E-Book 'Sambutlah Ramadhan' | Ma'had al-Mubarok

  • # Mukadimah Bagimu Yang Menyambut Ramadhan...

  Sambutlah Bismillah.

  Saudaraku -semoga Allah merahmatimu-

  Ramadhan Ramadhan tidak lama lagi insya Allah kita jumpai.

  Apa yang ada di dalam hatimu ketika menyambut bulan yang penuh berkah ini? Apakah engkau

  Daftar Isi :

  merasa rindu beramal salih di bulan itu? Apakah engkau telah menyimpan harapan kuat untuk bisa

  • - Bagimu Yang Menyambut Ramadhan… menunaikan sholat malam, puasa, dan tilawah

  • Keutamaan Puasa al-Qur'an di bulan
  • Mengisi Ramadhan dengan Kebaikan - Ramadhan Kembali Datang…

  Aduhai, betapa berbahagianya dirimu apabila

  • Ramadhan Segarkan Iman

  Allah berikan taufik kepadamu untuk mengisi

  • Ramadhan dan Kembalinya Hati

  detik demi detik di bulan itu dengan iman dan

  • Memupuk Ketakwaan

  amal salih. Lezatnya dzikir kepada Allah,

  • Larangan Puasa Mendekati Ramadhan

  nikmatnya merenungkan ayat-ayat-Nya, indahnya

  • Waktu Makan Sahur dan Berbuka

  doa dan khusyu' kepada-Nya. Setiap muslim yang

  • Puasa Yang Tidak Bermakna

  telah ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai

  • Catatan Setelah Ramadhan

  agama, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa

  sallam sebagai nabi panutannya; tentu dia akan merasakan lezatnya iman dan ketaatan. Penyusun :

  Redaksi al-mubarok.com Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

  “Pasti merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Disebarkan via : Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan

  :: Website : al-mubarok.com

  Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

  :: FP : Kajian Islam al-Mubarok :: Telegram : Belajar Tauhid al-Mubarok

  Iman dan amal salih akan menyisakan rasa lezat :: Website : yukberinfak.com dan manis di dalam hati pelakunya. Sebuah kelezatan yang lebih menyejukkan dan menentramkan daripada bongkahan emas dan

  @------- perak serta segala bentuk perhiasan dan kesenangan dunia. Inilah kelezatan yang tidak

  Website al-mubarok.com dikelola oleh Yayasan Pangeran

  pernah bisa dirasakan oleh kaum musyrik dan kafir

  Diponegoro (YAPADI) Yogyakarta dengan kegiatan utama kepada Rabbnya. diantaranya Wisma al-Mubarok, Ma’had al-Mubarok, dan pembangunan Masjid Graha al-Mubarok. Alamat

  Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Telah

  keluar para pemuja dunia dari dunia dalam sekretariat : Wisma al-Mubarok 1, Jl. Puntadewa - selatan keadaan belum merasakan sesuatu yang paling

  SD Ngebel, Ngebel, Tamantirto, Kasihan Bantul - nikmat di dalamnya.” Orang-orang pun bertanya

  Yogyakarta (sebelah selatan Kampus Terpadu UMY, barat

  kepadanya, “Apakah itu yang paling nikmat di

  UNIRES PUTRI UMY). Kontak informasi : 0853 3634 3030 dalamnya, wahai Abu Yahya?” beliau menjawab

  dengan singkat dan mengena, “Yaitu mengenal

  • # Bagian 1.

  Dari Jabir radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu

  Bukhari dan Muslim) [3] Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari kasturi Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah berkata, 'Semua amal anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.'.” (HR.

  [2] Puasa disandarkan kepada Allah Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah perisai dan benteng kokoh yang melindungi dari api neraka.” (HR. Ahmad)

  Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  'alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita 'azza wa jalla berkata 'Puasa adalah perisai yang melindungi diri seorang hamba dari neraka, dan puasa itu untuk-Ku; Aku lah yang akan membalasnya.'.” (HR. Ahmad)

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah perisai. Oleh sebab itu janganlah berkata-kata kotor dan berbuat bodoh. Apabila ada orang yang memerangi atau mencacinya hendaklah dia berkata : Aku puasa, sebanyak dua kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  Kelezatan iman inilah yang akan memberikan semangat bagi seorang hamba untuk tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala bentuk cobaan dan rintangan di jalan ketaatan. Kelezatan iman inilah yang akan memompa harapan ke dalam hati setiap mukmin untuk tunduk kepada perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Kelezatan iman inilah surga di hati setiap kaum beriman. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama kita,

  Puasa memiliki banyak sekali keutamaan, diantaranya : [1] Puasa adalah perisai dari dosa dan api neraka Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  Keutamaan Puasa Bismillah.

  Saudaraku yang dirahmati Allah, tentu saja Allah mewajibkan kita untuk mendirikan sholat, mengingat-Nya, berpuasa Ramadhan, dan bersyukur kepada-Nya adalah demi kebaikan diri kita sendiri. Allah tidak membutuhkan amal dan ketaatan kita. Ketaatan kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Jangan kira manusia berjasa kepada Allah dengan ibadah mereka kepada-Nya. Kalau kita tidak taat kepada Allah sesungguhnya yang merugi adalah diri kita sendiri! Dengan demikian, Ramadhan adalah bulan untuk memperbaiki diri kita semua dan semakin mendekat kepada Allah. Allah yang paling berjasa kepada kita. Allah yang memberi segala nikmat kepada kita. Allah yang paling kita cintai. Apa yang membuat kita malas beribadah kepada-Nya. Bukankah dengan ibadah itu hati kita akan menjadi berbahagia?

  manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

  Di sinilah kita bisa mengetahui letak pentingnya hidayah dan iman dalam kehidupan. Banyak orang yang justru merasa susah dan sempit untuk menjalankan ibadah dan ketaatan. Dia mengira ibadah itu mengekang keinginannya dan membawanya menuju kesulitan. Padahal sesungguhnya ibadah inilah yang akan menuntun manusia menuju kebahagiaan. Bukankah kita semua sudah menghafal firman Allah ta'ala (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan

  “Sesungguhnya di dunia ini ada surga. Barangsiapa tidak memasukinya dia tidak akan masuk surga di akhirat.”

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi

  Allah daripada harumnya minyak kasturi.” (HR.

  disempurnakan balasan bagi orang-orang yang sabar itu dengan pahala yang tidak terhitung.”

  sesungguhnya tidak ada yang serupa dengannya.”

  menjawab, “Hendaklah kamu berpuasa,

  Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dengan itu aku bisa masuk surga.” beliau

  [11] Puasa menjadi sebab masuk surga Dari Abu Umamah radhiyallahu'anhu, dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Wahai

  'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa pada suatu hari demi mencari wajah Allah dan dia mati dalam keadaan itu niscaya dia akan masuk surga.” (HR. Ahmad)

  al-Hakim) [10] Mati dalam keadaan berpuasa termasuk husnul khotimah Dari Hudzaifah radhiyallahu'anhu, Nabi shallallahu

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang berpuasa ketika berbuka puasa memiliki kesempatan memanjatkan doa yang tidak akan ditolak.” (HR. Ibnu Majah dan

  Muslim) [9] Doa mustajab ketika berbuka puasa Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma, Rasulullah

  “Dia telah meninggalkan syahwat/keinginan nafsunya, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.” (HR. Bukhari dan

  (az-Zumar : 10) Hal itu juga didukung karena keikhlasan yang ada pada orang yang berpuasa jauh lebih banyak daripada amal-amal yang lainnya. Semakin besar keikhlasannya semakin besar pula pelipatgandaan pahalanya. Allah berfirman dalam hadits qudsi,

  Orang yang berpuasa mewujudkan tiga bentuk kesabaran; sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah/hal-hal yang tidak mengenakkan. Allah berfirman mengenai orang-orang yang sabar (yang artinya), “Sesungguhnya akan

  Bukhari dan Muslim) [4] Puasa bisa menghapus dosa-dosa Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  (HR. Ibnu Majah) [8] Balasan tanpa batas bagi orang yang berpuasa

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiga golongan yang tidak akan ditolak doanya; seorang pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doanya orang yang terzalimi...”

  [7] Doa yang tidak akan ditolak Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya surga itu memiliki delapan pintu gerbang. Diantaranya ada sebuah pintu bernama ar-Rayyan. Tidaklah memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari)

  dan Muslim) [6] Pintu gerbang khusus bagi orang yang puasa Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan. Gembira ketika berbuka/berhari-raya, dan gembira ketika berjumpa dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari

  Bukhari dan Muslim) [5] Dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR.

  Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sholat lima waktu, sholat jum'at menuju jum'at berikutnya, dan Ramadhan menuju Ramadhan sesudahnya akan menjadi penghapus dosa-dosa yang terjadi diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim)

  (HR. Ibnu Hibban) Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk berpuasa dengan sebaik-baiknya.

  Rujukan :

  1. Durus fi Ramadhan oleh Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi 2. ash-Shiyam fil Islam oleh Syaikh Sa'id al-Qahthani

  3. Majalis Syahri Ramadhan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

  4. It-haf Ahlil Iman bi Durus Syahri Ramadhan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan 5. at-Targhib wa at-Tarhib oleh Imam al-Mundziri

  • # Bagian 2.

  Ramadhan bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam. Di bulan itulah mereka menjalankan ibadah puasa di siang hari selama sebulan penuh. Pada bulan itu pula, mereka berduyun-duyun memakmurkan masjid dengan sholat tarawih, tadarus al-Qur'an, dan sedekah kepada sesama.

  Betapa merugi apabila Ramadhan datang dan pergi begitu saja tanpa kenangan indah dan faidah yang membekas dalam kehidupan kita. Meskipun demikian, seringkali kita jumpai saudara-saudara kita kaum muslimin yang kurang menyadari keagungan makna bulan ini. Ramadhan menjadi pentas untuk pertunjukan busana. Atau Ramadhan berubah menjadi ajang ceramah tanpa ilmu. Atau Ramadhan menjadi kesempatan bermalas-malasan dan begadang sampai kebablasan. Bahkan tidak jarang kita temukan orang-orang yang tidak puasa secara terang-terangan.

  Kaum muslimin yang dirahmati Allah, hari demi hari terus berlalu dan Ramadhan pun semakin bulan mulia itu? Sudahkah kita menimba ilmu mengenai tata cara dan tuntunan yang benar dalam berpuasa? Bukankah ilmu merupakan landasan bagi ucapan dan amalan kita? Bagaimana kita bisa beribadah dengan benar jika kita tidak mengetahui ilmunya? Jadi, mari manfaatkan waktu luang untuk belajar dan belajar.

  Mungkin Ramadhan nanti anda diberi kesempatan untuk memberikan kultum, maka manfaatkanlah kesempatan itu untuk memberikan nasihat dan pelajaran yang bermanfaat. Tentu saja untuk itu anda juga butuh belajar, menimba ilmu dari sumber-sumbernya. Sebab betapa banyak kita lihat orang yang nekat berbicara dalam agama ini tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan manusia. Jangan sampai bulan yang semestinya bertabur pahala menjadi bulan yang banjir dosa.

  Bagi anda yang memiliki kelebihan harta, maka menyalurkan bantuan untuk kegiatan dakwah serta menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan adalah ladang pahala untuk anda. Bagi anda yang memiliki tenaga dan kelapangan maka anda juga bisa membantu pelaksanaan kegiatan kebaikan di masjid-masjid walaupun hanya dengan ikut membersihkan tempat wudhu, menyapu halaman, memberikan wewangian untuk masjid, dsb. Banyak sekali ladang kebaikan yang bisa anda garap di bulan yang mulia ini. Mengajarkan al-Qur'an atau mempelajarinya. Membagikan buletin dakwah, buku dakwah, majalah islam, panduan dzikir dan doa, dst.

Mengisi Ramadhan dengan Kebaikan Bismillah. Wa bihi nasta'iinu

  Bagi anda yang menjadi panitia kegiatan Ramadhan, berusahalah untuk mencari pembicara dan penceramah yang mengerti agama, jangan hanya mencari pembicara yang bertitel tetapi tidak paham agama. Jangan pula mencari pembicara yang mengajak kepada pemikiran yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam.

  Apabila bisa pilihlah para imam sholat yang bagus bacaan sholatnya dan memahami hukum-hukum sholat. Kalau perlu hendaknya anda buat jadwal adzan untuk para remaja agar mereka bisa ikut mendukung kegiatan ibadah di masjidnya. Susunlah program kegiatan TPA di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. bisa anda kelola dengan baik bisa menjadi pesantren sore yang penuh makna. Ya, bukan hanya orang dewasa, bahkan anak-anak dan remaja pun butuh bimbingan ilmu agama.

  Bagi anda para pemuda, gunakanlah bulan Ramadhan untuk semakin dekat dan akrab dengan al-Qur'an. Pelajari cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar, renungkan kandungan isinya, pahami hukum-hukumnya, dan lunakkan hati dengan membacanya. Bagi anda remaja muslimah dan ibu rumah tangga, manfaatkan bulan Ramadhan dengan dzikir, membaca buku-buku bermanfaat dan kisah orang-orang salih terdahulu, niscaya itu akan bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga dan masa depan anda. Jangan membuang waktu dalam perkara sia-sia.

  • # Bagian 3.

Ramadhan Kembali Datang.

  Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan kepada kita sedemikian banyak nikmat dan bimbingan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, para sahabatnya dan pengikut setia mereka di atas jalan keselamatan. Amma ba’du. Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bulan yang marak dengan amal dan ketaatan. Tidak lama lagi Ramadhan kembali hadir di hadapan. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia itu dengan penuh keimanan dan keselamatan. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai

  orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

  Imam Bukhari membawakan ayat ini di dalam judul bab ‘wajibnya puasa Ramadhan’. Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah berkata, “Penulis rahimahullah mengisyaratkan dengan menyebutkan ayat ini terhadap permulaan diwajibkannya puasa. Dan di dalamnya juga terkandung kewajiban puasa terhadap umat ini sebagaimana ia diwajibkan kepada umat-umat terdahulu. Adapun bilangan/jumlah hari dan tata caranya didiamkan/tidak dibicarakan di dalam ayat ini.” (lihat Minhatul Malik al-Jalil, 4/131) Sebelum datangnya kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan puasa ‘Asyura. Dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan puasa ‘Asyura dan memerintahkan umat untuk berpuasa pada hari itu. Kemudian ketika telah diwajibkan puasa Ramadhan maka ia ditinggalkan.” (HR. Bukhari no. 1802). Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi berkata, “Sabda beliau ‘ketika telah diwajibkan puasa Ramadhan maka ia ditinggalkan’ maksudnya ditinggalkan puasa hari Asyura itu sebagai kewajiban namun ia masih tetap dianjurkan. Inilah yang tampak dari zahir hadits tersebut. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa dahulu puasa Asyura itu adalah dianjurkan/sunnah, akan tetapi zahir dari dalil-dalil menunjukkan bahwasanya dahulu ia diwajibkan.

  Sehingga ketika telah diwajibkan puasa Ramadhan maka dihapuskan kewajibannya dan berstatus mustahab/dianjurkan.” (lihat Minhatul Malik, 4/133) Yang dimaksud puasa ‘Asyura adalah puasa pada tanggal 10 Muharram. Rasulullah shallallahu

  ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa hari ‘Asyura aku berharap ia menjadi sebab Allah mengampuni dosa-dosa selama satu tahun.” (HR. Ahmad dan

  Muslim). Namum perlu diingat bahwa keutamaan ini hanya akan didapatkan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwa puasa ‘Asyura adalah disyari’atkan dan dianjurkan/mustahab. Dan yang lebih utama adalah berpuasa pada hari itu dan tanggal sembilan; yaitu hari sebelumnya (lihat keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi dalam

  Minhatul Malik al-Jalil, 4/133) Puasa memiliki keutamaan yang sangat besar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah perisai. Oleh sebab itu tidak selayaknya berbuat rofats dan berbuat kebodohan. Apabila ada seseorang yang memerangi atau mencaci-maki dirinya hendaklah dia katakan kepadanya, ‘Aku sedang berpuasa’ dua kali. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Orang itu rela meninggalkan makanan, minuman, dan keinginan syahwatnya karena Aku. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang langsung membalasnya. Kebaikan yang lain maka satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya.” (HR. Bukhari no. 1804)

  Yang dimaksud rofats adalah hubungan suami istri dan hal-hal yang mengarah ke sana. Maksudnya hendaklah ia menjauhi hubungan suami istri dan hal-hal yang menyeret ke sana, demikian pula hendaknya menjauhi ucapan-ucapan kotor. Adapun berbuat kebodohan maksudnya seperti berteriak-teriak dan tindakan dungu yang lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits lain,

  “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan beramal dengannya serta perbuatan bodoh maka Allah tidaklah butuh dia untuk meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR.

  Bukhari no. 6057) (lihat keterangan Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi dalam Minhatul Malik al-Jalil, 4/135). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu bernama ar-Royyan. Melalui pintu inilah orang-orang yang berpuasa akan masuk ke surga kelak pada hari kiamat. Tidak ada selain mereka yang memasuki pintu ini seorang pun. Ketika itu dipanggil ‘dimanakah orang-orang yang berpuasa?’ lalu mereka pun berdiri. Tidaklah memasukinya selain mereka seorang pun. Apabila mereka semua telah memasukinya maka ia pun dikunci sehingga tidak ada lagi orang yang masuk melewatinya.”

  (HR. Bukhari no. 1806) Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila telah masuk Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu langit, dikunci pintu-pintu Jahannam, dan dibelenggu setan-setan.” (HR. Bukhari no.

  1809) Pada bulan Ramadhan itulah terdapat malam kemuliaan, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang menghidupkan malam itu dalam ketaatan dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, maka dosa-dosanya akan diampuni.

  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  “Barangsiapa yang mendirikan/menghidupkan malam Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Dan barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR.

  Bukhari no. 1811) Hadits ini menunjukkan bahwasanya berpuasa Ramadhan dan menghidupkan malam qadar adalah sebab diantara sebab-sebab diampuninya dosa, dan ini berlaku bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar (lihat Minhatul Malik

  al-Jalil, 4/143)

  Hal ini tentu menjadi isyarat dan memberikan sinyal yang kuat kepada kita untuk senantiasa bertaubat. Bertaubat dari dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Bisa jadi Ramadhan kita selama ini belum bisa menghapuskan dosa-dosa karena pada hari-hari dan bulan-bulan sebelumnya kita selalu bergelimang dengan dosa. Sehingga dosa-dosa yang bisa terhapus pun tidak bisa maksimal. Sehingga bekas-bekas dan sisa-sisanya masih saja melekat dalam hati dan pikiran kita. Lisan kita bersitighfar namun hati kita masih saja bertekad untuk melakukan maksiat, wal ‘iyadzu billah.

  Benar, taubat tidak harus menunggu Ramadhan tiba. Karena kita juga tidak bisa memastikan apakah Ramadhan tahun ini bisa kita jumpai sekali lagi. Kita hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah untuk bisa berjumpa dengannya untuk kesekian kalinya, setelah dosa-dosa yang kita buat kepada-Nya. Aduhai, janganlah anda tunda taubat

  itu hingga bulan puasa tiba... Karena belum tentu kita menemuinya... Wahai jiwa-jiwa yang bersimbah dengan dosa, yang bergelut dengan maksiat, dan berlumur dengan kotoran hati, sampai kapan anda menunda taubat? Tidakkah anda sadar bahwa kematian selalu mengintai anda... Kematian yang anda tidak tahu kapankah jadwal pencabutan nyawa itu tiba dan malaikat maut pasti akan menjalankan tugasnya. Anda tidak akan bisa protes kepadanya ‘wahai malaikat, tundalah

  • # Bagian 4.

Ramadhan Segarkan Iman

  kematianku hingga ramadhan tiba, hingga aku membaca qur’an, hingga aku sholat malam, hingga aku berpuasa...’ Anda tidak akan bisa

  mengucapkannya dan tidak akan bisa membantah perintah-Nya! Kalau anda ingin menunda taubat itu hingga Ramadhan tiba, maka tunggulah! Tunggulah kedatangannya dan teruslah bergelimang dengan dosa dan maksiat anda, hingga anda akan terkejut apabila ternyata kematian justru lebih dulu menjemput anda... Hingga anda akan menyesal dan penyesalan ketika itu tiada lagi berguna. Ketika ruh telah sampai di tenggorokan. Ketika nyawa sudah diseret keluar dari jasadnya. Ketika itulah taubat sudah tidak lagi diterima, dan linangan air mata hanya akan mengusap mayat anda. Anda tidak bisa kembali, walaupun hanya untuk membuka selembar mushaf al-quran. Anda tidak akan bisa kembali, walaupun hanya untuk meletakkan dahi di tanah seraya bersujud dan memohon ampun kepada Allah. Anda tidak akan bisa kembali, walaupun hanya untuk menyisihkan selembar uang untuk diinfakkan. Anda tidak akan bisa kembali, walaupun hanya untuk mengumandangkan azan. Anda tidak akan bisa kembali, walaupun hanya untuk menempelkan publikasi kajian atau meletakkan sebuah buletin penyebar kebaikan. Anda tidak akan bisa kembali... Di saat sang maut datang menghampiri...

  Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka.

  Amma ba'du.

  Datangnya bulan Ramadhan adalah saat yang istimewa bagi seorang muslim. Saat dimana dia akan selalu tersapa dengan hembusan angin ubudiyah. Hembusan angin ketaatan dan ibadah kepada Allah yang semerbak harum. Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia yang membuat terlena kebanyakan manusia. Padahal Allah telah menciptakan mereka untuk mengabdi kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku

  ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56).

  Beribadah kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mengerjakan hal-hal yang dicintai dan diridhai oleh-Nya. Ibadah kepada Allah merupakan syi'ar insan beriman, kunci kebahagiaan hidup yang mengantarkan mereka menuju keselamatan dan kemuliaan. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa.

  Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.”

  (al-'Ashr : 1-3). Keberuntungan yang sangat besar bagi seorang muslim yang menjumpai bulan Ramadhan, bulan berseminya amal salih dan ketaatan. Bulan dibelenggunya setan dan ditutup pintu-pintu Jahannam. Bulan Ramadhan adalah saat dimana kaum muslimin menunaikan ibadah puasa di siang hari dan shalat tarawih di malam hari. Menghiasi hari

  dan maksiat kepada Rabbnya. Inilah permata ketakwaan yang sekian lama pudar seiring gelombang fitnah yang menerpa relung-relung kehidupannya. Inilah kesempatan emas yang datang untuk kesekian kalinya kepada dirinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

  “Dua buah nikmat yang banyak orang tertipu dan merugi dalam keduanya; kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Kesehatan dan waktu luang

  menggunung seolah terbuang percuma. Justru ternodai oleh dosa dan maksiat yang menyeret kepada petaka dan bencana. Ramadhan adalah saat dimana hawa nafsu dikekang dan dikendalikan agar tunduk kepada Rabbnya. Sebuah medan latihan berperang melawan nafsu dan menggapai kemuliaan. Ramadhan ibarat curahan hujan yang telah ditunggu oleh para petani, ibarat mentari yang terbit di pagi hari, ibarat segarnya air di tengah padang pasir tandus dan panas menyengat. Ramadhan adalah taman dimana dzikir kembali bersemi, menghidupkan hati dan menerangi bumi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

  “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perumpamaan orang yang hidup dengan yang mati.” (HR. Bukhari)

  Bulan yang telah ditunggu dan dirindukan oleh para pendahulu umat ini seperti kerinduan seorang yang sedang jatuh cinta kepada kekasihnya. Bulan yang mengubah rasa lapar dan haus menjadi tumpukan pahala. Bulan yang mengubah lembaran-lembaran uang menjadi gudang-gudang pahala dengan sedekah dan kepedulian kepada sesama. Bulan yang menggentarkan musuh-musuh tauhid dari melancarkan serangan dan tipu daya mereka. Bulan yang mengingatkan hamba-hamba Allah yang mengharap naungan pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. Kesempatan bagi mereka yang ingin menjadi 'seorang lelaki yang bersedekah seraya menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya'. Kesempatan bagi mereka yang ingin menjadi 'seorang lelaki yang mengingat Allah di saat sepi bagi mereka yang ingin menjadi 'dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah; berkumpul dan berpisah karena Allah'.

  Bulan yang akan mendudukkan seorang kaya raya di deretan kaum fakir dan jelata dengan kepedulian mereka terhadap nasib dan keadaan saudaranya. Bulan yang mengajak setiap insan untuk kembali sadar akan hikmah dan tujuan penciptaan alam semesta. Allah berfirman (yang artinya), “[Allah] Yang menciptakan kematian dan

  kehidupan untuk menguji siapakah diantara mereka yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)

  Bulan yang mendobrak kebakhilan dan meleburnya menjadi kedermawanan. Bulan yang meruntuhkan tembok keangkuhan dan mengalirkan kesejukan tawadhu dan kezuhudan. Bulan yang akan menambah lezat hidangan iman dengan celupan hikmah dan kesabaran. Rasulullah

  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

  Bulan inilah yang membuka ladang ma'rifatullah, memperluas jalan taubat dan menyingkirkan batu-batu kemunafikan. Ramadhan tak akan membiarkan satu hari berlalu tanpa pahala yang diraih dan dosa yang tak terampuni. Betapa besar kemurahan Allah, betapa luas kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah

  diwajibkan kepada kalian puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.”

  (al-Baqarah : 183) Bulan yang menjadi 'kawah candradimuka' bagi insan pendamba surga. Bulan yang mendekatkan ayat-ayat Allah kepada umat manusia. Bulan yang mendekatkan siraman hidayah kepada orang-orang yang haus akan petunjuk Rabbnya. Hidayah yang selalu mereka minta setiap harinya dalam sholat. Hidayah untuk meniti jalan yang lurus. Hidayah yang jauh lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Hidayah yang akan menjaganya dari terjerumus dalam kesesatan dan

  (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti

  masuk surga dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka dia lah orang yang enggan itu.”

  kecuali orang mukmin dan tidaklah merasa aman darinya kecuali orang munafik.”

  berkata, “Tidaklah mengkhawatirkan hal itu

  bertemu dengan tiga puluh orang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka semuanya merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan.” Hasan al-Bashri rahimahullah

  Seperti inikah potret insan yang meraih predikat takwa? Mungkin kita harus kembali bercermin. Mungkin kita harus kembali meneliti. Jangan-jangan agama dan ibadah kita selama ini telah terjangkiti oleh virus-virus kemunafikan dan terpengaruh oleh racun-racun hawa nafsu. Kalau para sahabat saja -generasi terbaik umat ini- merasa khawatir akan kondisi keimanannya, maka bagaimanakah lagi kiranya orang-orang yang hidup di akhir zaman seperti kita ini?! Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata, “Aku

  Mereka yang hanya mengenal Allah pada hari jum'at. Mereka yang ingat kepada Allah hanya di bulan Ramadhan. Mereka yang mencium sajadah di masjid hanya di bulan puasa. Mereka yang tersentuh air wudhu hanya untuk sholat tarawih dan malas sholat subuh berjama'ah di masjid. Mereka yang mendengarkan ta'lim hanya di saat buka puasa Ramadhan dan membuka mushaf hanya saat tadarus bersama. Mereka yang 'tuli dan lumpuh' saat adzan berkumandang namun bersorak-sorai tatkala kesebelasan pujaan berhasil menjebol gawang lawannya.

  Walaupun mereka telah menjumpai bulan Ramadhan berkali-kali dan bersua dengan hari raya idul fitri dan idul adha berulang kali.

  (HR. Bukhari) Adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa banyak diantara umat Islam yang belum terlalu mengenal agamanya sendiri.

  menjawab, “Barangsiapa yang taat kepadaku pasti

  petunjuk-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)

  “Semua umatku pasti masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan itu, wahai Rasulullah?” Beliau

  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

  orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka takutlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka. Orang-orang yang mendirikan sholat dan memberikan infak dari sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang mukmin yang sejati.” (al-Anfal : 2-4)

  Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya

  iman itu dengan angan-angan atau menghias penampilan semata. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.”

  Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah

  adalah kamu beramal dengan ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah seraya mengharap pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah seraya merasa takut dari hukuman Allah.”

  Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Ramadhan telah menjumpai kita bertahun-tahun lamanya. Sementara kita tidak tahu persis apakah Ramadhan tahun-tahun sebelum ini berhasil mengantarkan kita untuk meraih predikat takwa. Karena hakikat ketakwaan itu adalah apa-apa yang tertancap di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal ketaatan. Takwa bukan semata ucapan di lisan. Takwa juga bukan semata penampilan dan angan-angan. Thalq bin Habib rahimahullah berkata, “Takwa

  Apakah seragam ketakwaan hanya kita kenakan di bulan Ramadhan, kemudian sebelas bulan berikutnya kita buang di tempat sampah? Apakah sarung keimanan hanya kita pakai di bulan Ramadhan kemudian sebelas bulan sesudahnya kita bakar sarung itu bersama iman yang ada di dalamnya? Apakah jilbab rasa malu hanya kita gunakan tatkala Ramadhan menjumpai dan ketika dalam lemari kehinaan? Inikah generasi yang diharapkan menyongsong era kejayaan? Sungguh indah ucapan seorang penggerak perubahan,

  • # Bagian 5.

  “Tegakkan daulah Islam dalam hati kalian, niscaya ia akan tegak di atas bumi kalian.”

Ramadhan dan Kembalinya Hati

  Ramadhan terlalu mulia untuk kita lupakan. Ramadhan terlalu indah untuk kita gambarkan. Namun Ramadhan hanya singgah sekali dalam setahun. Sementara kita diperintahkan untuk menjadi hamba Allah sepanjang hayat dikandung badan. Bulan demi bulan akan terus berjalan, pekan demi pekan akan kita lalui. Hari demi hari akan pergi seiring dengan bertambahnya umur dan semakin dekatnya ajal kita ini. Hasan al-Bashri

  rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, kamu adalah kumpulan hari-hari. Setiap kali satu hari berlalu maka berlalu pula sebagian dari dirimu.”

  Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata,

  “Beruntunglah bagi orang yang banyak-banyak mengingat kematian. Karena tidaklah seorang banyak mengingat kematian kecuali pasti akan tampak bekas/pengaruh hal itu di dalam amalnya.”

  Anda dan juga kita semua merindukan datangnya Ramadhan. Namun tiada seorang pun diantara kita yang bisa memastikan apakah Ramadhan tahun ini masih kita temui? Kita hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah agar mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini, bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang penuh dengan ampunan dan rahmat dari-Nya.

  Mudah-mudahan langkah-langkah kita menyambut bulan suci ini dihitung sebagai pahala, sebagaimana langkah-langkah kita menuju masjid; tempat termulia di muka bumi, tempat yang dicintai oleh Allah ta'ala. Semoga Allah menerima amal-amal kita dan mengampuni dosa dan kesalahan kita di masa lalu. Ramadhan ataukah kematian; manakah yang lebih dulu datang menemui kita?

  Tak terasa, bulan yang dinanti sudah di hadapan mata. Ramadhan, kerinduan terhadapnya selalu menghampiri jiwa orang-orang salih terdahulu. Berbulan-bulan sebelumnya, mereka berdoa kepada Allah agar bisa menjumpai bulan nan mulia itu. Sebuah bulan dimana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunci, dan setan-setan dibelenggu. Sungguh kesempatan emas yang ditunggu. Kesempatan besar bagi hamba-hamba Allah untuk menyemai kembali benih-benih ketakwaan yang selama ini luntur dan mengendur seiring berjalannya waktu dan terjangan ombak fitnah yang bertubi-tubi. Wahai, para pencari kebaikan, kemarilah... inilah saat yang kalian nantikan. Bulan Ramadhan, bulan dimana diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Barangsiapa yang menyaksikan bulan itu maka Allah wajibkan atasnya untuk berpuasa. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai

  orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian. Mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah :

  183). Puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban agung di dalam Islam. Bahkan ia merupakan salah satu rukun Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

  “Barangsiapa yang melakukan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Puasa ini

  adalah ibadah yang sangat istimewa, sampai-sampai Allah menyebut bahwa 'puasa itu untuk-Ku, dan Aku lah yang akan langsung membalasnya' (HR. Bukhari) Benar-benar ibadah yang sangat agung di sisi ditempa untuk tunduk kepada Allah. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menahan diri dari makan dan minum serta berbagai pembatal dan perusak puasa dari sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Di sinilah hati mereka diuji. Mereka harus bisa bersabar menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu dan emosinya karena Allah semata. Terlalu banyak hikmah dan faidah yang bisa kita ambil dari ibadah yang satu ini. Hikmah terbesar dari ibadah ini adalah sebagaimana telah Allah jelaskan di dalam ayat 183 dari surat al-Baqarah (yang artinya), “Mudah-mudahan kalian bertakwa.” Inilah hikmah teragung dan pelajaran terindah dari ibadah puasa. Membentuk pribadi bertakwa bukanlah semata bermodalkan penampilan lahiriah dan kerja fisik belaka. Bahkan, lebih daripada itu ketakwaan yang sejati ialah ketakwaan yang berakar dan tumbuh dari dalam lubuk hati. Ibadah puasa berbeda dengan sholat, zakat, haji, jihad dan lain sebagainya. Ibadah puasa memiliki keistimewaan yang tidak dijumpai pada ibadah dan amalan yang lainnya. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam hadits di atas, bahwa Allah lah yang secara langsung membalasnya. Artinya, besarnya pahala puasa hanya Allah yang mengetahuinya. Karena puasa termasuk dalam kesabaran, dan kesabaran Allah berikan janji dengan balasan yang tidak terhitung.

  Padahal -sebagaimana dimaklumi bersama- bahwa sabar adalah amal yang tinggi kedudukannya di dalam agama. Seperti diucapkan oleh sebagian salaf, “Sabar di dalam keimanan

  seperti kepala di dalam anggota badan. Apabila kepala terpotong maka tidaklah bertahan jasad.”

  Hal ini dengan jelas menggambarkan kepada kita, bahwa makna kesabaran yang diaplikasikan dalam ibadah puasa selama sebulan penuh tidak hanya membuahkan pahala dan ampunan, bahkan ia menjadi salah satu tiang penegak dan penopang bangunan agama.

  Tentu saja yang dimaksud puasa di sini bukan hubungan suami istri. Puasa yang hakiki adalah yang menjaga pelakunya dari perbuatan yang sia-sia dan ucapan-ucapan yang kotor dan keji.

  Puasa yang menahan lisannya dari ghibah, namimah, kedustaan, dan umpatan. Puasa yang menahan anggota badannya dari mengganggu tetangga, dari menumpahkan darah manusia tanpa hak, dari mengambil harta mereka, dan dari melakukan segala kejahatan. Puasa yang menahan hatinya dari kedengkian, sifat ujub dan riya'. Puasa semacam inilah yang akan bisa memulihkan kondisi hati kaum beriman. Hati yang semula terkotori oleh fitnah syubhat dan syahwat. Hati yang mau kembali kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Hati yang bersih dari noda syirik dan kemunafikan. Hati yang merasa takut kepada Allah dan hari akhir. Hati yang merindukan perjumpaan dengan-Nya dan kenikmatan memandang wajah-Nya; sebuah kenikmatan tertinggi dan kebahagiaan terbesar yang dialami oleh para penghuni surga. Hari demi hari di bulan Ramadhan ini akan sangat berarti. Laksana curahan air hujan yang ditunggu-tunggu para petani. Laksana hangatnya sinar mentari yang dinantikan umat manusia, hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan di pagi hari. Ia akan memendarkan cahaya bagi orang-orang yang memiliki hati yang hidup dan membangkitkan mereka dari kelalaian. Di bulan inilah zikir dan fikir kembali bersemi dan menghiasi relung-relung hati. Beruntunglah orang-orang yang Allah karuniakan taufik untuk menjumpai bulan yang agung ini, bulan yang penuh berkah. Dan lebih beruntung lagi orang yang diberikan taufik dan kemudahan untuk menjalankan rangkaian ibadah dan amalan di bulan suci ini. Kita semua tidak mengetahui sejauh mana ibadah puasa kita di tahun-tahun sebelumnya diterima atau tidak di sisi Allah ta'ala. Kita hanya bisa berharap dan beramal. Kita hanya bisa beramal dan berharap.

  Sulit untuk digambarkan betapa bahagianya hati seorang muslim ketika menyambut bulan ini. goresan pena dan ukiran kata-kata. Hanya rasa syukur kepada Allah yang bisa kita panjatkan, atas semua anugerah dan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Apabila kita ingin mencoba untuk menghitung-hitung nikmat Allah itu tentu saja kita tidak akan mampu menghingganya. Saudaraku, hidup di dunia ini sangatlah singkat apabila kita bandingkan dengan akhirat. Kita sedang menempuh perjalanan dan berusaha mengumpulkan bekal-bekal yang terbaik untuk menghadap-Nya. Bukan pundi-pundi emas dan bongkahan perak yang kelak akan bermanfaat untuk diri kita. Akan tetapi hati yang selamat, itulah yang akan berguna kala kita menghadap-Nya. Oleh sebab itu sudah sepatutnya kita selalu membersihkan hati ini dari segala kotoran dan noda yang merusaknya. Dengan ibadah puasa ini mudah-mudahan Allah berkenan mensucikan hati dan jiwa kita, sehingga kelak Allah akan memanggil kita dengan seruan, “Wahai jiwa yang

Memupuk Ketakwaan Bismillah

  tenang, kembalilah kamu kepada Rabbmu dengan penuh keridhaan...”

  Berbahagialah anda, apabila bulan puasa bisa mencuci dosa-dosa anda. Dan betapa celakanya kita, apabila bulan puasa tak mempan untuk melembutkan hati kita yang keras, yang angkuh, yang serakah, yang sombong, yang dengki, yang haus popularitas dan tamak terhadap materi dan kesenangan dunia yang fana ini. Betapa meruginya, apabila bulan puasa tidak bisa mengobati kekikiran kita dan tidak menyembuhkan penyakit hati kita. Sungguh-sungguh merugi! Janganlah anda merasa bahwa bergemanya takbir hari raya sebagai tanda sucinya hati kita, apabila madrasah bulan Ramadhan ini kita jalani dengan kelalaian dan hura-hura. Janganlah merasa tibanya idul fitri menjadi bukti bersihnya dosa-dosa, apabila ternyata lampu ketaatan justru kita padamkan seiring datangnya fajar 1 syawwal dan kita tetap berkeras di atas pembangkangan kepada-Nya. Kepada Allah semata, kita memohon ---------------------------# Bagian 6.

  Takwa dan iman digambarkan seperti sebatang pohon. Ia memiliki akar, cabang, dan buah. Akar ketakwaan tertanam di dalam hati dan bercabang dalam bentuk amal-amal ketaatan serta membuahkan amal salih dan kebaikan demi kebaikan.

  Takwa tumbuh dan berkembang dengan siraman ilmu agama. Takwa bersemi dengan nasihat dan penyucian jiwa. Takwa menjalar ke seluruh anggota tubuh membendung gerak-gerik setan yang mengalir di dalam tubuh manusia seperti peredaran darah. Takwa menuntun pemiliknya terjauhkan dari murka Allah dan azab-Nya. Takwa berporos dalam ketundukan kepada perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Seorang yang bertakwa di dunia ini seperti hidup di dalam penjara, walaupun orang kafir hidup di dunia seolah-olah berada di dalam surga; memuaskan segala keinginannya tanpa ada larangan dan batasan aturan. Karena itulah seorang yang bertakwa akan hidup seperti orang asing diantara masyarakatnya yang hanyut dalam kelalaian dan penyimpangan. Seorang yang bertakwa menjadikan hidup ini ibarat lautan dan ia gunakan amal salihnya sebagai bahtera.

  Takwa bukan semata-mata ucapan di lisan atau penampilan. Takwa ditancapkan di dalam lubuk hati dan dibuktikan dengan amal dan kesetiaan. Takwa butuh pada kesabaran. Sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Takwa tidak bisa terwujud kecuali dengan syukur kepada Allah. Syukur dengan mengakui nikmat datang dari Allah, senantiasa memuji Allah atas nikmat-nikmat itu, dan menggunakan nikmat dalam hal-hal yang mendatangkan keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Takwa butuh pasokan gizi dengan dzikir dan ilmu. Karena dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Ilmu bagi hati laksana air hujan bagi tanah yang kering kerontang. Ilmu merupakan komandan bagi amal dan keyakinan. Ilmu lebih dibutuhkan manusia daripada makanan dan minuman, karena dengan ilmu manusia akan bisa berjalan di atas kebenaran dan iman. Beramal tanpa ilmu adalah kesesatan sementara berilmu tanpa diamalkan mengundang murka ar-Rahman.

  • # Bagian 7.

  Takwa semacam itulah yang dilukiskan oleh Thalq bin Habib rahimahullah, “Kamu melakukan

  ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah seraya mengharapkan pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah seraya takut akan hukuman Allah.” Definsi takwa yang sangat lengkap dan padat.

  Hal ini menunjukkan bahwa takwa harus dilandasi dengan rasa takut dan harap. Takut dan harap ibarat dua belah sayap seekor burung. Kepalanya adalah cinta kepada Allah. Cinta inilah penggerak atas segala amal dan ketaatan. Cinta kepada Allah adalah ruh amal salih dan ketaatan. Semakin besar kecintaan hamba kepada Allah semakin besar pula dzikir dan syukurnya. Cinta inilah yang mengokohkan ketakwaannya kepada Allah. Dia beribadah kepada Allah seolah-oleh melihat-Nya, atau minimal beribadah kepada Allah dengan senantiasa merasa diawasi oleh-Nya.

  • sebelumnya-' (lihat Fath al-Bari, 4/164 cet. Darussalam) Maksud hadits ini -sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Hajar- adalah tidak boleh melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan pada hari yang dianggap sudah masuk/hampir masuk di dalam bulan itu dengan alasan untuk kehati-hatian. Karena sesungguhnya puasa Ramadhan berkaitan dengan ru'yah/melihat hilal -artinya jika belum terlihat hilal belum masuk bulan puasa, pent-, oleh sebab itu tidak perlu takalluf/membeban-bebani diri dengan melakukan puasa yang tidak diperintahkan (lihat Fath al-Bari, 4/164 cet. Darussalam)