Laporan Praktikum 1 FIX INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2
ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
DISUSUN OLEH :
SHIFT/KELOMPOK : 1/2
NAMA :
1. Nur Arief Darmawan
(11/311759/KU/14260)
2. Anna Maria Ariesta P
(11/311775/KU/14267)
3. Anisa Luthfia R
(11/311785/KU/14269)
4. Risma Saski Rahmita
(11/311790/KU/14272)
5. Afiatin Yaqutut M
(11/311923/KU/14294)
6. Nida An Chovia
(11/311937/KU/14295)
HARI/TANGGAL
:
Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)
INSTRUKTUR
:
Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, Dietisien
ASISTEN
:
Cita, Nadia
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAGIAN I. PENDAHULUAN
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Sex
Pekerjaan
Pendidikan
: Ny. SS
: 60 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: SD
Agama
: Islam
No RM : 01-28-97-56
Ruang
: Bougenvil 4, Km 12
Tgl Masuk : 30 Januari 2012
Tgl Kasus : 31 Januari 2012
Alamat
: Banteng, Sinduharjo, Sleman YK
Diagnosis medis : DM 2 NO dengan hiperglikemia,
Ulkus Digiti I Pedis grade II,
HT st II, AKI std Inj.
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Luka di ibu jari kaki kanan sejak 2 MSMRS (kiriman Puskesmas
Keluhan Utama
Ngaglik I dengan HT, ulkus, DM, hiperglikemia). Os juga mengeluh
mata kabur sejak 1 tahun yang lalu
1 BSMRS Os mengeluh kedua kaki bengkak, tidak luka dan tidak
nyeri, serta tidak ada demam, namun Os belum periksa.
2 MSMRS Os mengeluh timbul luka dan bengkak di ibu jari
Riwayat
kanan, nyeri. Os demam, tidak ada riwayat trauma, tidak ada
Penyakit
mual dan tidak lemas, namun Os belum juga periksa luka
Sekarang
pecah & berair.
HMRS keluhan menetap, Os periksa ke Puskesmas, dilakukan
rawat luka, tidak ada nanah ataupun darah. Kemudian dilakukan
Riwayat
Penyakit
Dahulu
Riwayat
Penyakit
Keluarga
pemeriksaan gula darah, GD = 600 mg/dl, Os dirujuk ke RSS.
Hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, tekanan darah 160an.
Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu jarang control rutin.
Riwayat tinggi kolesterol, namun tidak ada terapi.
Riwayat operasi di kaki.
Ibu : DM
Saudara Os : DM, asam urat, hipertensi
Page |2
3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Penghasilan : sosio ekonomi menengah ke bawah
Data sosio-ekonomi
Jumlah anggota keluarga : 4 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik
Jumlah jam kerja : Jenis olahraga : -
Jumlah jam tidur sehari : 9 jam
Frekuensi : -
Alergi makanan
Makanan : Jenis diet khusus :
Yang Menganjurkan : -
Penyebab : Alasan :
Masalah
gastrointestinal
Nyeri ulu hati (-), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Konstipasi (+),
Anoreksia (+), Perubahan pengecapan/penciuman (-)
Penyakit kronik
Jenis penyakit : HT, DM
Modifikasi diet : Jenis & lama pengobatan : DM dg obat, namun tidak terkontrol
Kesehatan mulut
Sulit menelan (-), Stomatitis (-), Gigi lengkap (-)
Pengobatan
Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
badan
Bertambah/berkurang: berkurang
Disengaja/tidak : tidak disengaja
Mempersiapkan
makanan
Fasilitas memasak : kompor, dimasak oleh anak Os
Fasilitas menyimpan makanan : meja, almari makan
Riwayat / pola
makan
Makanan pokok 2-3x/hari dan selingan 2x/hari
Makanan pokok :
Nasi @10 sdm 2-3x/hari
Nasi jagung @100 g 3x/minggu
Kentang @1 biji 2-3x/bulan
Lauk Hewani : Sering diolah dg digoreng dan dibalado
Telur @1 butir 3-4x/minggu
Ikan pindang @½ potong 1x/bulan
Daging jarang
Lauk Nabati : Tempe seringnya dibacem/digoreng garit
Tempe @1 potong 5-6x/minggu
Tahu @1 potong 3-4x/minggu
Sayur: Sawi, kol, rebung, kacang panjang 2-3x/minggu
tergantung yang dimasakkan anak Os
Buah : Pepaya @1 potong 2-4x/bulan;
Pisang @2 buah 1-3x/minggu
Minuman : Air putih, air teh tawar, tidak mengkonsumsi susu
karena tidak diperbolehkan
Os juga tidak mengkonsumsi terong, bayam dan rebung karena
anjuran dari orang-orang sekitar.
Lamanya:
Kesimpulan:
Page |3
-
Pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan utama luka di ibu jari kaki kanan tanpa nanah/darah sejak 2 MSMRS,
pandangan mata kabur sejak 1 tahun lalu dan hasil pemeriksaan gula darah tinggi.
Pasien terdiagnosis medis DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade
II, HT st II, AKI stadium lanjut; memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 8 tahun lalu,
kolesterol tinggi, operasi di kaki serta anggota keluarga DM, asam urat, hipertensi.
Pada pasien diabetes mellitus, luka yang tak kunjung sembuh merupakan ciri
khas. Pertanda yang lain yakni neuropati perifer dimana hilangnya sensasi distal ke
kaki bagian bawah dan menyebabkan cedera muskuloskeletal atau infeksi kulit.
Pasien dengan neuropati perifer dianjurkan berolahraga seperti bersepeda atau
berenang. Alas kaki yang tepat seperti gel dan pemeriksaan harian kaki diperlukan
apabila melakukan kegiatan menahan beban untuk mendeteksi lesi kaki yang dapat
menyebabkan infeksi serius (Feinglos, 2008). DM tipe 2 bukanlah penyakit yang
diturunkan namun pada pasien ini ada riwayat orangtua DM. DM tipe 2 menunjukkan
agregasi familial yang jelas yakni faktor risiko meningkat 2-6x dibandingkan dengan
mereka yang tidak ada riwayat keluarga diabetes (Holt, 2010).
B. ANTROPOMETRI
Ulna
24 cm
LLA
30 cm
Kesimpulan:
Status gizi menggunakan LLA/U = (30:28,5)x 100% = 105,26% NORMAL (90-110%)
Mengukur tinggi badan menggunakan panjang ulna:
Menurut Gauld et al (2004)1
Untuk wanita, estimasi tinggi badan
= 4.459U + 1.315A - 31.485
= 107.016 + 78.9 - 31.485 = 154 cm
Dari perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh estimasi Berat Badan Ideal (BBI)
pasien yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Estimasi BBI
= 90% (TB-100)
= 90% (154-100)
= 90% (54)
= 48.6 kg
Berdasarkan perhitungan antropometri di atas, pasien ibu rumah tangga berusia 60
tahun dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Page |4
Pemeriksaan urin/
darah
Alb
Protein total
SGPT
SGOT
BUN
Creatinin
Asam urat
GDS
Na
K
Cl
GDP
GD 2JPP
Cholesterol total
HDL
TG
LDL
Satuan/Nilai Normal
Awal Masuk RS
Ket
3,1 – 5,0 g/dl
6,4 – 8,2 g/dl
8 – 35 U/L
15 – 37 U/L
7 – 20 mg/dl
0,6 – 1,3 mg/dl
2,6 – 7,2 mg/dl
74 – 106 mg/dl
136 – 145 mmol/L
3,5 – 5,1 mmol/L
98 – 107 mmo/L
15:1. (Mahan, 2008).
Adipositas dan durasi yang lebih lama dari obesitas merupakan faktor risiko yang
kuat untuk diabetes tipe 2, dan bahkan kehilangan berat kecil berhubungan dengan
perubahan kadar glukosa ke normal pada orang dengan pra-diabetes. Pengujian atau
skrining untuk diabetes harus dipertimbangkan dalam semua individu pada usia 45
tahun ke atas, terutama pada mereka dengan indeks massa tubuh (BMI) dari 25 kg/m2
atau lebih dan, jika normal, harus diulang pada interval 3 tahun (ADA, 2006b). Pengujian
harus dipertimbangkan pada usia lebih muda atau dilakukan lebih sering pada orang
yang kelebihan berat badan (BMI (> 25 kg/m2) dan memiliki faktor risiko tambahan,
seperti hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) dan high-density lipoprotein (HDL)
cholesterol level 250 mg/dl (Mahan, 2008).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : KU sedang, CM
2. Vital Sign :
Tekanan darah
Respirasi
Nadi
Suhu
Nilai Normal
120/80 mmHg
15-20x/menit
70-80x/menit
160/80 mmHg
20x/menit
100x/menit
Febris
Tinggi
Normal
Tinggi
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll :
Kepala : CA (-), SI (-)
Leher : JVP, ST 2
Ext edem : -
Akral hangat
Kesimpulan:
Dari pemeriksaan klinis, pasien ini compos mentis (sadar) dengan kesan umum
sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg tergolong
tinggi (hipertensi) dibandingkan nilai normalnya 120/80 mmHg, respirasi sebanyak
20x/menit tergolong normal dengan nilai normalnya 15-20, nadi 100x/menit tergolong
tinggi (takikardia) bila dibandingkan dengan nilai normalnya 70-80x/menit menurut Rolfes,
et al (2009) dan 60-100x/menit menurut Purba (2013). Suhu tubuh pasien febris.
Page |6
Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya di atas 37,8°C (suhu oral
atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L. Wong, 2003 dalam Anonim, 2010) (Rolfes, et al,
2009).
Sedangkan untuk pemeriksaan fisik, untuk kepala CA (Conjunctiva Anemic) negatif
dan SI (Sclera Icterik) juga negatif. Conjunctiva anemic negatif menandakan bahwa
pasien tidak mengalami anemia. Conjunctiva anemic merupakan penanda adanya
anemia (Novrial, 2013). Sklera ikterik negatif menandakan pasien tidak mengalami
gangguan hati. Sklera ikterik merupakan tanda awal gangguan hati dengan adanya
perubahan kadar bilirubin dalam darah meningkat, berkisar 2-2,5 mg/dl (34-43 µmol/L)
sehingga memberi warna kuning pada sklera mata (Irwana, 2009) Pada pemeriksaan
leher, dilakukan pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure). Jugular Venous Pressure
adalah pengukuran klinik dari tekanan vena pusat. Pengukuran JVP biasanya dilakukan
di leher sebelah kanan. Rata-rata JVP normal, jarak vertikal di atas midpoint dari atrium
kanan adalah 6-8 cmH2O. Deviasi dari angka normal ini menandakan hipovolemik (jika
rata-rata tekanan vena kurang dari 5 cmH2O) atau merusak/mengganggu pengisian
jantung (jika rata-rata tekanan vena lebih dari 9 cmH20) (Applefeld, 1990).
ST
(Sinus
Tachichardia)
merupakan
peningkatan
denyut
jantung,
yaitu
100-150x/menit (Mutraqin, 2011).
Selain pemeriksaan kepala dan leher, tidak ditemukan adanya edema pada
ekstremitas. Akral hangat dapat diartikan bahwa pasien tidak mengalami syok. Penanda
syok bila akral terasa dingin (Depkes, 2003).
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah
Tanggal : 30 januari 2012
Implementasi
Asupan oral
Kebutuhan
% Asupan / kebutuhan
(AKG, 2004)
Energi
Protein
Lemak
KH
(kcal)
741
1750
42,34
(g)
27,1
50
54,2
(g)
26,9
48,6
55,35
(g)
97,3
278,13
34,98
PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 1750 kkal
b. Kebutuhan protein
Kebutuhan protein wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 50 g = 200 kkal
Page |7
c. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak = 25% total energi
= 25% x 1750 kkal
= 437,5 kkal
= 48,6 g
d. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak
= 1750 – 200 – 437,5 = 1112,5 kkal = 278,13 gram
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui
bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito,
1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35% ; karbohidrat 34,98.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : STC, HR IIIx/menit, DMI Inferior, Poor R wave progresion, PD OMI anteroseptal
Kesimpulan:
Pemeriksaan EKG merupakan metode non-invasive untuk mendeteksi dan
memonitor myocardial ischemia.
DMI (Diaphragmatic Myocardial Infarction) terjadi pada jantung are inferior.
PD (Parkinson Disease) adalah penyebab utama dari parkinsonism. Parkinsonism
adalah sindrome klinik yang merupakan kombinasi dari masalah motorik, seperti
bradykinesia, resting tremor, kaku, flexed posture, freezing, dan kehilangan refleks
tubuh (Fahn, 2003)
Anteroseptal menunjukkan daerah/bagian jantung yang mengalami iskemik, anto
artinya bagian anterior/depan jantung dan septal adalah bagian septum/dinding
pemisah dalam jantung. Maka OMI anteroseptal menunjukkan adanya Old Myocard
Infarction pada daerah anteroseptal (Dharma, 2010)
Irama takikardia dapat mengurangi curah jantung dengan memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan volume sekuncup. Karena curah berkutang, tekanan arterial
perfusi perifer berkurang. Di samping itu, takikardia juga dapat mengurangi lama
diastolik, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar dan dengan demikian
mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.
STC (Sinus Tachichardia) merupakan peningkatan denyut jantung yang dapat
disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, CHF, nyeri,
keadaan
hipermetabolisme,
kecemasan,
simpatomimetika
atau
pengobatan
Page |8
parasimpatetik. Ciri-ciri ST adalah HR 100-150x/menit, P-wave normal, setiap
gelombang P diikuti QRS & T, PR normal (0,12-0,20), gelombang QRS normal (0,060,12), irama reguler dan semua gelombang sama (Muttaqin, 2011).
Poor R wave progression merupakan bagian dari pemeriksaan EKG yang berkaitan
dengan kondisi jantung seseorang. Normal R-wave progression adalah bila tinggi Rwave pada V3>2mm. Jika tinggi R-wave pada V1-V4 sangat kecil, dapat dinamakan poor
R-wave progression. Poor R-wave progression memiliki ciri-ciri R-wave kurang dari 2-4
mm pada leads V3 atau V4 dan/tidak R di V4 2 cm atau infeksi yang melibatkan struktur subkutan, ada tandatanda sistemik dari respon inflamasi
4= Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, pergeseran
ketidakstabilan metabolik kiri, hipotensi, azotemia
d) Gangguan sensasi
1 = tidak ada
2 = ada (Waspadji, 2006)
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah
ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut trias yaitu: iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol
dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan
induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering
P a g e | 22
dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma
yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).
C. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko klasik untuk penyakit kardiovaskular, dan merupakan
hasil dari pengurangan fleksibilitas pembuluh darah sehingga menyempit serta
peningkatan resistensi aliran darah. Hal ini menyebabkan timbulnya luka dan disfungsi
pada endotel di mana akan berpotensi berkembangnya kea rah aterosklerosis dan
peningkatan risiko CHD dan stroke (Arnoldi,2004).
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-7 2003 adalah sebagai berikut (Muttaqin,2009):
1. Tekanan darah normal: tekanan sistolik < 120mmHg dan tekanan diastolik <
80mmHg.
2. Pre-Hipertensi: Tekanan sistolik120-139 mmHg dan/atau Tekanan diastolik 8090mmHg.
3. Hipertensi: Stadium I : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/ atau tekanan diastolik
90-99mmHg dan Stadium II: Tekanan sistolik > 160 mmHg dan/ atau Tekanan
diastolik > 100 mmHg.
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya
viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi
defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg
dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan
berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit
yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang
akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006 dan Waspadji, 2006).
D. Acute Kidney Injury (AKI)
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA,
acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang
dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens (Lameire,2006 dalam
Sinto,2010).
Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal
untuk
mengekskresi
sisa
metabolisme
nitrogen,
dengan/
tanpa
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Brady,2005 dalam Sinto,2010). Penurunan tersebut
dapat terjadi pada ginjal yang fungsi dasarnya normal (AKI “klasik”) atau tidak normal
(acute on chronic kidney disease). Dahulu, hal di atas disebut sebagai gagal ginjal akut
P a g e | 23
dan tidak ada definisi operasional yang seragam, sehingga parameter dan batas
parameter gagal ginjal akut yang digunakan berbeda-beda pada berbagai kepustakaan.
Hal itu menyebabkan permasalahan antara lain kesulitan membandingkan hasil
penelitian untuk kepentingan meta-analisis, penurunan sensitivitas kriteria untuk
membuat diagnosis dini dan spesifisitas kriteria untuk menilai tahap penyakit yang
diharapkan dapat menggambarkan prognosis pasien (Mehta,2003 dan Mehta,2007
dalam Sinto,2010). Atas dasar hal tersebut, Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) yang
beranggotakan para nefrolog dan intensives di Amerika pada tahun 2002 sepakat
mengganti istilah ARF menjadi AKI. Penggantian istilah renal menjadi kidney
diharapkan dapat membantu pemahaman masyarakat awam, sedangkan penggantian
istilah failure menjadi injury dianggap lebih tepat menggambarkan patologi gangguan
ginjal. Kriteria yang melengkapi definisi AKI menyangkut beberapa hal antara lain (1)
kriteria diagnosis harus mencakup semua tahap penyakit; (2) sedikit saja perbedaan
kadar kreatinin (Cr) serum ternyata mempengaruhi prognosis penderita; (3) kriteria
diagnosis mengakomodasi penggunaan penanda yang sensitif yaitu penurunan urine
output (UO) yang seringkali mendahului peningkatan Cr serum; (4) penetapan
gangguan ginjal berdasarkan kadar Cr serum, UO dan LFG mengingat belum adanya
penanda biologis (biomarker) penurunan fungsi ginjal yang mudah dan dapat dilakukan
di mana saja. ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi AKI dengan kriteria RIFLE yang
terdiri dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG
atau kriteria UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori
yang menggambarkan prognosis gangguan ginjal, seperti yang terlihat pada tabel 1
(Mehta,2003 dan Roesli,2007 dalam Sinto,2010)
P a g e | 24
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
Berdasarkan perhitungan antropometri bahwa pasien dengan
panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
2.
Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa
pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah.
Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol
total, dan LDL tergolong tinggi.
3.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
fisik
klinis
pasien
menunjukkan dalam keadaan compos mentis (sadar) dengan kesan umum
sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg
tergolong tinggi (hipertensi), nadi 100x/menit tergolong tinggi (takikardia) dan
suhu tubuh pasien febris/demam. Adanya luka di ibu jari kaki kanan dan tak
kunjung sembuh merupakan ciri khas dari diabetes mellitus tipe 2.
4.
Berdasarkan hasil recall 24 jam dan jika dibandingkan dengan
asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan
masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%;
lemak 55,35%; karbohidrat 34,98.
5.
B. SARAN
1. Untuk Pasien
Memotivasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga
pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.
2. Untuk Keluarga Pasien
Sebaiknya pihak keluarga khususnya anak pasien senantiasa memotivasi dan
mengawasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga
pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.
P a g e | 25
DAFTAR PUSTAKA
AND. 2013. Nutrition Diagnosis. Academy of Nutrition and Dietetics. United States of
America
Anonim. 2010. Demam. Diakses dari digilib.unimus.ac.id pada 20 April 2014
Anonim. 2013. Pemasangan Infus. Surabaya : Universitas Soedirman
Anonyma. 2014. Aspilet. Diakses dari http://www.health.detik.com pada 19 April 2014
Anonymb. 2014. Aspilets. Diakses dari http ://www.dechacare.com pada 19 April 2014
Anonymc. 2014. Metronidazole for Infection. Diakses dari http://www.patient.uk pada 19 April
2014
Applefeld, Mark M. 1990. Chapter 19 The Jugular Venous Pressure and Pulse Contour.
Diakses dari http://www.ncbi.nlm.gov pada 20 April 2014
Arnoldi,A.2004. Functional Foods,Cardiovascular Diseas,and Diabetes.England: Woodhead
Publishing Limited
Boedisantoso, R. Imam Subekti. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Depkes. 2003. Tata laksana DBD. Diakses dari http://www. depkes.go.id pada 20 April 2014
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI
Dharma, Surya. 2010. Tanya Iskemik Anteroseptal. Diakses dari http://www.pjnhk.go.id pada
21 April 2014
Epstein EJ, Osman JL, et al. 2013. Use of The Estimated Glucose Disposal Rate as A
Measure of Insulin Resistance in An Urban Multiethnic Population with Type 1
Diabetes. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23596179 pada 18 April
2014.
Fahn, Stanley. 2003. Description of Parkinson’s Disease as a Clinical Syndrome. New York :
Departmen of Neurology, University of Columbia
Feinglos NM, Bethel MA. 2008. Type 2 Diabetes Mellitus: An Evidence-Based Approach to
Practical Management. USA: Humana Press.
Gauld LM, Kappers J, Carlin JB, Robertson CF. Height Prediction from Ulna Length. Dev
Med Child Neurol. 46, 2004:475.
Holt IGR, Cockram C, et al. 2010. Textbook of Diabetes: 4th Edition. USA: Wiley- Blackwell
Publishing Ltd.
Home, Philip. 2002.
Product Monograph Noovorapid (Insulin Aspart). Oxford :
Watermeadow Medical
Irwana, Olva. 2009. Ikterus. Riau : Universitas Riau
P a g e | 26
Jerry. 2011. Drug Related Problems pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik di Ruang
Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi.
MacKenzie, Ross. 2005. Poor R-Wave Progression. Journal of Insurance Medicine
2005;37:58-62
Mahan, L Kathleen.,Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy.
Philadelphia: Saunders Elsevier
Mason JB, Musgrove P, & Habicht JP. 2003. At Least One-Third of Poor Countries Burden
is due to Malnutrition. Disease Control Priorities Project.
McCabe, Beverly J., et al. 2003. Handbook of Food-Drug Interactions. Washington D.C.:
CRC Press
Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif.2009.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular.Jakarta: Penerbit Salemba Medika
P.B. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Penerbit PERKENI.
Pfizer. 2012. Sodium Chloride Injection and Intravenous Infusion. New Zealand : Pfizer Pty
Limited
Purba, Bernhard Arianto. 2013. Fisiologi Kardiovaskuler. Jambi : Universitas Jambi
Rimbawan, Siagian A. Karbohidrat: indeks glikemik pangan: cara mudah memilih pangan
yang menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004:25-40.
Rolfes, Sharon Rady, et al. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition Eight Edition.
USA : Wadsworth Cengage Learning
Sihaloho,E.2013. Diabetes Mellitus Tipe II Gula Darah Tak Terkontrol dengan Ulkus Pedis
Dextra Digiti III dan Prehipertensi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung (Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013)
Sinto, Robert dan Nainggolan, Ginova.2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan
Tata Laksana.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010)
Tambunan, Monalisa & Gultom, Yunizar. 2009. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran
UKPAR. 2009. Valsartan. United Kingdom : MHRA
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3, Edisi 4. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
P a g e | 27
LAMPIRAN
HASIL PERHITUNGAN NUTRISURVEY REKOMENDASI DIET
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
BREAKFAST
nasi putih
ikan tengiri
kacang panjang mentah
toge kacang kedele mentah
minyak kelapa sawit
Drinking water
100 g
50 g
50 g
25 g
5g
400 g
130.0 kcal
56.0 kcal
17.4 kcal
30.5 kcal
43.1 kcal
0.0 kcal
28.6
0.0
4.0
2.4
0.0
0.0
g
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 277.1 kcal (17 %), carbohydrate 35.0 g (13 %)
1. BREAK
apel
Drinking water
80 g
200 g
47.2 kcal
0.0 kcal
12.2 g
0.0 g
Meal analysis: energy 47.2 kcal (3 %), carbohydrate 12.2 g (5 %)
LUNCH
nasi putih
sawi hijau
Carrot fresh
minyak kelapa sawit
tempe goreng
Drinking water
150 g
25 g
50 g
5g
50 g
400 g
195.0 kcal
3.8 kcal
12.9 kcal
43.1 kcal
177.0 kcal
0.0 kcal
42.9
0.5
2.4
0.0
7.7
0.0
g
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 431.8 kcal (26 %), carbohydrate 53.5 g (20 %)
2. BREAK
pisang kepok
ubi jalar kuning
Drinking water
50 g
135 g
400 g
58.0 kcal
137.8 kcal
0.0 kcal
15.6 g
32.8 g
0.0 g
Meal analysis: energy 195.7 kcal (12 %), carbohydrate 48.4 g (18 %)
DINNER
nasi putih
labu siam mentah
buncis mentah
tahu
minyak kelapa sawit
Drinking water
150 g
50 g
50 g
100 g
5g
400 g
195.0 kcal
10.0 kcal
17.4 kcal
76.0 kcal
43.1 kcal
0.0 kcal
42.9
2.2
4.0
1.9
0.0
0.0
g
g
g
g
g
g
P a g e | 28
Meal analysis: energy 341.6 kcal (21 %), carbohydrate 50.9 g (19 %)
IN BETWEEN
biscuit
pepaya
jeruk nipis
gula pasir
Drinking water
50 g
100 g
33 g
10 g
200 g
253.5 kcal
39.0 kcal
9.5 kcal
38.7 kcal
0.0 kcal
39.0
9.8
3.1
10.0
0.0
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 340.7 kcal (21 %), carbohydrate 61.9 g (24 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
___________________________________________________________________________
energy
1634.1 kcal
1950.4 kcal
84 %
water
2044.2 g
2250.0 g
91 %
protein
53.2 g(13%)
57.6 g(12 %)
92 %
fat
47.0 g(25%)
66.2 g(< 30 %)
71 %
carbohydr.
261.8 g(63%)
278.4 g(> 55 %)
94 %
dietary fiber
18.1 g
30.0 g
60 %
alcohol
0.0 g
PUFA
13.1 g
10.0 g
131 %
cholesterol
29.0 mg
Vit. A
2209.3 µg
800.0 µg
276 %
carotene
3.9 mg
Vit. E (eq.)
13.2 mg
12.0 mg
110 %
Vit. B1
0.8 mg
1.0 mg
75 %
Vit. B2
0.7 mg
1.2 mg
59 %
Vit. B6
1.4 mg
1.2 mg
113 %
tot. fol.acid
253.1 µg
400.0 µg
63 %
Vit. C
136.2 mg
100.0 mg
136 %
sodium
160.2 mg
2000.0 mg
8%
potassium
2559.6 mg
3500.0 mg
73 %
calcium
560.8 mg
1000.0 mg
56 %
magnesium
401.3 mg
300.0 mg
134 %
phosphorus
775.9 mg
700.0 mg
111 %
iron
13.6 mg
10.0 mg
136 %
zinc
8.0 mg
7.0 mg
115 %
P a g e | 29
BON BELANJA PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2
ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
Shift/Kelompok
: 1/2
Tanggal/Waktu Praktikum
: Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)
Nama
Bahan Makanan
Masakan
Jumlah
Harga (Rp)
Pepes ikan
Ikan tenggiri
1 potong sedang
Rp 15000, 00
Tumis
Kacang panjang
¼ ikat
Rp 1500, 00
Tauge
¼ ons
Rp 500, 00
Sawi hiaju
Wortel
1 ikat
1 biji
Rp 3000, 00
Rp 1000, 00
Tempe
1 bungkus sedang
Rp 1000, 00
Pisang kepok
1 buah
Rp 1000, 00
Ubi jalar kuning
Labu siam
Buncis
Tahu
Biskuit Marie
Pepaya potong
Jeruk
Beras
Minyak goreng
1 biji
1 biji
¼ ons
1 potong besar
1 bungkus sedang
1 potong sedang
1 buah
¼ ons
1 bungkus kecil
Rp 3000, 00
Rp 1000, 00
Rp 1500, 00
Rp 2000, 00
Rp 4500, 00
Rp 1000, 00
Rp 1000, 00
Rp 10000, 00
Rp 9000
Gula
secukupnya
-
Garam
secukupnya
-
Bawang putih
5 biji
Rp 1000, 00
Bawang merah
5 biji
Rp 1000, 00
Bumbu dapur:
1 biji
Rp 3000, 00
Daun salam
1 biji
Daun serai
1 ruas
Kunyit
1 biji
Jahe
1 biji
kacang
panjang
Tumis sawi
Tempe
goring
Pisang
rebus
Ubi rebus
Tumis
Jipang
Tahu goreng
Biskuit
Pepaya
Jeruk hangat
Nasi putih
Lain-lain
Kemiri
Tomat
Daun kemangi
1 biji
1 biji
Rp 500, 00
1 ikat kecil
Rp 500, 00
P a g e | 30
Daun pisang
1 biji
Rp 3000, 00
Cabe merah
10 biji
Rp 5000, 00
Cabe hijau
10 biji
Rp 5000, 00
P a g e | 31
ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
DISUSUN OLEH :
SHIFT/KELOMPOK : 1/2
NAMA :
1. Nur Arief Darmawan
(11/311759/KU/14260)
2. Anna Maria Ariesta P
(11/311775/KU/14267)
3. Anisa Luthfia R
(11/311785/KU/14269)
4. Risma Saski Rahmita
(11/311790/KU/14272)
5. Afiatin Yaqutut M
(11/311923/KU/14294)
6. Nida An Chovia
(11/311937/KU/14295)
HARI/TANGGAL
:
Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)
INSTRUKTUR
:
Aviria Ermamilia, S.Gz, M.Gizi, Dietisien
ASISTEN
:
Cita, Nadia
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAGIAN I. PENDAHULUAN
1. ASSESMEN GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Sex
Pekerjaan
Pendidikan
: Ny. SS
: 60 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: SD
Agama
: Islam
No RM : 01-28-97-56
Ruang
: Bougenvil 4, Km 12
Tgl Masuk : 30 Januari 2012
Tgl Kasus : 31 Januari 2012
Alamat
: Banteng, Sinduharjo, Sleman YK
Diagnosis medis : DM 2 NO dengan hiperglikemia,
Ulkus Digiti I Pedis grade II,
HT st II, AKI std Inj.
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Luka di ibu jari kaki kanan sejak 2 MSMRS (kiriman Puskesmas
Keluhan Utama
Ngaglik I dengan HT, ulkus, DM, hiperglikemia). Os juga mengeluh
mata kabur sejak 1 tahun yang lalu
1 BSMRS Os mengeluh kedua kaki bengkak, tidak luka dan tidak
nyeri, serta tidak ada demam, namun Os belum periksa.
2 MSMRS Os mengeluh timbul luka dan bengkak di ibu jari
Riwayat
kanan, nyeri. Os demam, tidak ada riwayat trauma, tidak ada
Penyakit
mual dan tidak lemas, namun Os belum juga periksa luka
Sekarang
pecah & berair.
HMRS keluhan menetap, Os periksa ke Puskesmas, dilakukan
rawat luka, tidak ada nanah ataupun darah. Kemudian dilakukan
Riwayat
Penyakit
Dahulu
Riwayat
Penyakit
Keluarga
pemeriksaan gula darah, GD = 600 mg/dl, Os dirujuk ke RSS.
Hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, tekanan darah 160an.
Riwayat DM sejak 8 tahun yang lalu jarang control rutin.
Riwayat tinggi kolesterol, namun tidak ada terapi.
Riwayat operasi di kaki.
Ibu : DM
Saudara Os : DM, asam urat, hipertensi
Page |2
3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Penghasilan : sosio ekonomi menengah ke bawah
Data sosio-ekonomi
Jumlah anggota keluarga : 4 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik
Jumlah jam kerja : Jenis olahraga : -
Jumlah jam tidur sehari : 9 jam
Frekuensi : -
Alergi makanan
Makanan : Jenis diet khusus :
Yang Menganjurkan : -
Penyebab : Alasan :
Masalah
gastrointestinal
Nyeri ulu hati (-), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Konstipasi (+),
Anoreksia (+), Perubahan pengecapan/penciuman (-)
Penyakit kronik
Jenis penyakit : HT, DM
Modifikasi diet : Jenis & lama pengobatan : DM dg obat, namun tidak terkontrol
Kesehatan mulut
Sulit menelan (-), Stomatitis (-), Gigi lengkap (-)
Pengobatan
Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Frekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
badan
Bertambah/berkurang: berkurang
Disengaja/tidak : tidak disengaja
Mempersiapkan
makanan
Fasilitas memasak : kompor, dimasak oleh anak Os
Fasilitas menyimpan makanan : meja, almari makan
Riwayat / pola
makan
Makanan pokok 2-3x/hari dan selingan 2x/hari
Makanan pokok :
Nasi @10 sdm 2-3x/hari
Nasi jagung @100 g 3x/minggu
Kentang @1 biji 2-3x/bulan
Lauk Hewani : Sering diolah dg digoreng dan dibalado
Telur @1 butir 3-4x/minggu
Ikan pindang @½ potong 1x/bulan
Daging jarang
Lauk Nabati : Tempe seringnya dibacem/digoreng garit
Tempe @1 potong 5-6x/minggu
Tahu @1 potong 3-4x/minggu
Sayur: Sawi, kol, rebung, kacang panjang 2-3x/minggu
tergantung yang dimasakkan anak Os
Buah : Pepaya @1 potong 2-4x/bulan;
Pisang @2 buah 1-3x/minggu
Minuman : Air putih, air teh tawar, tidak mengkonsumsi susu
karena tidak diperbolehkan
Os juga tidak mengkonsumsi terong, bayam dan rebung karena
anjuran dari orang-orang sekitar.
Lamanya:
Kesimpulan:
Page |3
-
Pasien ibu rumah tangga berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan utama luka di ibu jari kaki kanan tanpa nanah/darah sejak 2 MSMRS,
pandangan mata kabur sejak 1 tahun lalu dan hasil pemeriksaan gula darah tinggi.
Pasien terdiagnosis medis DM 2 NO dengan hiperglikemia, Ulkus Digiti I Pedis grade
II, HT st II, AKI stadium lanjut; memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 8 tahun lalu,
kolesterol tinggi, operasi di kaki serta anggota keluarga DM, asam urat, hipertensi.
Pada pasien diabetes mellitus, luka yang tak kunjung sembuh merupakan ciri
khas. Pertanda yang lain yakni neuropati perifer dimana hilangnya sensasi distal ke
kaki bagian bawah dan menyebabkan cedera muskuloskeletal atau infeksi kulit.
Pasien dengan neuropati perifer dianjurkan berolahraga seperti bersepeda atau
berenang. Alas kaki yang tepat seperti gel dan pemeriksaan harian kaki diperlukan
apabila melakukan kegiatan menahan beban untuk mendeteksi lesi kaki yang dapat
menyebabkan infeksi serius (Feinglos, 2008). DM tipe 2 bukanlah penyakit yang
diturunkan namun pada pasien ini ada riwayat orangtua DM. DM tipe 2 menunjukkan
agregasi familial yang jelas yakni faktor risiko meningkat 2-6x dibandingkan dengan
mereka yang tidak ada riwayat keluarga diabetes (Holt, 2010).
B. ANTROPOMETRI
Ulna
24 cm
LLA
30 cm
Kesimpulan:
Status gizi menggunakan LLA/U = (30:28,5)x 100% = 105,26% NORMAL (90-110%)
Mengukur tinggi badan menggunakan panjang ulna:
Menurut Gauld et al (2004)1
Untuk wanita, estimasi tinggi badan
= 4.459U + 1.315A - 31.485
= 107.016 + 78.9 - 31.485 = 154 cm
Dari perhitungan tersebut, maka dapat diperoleh estimasi Berat Badan Ideal (BBI)
pasien yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Estimasi BBI
= 90% (TB-100)
= 90% (154-100)
= 90% (54)
= 48.6 kg
Berdasarkan perhitungan antropometri di atas, pasien ibu rumah tangga berusia 60
tahun dengan panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Page |4
Pemeriksaan urin/
darah
Alb
Protein total
SGPT
SGOT
BUN
Creatinin
Asam urat
GDS
Na
K
Cl
GDP
GD 2JPP
Cholesterol total
HDL
TG
LDL
Satuan/Nilai Normal
Awal Masuk RS
Ket
3,1 – 5,0 g/dl
6,4 – 8,2 g/dl
8 – 35 U/L
15 – 37 U/L
7 – 20 mg/dl
0,6 – 1,3 mg/dl
2,6 – 7,2 mg/dl
74 – 106 mg/dl
136 – 145 mmol/L
3,5 – 5,1 mmol/L
98 – 107 mmo/L
15:1. (Mahan, 2008).
Adipositas dan durasi yang lebih lama dari obesitas merupakan faktor risiko yang
kuat untuk diabetes tipe 2, dan bahkan kehilangan berat kecil berhubungan dengan
perubahan kadar glukosa ke normal pada orang dengan pra-diabetes. Pengujian atau
skrining untuk diabetes harus dipertimbangkan dalam semua individu pada usia 45
tahun ke atas, terutama pada mereka dengan indeks massa tubuh (BMI) dari 25 kg/m2
atau lebih dan, jika normal, harus diulang pada interval 3 tahun (ADA, 2006b). Pengujian
harus dipertimbangkan pada usia lebih muda atau dilakukan lebih sering pada orang
yang kelebihan berat badan (BMI (> 25 kg/m2) dan memiliki faktor risiko tambahan,
seperti hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) dan high-density lipoprotein (HDL)
cholesterol level 250 mg/dl (Mahan, 2008).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK
1. Kesan Umum : KU sedang, CM
2. Vital Sign :
Tekanan darah
Respirasi
Nadi
Suhu
Nilai Normal
120/80 mmHg
15-20x/menit
70-80x/menit
160/80 mmHg
20x/menit
100x/menit
Febris
Tinggi
Normal
Tinggi
3. Kepala/ abdomen/extremitas dll :
Kepala : CA (-), SI (-)
Leher : JVP, ST 2
Ext edem : -
Akral hangat
Kesimpulan:
Dari pemeriksaan klinis, pasien ini compos mentis (sadar) dengan kesan umum
sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg tergolong
tinggi (hipertensi) dibandingkan nilai normalnya 120/80 mmHg, respirasi sebanyak
20x/menit tergolong normal dengan nilai normalnya 15-20, nadi 100x/menit tergolong
tinggi (takikardia) bila dibandingkan dengan nilai normalnya 70-80x/menit menurut Rolfes,
et al (2009) dan 60-100x/menit menurut Purba (2013). Suhu tubuh pasien febris.
Page |6
Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya di atas 37,8°C (suhu oral
atau aksila) atau suhu rektal. (Donna L. Wong, 2003 dalam Anonim, 2010) (Rolfes, et al,
2009).
Sedangkan untuk pemeriksaan fisik, untuk kepala CA (Conjunctiva Anemic) negatif
dan SI (Sclera Icterik) juga negatif. Conjunctiva anemic negatif menandakan bahwa
pasien tidak mengalami anemia. Conjunctiva anemic merupakan penanda adanya
anemia (Novrial, 2013). Sklera ikterik negatif menandakan pasien tidak mengalami
gangguan hati. Sklera ikterik merupakan tanda awal gangguan hati dengan adanya
perubahan kadar bilirubin dalam darah meningkat, berkisar 2-2,5 mg/dl (34-43 µmol/L)
sehingga memberi warna kuning pada sklera mata (Irwana, 2009) Pada pemeriksaan
leher, dilakukan pemeriksaan JVP (Jugular Venous Pressure). Jugular Venous Pressure
adalah pengukuran klinik dari tekanan vena pusat. Pengukuran JVP biasanya dilakukan
di leher sebelah kanan. Rata-rata JVP normal, jarak vertikal di atas midpoint dari atrium
kanan adalah 6-8 cmH2O. Deviasi dari angka normal ini menandakan hipovolemik (jika
rata-rata tekanan vena kurang dari 5 cmH2O) atau merusak/mengganggu pengisian
jantung (jika rata-rata tekanan vena lebih dari 9 cmH20) (Applefeld, 1990).
ST
(Sinus
Tachichardia)
merupakan
peningkatan
denyut
jantung,
yaitu
100-150x/menit (Mutraqin, 2011).
Selain pemeriksaan kepala dan leher, tidak ditemukan adanya edema pada
ekstremitas. Akral hangat dapat diartikan bahwa pasien tidak mengalami syok. Penanda
syok bila akral terasa dingin (Depkes, 2003).
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah
Tanggal : 30 januari 2012
Implementasi
Asupan oral
Kebutuhan
% Asupan / kebutuhan
(AKG, 2004)
Energi
Protein
Lemak
KH
(kcal)
741
1750
42,34
(g)
27,1
50
54,2
(g)
26,9
48,6
55,35
(g)
97,3
278,13
34,98
PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI
a. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 1750 kkal
b. Kebutuhan protein
Kebutuhan protein wanita usia 50-64 tahun menurut AKG = 50 g = 200 kkal
Page |7
c. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak = 25% total energi
= 25% x 1750 kkal
= 437,5 kkal
= 48,6 g
d. Kebutuhan karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan energi – kebutuhan protein – kebutuhan lemak
= 1750 – 200 – 437,5 = 1112,5 kkal = 278,13 gram
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan dibandingkan dengan asupan oralnya, diketahui
bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan masih defisit, karena < 60% (Roedjito,
1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%; lemak 55,35% ; karbohidrat 34,98.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG : STC, HR IIIx/menit, DMI Inferior, Poor R wave progresion, PD OMI anteroseptal
Kesimpulan:
Pemeriksaan EKG merupakan metode non-invasive untuk mendeteksi dan
memonitor myocardial ischemia.
DMI (Diaphragmatic Myocardial Infarction) terjadi pada jantung are inferior.
PD (Parkinson Disease) adalah penyebab utama dari parkinsonism. Parkinsonism
adalah sindrome klinik yang merupakan kombinasi dari masalah motorik, seperti
bradykinesia, resting tremor, kaku, flexed posture, freezing, dan kehilangan refleks
tubuh (Fahn, 2003)
Anteroseptal menunjukkan daerah/bagian jantung yang mengalami iskemik, anto
artinya bagian anterior/depan jantung dan septal adalah bagian septum/dinding
pemisah dalam jantung. Maka OMI anteroseptal menunjukkan adanya Old Myocard
Infarction pada daerah anteroseptal (Dharma, 2010)
Irama takikardia dapat mengurangi curah jantung dengan memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan volume sekuncup. Karena curah berkutang, tekanan arterial
perfusi perifer berkurang. Di samping itu, takikardia juga dapat mengurangi lama
diastolik, yaitu masa di mana aliran koroner paling besar dan dengan demikian
mengurangi suplai oksigen ke arteri koronaria.
STC (Sinus Tachichardia) merupakan peningkatan denyut jantung yang dapat
disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, CHF, nyeri,
keadaan
hipermetabolisme,
kecemasan,
simpatomimetika
atau
pengobatan
Page |8
parasimpatetik. Ciri-ciri ST adalah HR 100-150x/menit, P-wave normal, setiap
gelombang P diikuti QRS & T, PR normal (0,12-0,20), gelombang QRS normal (0,060,12), irama reguler dan semua gelombang sama (Muttaqin, 2011).
Poor R wave progression merupakan bagian dari pemeriksaan EKG yang berkaitan
dengan kondisi jantung seseorang. Normal R-wave progression adalah bila tinggi Rwave pada V3>2mm. Jika tinggi R-wave pada V1-V4 sangat kecil, dapat dinamakan poor
R-wave progression. Poor R-wave progression memiliki ciri-ciri R-wave kurang dari 2-4
mm pada leads V3 atau V4 dan/tidak R di V4 2 cm atau infeksi yang melibatkan struktur subkutan, ada tandatanda sistemik dari respon inflamasi
4= Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, pergeseran
ketidakstabilan metabolik kiri, hipotensi, azotemia
d) Gangguan sensasi
1 = tidak ada
2 = ada (Waspadji, 2006)
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah
ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut trias yaitu: iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol
dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan
induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering
P a g e | 22
dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma
yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).
C. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko klasik untuk penyakit kardiovaskular, dan merupakan
hasil dari pengurangan fleksibilitas pembuluh darah sehingga menyempit serta
peningkatan resistensi aliran darah. Hal ini menyebabkan timbulnya luka dan disfungsi
pada endotel di mana akan berpotensi berkembangnya kea rah aterosklerosis dan
peningkatan risiko CHD dan stroke (Arnoldi,2004).
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-7 2003 adalah sebagai berikut (Muttaqin,2009):
1. Tekanan darah normal: tekanan sistolik < 120mmHg dan tekanan diastolik <
80mmHg.
2. Pre-Hipertensi: Tekanan sistolik120-139 mmHg dan/atau Tekanan diastolik 8090mmHg.
3. Hipertensi: Stadium I : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan/ atau tekanan diastolik
90-99mmHg dan Stadium II: Tekanan sistolik > 160 mmHg dan/ atau Tekanan
diastolik > 100 mmHg.
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya
viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi
defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg
dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan
berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit
yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang
akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006 dan Waspadji, 2006).
D. Acute Kidney Injury (AKI)
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA,
acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang
dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens (Lameire,2006 dalam
Sinto,2010).
Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal
untuk
mengekskresi
sisa
metabolisme
nitrogen,
dengan/
tanpa
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Brady,2005 dalam Sinto,2010). Penurunan tersebut
dapat terjadi pada ginjal yang fungsi dasarnya normal (AKI “klasik”) atau tidak normal
(acute on chronic kidney disease). Dahulu, hal di atas disebut sebagai gagal ginjal akut
P a g e | 23
dan tidak ada definisi operasional yang seragam, sehingga parameter dan batas
parameter gagal ginjal akut yang digunakan berbeda-beda pada berbagai kepustakaan.
Hal itu menyebabkan permasalahan antara lain kesulitan membandingkan hasil
penelitian untuk kepentingan meta-analisis, penurunan sensitivitas kriteria untuk
membuat diagnosis dini dan spesifisitas kriteria untuk menilai tahap penyakit yang
diharapkan dapat menggambarkan prognosis pasien (Mehta,2003 dan Mehta,2007
dalam Sinto,2010). Atas dasar hal tersebut, Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI) yang
beranggotakan para nefrolog dan intensives di Amerika pada tahun 2002 sepakat
mengganti istilah ARF menjadi AKI. Penggantian istilah renal menjadi kidney
diharapkan dapat membantu pemahaman masyarakat awam, sedangkan penggantian
istilah failure menjadi injury dianggap lebih tepat menggambarkan patologi gangguan
ginjal. Kriteria yang melengkapi definisi AKI menyangkut beberapa hal antara lain (1)
kriteria diagnosis harus mencakup semua tahap penyakit; (2) sedikit saja perbedaan
kadar kreatinin (Cr) serum ternyata mempengaruhi prognosis penderita; (3) kriteria
diagnosis mengakomodasi penggunaan penanda yang sensitif yaitu penurunan urine
output (UO) yang seringkali mendahului peningkatan Cr serum; (4) penetapan
gangguan ginjal berdasarkan kadar Cr serum, UO dan LFG mengingat belum adanya
penanda biologis (biomarker) penurunan fungsi ginjal yang mudah dan dapat dilakukan
di mana saja. ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi AKI dengan kriteria RIFLE yang
terdiri dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr serum atau penurunan LFG
atau kriteria UO) yang menggambarkan beratnya penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori
yang menggambarkan prognosis gangguan ginjal, seperti yang terlihat pada tabel 1
(Mehta,2003 dan Roesli,2007 dalam Sinto,2010)
P a g e | 24
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
Berdasarkan perhitungan antropometri bahwa pasien dengan
panjang ulna 24 cm dan LLA 30 cm memiliki status gizi yang normal.
2.
Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa
pasien memiliki status albumin, protein total, Na, K, dan Cl yang rendah.
Sedangkan, status BUN, kretinin, asam urat, GDS, GDP, GD2jPP, kolesterol
total, dan LDL tergolong tinggi.
3.
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
fisik
klinis
pasien
menunjukkan dalam keadaan compos mentis (sadar) dengan kesan umum
sedang. Untuk pemeriksaan tanda vital, tekanan darah pasien 160/80 mmHg
tergolong tinggi (hipertensi), nadi 100x/menit tergolong tinggi (takikardia) dan
suhu tubuh pasien febris/demam. Adanya luka di ibu jari kaki kanan dan tak
kunjung sembuh merupakan ciri khas dari diabetes mellitus tipe 2.
4.
Berdasarkan hasil recall 24 jam dan jika dibandingkan dengan
asupan oralnya, diketahui bahwa asupan makan pasien secara keseluruhan
masih defisit, karena < 60% (Roedjito, 1989), yaitu energi 42,34%; protein 54,2%;
lemak 55,35%; karbohidrat 34,98.
5.
B. SARAN
1. Untuk Pasien
Memotivasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga
pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.
2. Untuk Keluarga Pasien
Sebaiknya pihak keluarga khususnya anak pasien senantiasa memotivasi dan
mengawasi pasien agar disiplin dalam menjalani diet yang diberikan sehingga
pasien dapat mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhannya.
P a g e | 25
DAFTAR PUSTAKA
AND. 2013. Nutrition Diagnosis. Academy of Nutrition and Dietetics. United States of
America
Anonim. 2010. Demam. Diakses dari digilib.unimus.ac.id pada 20 April 2014
Anonim. 2013. Pemasangan Infus. Surabaya : Universitas Soedirman
Anonyma. 2014. Aspilet. Diakses dari http://www.health.detik.com pada 19 April 2014
Anonymb. 2014. Aspilets. Diakses dari http ://www.dechacare.com pada 19 April 2014
Anonymc. 2014. Metronidazole for Infection. Diakses dari http://www.patient.uk pada 19 April
2014
Applefeld, Mark M. 1990. Chapter 19 The Jugular Venous Pressure and Pulse Contour.
Diakses dari http://www.ncbi.nlm.gov pada 20 April 2014
Arnoldi,A.2004. Functional Foods,Cardiovascular Diseas,and Diabetes.England: Woodhead
Publishing Limited
Boedisantoso, R. Imam Subekti. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Depkes. 2003. Tata laksana DBD. Diakses dari http://www. depkes.go.id pada 20 April 2014
Depkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI
Dharma, Surya. 2010. Tanya Iskemik Anteroseptal. Diakses dari http://www.pjnhk.go.id pada
21 April 2014
Epstein EJ, Osman JL, et al. 2013. Use of The Estimated Glucose Disposal Rate as A
Measure of Insulin Resistance in An Urban Multiethnic Population with Type 1
Diabetes. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23596179 pada 18 April
2014.
Fahn, Stanley. 2003. Description of Parkinson’s Disease as a Clinical Syndrome. New York :
Departmen of Neurology, University of Columbia
Feinglos NM, Bethel MA. 2008. Type 2 Diabetes Mellitus: An Evidence-Based Approach to
Practical Management. USA: Humana Press.
Gauld LM, Kappers J, Carlin JB, Robertson CF. Height Prediction from Ulna Length. Dev
Med Child Neurol. 46, 2004:475.
Holt IGR, Cockram C, et al. 2010. Textbook of Diabetes: 4th Edition. USA: Wiley- Blackwell
Publishing Ltd.
Home, Philip. 2002.
Product Monograph Noovorapid (Insulin Aspart). Oxford :
Watermeadow Medical
Irwana, Olva. 2009. Ikterus. Riau : Universitas Riau
P a g e | 26
Jerry. 2011. Drug Related Problems pada Pasien Rawat Inap Stroke Iskemik di Ruang
Perawatan Neurologi RSSN Bukittinggi.
MacKenzie, Ross. 2005. Poor R-Wave Progression. Journal of Insurance Medicine
2005;37:58-62
Mahan, L Kathleen.,Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy.
Philadelphia: Saunders Elsevier
Mason JB, Musgrove P, & Habicht JP. 2003. At Least One-Third of Poor Countries Burden
is due to Malnutrition. Disease Control Priorities Project.
McCabe, Beverly J., et al. 2003. Handbook of Food-Drug Interactions. Washington D.C.:
CRC Press
Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif.2009.Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular.Jakarta: Penerbit Salemba Medika
P.B. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Penerbit PERKENI.
Pfizer. 2012. Sodium Chloride Injection and Intravenous Infusion. New Zealand : Pfizer Pty
Limited
Purba, Bernhard Arianto. 2013. Fisiologi Kardiovaskuler. Jambi : Universitas Jambi
Rimbawan, Siagian A. Karbohidrat: indeks glikemik pangan: cara mudah memilih pangan
yang menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya; 2004:25-40.
Rolfes, Sharon Rady, et al. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition Eight Edition.
USA : Wadsworth Cengage Learning
Sihaloho,E.2013. Diabetes Mellitus Tipe II Gula Darah Tak Terkontrol dengan Ulkus Pedis
Dextra Digiti III dan Prehipertensi. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung (Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013)
Sinto, Robert dan Nainggolan, Ginova.2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan
Tata Laksana.Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010)
Tambunan, Monalisa & Gultom, Yunizar. 2009. Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran
UKPAR. 2009. Valsartan. United Kingdom : MHRA
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3, Edisi 4. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
P a g e | 27
LAMPIRAN
HASIL PERHITUNGAN NUTRISURVEY REKOMENDASI DIET
==================================================================
Analysis of the food record
==================================================================
Food
Amount
energy
carbohydr.
___________________________________________________________________________
BREAKFAST
nasi putih
ikan tengiri
kacang panjang mentah
toge kacang kedele mentah
minyak kelapa sawit
Drinking water
100 g
50 g
50 g
25 g
5g
400 g
130.0 kcal
56.0 kcal
17.4 kcal
30.5 kcal
43.1 kcal
0.0 kcal
28.6
0.0
4.0
2.4
0.0
0.0
g
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 277.1 kcal (17 %), carbohydrate 35.0 g (13 %)
1. BREAK
apel
Drinking water
80 g
200 g
47.2 kcal
0.0 kcal
12.2 g
0.0 g
Meal analysis: energy 47.2 kcal (3 %), carbohydrate 12.2 g (5 %)
LUNCH
nasi putih
sawi hijau
Carrot fresh
minyak kelapa sawit
tempe goreng
Drinking water
150 g
25 g
50 g
5g
50 g
400 g
195.0 kcal
3.8 kcal
12.9 kcal
43.1 kcal
177.0 kcal
0.0 kcal
42.9
0.5
2.4
0.0
7.7
0.0
g
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 431.8 kcal (26 %), carbohydrate 53.5 g (20 %)
2. BREAK
pisang kepok
ubi jalar kuning
Drinking water
50 g
135 g
400 g
58.0 kcal
137.8 kcal
0.0 kcal
15.6 g
32.8 g
0.0 g
Meal analysis: energy 195.7 kcal (12 %), carbohydrate 48.4 g (18 %)
DINNER
nasi putih
labu siam mentah
buncis mentah
tahu
minyak kelapa sawit
Drinking water
150 g
50 g
50 g
100 g
5g
400 g
195.0 kcal
10.0 kcal
17.4 kcal
76.0 kcal
43.1 kcal
0.0 kcal
42.9
2.2
4.0
1.9
0.0
0.0
g
g
g
g
g
g
P a g e | 28
Meal analysis: energy 341.6 kcal (21 %), carbohydrate 50.9 g (19 %)
IN BETWEEN
biscuit
pepaya
jeruk nipis
gula pasir
Drinking water
50 g
100 g
33 g
10 g
200 g
253.5 kcal
39.0 kcal
9.5 kcal
38.7 kcal
0.0 kcal
39.0
9.8
3.1
10.0
0.0
g
g
g
g
g
Meal analysis: energy 340.7 kcal (21 %), carbohydrate 61.9 g (24 %)
==================================================================
Result
==================================================================
Nutrient
analysed
recommended
percentage
content
value
value/day
fulfillment
___________________________________________________________________________
energy
1634.1 kcal
1950.4 kcal
84 %
water
2044.2 g
2250.0 g
91 %
protein
53.2 g(13%)
57.6 g(12 %)
92 %
fat
47.0 g(25%)
66.2 g(< 30 %)
71 %
carbohydr.
261.8 g(63%)
278.4 g(> 55 %)
94 %
dietary fiber
18.1 g
30.0 g
60 %
alcohol
0.0 g
PUFA
13.1 g
10.0 g
131 %
cholesterol
29.0 mg
Vit. A
2209.3 µg
800.0 µg
276 %
carotene
3.9 mg
Vit. E (eq.)
13.2 mg
12.0 mg
110 %
Vit. B1
0.8 mg
1.0 mg
75 %
Vit. B2
0.7 mg
1.2 mg
59 %
Vit. B6
1.4 mg
1.2 mg
113 %
tot. fol.acid
253.1 µg
400.0 µg
63 %
Vit. C
136.2 mg
100.0 mg
136 %
sodium
160.2 mg
2000.0 mg
8%
potassium
2559.6 mg
3500.0 mg
73 %
calcium
560.8 mg
1000.0 mg
56 %
magnesium
401.3 mg
300.0 mg
134 %
phosphorus
775.9 mg
700.0 mg
111 %
iron
13.6 mg
10.0 mg
136 %
zinc
8.0 mg
7.0 mg
115 %
P a g e | 29
BON BELANJA PRAKTIKUM BLOK ASUHAN GIZI KLINIK 2
ASUHAN GIZI PADA KASUS METABOLIK
Shift/Kelompok
: 1/2
Tanggal/Waktu Praktikum
: Selasa, 29 April 2014 (08.00-11.00)
Nama
Bahan Makanan
Masakan
Jumlah
Harga (Rp)
Pepes ikan
Ikan tenggiri
1 potong sedang
Rp 15000, 00
Tumis
Kacang panjang
¼ ikat
Rp 1500, 00
Tauge
¼ ons
Rp 500, 00
Sawi hiaju
Wortel
1 ikat
1 biji
Rp 3000, 00
Rp 1000, 00
Tempe
1 bungkus sedang
Rp 1000, 00
Pisang kepok
1 buah
Rp 1000, 00
Ubi jalar kuning
Labu siam
Buncis
Tahu
Biskuit Marie
Pepaya potong
Jeruk
Beras
Minyak goreng
1 biji
1 biji
¼ ons
1 potong besar
1 bungkus sedang
1 potong sedang
1 buah
¼ ons
1 bungkus kecil
Rp 3000, 00
Rp 1000, 00
Rp 1500, 00
Rp 2000, 00
Rp 4500, 00
Rp 1000, 00
Rp 1000, 00
Rp 10000, 00
Rp 9000
Gula
secukupnya
-
Garam
secukupnya
-
Bawang putih
5 biji
Rp 1000, 00
Bawang merah
5 biji
Rp 1000, 00
Bumbu dapur:
1 biji
Rp 3000, 00
Daun salam
1 biji
Daun serai
1 ruas
Kunyit
1 biji
Jahe
1 biji
kacang
panjang
Tumis sawi
Tempe
goring
Pisang
rebus
Ubi rebus
Tumis
Jipang
Tahu goreng
Biskuit
Pepaya
Jeruk hangat
Nasi putih
Lain-lain
Kemiri
Tomat
Daun kemangi
1 biji
1 biji
Rp 500, 00
1 ikat kecil
Rp 500, 00
P a g e | 30
Daun pisang
1 biji
Rp 3000, 00
Cabe merah
10 biji
Rp 5000, 00
Cabe hijau
10 biji
Rp 5000, 00
P a g e | 31