha, berisikan laporan singkat dan sajian catatan tahunan keuangan perusahaan, secara periodik, diadakan lomba penampilan dalam kegiatan “annual report award”, pembentukan tim perencana pembuatan “Annual report publication”.

4. Prospektus Merupakan salah satu produk publikasi yang tengah menjadi trend di suatu perusahaan yang akan “Go public” dan menjual sahamnya si Pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Pasar Bursa Surabaya (PBS). Prospektus tersebut antara lain berisikan : tanggal efektif, penawaran, penjatahan, dan penyerahan, hingga pada pencatatan di pasar bursa efek, company profile, penawaran umum, pernyataan utang, resiko ushaa, SWOT, dll.

Salah satu kegiatan PR adalah dokumentasi dan kliping yaitu berkaitan dengan menelaah, menganalisis, dan kemudian mengevaluasi perkembangan bisnis dari perusahaan, aktifitas, dan program acara tertentu baik komersial dan non komersial yang dipublikasikan dalam media massa dan non massa. Manfaat dari pembuatan dokumentasi dan kliping ialah sebagai bahan informasi terkini, sebagai bahan referensi tertentu dan data/informasi penunjang, sebagai pedoman atau acuan, sebagai sumber informasi dan data pesaing, sebagai tolak ukur tentang keberhasilan, sebagai media komunikasi internal, sebagai dokumentasi perusahaan/lembaga.

Selain dokumentasi dan kliping PR/Humas juga memiliki special events (kegiatan khusus PR/Humas) yang merupakan salah satu kiat untuk menarik perhatian media pers dan publik terhadap perusahaan atau produk tertentu yang akan ditampikan dalam acara tersebut. Bentuk Special Events yang dilakukan, antara lain Fair, Festival, Parade, Seminar, Open house. Event (acara/peristiwa) yang dikenal dalam aktivitas kehumasan antara lain :

a Calendar of event.

b Momentum event.

c Special events (acara suatu peresmian, acara peringatan tertentu, acara komersial). Keberhasilan special event ini berkaitan dengan penyusunan jadwal,

personel yang terkait, tujuan dari special event tersebut (pengenalan “awareness”, suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik, memperlihatkan iktikad baik dari lembaga/produk yang diwakilinya, mempertahankan penerimaan masyarakat, memperoleh rekanan atau pelanggan baru)

Sebagai alat promosi Humas/PR dapat menggelar pameran yang secara komunikologis yaitu dapat menyebarkan suatu peran, informatif, persuasif, dan sebagai sarana komunikasi yang membuat publik tetap menjadi ingat dan mengerti apa yang ditampilkan pada suatu pameran tertentu. Pameran merupakan kegiatan yang menunjukkan sesuatu kepada orang banyak mengenai kelebihan dan keunggulan yang dimiliki sesuatu tersebut. Klasifikasi pameran diantaranya yakni:

1. Berdasarkan jenisnya pameran terbagi dua, yaitu Pameran Barang dan Pameran kegiatan/jasa.

2. Berdasarkan sifatnya ada tiga jenis pameran, yaitu Pameran khusus, Pameran bersama, dan Pameran umum.

3. Berdasarkan frekuensinya, yaitu Pameran berkala, Pameran Insidental

4. Berdasarkan lingkup Geografis, yaitu Pmeran local, pameran nasional, dan Pameran Internasional (Exposition “EXPO”)

2.7 Citra

Pada umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki tujuan organisasi/perusahaan, yang hal ini juga dipengaruhi oleh faktor citra. Citra sendiri bernilai abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik berupa tanda respek dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan dapat diandalkan dalam pembentukan pelayanan yang baik.

Tugas PR itu sendiri adalah menciptakan citra organisasi yang diwakilinya sehingga tidak menimbulkan isu-isu yang merugikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Linggar dalam Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.”

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang ditonjolkan secara nyata yang timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Citra yang dimaksud disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada publik atau khalayaknya agar timbul opini publik yang positif tentang perusahaan tersebut.

Menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi dan Aplikasi (1998:63) menyebutkan bahwa landasan citra berakar dari :

“Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persuasi, serta terjadinya proses akumulasi dari individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering dinamakan citra atau image.”

Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar, 2004:17-19) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk diketahui oleh seorang PR. Jenis-jenis citra tersebut adalah :

1. Citra Bayangan (Mirror Image) adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya.

2. Citra Yang Berlaku (Current Image) adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar

mengenai suatu organisasi atau perusahaan.

3. Citra Yang Diharapkan (Wish Image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang

ada.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image) adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi

bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan, antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang dan lain sebagainya.

5. Citra Majemuk (Multiple Image) Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan yang memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit

dan individu memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni untuk mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang tidak hanya dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun dirasakan baik dan memuaskan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain tipe penelitian kualitatif dengan fokus kajian mengenai Fotografi Kehumasan Sebagai Media Pembentukan Citra Yang Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan), maka penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif, dengan pendekatan eksploratori.

3.2 Sumber Data

Jenis sumber data menurut H.B. Sutopo (2002:53) secara menyeluruh meliputi manusia (responden), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda termasuk beragam gambar dan rekaman, serta dokumen maupun arsip. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

a) Key Informan atau narasumber dalam penelitian ini yakni fotografer kehumasan Bapak Benny S. Butar-butar M.Si, VP Corp. Communications Garuda Indonesia.

b) Adapun Informan pada penelitian ini, yakni fotografer media Indonesia, yakni Bapak Hariyanto dan Bapak Panca Syurkani dari Dari Balik Lensa

c) Arsip atau dokumen resmi sebagai data pendukung yang dapat memperjelas data utama, berupa materi seminar dan workshop dan foto – foto bidang kehumasan dan liputan jurnalistik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan antara lain :

1. Wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan wawancara percakapan informal dengan sifat sangat terbuka dan sangat longgar (tidak terstruktur).

2. Observasi, dilakukan peneliti dalam hal ini bersifat observasi non partisipan, dengan cara melakukan observasi pengumpulan data dan informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari lingkungan/organisasi yang diamati. (Rosady Ruslan, 2004:36).

3.3.2 Data Sekunder

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data sebagai penguat data primer yakni data sekunder yang diperoleh dari :

1. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan Teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen, hasil karya fotografi baik bidang kehumasan maupun fotografi Jurnalistik sebagai hasil pemotretan dari para nara sumber, arsip-arsip, dan literatur lainnya yang relevan.

2. Perekaman Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat perekaman dengan menggunakan gambar hidup maupun gambar diam (foto) serta perekaman audio (suara).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi data (sering kali juga disebut dengan triangulasi sumber), yaitu cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi atau data yang telah diperoleh melalui wawancara dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait. Dari sini, peneliti akan sampai pada salah satu kemungkinan yakni data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan. Dengan cara begini peneliti kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam perspektif) mengenai gejala yang diteliti (Pawito, 2007:99).

Pengambilan sampel dengan cara Nonprobability Sampling, yakni teknik yang tidak memberikan peluang (kesempatan) yang sama bagi setiap unsur-unsur Pengambilan sampel dengan cara Nonprobability Sampling, yakni teknik yang tidak memberikan peluang (kesempatan) yang sama bagi setiap unsur-unsur

Kriteria dari informan yang akan diwawancara ialah orang yang mengetahui tentang pembuatan fotografi kehumasan, pakar atau ahli fotografi dan baik forografi jurnalistik maupun fotografi kehumasan.

3.5 Analisa Data

Dalam proses analisis kualitatif, menurut Miles & Huberman (dalam Sutopo, 2006:113) terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami, yaitu:

1. Reduksi data, merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua catatan lapangan (fieldnote).

2. Sajian data, merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi atau ditemukan di lapangan, untuk berbuat sesuatu pada analisis.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, merupakan hasil akhir dari suatu penelitian kualitatif, dengan berusaha untuk memberikan makna yang penuh dari data yang terkumpul, dengan model analisis interaktif (interactive model of analysis) Miles dan Hubberman.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Dasar Analisis

Dokumen yang terkait

KANDUNGAN NUTRISI SERAT BUAH KELAPA SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN FESES KERBAU PADA LEVEL YANG BERBEDA

0 0 10

POTENSI DAN PENINGKATAN KUALITAS NUTRISI BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum) AFKIR SEBAGAI PAKAN TERNAK UNGGAS

0 1 15

PERFORMA AYAM BROILER FASE STARTER YANG DIBERI TEPUNG KEONG MAS (Pomacea Spp) DALAM RANSUM STANDAR KOMERSIAL

0 0 7

KANDUNGAN FRAKSI SERAT SILASE KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN LEVEL DEDAK DAN LAMA PEMERAMAN YANG BERBEDA

0 1 8

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA PADA MEDIUM SUB SOIL ULTISOL YANG DIBERI ASAM HUMAT DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (The Growth of Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) at the Experiment Farm By Using

0 0 9

PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN EM4 PADA DOSIS DAN LAMA PEMERAMAN YANG BERBEDA

0 0 9

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA TUMPANGSARI TANAMAN PANGAN SEBAGAI TANAMAN SELA DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN (Insect Diversity on Intercropping System in Young Palm Oil) LUTFI ARIFIN, MOKHAMAD IRFAN, INDAH PERMANASARI, AULIA RANI ANNISAVA, D

0 1 9

EMISI GAS KARBON DIOKSIDA (CO2) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANG DITUMPANGSARI DENGAN TANAMAN PANGAN DI LAHAN GAMBUT

0 0 8

POTENSI PENGEMBANGAN SORGUM SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF, PAKAN TERNAK DAN BIOENERGI DI ACEH (Potential of Sorghum Development As Alternative Food, Animal Feed And Bio Energy In Aceh) ELVIRA SARI DEWI DAN MUHAMMAD YUSUF Program Studi Agroekoteknologi Fakulta

0 0 6

RANCANG BANGUN MEDIA PELAYANAN UMUM DESK INFO BERBASIS WEB (STUDI KASUS: PENGADILAN TINGGI AGAMA PEKANBARU)

0 0 5