I. PENDAHULUAN - Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis dan Jumlah Individu Collembola Sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Kota Batu

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis dan

Jumlah Individu Collembola Sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas

(1), (2), (2)

Kota Batu

(1) Husamah Fatchur Rohman Hedi Sutomo (2) Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Prodi Pendidikan Biologi-Pascasarjana Universitas Negeri Malang Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144

  Email: usya_bio@yahoo.com.

  

Abstrak

Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap

jumlah jenis dan individu Collembola pada tipe habitat hutan, pertanian dan

pemukiman. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode TBSF. Identifikasi

sampel Collembola dilakukan di Laboratorium Biologi UMM dan diverifikasi di

Laboratorium Entomologi Dasar UGM. Pengukuran C-organik dilakukan dengan

teknik Walkley & Black dan kadar air tanah dengan teknik gravimetrik. Pengaruh C-

organik dan kadar air tanah diketahui dengan analisis regresi ganda. Hasil penelitian,

yaitu 1) tidak ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis

Collembola dan 2) ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah

individu Collembola.

  Kata kunci: C-organik, air, tanah, individu, jenis, Collembola I.

   PENDAHULUAN Indonesia dikaruniai keanekaragaman hayati dan tingkat endemisitas yang sangat tinggi.

  Pengetahuan mengenai besarnya kekayaan sumberdaya alam hayati sampai saat ini belum memadai untuk mendasari pengelolaan dan pemanfaatan secara lestari atau berkelanjutan (sustainability). Menurut Prijono (2012) diperkirakan keanekaragaman jenis global sekitar 5- 30 juta jenis dan baru sekitar 1,78 juta jenis flora, fauna, dan mikroba yang diberi nama. Keadaan ini menuntut kita berpikir bagaimana tetap melestarikan keanekaragaman yang masih ada dan berupaya mengurangi laju kepunahan serta mempercepat pengungkapan kekayaan dan potensi keanekaragaman hayati yang masih tersisa sebelum punah. Salah satu kelompok binatang yang jarang dikenal tetapi mempunyai peran sangat besar dalam ekosistem adalah Collembola.

  Collembola (springtail) dalam bahasa Indonesia baku disebut ekorpegas. Collembola disebut ekorpegas karena di ujung abdomen terdapat organ mirip ekor yang berfungsi sebagai organ gerak dengan cara kerja seperti pegas. Apabila jenis serangga diperkirakan sekitar 5-10 juta. Sebanyak 1-2 juta jenis Collembola atau 20% dari jenis serangga ada di dunia. Collembola yang telah dideskripsikan mencapai 50.000 jenis. Jumlah jenis Collembola di Indonesia diperkirakan mencapai 1.500-15.000 (Suhardjono dkk, 2012). Collembola

  4

  2

  merupakan kelompok fauna tanah terbesar, populasinya mencapai 10 /m (Handayanto & Hairiah, 2009).

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

  Collembola merupakan salah satu kelompok hewan yang umumnya hidup di permukaan dan di dalam tanah, meskipun ada pula yang hidup sampai di pucuk tumbuhan. Collembola memiliki peran penting dalam ekosistem, karena fungsinya sebagai subsistem konsumen dan subsistem dekomposisi (Rohyani, 2012; Suhardjono dkk, 2012). Collembola dapat dijumpai di mana-mana, umumnya berukuran kecil, ada yang mudah dilihat tetapi ada juga yang mikroskopis. Panjang Collembola umumnya kurang dari 1 mm. Collembola tanah hanya dapat hidup pada kondisi lembab dan hidup di tanah bagian atas atau top soils (Handayanto & Hairiah, 2009). Lebih lanjut dijelaskan Handayanto & Hairiah (2009) bahwa Collembola tanah memakan bakteri, hifa, spora, mendekomposisi bahan organik, hewan, dan tanaman hidup. Collembola tidak berperan dalam siklus hara tanah secara langsung, tetapi berperan aktif dalam proses fragmentasi serasah tanaman. Collembola menghabiskan sebagian besar waktu hidup dengan berada di dalam tanah atau berhubungan dengan tanah.

  Faktor yang sangat menonjol berpengaruh terhadap kehadiran dan pemilihan tempat hidup Collembola adalah faktor lingkungan yang menyusun habitat. Setiap komponen atau kombinasi unsur tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap jenis ataupun kelompok jenis. Faktor lingkungan memiliki dampak menguntungkan atau merugikan terhadap kehadiran Collembola. Setiap tipe habitat mempunyai kombinasi atau perangkat faktor yang berbeda dengan tipe habitat yang lain (Suhardjono dkk, 2012). Hal ini berarti perubahan kondisi tanah, habitat atau ekosistem yang mempengaruhi tanah juga akan mempengaruhi struktur komunitas dan fungsi Collembola tanah.

  Collembola cukup baik sebagai bioindikator tanah karena memiliki respon yang sensitif terhadap perubahan lingkungan, punya waktu regenerasi lebih panjang dibanding mikroba metabolik aktif sehingga mereka lebih stabil dan tidak mudah berfluktuasi akibat perubahan hara sesaat dan tiba-tiba (Pribadi, 2009). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Avelina (2008) dan Suhardjono (2012) bahwa Collembola dapat dijadikan sebagai bioindikator karena sensitif terhadap perubahan lingkungan dan melimpah dalam tanah. Collembola berperan terhadap kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

  Salah satu perubahan kondisi lingkungan dan termasuk perubahan kondisi tanah adalah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu Kota Batu. Kota Batu merupakan daerah otonom termuda di Provinsi Jawa Timur berdasarkan UU Nomor 11 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu. Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Junrejo, dan Bumiaji. Luas Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42% dari luas Jawa Timur (BPS Kota Batu, 2011a; BPS Kota Batu, 2013a). Wilayah Kota Batu merupakan bagian hulu DAS Brantas (Kustamar dkk, 2010). Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu merupakan wilayah konservasi, sehingga fungsinya tidak dapat diubah menjadi bentuk pemanfaatan lainnya (Jamilah, 2011).

  Visi Kota Batu adalah sebagai kota agropolitan bernuansa pariwisata (agrowisata). Dinamika perkembangan wilayah Kota Batu saat ini lebih mengarah pada perkembangan sebagai sentra pertanian dan sentra wisata (Budiyanto, 2010; Maulida dkk, 2012). Sebagian besar penduduk Kota Batu bermatapencaharian utama sebagai petani. Hal ini terlihat dari data hasil Sakernas Kota Batu yang dirilis oleh BPS Kota Batu (2011b), yaitu dari 93.096 orang usia 10 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2010, sebanyak 34.011 atau 36,53% orang bekerja di sektor pertanian (Rahayu dkk, 2012).

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Kota Batu sebanyak 17.357 dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 11 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak 8 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum (BPS Kota Batu, 2013b). Masyarakat Kota Batu umumnya membudidayakan tanaman semusim atau tanaman hortikultura, baik itu buah- buahan, sayuran, dan tanaman hias (Kustamar dkk, 2010; Setyarini, 2011).

  Sejak tahun 1970-an usaha tani hortikultura merupakan sumber penghasilan utama sebagian besar petani di Kota Batu (Widianto dkk, 2010). Kegiatan budidaya berlangsung sepanjang tahun. Sistem budidaya dilakukan secara intensif dengan inputan kimia yang tinggi dari pupuk dan pestisida sintesis (Djauhari dkk., 2009; Indahwati dkk., 2012). Tingginya permintaan dan harga jual menjadi pemicu masyarakat berbudidaya tanaman semusim walaupun bertentangan dengan kaidah konservasi tanah. Masyarakat juga banyak yang membuka lahan pertanian baru dengan cara membabat hutan yang ada di DAS, karena produktivitas tanah yang lama menjadi rendah.

  Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu merupakan DAS paling kritis dari sekitar 29 DAS yang ada di Jawa Timur. Hampir separuh dari wilayah DAS ini termasuk dalam kategori lahan kritis. Isu lingkungan yang paling menonjol di kawasan ini, yaitu 1) alih-guna lahan dari hutan menjadi tanaman sayur-sayuran, 2) penurunan kuantitas dan kualitas air, dan 3) degradasi lahan. Perubahan penggunaan lahan (alih-guna lahan) di DAS Brantas Hulu sebenarnya sudah berlangsung sejak awal abad 20, tetapi terjadi secara lambat (gradual). Alih-guna lahan semakin cepat terjadi pada tahun 1960-an dan mencapai puncaknya pada akhir tahun 1990-an, tepatnya tahun 1998-1999 ketika terjadi situasi peralihan yang dikenal dengan masa reformasi (Rofieq, 2010; Widianto dkk, 2010).

  Menurut Rofieq (2010) dan Widianto dkk (2010) perbandingan citra satelit kawasan ini yang diambil pada tahun 1991, 2001, dan 2005 menunjukkan adanya pengurangan tutupan lahan sebagai hutan alam dan hutan tanaman (produksi) dan meningkatnya luas penggunaan lahan untuk perkebunan, usaha industri, dan pemukiman. Alihguna lahan hutan menjadi tegalan, yakni lahan tadah hujan ditanami sayuran, sangat berpotensi mengalami kerusakan akibat erosi. Akhir tahun 1990-an terjadi penebangan hutan besar-besaran di mana sebagian besar dijadikan tegalan dan ditanami sayuran.

  Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu memiliki luas sekitar 17.344 ha atau sekitar 9,6% dari total luas DAS Sumber Brantas, merupakan salah satu bagian dari kawasan resapan sistem Kali Brantas di Jawa Timur. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001, telah terjadi deforestasi di DAS Sumber Brantas seluas 1.597 ha, yang dialihgunakan sebagai kawasan pertanian tanaman semusim khususnya sayuran dengan kondisi konservasi tanah yang sangat memprihatinkan (Sari, 2010; Widianto dkk, 2010). Sehubungan dengan itu, data Kantor Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa hutan di Kota Batu seluas 11.227 ha, dengan perincian hutan lindung 3.099,6 ha, hutan produksi 3.118,2 ha, dan hutan konservasi 5.009,6 ha, dengan luas kerusakan hutan mencapai 3.900 ha (Viska & Ariastita, 2012).

  Berkembangnya sektor pariwisata di Kota Batu juga membawa dampak perubahan rona wilayah karena tingginya eksploitasi sumberdaya alam (Maulida, 2013; Sabil, 2009). Visi Kota Batu sebagai kota pariwisata berbasis pertanian mendorong peningkatan pembangunan- pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata serta sarana dan prasarana umum untuk masyarakat (Bappeda Kota Batu, 2010). Prioritas perkembangan usaha pariwisata di

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

  Kota Batu telah meningkatkan jumlah pemukiman, perumahan, perkantoran, hotel, villa, kompleks pertokoan, dan lain sebagainya (Rahayu dkk, 2012; Putra, 2013). Jumlah hotel, villa, dan sarana akomodasi lainnya pada tahun 2011 meningkat menjadi 444 dari tahun sebelumnya sebanyak 411 (Pemkot Batu, 2011), tahun 2012 meningkat lagi menjadi 473 (BPS Kota Batu, 2012).

  Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian dan pemukiman merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk (Agus dkk., 2002). Alih fungsi hutan di sepanjang DAS Hulu menjadi lahan petanian umumnya melibatkan faktor-faktor yang kompleks berupa kegiatan-kegiatan pembakaran, pengolahan tanah, penanaman, pemakaian pupuk kimia buatan, pemeliharaan dengan penggunaan pestisida sintesis, dan pemanenan. Selain itu, penggunaan alat berat serta perluasan pemukiman telah dan sedang terjadi serta akan terus mempengaruhi habitat DAS (Wibawa dkk, 2010).

  Kegiatan tersebut berdampak terhadap berkurangnya jenis-jenis tertentu. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan, yaitu penurunan keanekaragaman bahkan punahnya jenis flora dan fauna (Andriawan, 2010; Ardiani, 2012). Kegiatan tersebut pun secara jelas akan memberi pengaruh terhadap kesuburan tanah (Damanik, 2010; Santoso, 2010; Affandi, 2011). Hal ini terjadi karena pengelolaan dan kegiatan yang dilakukan secara intensif dan terus-menerus akan menghabiskan persediaan unsur hara tanah, sehingga mengakibatkan penurunan kesuburan dan produktivitas lahan.

  Selama ini, indikator kesuburan tanah yang paling banyak digunakan adalah fisika dan kimia. Sifat fisika dan kimia lebih dipahami dibandingkan sifat biologi tanah (Handayanto & Hairiah, 2009). Menurut Suin (2012) pengukuran faktor fisika tanah meliputi warna, suhu, konsistensi, tekstur, pengukuran kerapatan isi, porositas, dan permeabilitas. Pengukuran faktor kimia tanah meliputi pH, kadar organik, N, dan nilai tukar kation. Khairia (2009) dan Mindari & Priyadarsini (2011) membatasi pada pengukuran kimia meliputi bahan organik, N- total, P-tersedia, K-total, K-tersedia, Na-tersedia, Na-tersedia, Ca-tersedia, Mg-tersedia, KTK, kejenuhan basa, salinitas, dan pH.

  Deteksi dini kesuburan tanah salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan bioindikator yang ada di suatu ekosistem atau habitat yang memberikan respon terhadap perubahan tersebut (Pratiwi, 2010; Suheriyanto, 2012). Penggunaan bioindikator sangat penting untuk memperlihatkan hubungan antara lingkungan biotik dengan abiotik. Kelompok organisme yang sensitif dapat dijadikan petunjuk bahwa mereka dipengaruhi oleh tekanan lingkungan akibat berbagai macam faktor (Zulkifli & Setiawan, 2011; Kripa dkk, 2013). Terkait dengan hal itu, Collembola berfungsi sebagai bioindikator tanah karena sensitif terhadap perubahan habitat, baik secara struktur maupun fungsi komunitas (Pribadi, 2009; Suhardjono, 2012).

  Keberadaan Collembola dapat dipengaruhi oleh faktor faktor fisika dan kimia seperti pH, suhu, kelembaban atau kadar air tanah di daerah top soil, keberadaan zat pencemar tanah, kedalaman tanah, serta iklim atau musim (Jucevica & Meleis, 2005). Faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap Collembola tanah adalah bahan organik (C-organik) dan kadar air (Suhardjono dkk., 2012). Hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa pertumbuhan Collembola tanah meningkat sejalan dengan naiknya proporsi tanah dilihat dari totalbahan

ISBN: 978-602-72412-0-6

  organik atau C-organik (Sebayang dkk, 2000; Kaneda & Kaneko, 2004). Suku Collembola tanah berkorelasi positif dengan kandungan kadar air tanah (Agus, 2007). Oleh karena itu, perlu penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah jenis, jumlah individu, dan struktur komunitas serta pengaruh faktor lingkungan terhadap Collembola tanah di DAS Brantas Hulu.

  Penelitian ini memiliki 2 tujuan, yaitu 1) menganalisis pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola yang ditemukan pada tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Kota Batu dan 2) menganalisis pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola yang ditemukan pada tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Kota Batu.

II. METODE Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah komparatif. Penelitian komparatif bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor abiotik, yaitu C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis dan jumlah individu Collembola tanah yang ditemukan pada habitat hutan, pertanian, dan pemukiman sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Kota Batu.

  Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah populasi tak terhingga yang merupakan semua jenis Collembola tanah di lokasi penelitian yang mewakili tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman sepanjang DAS Brantas Hulu Kota Batu. Sampel dalam penelitian ini adalah Collembola tanah yang terdapat pada 150 plot penelitian yang mewakili 3 tipe habitat yaitu tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman di DAS Brantas Hulu Kota Batu (1 tipe habitat terdiri dari 50 plot). Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan stasiun adalah

  

purposive sampling dengan alasan, yaitu lokasi kemungkinan dijumpai komunitas Collembola

tanah, memenuhi pertimbangan tipe habitat, dan berada sepanjang DAS Brantas Hulu.

  Alat dan Bahan serta Instrumen Penelitian

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul/sekop, pisau/cutter, bak plastik, ayakan, kantong plastik, kain katun/blacu, meteran/penggaris, thermometer tanah, soil

  

tester, Berlese Tulgrene, patok kayu, tali raffia, GPS Garmin, cawan Petri, Beaker glass,

  nampan plastik, sarung tangan, alat tulis, kertas label, mikroskop, kamera SLR 7D, lampu, kabel, dan listrik pinset. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Formalin 4%, Aquades dan air biasa, contoh tanah, sampel Collembola, dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium. Instrumen penelitian digunakan selama pelaksanaan penelitian berupa lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan atau tabulasi data Collembola dan faktor lingkungan abiotik tanah (kadar air tanah dan C-organik) yang ditemukan pada tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman sepanjang DAS Brantas Hulu Kota Batu.

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap sampel yang diteliti. Langkah- langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Uraian lengkap mengenai masing-masing langkah-langkah tersebut, yaitu.

  Tahap Persiapan

  Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan (observasi) pada lokasi yang akan diteliti, yaitu 3 tipe habitat yang terdiri dari tipe habitat hutan, pertanian, dan pemukiman di DAS Brantas Hulu Kota Batu. 2) Tahap Pelaksanaan, yaitu a) Penentuan Stasiun Penelitian. Penentuan stasiun penelitian didasarkan pada pertimbangan kemungkinan ditemukan komunitas Collembola tanah, telah memenuhi pertimbangan tipe habitat, dan berada di sepanjang DAS Brantas Hulu Kota Batu. Secara lebih rinci 3 stasiun yang ditetapkan, yaitu di Taman Hutan Rakyat R. Soerjo Desa Sumber Brantas sebagai tipe habitat hutan, Desa Pandanrejo sebagai tipe habitat pertanian, dan Desa Torongrejo sebagai tipe habitat pemukiman. b) Penentuan Garis Transek dan Plot. Penentuan garis transek dilakukan pada masing-masing stasiun. Transek pertama berjarak 10 m dari tepi sungai. Transek berjumlah 10 buah dengan panjang 50 m searah aliran sungai dan jarak masing-masing transek adalah 20 m (5 transek di kanan sungai Brantas dan 5 transek di kiri sungai Brantas). Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah plot setiap stasiun adalah 50. Setiap garis transek terdiri dari 5 plot berukuran 25x25 cm dengan kedalaman 30 cm. Jarak antar plot adalah 10 m (Fachrul, 2012; Suhardjono dkk, 2012; Suin, 2012).

  Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data Collembola

  Tahap pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu mengumpulkan sampel tanah dan identifikasi sampel tanah. Pengambilan sampel tanah umumnya menggunakan metode standar dari program Tropical Soil Biology and Fertility (TSBF) dan Hand Book

  

Method dengan metode pengambilan contoh tanahnya menggunakan metode kuadrat

  (persegi), dengan langkah-langkah, yaitu 1) penetapan titik-titik pengambilan contoh, 2) pengambilan contoh tanah, dan 3) pemisahan fauna tanah dan pengelompokannya atau koleksi (Anwar, 2007).

  Sampel yang didapatkan lalu diamati atau diidentifikasi dengan menggunakan bantuan mikroskop di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. Sampel Collembola diidentifikasi sampai pada tingkat spesies dengan mengacu pada literatur Suhardjono dkk (2012), Suin (2012), Janssens (2010), Borror dkk (1996), Hopkin (1997), Dindal (1990), Elzinga (1978), dan Brues dkk (1954). Identifikasi juga mengacu pada ketetapan peneliti Collembola yang terpublikasi di dan www.bugguide.net. Sampel Collembola tanah yang telah identifikasi selanjutnya diverifikasi di Laboratorium Entomologi Dasar UGM. Sampel tanah juga diambil untuk mengukur kadar air tanah dan C-organik. Kadar air tanah diukur di Laboratorium Biologi UMM dengan metode Gravimetrik dan kandungan C-organik diukur di Laboratorium Kimia UMM dengan metode Walkley-Black.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Teknik Analisis Data

  Analisis data bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, dibedakan atas 2 cara, yaitu 1) Deskripsi Data, bertujuan untuk melaporkan hasil penelitian masing-masing variabel, yaitu jumlah jenis, jumlah individu, C-organik, dan kadar air tanah yang diolah dengan teknik statistik deskriptif dalam bentuk tabel ringkasan disertai diagram batang. Hasil ringkasan ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif, 2) Uji Hipotesis dengan Statistik Inferensial Parametrik, pengaruh kadar air tanah dan C-organik terhadap jumlah jenis dan jumlah individu Collembola tanah diketahui dengan analisis multivariat atau regresi ganda dengan metode enter, kemudian dilanjutkan dengan metode stepwise. Analisis tersebut dilakukan setelah uji prasyarat terhadap data masing-masing variabel pada masing-masing tipe habitat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Analisis dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows versi 21.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Pengaruh C-organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis Collembola Tanah

  Hasil uji regresi ganda metode enter pengaruh kadar air tanah dan C-organik terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada tipe habitat hutan disajikan pada Tabel 1.

  

Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Jenis Collembola

pada Habitat Hutan b

Model Summary

  

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig

a a

1 0,117 0,014 -0,028 2,877 0,724

Keterangan: a. Predictors: (Constant), C-organik, dan Kadar Air Tanah, b. Dependent Variable: Jumlah Jenis

  Tabel 1 tentang hasil uji regresi ganda metode enter jumlah jenis menunjukkan bahwa untuk C- ) organik dan kadar air tanah, nilai sig p = 0,724 > α (0,05) sehingga hipotesis nol (H diterima yang berarti tidak ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu.

  Setelah diketahui bahwa tidak ada pegaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu, maka tidak dilanjutkan dengan metode stepwise.

  Hasil uji regresi ganda pengaruh kadar air tanah, pH, dan C-organik terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada tipe habitat pertanian disajikan pada Tabel 2.

  

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Jenis Collembola

pada Habitat Pertanian b Model Summary

  

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig

a a

1 0,194 0,038 -0,025 0,914 0,724

Keterangan: a. Predictors: (Constant), C-organik, pH, dan Kadar Air. b. Dependent Variable: Jumlah Jenis

  Tabel 2 tentang hasil uji regresi ganda metode enter jumlah jenis menunjukkan bahwa untuk C- organik, pH, dan kadar air tanah, nilai sig p = 0,617 > α (0,05) sehingga hipotesis nol

  (H ) diterima yang berarti tidak ada pengaruh C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah yang ditemukan pada habitat pertanian di DAS Brantas Hulu

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

  Kota Batu. Setelah diketahui bahwa tidak ada pegaruh C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah, maka tidak dilanjutkan dengan metode stepwise. Hasil uji regresi ganda pengaruh kadar air tanah dan C-organik terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada habitat pemukiman disajikan pada Tabel 3.

  

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Jenis Collembola

pada Habitat Pemukiman b Model Summary

  Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig a a

1 0,245 0,060 0,020 2,171 0,234

Keterangan: a. Predictors: (Constant), Kadar Air Tanah, dan C-organik. b. Dependent Variable: Jumlah Jenis

  Tabel 3 tentang hasil uji regresi ganda jumlah jenis menunjukkan bahwa untuk C- ) diterima organik dan kadar air tanah, nilai sig p = 0,234 > α (0,05) sehingga hipotesis nol (H yang berarti tidak ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat pemukiman di DAS Brantas Hulu Kota Batu (hipotesis ditolak). Setelah diketahui bahwa tidak ada pegaruh C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu, maka tidak dilanjutkan dengan metode stepwise.

  

Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Individu Collembola Tanah

  Hasil uji regresi ganda metode enter pengaruh kadar air tanah dan C-organik terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan disajikan pada Tabel 4.

  

Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Individu Collembola

pada Habitat Hutan b

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig

a a

1 0,762 0,581 0,563 2,118 0,00

  Keterangan: a. Predictors: (Constant), C-organik, dan Kadar Air Tanah. b. Dependent Variable: Jumlah Individu

  Tabel 4 tentang hasil uji regresi ganda metode enter jumlah individu menunjukkan bahwa nilai sig pada tabel ANOVA untuk variabel C-organik dan variabel kadar air tanah ) ditolak yang berarti variabel memiliki nilai sig p = 0,00 < α (0,05) sehingga hipotesis nol (H

  C-organik dan variabel kadar air tanah secara simultan berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah individu Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu (hipotesis diterima). Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisian korelasi (R) variabel C-organik dan variabel kadar air tanah secara serempak atau simultan adalah 0,762. Apabila merujuk pada Arikunto (2010) maka interpretasi nilai tersebut termasuk dalam kriteria cukup (besarnya nilai R untuk kategeori cukup antara 0,600-0,800).

  Adapun sumbangan variabel C-organik dan variabel kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan berdasarkan nilai R square adalah 58,10%, sedangkan yang 41,90% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Setelah diketahui bahwa ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu, maka dapat dilanjutkan dengan metode stepwise. Adapun ringkasan hasil uji regresi metode stepwise ditunjukkan pada Tabel 5.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda dengan Metode Stepwise Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap

Jumlah Individu Collembola pada Tipe Habitat Hutan Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

  Model T Sig.

  B Std. Error Beta 1 (Constant) -78,431 12,719 -6,167 0,000

C-organik 3,698 0,477 0,746 7,755 0,000

  Hasil uji regresi dengan metode stepwise pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 2 variabel yang diuji terpilih variabel C-organik yang mempunyai peranan sangat dominan dan berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah individu Collembola. Hal ini ditunjukkan dengan C- organik yang memiliki nilai sig = 0,00 < α (0,05). Persamaan garis regresi yang digunakan untuk memprediksi pengaruh C-organik terhadap jumlah individu Collembola tanah adalah Y = -78,431 + 3,698X, dimana Y = jumlah individu Collembola dan X = C- organik. Persamaan garis regresi menunjukkan bahwa variabel C-organik berpengaruh positif terhadap variabel jumlah individu Collembola tanah, maka berarti peningkatan kadar C- organik akan diikuti peningkatan jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan. Nilai pendugaan regresi sebesar 3,698 menunjukkan besaran pengaruh C-organik terhadap jumlah individu Collembola.

  Hasil uji regresi ganda metode enter pengaruh kadar air tanah, C-organik, dan pH terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat pertanian disajikan pada Tabel 6.

  

Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Individu Collembola

Tanah pada Habitat Pertanian b Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig a a

1 0,507 0,257 0,209 5,439 0,003

  Keterangan: a. Predictors: (Constant), C-organik dan Kadar Air Tanah b. Dependent Variable: Jumlah Individu

  Tabel 6 tentang hasil uji regresi ganda jumlah individu menunjukkan bahwa nilai sig pada tabel ANOVA untuk variabel C-organik, pH, dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = ) ditolak yang berarti variabel C-organik, pH, dan

  0,003 < α (0,05) sehingga hipotesis nol (H kadar air tanah secara serempak atau simultan berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah individu Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat pertanian di DAS Brantas Hulu Kota Batu (hipotesis diterima). Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai koefisian korelasi (R) variabel C-organik dan variabel kadar air tanah adalah 0,507. Apabila merujuk pada Arikunto (2010) maka interpretasi nilai tersebut termasuk dalam kriteria agak rendah (besarnya nilai R untuk kategeori agak rendah antara 0,400-0,600). Sumbangan variabel C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada habitat pertanian berdasarkan nilai R square adalah 25,70%, sedangkan yang 74,30% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

  Setelah diketahui bahwa ada pengaruh C-organik, pH dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu, maka dapat dilanjutkan dengan metode stepwise. Adapun ringkasan hasil uji regresi metode stepwise ditunjukkan pada Tabel 7.

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda dengan Metode Stepwise Pengaruh C-organik dan Kadar Air Tanah terhadap

  Jumlah Individu Collembola Tanah pada Habitat Pertanian Unst.Coef. Std. Coef.

  Model T Sig.

  

B S. Error Beta

(Constant) -27,096 12,966 -2,090 0,042

  1 C-organik 4,062 1,302 0,411 3,120 0,003

2 (Constant) -43,416 14,188 -3,060 0,004

C-organik 3,781 1,250 0,382 3,025 0,004

Kadar Air 0,655 0,277 0,298 2,361 0,022

  Hasil uji regresi dengan metode stepwise pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diuji terpilih variabel C-organik dan variabel kadar air tanah yang mempunyai peranan sangat dominan dan berpengaruh signifikan terhadap jumlah individu Collembola. Hal ini ditunjukkan dengan C-organik yang memiliki nilai sig = 0,004 < α (0,05) dan kadar air tanah yang memiliki nilai sig = 0,022 < α (0,05). Persamaan garis regresi yang menggambarkan hubungan pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah sesuai dengan model 2 pada Tabel 4.15 adalah Y = -43,416 + 3,781X +

  1

  0,655X

  2 , dimana Y = jumlah individu Collembola, X 1 = C-organik, dan X 2 = kadar air tanah.

  Persamaan garis regresi menunjukkan variabel C-organik dan variabel kadar air tanah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap jumlah individu Collembola tanah pada habitat pertanian. Apabila kadar air tanah konstan, maka C-organik mempengaruhi jumlah individu Collembola tanah sebesar 3,78. Apabila C-organik konstan, maka kadar air tanah mempengaruhi jumlah individu Collembola tanah sebesar 0,655. Hal ini berarti variabel C- organik berpengaruh lebih besar dari variabel kadar air tanah (X 2 ).

  Hasil uji regresi ganda metode enter pengaruh kadar air tanah dan C-organik terhadap jumlah individu Collembola tanah pada habitat pertanian disajikan pada Tabel 8.

  

Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap Jumlah Individu Collembola

Tanah pada Habitat Pemukiman b

Model Summary

  

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig

a a

1 0,663 0,440 0,416 5,442 0,000

Keterangan: a. Predictors: (Constant), C-organik, dan Kadar Air Tanah b. Dependent Variable: Jumlah Individu

  Tabel 8 tentang hasil uji regresi ganda metode enter jumlah individu menunjukkan bahwa nilai sig pada tabel ANOVA untuk variabel C-organik dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,000 < α (0,05) yang berarti variabel C-organik dan kadar air tanah secara serempak atau simultan berpengaruh terhadap jumlah individu Collembola tanah yang ditemukan pada habitat pemukiman di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai koefisian korelasi (R) variabel C-organik dan variabel kadar air tanah adalah 0,663. Interpretasi nilai tersebut menurut Arikunto (2010) termasuk dalam kriteria cukup (nilai R untuk kategeori cukup antara 0,600-0,800). Adapun sumbangan variabel C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada habitat pertanian berdasarkan nilai R square adalah 44% sedangkan yang 56% disebabkan faktor lain yang tidak diteliti. Setelah diketahui bahwa ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada habitat hutan, maka dapat dilanjutkan dengan metode stepwise. Adapun ringkasan hasil uji regresi metode stepwise ditunjukkan pada Tabel 9.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Regresi Ganda dengan Metode Stepwise Pengaruh Kadar Air Tanah dan C-organik terhadap

Jumlah Individu Collembola Tanah pada Habitat Pemukiman Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

  Model T Sig.

  B Std. Error Beta

(Constant) -19,950 5,740 -3,475 0,001

1 C-organik 4,561 0,777 0,646 5,870 0,000

  Hasil uji regresi dengan metode stepwise pada Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 2 variabel yang diuji terpilih hanya variabel C-organik yang mempunyai peranan sangat dominan dan berpengaruh nyata terhadap jumlah individu Collembola. Hal ini ditunjukkan dengan C- organik yang memiliki nilai sig = 0,000 < α (0,05). Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan pengaruh C-organik terhadap jumlah individu Collembola tanah sesuai dengan model pada Tabel 4.17 adalah Y = -19,950 + 4,561X, dimana Y = jumlah individu Collembola dan X = C-organik. Persamaan garis regresi menunjukkan bahwa variabel C-organik berpengaruh positif terhadap variabel jumlah individu Collembola tanah, maka berarti peningkatan kadar C-organik akan diikuti peningkatan jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat pemukiman. Nilai pendugaan regresi sebesar 4,561 menunjukkan besaran pengaruh C-organik terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat pemukiman.

  Pembahasan Pengaruh C-organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis Collembola Tanah

  Hasil uji regresi ganda jumlah jenis dengan metode enter menunjukkan bahwa C- organik dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,724 > α (0,05) yang berarti tidak ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada habitat hutan. Hasil uji regresi ganda jumlah jenis dengan metode enter menunjukkan bahwa C- organik, pH, dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,617 > α (0,05). Hal ini berarti tidak ada pengaruh C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah yang ditemukan pada habitat pertanian di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Hasil uji regresi ganda jumlah jenis dengan metode enter menunjukkan bahwa C-organik dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,234 > α (0,05) yang berarti tidak ada pengaruh C-organik dan kadar air tanah terhadap jumlah jenis Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat pemukiman di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Koefisien korelasi (R) C-organik dan kadar air tanah sebesar 0,24 atau termasuk kriteria rendah.

  Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa secara umum faktor abiotik, yaitu C-organik, pH, dan kadar air tanah tidak berpengaruh terhadap jumlah jenis Collembola tanah pada semua tipe habitat. Sumbangannya ketiga faktor tersebut hanya sedikit, yaitu apabila kita lihat pada nilai R square uji regresi ganda hanya berkisar antara 0-14%. Dengan demikian, faktor lingkungan secara sendiri-sendiri atau parsial tidak berpengaruh terhadap jumlah jenis. Menurut Wulandari (2009) eksistensi suatu organisme di dalam suatu ekosistem sangat ditentukan oleh interaksinya terhadap faktor-faktor fisika, kimia, dan biologi. Hal ini sejalan dengan Welty & Baptista (1988) bahwa kehidupan jenis hewan di suatu habitat

  

Pengaruh C-Organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Jenis

  dipengaruhi oleh faktor fisik atau lingkungan yang sangat kompleks, yaitu tanah, air, suhu, cahaya, dan faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya.

  Faktor lingkungan dalam suatu tempat tidak hanya terdiri dari 1 faktor, tetapi terdiri dari berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor lingkungan saling berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap kehidupan hewan. Interaksi tersebut pada akhirnya memberikan kondisi ideal sehingga terjadi proses adaptasi evolusi jenis dalam skala geografis yang lebih sempit (Korner, 2007). Faktor lingkungan sangat kompleks dan merupakan interaksi dari berbagai faktor yang berbeda. Jenis makhluk hidup yang dihasilkan pada suatu areal memiliki korelasi dengan faktor-faktor lingkungan. Perubahan satu faktor penyusun lingkungan akan berdampak pada perubahan sifat-sifat populasi atau komunitas, namun belum tentu terhadap jumlah jenis. Jumlah jenis merupakan akumulasi dampak menyeluruh dari semua faktor lingkungan (Soerianegara dan Indrawan 2002). Tingkat persebaran jenis dalam lingkungan yang cenderung lebih homogen akan bersifat merata, sehingga akan terkesan bahwa faktor lingkungan tertentu cenderung tidak berpengaruh.

  Odum (1998) menyatakan bahwa penyebaran jenis merupakan hasil atau akibat dari berbagai sebab, yaitu 1) akibat dari pengumpulan individu-individu dalam suatu tempat yang dapat meningkatkan persaingan diantara individu yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan ruang, 2) akibat dari reaksi individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman, dan 3) akibat dari menanggapi perbedaan habitat setempat. Ewusie (1990), menjelaskan bahwa pengelompokan jenis yang terjadi pada suatu komunitas dapat diakibatkan karena nilai ketahanan hidup kelompok terhadap berbagai kondisi. Lingkungan memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga menyebabkanadanya interaksi yang tinggi, karena komunitas akan menjadi matang apabila lebih kompleks dan lebih stabil.

  Odum (1998) juga menyatakan bahwa terjadi kemungkinan sistem umpan balik (feedback) pada tingkat keanekaragaman jenis. Keanekaragaman yang lebih tinggi menunjukkan rantai makanan yang lebih panjang dan lebih banyak, tingkat simbiosis semakin banyak sehingga komunitas tersebut semakin baik. Komunitas yang produktif dapat memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi pula. Keanekaragaman jenis penyusun komunitas pada suatu tempat merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, sebagai berikut. 1) waktu, 2) adanya heterogenitas ruang, 3) adanya persaingan, 4) predasi dan musuh alami, 5) stabilitas lingkungan, dan 6) produktivitas. Faktor ini berhubungan dengan stabilitas iklim. Daerah yang beriklim stabil cenderung mempunyai produktivitas yang tinggi dengan keanekaragaman jenis yang tinggi pula.

  Habitat adalah suatu tempat yang dipandang dari segi faktor-faktor ekologinya (dalam hubungan kemampuannya untuk mendukung kehidupan makhluk hidup). Dengan kata lain, habitat adalah gabungan kondisi biotik, iklim, dan tanah dari sebuah tempat. Faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung dan faktor- faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kehidupan hewan tanah (Daryati, 2007). Tidak adanya pengaruh faktor lingkungan yang signifikan terhadap jumlah jenis menunjukkan kondisi lingkungan bersifat seragam atau relatif sama. Hal ini sejalan dengan Helena (2012) bahwa faktor lingkungan akan merepresentasikan kondisi yang serupa pada daerah lain, setidaknya pada lintang yang sama.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Pengaruh C-organik dan Kadar Air Tanah terhadap Jumlah Individu Collembola Tanah

  Hasil uji regresi ganda jumlah individu dengan metode enter menunjukkan bahwa nilai sig untuk variabel C- organik dan variabel kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,00 < α

  (0,05) yang berarti variabel C-organik dan variabel kadar air tanah secara serempak atau simultan berpengaruh terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Nilai koefisian korelasi (R) variabel C-organik dan variabel kadar air tanah adalah 0,762 atau termasuk dalam kriteria cukup. Sumbangan variabel C- organik dan variabel kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat hutan berdasarkan nilai R square adalah 58,10%, sedangkan yang 41,90% disebabkan faktor lain yang tidak diteliti. Hasil uji regresi metode stepwise menunjukkan hanya variabel C-organik yang mempunyai peranan sangat dominan terhadap jumlah individu Collembola pada habitat hutan. Variabel C-organik mempunyai hubungan positif dengan jumlah individu Collembola, maka peningkatan kadar C-organik akan meningkatkan jumlah individu Collembola tanah pada habitat hutan.

  Hasil uji regresi ganda jumlah individu dengan metode menunjukkan bahwa nilai sig untuk variabel C- organik, pH, dan kadar air tanah memiliki nilai sig p = 0,003 < α (0,05) yang berarti variabel C-organik, pH, dan kadar air tanah secara serempak atau simultan berpengaruh terhadap jumlah individu Collembola tanah yang ditemukan pada tipe habitat pertanian di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Nilai koefisian korelasi (R) variabel C-organik dan variabel kadar air tanah adalah 0,507 atau termasuk dalam kriteria agak. Sumbangan variabel C-organik, pH, dan kadar air tanah terhadap jumlah individu Collembola tanah pada tipe habitat pertanian berdasarkan nilai R square adalah 25,70% sedangkan yang 74,30% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil uji regresi dengan metode stepwise menunjukkan variabel C-organik dan variabel kadar air tanah mempunyai peranan sangat dominan dan berpengaruh nyata terhadap jumlah individu Collembola.

  Variabel C-organik dan variabel kadar air tanah mempunyai hubungan positif dengan jumlah individu Collembola, berarti peningkatan C-organik dan kadar air tanah akan meningkatkan jumlah individu Collembola pada habitat pertanian.