Pengertian Kegunaan Pendekatan dan Ruang
PENGERTIAN, KEGUNAAN, PENDEKATAN, DAN
RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
HENDRA KURNIAWAN
a. Pengertian Pendidikan dan Filsafat Pendidikam Islam
Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya
dengan nilai- nilai sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan
pandangan hidup oleh sesuatu masyarakat, maka mereka berusaha untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa
filsafat sebagai pandangan hidup suatu bangsa berfungsi sebagai tolok
ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya lewat pendidikan.1
Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan negara.2 Pada dasarnya pendidikan memerlukan
landasan yang berasal dari filsafat atau hal-hal yang berhubungan dengan
filsafat. Sebagai landasan
karena filsafat melahirkan pemikiran-
pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan
karena berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan
penyelesaiaannya dari filsafat. Jadi filsafat pendidikan merupakan ilmu
pendidikan yang bersendikan
filsafat atau filsafat yang diterapkan
dalam usaha pemikiran dan pemecahan tentang pendidikan. Peranan
filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini sudah terbukti
merupakan kontribusi utama bagi pembinaan pendidikan.
1
2
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h.1
UUD 1945 No.20 tahun 2003.
1
Kalau mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti akan
memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan
menyeluruh
universal
tentang
pendidikan
yang
tidak
hanya
dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kepada kita semua untuk mempelajari ilmu-ilmu lain secara
relevan.
Melakukan
menggerakkan semua
pemikiran
potensi
pada
hakikatnya
adalah
psikologi manusia seperti
usaha
pikiran,
kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera
tentang gejala
sebagai
kehidupan
terutama
manusia
dan
alam
semesta
ciptaan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut didasari dengan
pengalaman yang mendalam serta luas tentang problema kehidupan dan
kenyataan dalam jagat raya dan dalam dirinya sendiri.
Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah sebagai hasil dari
buah kajian yang bercirikan Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir
mengenai pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai nilainilai ajaran Islam.3
b. Objek, Sumber dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Objek
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang
dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi
luas sekali.
“Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin
diketahui manusia.4 Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal
yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk
mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal
3
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, h. xi.
H. Endang Saifuddin Anshari, MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya, Bina Ilmu,
1991), cet. Ke-9, h.84
4
2
pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalamdalamnya.
Objek filsafat ada dua yaitu Objek Materia dan Objek Forma, tentang
objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Sains
memiliki objek materia yang empiris; filsafat menyelidiki objek itu juga,
tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak.5
Sumber
Al-Qur’an
sebagai
sumber
filsafat
termasuk
di
dalamnya
filsafat pendidikan Islam berusaha mengkaji pangkal segala hal sampai ke
akar-akarnya. Begitu juga mengkaji yang hubungannya manusia dengan
manusia lain, manusia dengan alam dan manusia dan penciptanya. Jika
pendidikan beusaha memelihara individu dan pertumbuhannya pada diri
manusia, maka al-Qur’an beusaha mendidik makhluk seluruhnya termasuk
manusia. Ia juga menekankan adanya tujuan pendidikan khususnya dalam
melatih jiwa dan tingkah laku. Filsafat al- Qur’an bersifat mendidik yang
menyeluruh dan terpadu. Al-Qur’an memandang manusia dan jagat raya
sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam tidak menerima
filsafat sosial yang memisahkan agama dan negara atau membagi
masyarakat menjadi beberapa tingkat. Falsafah al-Qur’an memadukan diri
manusia, akal emosi, dan tindakan tidak terpisahkan satu sama lain antara
individu dan alam serta penciptanya.
Tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan
tujuan ajaran Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yakni alQur’an dan al- Hadits.
Kedua
sumber
itu
kemudian
timbul
pemikiran-pemikiran tentang persoalan keIslaman dalam berbagai aspek,
termasuk filsafat pendidikan. Dengan demikian hasil pemikran para ulama
seperti qiyas dan ijma’ sebagai sumber pokoktadi yakni al-Qur’an dan
al-Hadits. Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari
pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berisi teori umum tentang
5
Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James, (Bandung,
PT. Remaja Rosda Jarya, 1990), cet. ke-1, h 18-19
3
pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam terutama dalam
al-Qur’an dan Hadits. Kedua sumber itu dijadikan pijakan dasar pemikiran
bukan alasan yang rasional.
Ruang Lingkup
Pembahasan tantang ruang
lingkup
filsafat pendidikan Islam
sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan
Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek
tertentu yang akan
dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang
(objek formal). Perbedaan suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu lainnya
terletak pada sudut pandang (objek formal) yang digunakannya. Objek
material filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada
umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang ada ini
mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada yang
tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisis. Adapun objek formal filsafat pe ndidikan Islam
adalah
sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan
Islam untuk dapat diketahui hakikatnya.
Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan
Islam adalah yang
tercakup
dalam objek
material filsafat,
ya itu
mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam
yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat,
filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan
ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah halhal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan
pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode,
dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan.6
a. Ontologi
6
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 45-48
4
Onto logi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos.
Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud
hakikat yang ada.7
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini
meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis).
Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of
God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah
mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari
human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti
bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah
transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau
dalam istilah lain sebagai objek kajian
(ontologi)
filsafat
pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah
mengenai pencipta (khaliq), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan
antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta
(rasul).
b. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi Epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,
yakni cabang
filsafat
yang
membicarakan tentang cara
memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber
pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang
filsafat yang menyoroti
atau
membahas
tentang
tata
cara,
teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata
cara,
teknik,
atau
prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan
7
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 69
5
adalah de ngan metode non- ilmiah, metode ilmiah, dan metode
problem solving.
Pengetahuan
ilmiah
yang
diperoleh
dengan
metode
adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
noncara
penemuan secara kebetulan; untung- untungan (trial and error);
akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan
pengalaman biasa.
c. Aksiologi
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan
ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia berikut
manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, apa yang
dapat disumbangkan ilmu terhadap
pengembangan
ilmu
itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kemudian Muzayyin
Arifin memberikan definisi aksiologi
sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai
tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai
keindahan (estetika).8 Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan,
maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai - nilai
yang dipegang
ilmuwan
dalam
memilih dan menentukan
prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan
pemanfaatannya.9
8
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010), hlm. 8
Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemi k iran Hermeneutik Fazlur
Rahman, (Se ma rang: Walis ongo Press , 2008), hlm. 151
9
6
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James,
(Bandung, PT. Remaja Rosda Jarya, 1990)
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya, Bina Ilmu,
1991)
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993.
Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemi k iran Hermeneutik
Fazlur Rahman, (Se ma rang: Walis ongo Press , 2008)
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Mohammad, Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010)
UUD 1945 No.20 tahun 2003.
7
RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh:
HENDRA KURNIAWAN
a. Pengertian Pendidikan dan Filsafat Pendidikam Islam
Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya
dengan nilai- nilai sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan
pandangan hidup oleh sesuatu masyarakat, maka mereka berusaha untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Jelaslah bahwa
filsafat sebagai pandangan hidup suatu bangsa berfungsi sebagai tolok
ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk
mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya lewat pendidikan.1
Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan negara.2 Pada dasarnya pendidikan memerlukan
landasan yang berasal dari filsafat atau hal-hal yang berhubungan dengan
filsafat. Sebagai landasan
karena filsafat melahirkan pemikiran-
pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan
karena berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan
penyelesaiaannya dari filsafat. Jadi filsafat pendidikan merupakan ilmu
pendidikan yang bersendikan
filsafat atau filsafat yang diterapkan
dalam usaha pemikiran dan pemecahan tentang pendidikan. Peranan
filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini sudah terbukti
merupakan kontribusi utama bagi pembinaan pendidikan.
1
2
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h.1
UUD 1945 No.20 tahun 2003.
1
Kalau mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti akan
memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan
menyeluruh
universal
tentang
pendidikan
yang
tidak
hanya
dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kepada kita semua untuk mempelajari ilmu-ilmu lain secara
relevan.
Melakukan
menggerakkan semua
pemikiran
potensi
pada
hakikatnya
adalah
psikologi manusia seperti
usaha
pikiran,
kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indera
tentang gejala
sebagai
kehidupan
terutama
manusia
dan
alam
semesta
ciptaan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut didasari dengan
pengalaman yang mendalam serta luas tentang problema kehidupan dan
kenyataan dalam jagat raya dan dalam dirinya sendiri.
Filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah sebagai hasil dari
buah kajian yang bercirikan Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir
mengenai pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai nilainilai ajaran Islam.3
b. Objek, Sumber dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Objek
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang
dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi
luas sekali.
“Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin
diketahui manusia.4 Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal
yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk
mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal
3
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, h. xi.
H. Endang Saifuddin Anshari, MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya, Bina Ilmu,
1991), cet. Ke-9, h.84
4
2
pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalamdalamnya.
Objek filsafat ada dua yaitu Objek Materia dan Objek Forma, tentang
objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Sains
memiliki objek materia yang empiris; filsafat menyelidiki objek itu juga,
tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak.5
Sumber
Al-Qur’an
sebagai
sumber
filsafat
termasuk
di
dalamnya
filsafat pendidikan Islam berusaha mengkaji pangkal segala hal sampai ke
akar-akarnya. Begitu juga mengkaji yang hubungannya manusia dengan
manusia lain, manusia dengan alam dan manusia dan penciptanya. Jika
pendidikan beusaha memelihara individu dan pertumbuhannya pada diri
manusia, maka al-Qur’an beusaha mendidik makhluk seluruhnya termasuk
manusia. Ia juga menekankan adanya tujuan pendidikan khususnya dalam
melatih jiwa dan tingkah laku. Filsafat al- Qur’an bersifat mendidik yang
menyeluruh dan terpadu. Al-Qur’an memandang manusia dan jagat raya
sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam tidak menerima
filsafat sosial yang memisahkan agama dan negara atau membagi
masyarakat menjadi beberapa tingkat. Falsafah al-Qur’an memadukan diri
manusia, akal emosi, dan tindakan tidak terpisahkan satu sama lain antara
individu dan alam serta penciptanya.
Tujuan filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan
tujuan ajaran Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yakni alQur’an dan al- Hadits.
Kedua
sumber
itu
kemudian
timbul
pemikiran-pemikiran tentang persoalan keIslaman dalam berbagai aspek,
termasuk filsafat pendidikan. Dengan demikian hasil pemikran para ulama
seperti qiyas dan ijma’ sebagai sumber pokoktadi yakni al-Qur’an dan
al-Hadits. Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari
pemikiran filsafat pendidikan Islam yang berisi teori umum tentang
5
Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James, (Bandung,
PT. Remaja Rosda Jarya, 1990), cet. ke-1, h 18-19
3
pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam terutama dalam
al-Qur’an dan Hadits. Kedua sumber itu dijadikan pijakan dasar pemikiran
bukan alasan yang rasional.
Ruang Lingkup
Pembahasan tantang ruang
lingkup
filsafat pendidikan Islam
sebenarnya merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan
Islam. Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek
tertentu yang akan
dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang
(objek formal). Perbedaan suatu ilmu pengetahuan dengan ilmu lainnya
terletak pada sudut pandang (objek formal) yang digunakannya. Objek
material filsafat pendidikan Islam sama dengan filsafat pendidikan pada
umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu yang ada ini
mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada yang
tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisis. Adapun objek formal filsafat pe ndidikan Islam
adalah
sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan
Islam untuk dapat diketahui hakikatnya.
Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan
Islam adalah yang
tercakup
dalam objek
material filsafat,
ya itu
mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam
yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan biasa. Sebagaimana filsafat,
filsafat pendidikan Islam juga mengkaji ketiga objek ini berdasarkan
ketiga cabangnya: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah halhal yang merupakan faktor atau komponen dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Faktor atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan
pendidikan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode,
dan evaluasi pendidikan), dan lingkungan pendidikan.6
a. Ontologi
6
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 45-48
4
Onto logi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos.
Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud
hakikat yang ada.7
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini
meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis).
Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of
God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah
mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari
human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti
bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah
transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau
dalam istilah lain sebagai objek kajian
(ontologi)
filsafat
pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah
mengenai pencipta (khaliq), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan
antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta
(rasul).
b. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi Epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,
yakni cabang
filsafat
yang
membicarakan tentang cara
memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber
pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang
filsafat yang menyoroti
atau
membahas
tentang
tata
cara,
teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata
cara,
teknik,
atau
prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan
7
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 69
5
adalah de ngan metode non- ilmiah, metode ilmiah, dan metode
problem solving.
Pengetahuan
ilmiah
yang
diperoleh
dengan
metode
adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
noncara
penemuan secara kebetulan; untung- untungan (trial and error);
akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan
pengalaman biasa.
c. Aksiologi
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan
ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia berikut
manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan kata lain, apa yang
dapat disumbangkan ilmu terhadap
pengembangan
ilmu
itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kemudian Muzayyin
Arifin memberikan definisi aksiologi
sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai
tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai
keindahan (estetika).8 Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan,
maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai - nilai
yang dipegang
ilmuwan
dalam
memilih dan menentukan
prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan
pemanfaatannya.9
8
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010), hlm. 8
Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemi k iran Hermeneutik Fazlur
Rahman, (Se ma rang: Walis ongo Press , 2008), hlm. 151
9
6
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai James,
(Bandung, PT. Remaja Rosda Jarya, 1990)
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya, Bina Ilmu,
1991)
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993.
Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemi k iran Hermeneutik
Fazlur Rahman, (Se ma rang: Walis ongo Press , 2008)
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Mohammad, Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Ja karta : Bu mi Aks ara, 2010)
UUD 1945 No.20 tahun 2003.
7