Laporan Studi Kasus 10 Rumah Sakit dan 10 Puskesmas di 10 Kab/Kota Tahun 2016

  

Kata Pengantar

Bismilahirrahmanirahim, Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

  Salam sejahtera bagi kita semua, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, yang senantiasa diberikan kepada kita semua, sehingga Laporan Akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya. Kegiatan Studi Kasus di 10 Rumah Sakit dan 10 Puskesmas di 10 Kabupaten/Kota Target

  

Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana di

  Lingkungan Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan bertujuan untuk mengidentifikasi Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana. Dari hasil yang didapatkan dari kegiatan ini, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengambil keputusan dalam menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pada kesempatan ini, perkenankan kami untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pimpinan di Lingkungan Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, yang telah memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Harapan kami, hasil dari kegiatan ini dapat bermanfaat dan ditindaklanjuti sehingga peran dan fungsi Sekretariat Jenderal Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan dapat semakin meningkat.

  Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Jakarta, Desember 2016 Tim Konsultan PT. Multi Area Desentralisasi Pembangunan (MADEP)

  

DAFTAR ISI

  

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

  1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

  2. Perumusan Masalah ............................................................................................. 3

  3. Tujuan Kajian ........................................................................................................ 3

  4. Dasar Hukum ........................................................................................................ 4

  5. Pengertian............................................................................................................. 4

  

BAB II. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN AMAN ........................................................... 8

  1. Rumah Sakit Aman Bencana ............................................................................... 10

  2. Puskesmas Aman Bencana ................................................................................. 11

  3. Manajemen ......................................................................................................... 11

  4. Penguatan Kapasitas SDM .................................................................................. 11

  5. Bangunan Rumah Sakit dan Fasilitas .................................................................. 11

  6. Jejaring Kerja ....................................................................................................... 12

  

BAB III. METODE KAJIAN ................................................................................................. 13

  1. Kerangka Konsep ................................................................................................ 13

  2. Desain Kajian....................................................................................................... 13

  3. Tempat dan Waktu ............................................................................................. 14

  4. Variabel ............................................................................................................... 14

  5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 14

  6. Tahapan Kajian ................................................................................................... 15

  7. Manajemen Analis Data...................................................................................... 15

  8. Susunan Tim ........................................................................................................ 16

  9. Jadwal ................................................................................................................. 16

  

BAB IV. HASIL IDENTIFIKASI............................................................................................. 17

  1. Kota Bengkulu ..................................................................................................... 17

  2. Kabupaten Bengkulu Utara ................................................................................. 28

  3. Kabupaten Sambas ............................................................................................. 40

  

i

  4. Kabupaten Kapuas .............................................................................................. 52

  5. Kota Bontang ...................................................................................................... 64

  6. Kabupaten Majene ............................................................................................. 76

  7. Kabupaten Muna ................................................................................................ 88

  8. Kabupaten Morotai........................................................................................... 100

  9. Kota Kupang ...................................................................................................... 112

  10. Kabupaten Timor Tengah Selatan .................................................................... 124

  

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................................. 140

  1. Pembahasan ..................................................................................................... 140

  

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................... 153

  1. Kesimpulan ....................................................................................................... 153

  2. Rekomendasi .................................................................................................... 155

  LAMPIRAN

ii

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Wilayah Negara Republik Indonesia terletak diantara tiga lempeng besar dunia, yaitu

  lempeng Euroasia, Indo Australia dan Pasifik. Selain itu wilayah Indonesia masuk dalam ‘pacific ring of fire’ dan secara demografis terdiri dari berbagai suku. Oleh karena itu wilayah Indonesia sangat rawan terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia. Potensi bencana yang disebabkan faktor alam seperti gempa bumi dan tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin puting beliung. Bencana yang disebabkan faktor non-alam maupun faktor manusia diantaranya kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi, serta bencana sosial yang berupa konflik sosial.

  Dampak bencana yang terjadi seringkali menimbulkan kerugian harta benda, rusaknya sarana dan prasarana umum serta dampak kesehatan yaitu timbulnya sejumlah korban jiwa, korban luka, kesakitan dan masalah kesehatan pengungsi yang disebut dengan krisis kesehatan serta dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Krisis kesehatan merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau potensi bencana dan penyelenggaraan penanggulangan krisis kesehatan mengikuti siklus penanggulangan bencana.

  Menjelang berakhirnya abad ke 20 dan sampai dengan tahun 2016, Indonesia sering dilanda oleh berbagai kejadian bencana, baik bencana alam (banjir, banjir bandang, erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami dan tanah longsor), bencana non alam (antara lain kegagalan teknologi dan potensi wabah penyakit) serta bencana sosial (seperti kerusuhan atau konflik social dan terorisme). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, antara tahun 2013 sampai dengan 2015 telah terjadi 1.515 kejadian krisis kesehatan dengan jumlah korban meninggal sebanyak 2.745 atau sekitar 915 setiap tahunnya sedangkan jumlah pengungsi sebanyak 1.610.339 orang atau rata-rata pertahun 536 ribu jiwa. Upaya penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana (UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Benana) dan ketersediaan sumber-sumber daya, fasilitas dan

  Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

  pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana (UU no 36 th 2009 ttg kesehatan). Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan saat bencana sesuai dengan kemampuannya. Pada situasi bencana rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas, harus aman, mudah diakses serta berfungsi dengan kapasitas maksimal untuk menyelamatkan korban dan harus tetap menyediakan pelayanan kesehatan sebagaimana seharusnya dan harus diorganisir dengan perencanaan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta tersedianya tenaga kesehatan yang terlatih. Dalam situasi bencana, kemungkinan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah, antara lain: o

  Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan menerima sejumlah korban bencana dari wilayah yang melampaui kapasitas rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melayani korban. Beban yang harus dipikul oleh rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan disamping pada pasien yang sudah ada di rumah sakit/fasyankes juga menerima korban bencana yang kemungkinan jumlahnya banyak. o

  Tenaga kesehatan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan harus dikirim tim ke lapangan untuk membantu penanganan korban di lapangan. o

  Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terkena dampak bencana yang mengakibatkan kerusakan, baik pada bangunan rumah sakit/fasyankes maupun obat dan alat kesehatan, sehingga mengalami keterbatasan dalam penanganan korban. Dengan demikian, apapun kondisinya, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seharusnya tetap dapat memberikan pelayanan bagi korban bencana.

  Berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas kesehatan dalam penanggulangan bencana telah dilakukan (pelatihan petugas kesehatan, fasilitasi perencanaan kesiapsiagaan, dukungan alat kesehatan, system komunikasi dan informasi, jejaring kerja dan sebagainya, namun dalam menghadapi setiap kejadian bencana di daerah selalu terjadi masalah atau keluhan dalam pelayanan kesehatan, baik menyangkut SDM yang kurang siap, kekurangan obat dan alat kesehatan, kekisruhan pelayanan, system komando yang tak jelas, prosedur pelayanan, ruang pelayanan terbatas, disamping sering terjadinya mutasi petugas kesehatan, dan sebagainya.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

  Tidak kalah penting adalah komitmen atau kepedulian pimpinan di daerah, termasuk pimpinan rumah sakit/fasyankes dalam kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di daerah. Kondisi kesiapsiagaan di berbagai daerah sangat bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

  Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015

  • – 2019 menetapkan 170 kabupaten/kota rawan bencana untuk menjadi sasaran peningkatan kapasitas dalam rangka pengurangan risiko krisis kesehatan. Salah satu langkah awal dalam upaya peningkatan kapasitas adalah dengan melakukan asistensi ke kabupaten/kota dan langkah selanjutnya adalah memetakan risiko krisis kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan. Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, pada tahun 2016 telah melakukan asistensi di 34 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota rawan bencana di 8 Provinsi, yaitu Provinsi Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur dan telah memetakan ancaman (hazard), kerentanan dan kepasitas penanggulangan krisis kesehatan, mengidentifikasi permasalahan serta memberikan rekomendasi yang perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam rangka mnyelesaikan permasalahan di Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bersangkutan. Studi kasus di 10 rumah sakit dan 10 puskesmas di 10 kabupaten/kota dilakukan di provinsi yang sama seperti tersebut diatas dalam rangka mengidentifikasi kondisi kesiapsiagaan menghadapi bencana, baik struktur, non struktur dan fungsional rumah sakit dan puskesmas serta mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat pengembangan program fasilitas pelayanan kesehatan yang aman.

  2. Perumusan Masalah

  Saat ini telah dilakukan pemetaan terhadap kesiapsiagaan yang disusun dalam bentuk Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten/Kota Rawan Bencana namun belum menjangkau kondisi kesiapsiagaan rumah sakit dan puskesmas di daerah yang sama dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.

  3. Tujuan Kajian a.

  Teridentifikasinya kondisi kesiapsiagaan menghadapi bencana, baik struktur, non struktur dan fungsional di Rumah Sakit dan Puskesmas.

  b.

  Teridentifikasinya factor-faktor penghambat dan pendukung pengembangan program fasilitas pelayanan kesehatan yang aman.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

4.

  Keputusn Menteri Kesehatan No 81 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumbar Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta rumah sakit.

  b.

  Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

  a.

   Pengertian.

  Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No HK.02.04/4/608/2015 Tenang Penetapan 34 Kabupaten/Kota Rawan Bencana tahun 2016-2019 5.

  Kepmenkes no HK .02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana STrategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019. n.

  Peraturan Kepala BNPB No 3 tahun 2012 Tentang panduan Penilaian Kapasitas daerah dalam Penanggulangan Bencana. m.

  Peraturan Kepala BNPB No 2 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. l.

  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 77 tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan. k.

  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2013 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan. j.

  Keputusan Menteri Kesehatan No 66 tahun 2006 Tentang Pedoman Manajemen Sumbarusia pada Penanggulangan Bencana. i.

  h.

  g.

   Dasar Hukum.

  Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat no 54/2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011 – 2025.

  f.

  Instruksi Presiden No 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan.

  e.

  Peraturan Pemerintah No 21 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

  d.

  Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

  c.

  Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

  b.

  Undang-undang No. 24 tahun 2007 tenang Penanggulangan Bencana.

  a.

  Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor c. Bencana Non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

  Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana d.

  Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

  e.

  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standard hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikassikan apakah sebuah negara merupakan negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukr penegaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Status Kesejahteran Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai IPM, yaitu: = nilai IPM lebih dari atau sama dengan 80.

   Tinggi = nilai IPM 65  Menengah Atas – 79.

  = Nilai IPM 50  Menengah bawh – 64. = Nilai IPM dibawah 50.  Rendah f. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah kumpulan indicator kesehatan yang dapat dengan mudah dan langsung diukur untuk menggambarkan masalah kesehatan. Status Kesehatan Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai

  IPKM: = nilai IPKM diatas 0,7270

   Diatas rata-rata = nilai IPKM 0,6401

   Rata-rata – 0,7270 = nilai IPKM kurang dari 0,6401

   Dibawah rata-rata g. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual dan social yang emungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.

  h.

  Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peritiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan atau berpotensi bencana. i.

  Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi situasi kedaruratan melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. j.

  Kedaruratan adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan. k.

  Mitigasi kesehatan adalah serangkaian kegiatan untuk mengurangi risiko kesehatan baik melalui pembangunan fisik dalam menghadapi ancaman krisis kesehatan maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan sumber daya kesehatan. l.

  Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bias menimbulkan bencana.

  Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana m.

  Penyelenggaran penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangna yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan becana, tanggap darurat dan rehabilitasi. n.

  Pencegahan bencana adalah serangkian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. o.

  Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. p.

  Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. q.

  Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, social, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. r.

  Risiko bencana addalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dpat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda dan gangguan kegiatan masyarakat. s.

  Sumber daya kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan uapaya keehatan yang dilakukan oleh pemerintah, peerintah daerah dan/atau masyarakat. t.

  Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiata yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasara dan sarana. u.

  Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. v.

  Puskesmas adalah unitpelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dpat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil perkembagan ilmu pengetahuan dn teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah daan masyarakat. w.

  Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehtan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

  Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana x.

  Kapasits tempat tidur adalah jumlah tempat tidur untuk pasien rawat inap rumah sakit. y.

  Rencana Kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu terjadi. Rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. z.

  Hospital Disaster Plan (HOSDIP) adalah perencanaan rumah sakit dalam menghadapi situassi darurat atau rencana kontinjensi, yang dimaksudkan agar rumah sakit tetap berfungsi baik dengan kedatangan sejumlah pasien akibat dari situasi darurat maupun terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya. aa.

  Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan yag dimobilisasi apabila terjadi bencana. Dibeberapa daerah disebut juga dengan Tim Brigade Siaga Bencana (BSB) bb. Standart Operating Prosedur (SOP) adalah suatu set instruksi (perintah kerja) terperinci dan tertulis yang harus diikuti demi mencapaikeseragaman dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

BAB II. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN AMAN Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

  kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam dan/atau factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dalam manajemen bencana yang meliputi seluruh aspek perencanaan dan penanggulangan bencana yang dilakukan pada sebelum terjadinya bencana, saat kejadian bencana dan sesudah terjadi bencana, yang dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana, yang bertujuan untuk:

   Mencegah kehilangan jiwa dan kerugian harta benda;  Mengurangi penderitaan manusia;  Memberikan informasi ke masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko.

   Mengurangi kerusakan infrastruktur Secara umum dalam kegiatan penanggulangan bencana dianut beberapa prinsip, sebagai berikut : a.

  Cepat dan tepat, b. Prioritas, c. Koordinasi dan keterpaduan, d.

  Berdaya guna da berhasil guna, e. Transparansi dan akuntabilitas, f. Kemitraan, g.

  Pemberdayaan, h.

  Non-diskriminasi,

  1 i.

  Non-proletisi. Manajemen penanggulangan bencana, risiko yang terjadi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ancaman/bahayanya (H); Kerentanan yang ada (V); dan Kapasitas untuk mengantisipasinya (C). Ancaman atau bahaya merupakan suatu fenomena alam atau buatan manusia yang berpotensi merusak atau menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, menimbulkan kerugian atau kehilangan harta benca, kehilangan mata pencaharian dan kerusakan lingkungan. Ancaman atau bahaya dikelompokan dalam 5 kelompok, yaitu:

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

   Geological hazard: antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api, gerakan tanah yang sering disebut dengan tanah longsor.  Hidrometeorologcal hazard, antara lain banjir, kekeringan, badai tropis, angin ribut, gelombang pasang.  Biological hazard, seperti wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman dan hewan/ternak.  Technological hazard, antara lain kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, kecelakaan industry, polusi udara, dll.  Environmental Degradation hazard, seperti penurunan kualitas lingkungan, perubahan iklim, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, dll.

  Sedangkan kerentanan merupakan suatu keadaan atau kondisi lingkungan dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:  Kerentanan fisik (infrastruktur), menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap bahaya (hazard) tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain: persentase kawasan terbangun; kepadatan bangunan; persentase bangunan konstruksi darurat; jaringan listrik; rasio panjang jalan; jaringan telekomunikasi; lingkungan pertanian, hutan, dll.

   Kerentanan sosial kependudukan menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam menghadapi bahaya. Pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang besar. Beberapa indikator kerentanan sosial antara lain kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk perempuan, kelembagaan masyarakat, tingkat pendidikan, dll.

   Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya. Beberapa indikator kerentanan ekonomi diantaranya adalah mata pencaharian masyarakat, tingkat pengangguran, kesenjangan tingkat kesejahteraan.

  Sedangkan kemampuan (kapasitas) merupakan penguasaan dan kekuatan yang dimiliki yang memungkinkan untuk mempersiapkan, mempertahankan dan melakukan tindakan untuk mencegah, meredam, menanggulangi serta memulihkan diri dari akibat bencana. Kapasitas disini meliputi kapasitas pemberi pelayanan, seperti kegiatan pelaku penanggulangan, antara lain rumah sakit, SAR, penyediaan lokasi pengungsian dan sebagainya serta kapasitas dari masyarakat yang terpapar dengan bencana, yaitu bagaimana mempersiapkan diri atau masyarakat secara keseluruhan, kemampuan bertahan/ menyelamatkan diri dan sebagainya

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

  Pada kejadian bencana, selalu ada RISIKO yang disebut sebagai risiko bencana yang merupakan interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazard) yang ada serta tingkat kemampuan atau kapasitas untuk mengantisipasinya. Ancaman bahaya yang alami pada umumnya bersifat tetap, sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut. Semakin tinggi tingkat ancaman dan kerentanan yang tidak disertai dengan upaya peningkatan kapasitas akan semakin meningkatkan risiko yang akan dihadapi.

  Demikian halnya dengan fasilitas pelayanan kesehatan, baik rumah sakit maupun puskesmas juga memiliki ancaman yang berasal dari luar gedung maupun yang ada di rumah sakit dan puskesmas, kerentanan dan kapasitas yang ada di rumah sakit dan puskesmas. Upaya untuk meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana dalam rangka menurunkan risiko disebut dengan upaya kesiapsiagaan, yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kapasitas dalam penanggulangan yang sangat diperlukan dalam bidang kesehatan antara lain tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana atau krisis kesehatan, yang disebut Failitas Kesehatan Aman, Fasilitas pelayanan kesehatan aman, terdiri dari rumah sakit aman bencana dan puskesmas aman bencana.

1. Rumah Sakit Aman Bencana

  Rumah sakit aman bencana adalah rumah sakit yang ditunjukan dengan mampu: a.

  Mengelola potensi bencana di dalam rumah sakit dan membahayakan rumah sakit maupun mempersiapkan diri terhadap potensi bencana yang terjadi di luar rumah sakit b. Tidak rusak saat terjadi bencana (kokoh).

  c.

  Saat bencana terjadi TETAP mampu memberikan pelayanan ke masyarakat secara optimal dan bahkan dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan memanfaatkan kemampuan dan fasilitas cadangan yang telah dipersiapkan.

  d.

  Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengurangi risiko bencana dan menghadapi banana Dengan demikian rumah sakit harus mampu menyelamatkan jiwa (pasien dan petugas kesehatan terus dapat menyediakan pelayanan kesehatan esensial bagi masyarakat pada situasi bencana

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

2.

  e.

  c.

  Kapasitas cadangan (ruangan, SDM Kesehatan, logistk kesehatan, keuangan).

  b.

  Kekuatan dan keamanan struktur dan infrastruktur (bahan bangunan, alat pengaman, mekanisme perlindungan, jalur evakuasi, cadangan ruang).

  a.

  5. Bangunan rumah sakit dan fasilitas.

  SDM terlatih c. Pembentukan Tim Kesehatan yang siap dimobilisasi.

  b.

  Pengembangan kompetensi SDM melalui pelatihan.

  4. Penguatan kapasitas SDM a.

  Pendataan korban.

  g.

  Manajemen sirkulasi di rumah sakit f. Pengelolaan SDM kesehatan internal.

  System komunikasi dan informasi bencana, termasuk perlengkapan komunikasi.

   Puskesmas Aman Bencana

  d.

  System kewaspadaan dini.

  c.

  Perencanaan menghadapi kedaruratan b. Pengorganisasian dan Struktur komando.

  3. Manajemen: a.

  Unsur-unsur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Aman Bencana yang merupakan bagian dari kesiapsiagaan suatu daerah, terdiri atas:

  Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam mengurangi risiko bencana dan menghadapi banana Dengan demikian, Puskesmas Aman harus mampu meenyelamatkan jiwa (pasien dan petugas kesehatan tetap dapat menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

  d.

  Saat bencana terjadi TETAP mampu memberikan pelayanan ke masyarakat secara optimal dan bahkan dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan memanfaatkan kemampuan dan fasilitas cadangan yang telah dipersiapkan.

  c.

  Tidak rusak saat terjadi bencana (kokoh).

  b.

  Mengelola potensi bencana di dalam puskesmas dan membahayakan pelayanan puskesmas serta mempersiapkan diri terhadap potensi bencana yang terjadi di luar puskesmas.

  Puskesmas aman bencana adalah puskesmas yang mampu: a.

  Infrastruktur penanganan korban (pusat komando, area triase, area evakuasi, area dekontaminasi, media center dll.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

6.

   Jejaring kerja a.

  Pengembangan komunitas kebencanaan.

  b.

  Rumah Sakit dan Puskesmas menjadi begian dalam rencana penanggulangan bencana di daerah.

  c.

  Kerjasama dengan pihak terkait, seperti BPBD, Unit Pemadam Kebakaran, dll. Dimana sewaktu-waktu diperlukan dapat dimobilisasi dan dimanfaatkan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

BAB III. METODE KAJIAN 1. Kerangka konsep IDENTIFIKASI: KESIAPSIAGAAN

  & pendukung Pengembangan Fasyankes yang aman 2.

   Desain Kajian.

  Desain kajian merupakan studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif dan aktifitas yang dikaji adalah kondisi dan pelaksanaan kesiapsiagaan fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu rumah sakit dan puskesmas dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.

  Indikator Rumah Sakit Aman Bencana: a.

  Manajemen:  Pemahaman tentang potensi bencana yang ada di wilayah.

   Memiliki sistem manajemen rumah sakit yang mampu bekerja dalam situasi bencana, seperti pengorganaisasian, mekanisme respondan sistem komando, sistem komunikasi dan informasi.

   Struktur  Non struktural  Fungsional  Faktor penghambat

  b.

  Sumber daya manusia:  Bangunan Memiliki sumberdaya yang terkatih di bidang kebencanaan.

   Memiliki sistem pengembangan SDM di bidang kebencanaan.

  c.

  Bangunan dan infrastruktur:  Rumah Sakit memiliki struktur bangunan yang aman dari risiko bencana sesuai dengan bahaya setempat.

   Memiliki mekanisme dan prosedur perlindungan fasilitas kesehatan dan alat kesehatan.

  RUMAH SAKIT PUSKESMAS BENCANA Aman & Berfungsi

   Memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Kedaruratan Bencana Rumah Sakit yang teruji dan siap diaktivasi bilamana terjadi situasi bencana.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

 Kapasitas cadangan (ruang, logistik, sumber daya) .

   Infrastruktur penanganan korban bencana.

  d.

  Jajaring kerja:  Rumah sakit memiliki jejaring kerja dengan RS lain, Puskesmas, relawan, dll).

   Rumah sakit memiliki kerjasama dengan SKPD/Unit kerja lain melalui MOU 3.

   Tempat dan Waktu

  Studi kasus dilakukan pada 1 (satu) rumah sakit dan 1 (satu) puskesmas di 10 kabupaten/kota pada 8 provinsi sebagai berikut: a.

  Provinsi Bengkulu (Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara).

  b.

  Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas).

  c.

  Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Kapuas).

  d.

  Provinsi Kalimantan Timur (Kota Bontang) e. Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Majene) f. Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Muna) g.

  Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kota Kupang dan Kabupaten Timur Tengah Selatan) h.

  Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Morotai) Pelaksanaannya dilakukan mulai tanggal 17 s/d 01 November 2016 4.

   Variabel

  Variabel kesiapsiagaan rumah sakit dan puskesmas meliputi variabel struktur fisik, non struktural dan fungsional rumah sakit dan puskesmas pada 10 kabupaten/kota di 8 provinsi.

5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder terkait dengan kesiapsiagaan penanggulangan bencana sebagai berikut:

  

Jenis Data Sumber Informasi Cara Pengumpulan

  Laporan kejadian bencana Data sekunder  Laporan BPBD Kab/Kota yang pernah terjadi.

  Dinas Kesehatan  Laporan Kab/Kota

  Tingkat kerawanan Data sekunder  BPBD Kab/Kota wilayah terhadap bencana  Dinas Kesehatan Kab/Kota Struktur fisik RS dan Observasi  Direktur/Wadir Yanmed RS

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

Jenis Data Sumber Informasi Cara Pengumpulan

Puskesmas.

  Wawancara  Ka Unit IPSRS  Ka Puskesmas Non Struktur RS dan Observasi  Direktur RS/Wadir Yanmed Puskesmas

  Wawancara  Ka unit IPSRS  Ka Puskesmas Fungsional Rumah sakit Wawancara  Direktur RS/Wadir Yanmed/ Ka dan Puskesmas. UGD,

  DinKes /Kabid  Kepala Yankes/Kabid PPPL Kab/Kota  Ka Puskesmas  Masyarakat Faktor pendukung dan Wawancara  Staf dan Ka Dinkes Kab/Kota. penghambat dan Ka Bidang

   Staf pengembangan Fasyankes Yanmed/UGD. yang aman

   Staf dan Ka Puskesmas Dokumen Perencanaan Direktur Rumah Sakit Kontinjensi Rumah sakit

  Hospital Disaster

  atau

  Plan (HOSDIP) 6.

   Tahapan Kajian

  Tahapan kajian meliputi: a.

  Persiapan : pembuatan kerangka acuan, penyusunan daftar isian/kuesioner.

  b.

  Pemberitahuan ke daerah dan persiapan administrasi c. Pengumpulan data (wawancara dan data sekunder) d.

  Pembuatan laporan awal.

  e.

  Diskusi dengan tim teknis f. Laporan akhir.

7. Manajemen dan Analisis Data.

  Data kualitatif hasil wawancara akan diolah secara naratif dan data sekunder akan dianalisis untuk menghasilkan data diskriptif untuk masing-masing lokasi dibandingkan dengan ukuran kesiapsiagaan.

  

Target Indikator Tahun 2016 Dalam Melakukan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana

8.

  9) Moch Socheh

  XX X XXXX

  XX Analisis dan Penyusunan Laporan

  X Pengumpulan data

  XX XX Surat Pengantar ke daerah

  XXXX Diskusi Kerangka Acuan dan kuisener

  Penyusunan kerangka acuan dan kuisener

   Jadwal Kegiatan September Oktober Nopember Desember

  10) Amirudin 9.

  8) Rini Handayani

   Susunan Tim

  7) Krishna Eka Kurnia

  6) Nadia Humaira

  5) Alfica Agus Jayanti

  4) Annisa Zahrah

  3) Elvira Debora Panggabean

  2) Puji Ambarsari

  1) Elin Linawati

  Tim Teknis PKK Ketua Pelaksana : Mudjiharto Anggota :

  Susunan Tim adalah sebagai berikut: Pengarah : Kapus Penanggulangan Krisis Kesehatan

  XXX

BAB IV. HASIL IDENTIFIKASI KAPASITAS RUMAH SAKIT AMAN DAN PUSKESMAS AMAN PROVINSI BENGKULU 1. Kota Bengkulu A. Rumah Sakit 1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bengkulu terletak di jalan Basuki Rahmat, Padang Jati, ratu samban kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dengan nomor telepon

  0736-345100 dan responden yang ditemui berjumlah 2 orang, yaitu Sdr Joni Haryadi Tabrani, Kasubag Umum Perlap, (0811732115) dan Sdr. Safuan Hadi, Koordinator Lapangan Tim Reaksi Cepat RSUD dengan nomor HP 085381304383.

  2. Ancaman bencana Jenis ancaman kejadian bencana yang ada di Kota Bengkulu, khususnya terkait dengan fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) yang paling menonjol adalah kejadian gempa, angin puting beliung dan kebakaran. Jenis kejadian bencana yang pernah terjadi terakhir adalah gempa bumi yang terjadi tahun 2016

  3. Kerentanan Kerentanan rumah sakit terutama terkait dengan lokasi dan posisi rumah sakit dengan potensi risiko kemungkinan adanya bahaya disekitar rumah sakit adalah relative baik, merupakan area datar, tidak terletak pada area kemungkinan terkena banjir dan potensi bahaya lainnya. Potensi yang ada di rumah sakit adalah kemungkinan terjadinya kebakaran di rumah sakit. Namun secara keseluruhan, wilayah Bengkulu merupakan wilayah yang rawan dengan kejadian bencana, terutama gempa bumi dan tsunami. Sedangkan bangunan rumah sakit relative merupakan bangunan baru yang dibangun tahun 2014.

  4. Karakteritik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu.

  Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu merupakan rumah sakit dengan tipe C, yang dibangun tahun 2014 dengan kapasitas 70 tempat tidur dan saat ini BOR rumah sakit adalah 70% Jumlah SDM Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bengkulu dapat digambarkan sebagai berikut:

  No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

  1 Dokter umum

  6

  2 Dokter Spesialis Bedah

  1

  3 Dokter Spesialis Anestesi

  1

  4 Dokter Spesialis Penyakit Dalam

  1

  5 Dokter Spesialis Anak

  1

  6 Dokter Spesialis Obgyn

  1

  7 Perawat mahir/emergency

  12

  8 Perawat

  40

  9 Kesehatan Lingkungan di IPSRS

  2

  10 Bidan

  17

  11 Tenaga kesehatan lainnya

  41

  12 Jumlah SDM tenaga Kesehatan (1-11) 123

  13 Jumlah SDM non tenaga kesehatan 118 Jumlah seluruh karyawan Rumah Sakit (11+12) 241

  Rumah sakit lain yang ada di wilayah Kota Bengkulu 7 rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta. Saat ini RSUD Kota Bengkulu memiliki 3 unit ambulan serta 1 mobil jenasah dan sarana komunikasi yang dipergunakan untuk berkomunikasi di rumah sakit adalah telepon, HP dan internet dan memiliki sinyal yang kuat sehingga memperlancar komunikasi di rumah sakit dan sudah ada kerjasama antar rumah sakit, namun belum dituangkan dalam bentuk formal dengan MOU kerjasama antar rumah sakit. Untuk mendukung kemudahan dan kelancaran komunikasi telah dilakukan kerjasama komunikasi dengan forum komunikasi radio, seperti RAPI atau ORARI, namun belum ada MOU nya. Sebenarnya kerjasama antara unit kesehatan dengan pihak RAPI telah dilakukan melalui MOU yang ditandatangani oleh Pimpinan Kemenkes dan Pimpinan RAPI tahun 2007 dan telah diperpanjang beberapa kali. Sarana transportasi di wilayah Kota Bengkulu ini cukup baik dan RSUD Kota Bengkulu ini bilamana melakukan rujukan pasien akan dikirim ke Rumah Sakit M Yunus yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Provinsi Bengkulu, yang berjarak 8 Km dengan waktu tempuh 20 menit perjalanan dengan kendaraan roda 4.

5. Kesiapsiagaan RSUD Kota Bengkulu dengan kebencanaan.

  Dalam rangka mengantisipasi kemungkinan adanya bahaya atau risiko di rumah sakit, sedang dirancang untuk membuat petunjuk jalur-jalur evakuasi untuk pasien, pengunjung dan staf rumah sakit dan penetapan titik kumpul yang aman di area rumah sakit. Untuk mengantisipasi hal ini RSUD telah dilengkapi dengan APAR, melatih petugas rumah sakit untuk penggunaan APAR, memperkuat struktur bangunan, manata jalur evakuasi dan titik kumpul di tempat yang aman.

  Pedoman terkait dengan rumah sakit aman dalam situasi darurat dan bencana serta pedoman perencanaan kesiapsiagaan bagi rumah sakit sebenranya telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, dan telah dipedomani oleh RSUD Kota Bengkulu. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan RSUD Kota Bengkulu yang telah mengikuti pelatihan terkait dengan penanggulangan kedaruratan atau bencana adalah:

  No Jenis pelatihan Peserta RSUD

  1 PPGD/GELS v

  2 ATLS/ACLS

  3 Manajemen kesehatan pada penanggulangan bencana -

  4 HOPE/HOSDIP