Benefit Cost Ratio (BC Ratio)

  Analisis Usaha

  Analisis usaha peternakan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994)

  Total Biaya Produksi

  Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan 1995).

  Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan perubahan variabel merupakan biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir 2008).

  Biaya tetap (fixed cost) adalah jenis biaya yang selama waktu produksi, atau tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya atau tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap misalnya: biaya penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya, apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku, tenaga kerja, pakan dll. Biaya total (total cost) adalah jumlah total biaya tetap ditambah dengan total biaya variabel pada masing-masing tingkat atau volume produksi (Jumingan 2006).

  Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat kegiatan perusahaan artinya biaya setiap bulannya tidak terpengaruh terhadap naik atau turunnya kegiatan perusahaan (Slot dan Minnaar 1996).

  Total Pendapatan

  Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang memproduksi barang maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut (Agus 1990).

  Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut. Penerimaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen dari peternakan dan hasil olahannya (Kadarsan 1995).

  Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan

  biaya ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang dikeluarkan untuk penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual, seperti halnya sebagai berikut :

  IOFC = (Bobot badan akhir babi – bobot awal babi X harga jual babi/kg) – (total konsumsi pakan X harga pakan perlakuan/kg) (Prawirokusumo 1990).

  Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

  Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost

  

ratio (BCR) yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya

  (out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo - karo dkk. 1995).

  B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio < 1 : Tidak efisien

  Total hasil produksi (pendapata n)

  B/C Ratio =

  Total biaya produksi Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1.

  Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi 1995).

  Analisis Laba-Rugi

  Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

  I = TR – TC

  dimana : I = keuntungan (income) TR = total penerimaan (revenue) TC = total pengeluaran (cost) Soekartawi (1995) mendefinisikan, laba sebagai nilai maksimum yang dapat didistribusikan oleh satu satuan usaha dalam satu periode. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha adalah hal yang penting. Oleh karena itu perlu dilakukan pencatatan, baik untuk pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos - pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.

  Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut.

  Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan 2006).

  Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya jika jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya perusahaan dikatakan rugi (Kasmir 2008).

  Potensi Pod Kakao

  Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L (Poedjiwidodo, 1996).

  Nilai gizi pod kakao dapat ditingkatkan melalui pengolahan. Dengan bantuan mikroba dalam suatu proses fermentasi yang merupakan proses biokimia dan biologi yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Winarno et al., 1979).

  Fermentasi adalah proses perubahan substrat pada kondisi aerob maupun anaerob oleh aktifitas enzim yang dihasilkan mikroorganisme. Fermentasi adalah reaksi oksidasi yang menggunakan senyawa organik baik sebagai oksidan maupun sebagai reduktan (donor elektron) (Fardiaz, 1992).

  Berdasarkan aspek nutrien pod kakao memiliki kandungan lignin yang tinggi (38,78%) sehingga dapat mempengaruhi daya cerna. Pod kakao juga mengandung alkaloid theobromin (3,7-dimethyl xanthine) sebanyak 0,17 – 0,22% atau 1,5-4 g/kg bahan kering, kafein (1,3,7-trimetilxanthine) sebanyak 1,8 – 2,1% dan juga mengandung tanin (Goenadi dan Prawoto, 2007).

  Adanya senyawa theobromin pada pod kakao dilaporkan memiliki efek negatif, karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen sehingga menurunkan kemampuan mencerna serat dan menyebabkan diare. Respon negatif muncul pada saat konsumsi theobromin lebih dari 300 mg/kg bobot hidup dengan indikasi penurunan konsumsi dan bobot hidup (EFSA, 2008). Adanya kafein diketahui mempunyai efek diuretik. Tanin dilaporkan dapat mengendapkan protein dan karbohidrat sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrien pod kakao (Purnama, 2004).

  Berdasarkan hasil analisa dari Balai Penelitian Biologi (2003) diketahui bahwa pod kakao mengandung tanin kondensasi yaitu proanthocyanidin sebesar 2,04%. Kelompok tanin ini dapat mempengaruhi konsumsi pakan, palatabilitas dan kecernaan pakan serta dapat bersifat toksik pada level 5% dalam ransum.

  Di dalam rumen tanin yang ada di dalam pod kakao dapat menghambat proses fermentasi yang terjadi. Hal ini disebabkan tanin membentuk ikatan komplek dengan protein dan karbohidrat, menghambat aktivitas enzim mikrobial dan menghambat pertumbuhan mikroba dengan penyerapan dalam membran sel yang dapat menyebabkan defisiensi nutrisi (Leinmuller et al., 1991).

  Upaya peningkatan kualitas dan gizi pakan hasil samping pertanian/perkebunan yang berkualitas rendah, merupakan upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penggunaan pod kakao pada ternak perlu ditingkatkan kualitasnya, salah satunya dengan cara fermentasi. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao tanpa fermentasi dan pod kakao yang difermetasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan

  Lactobacillus sp dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah :

  Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao Bahan

  Uraian Pod Kakao tanpa fermentasi Pod Kakao Fermentasi

  a a

  BK (%) 82,92 84,65

  a a

  LK (%) 1,74 1,89

  a a

  SK (%) 32,47 24,79

  a a

  PK (%) 9,33 12,52

  a a

  Abu (%) 11,45 12,31

  a a

  KA (%) 17,08 15,35

  b b

  GE (k.kal/gr) 3,4859 3,5418

  Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2012)

  Fermentasi

  Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarmo, 1983).

  Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam medium cair (Hardjo et al., 1989).

  Menurut Winarno et al., (1980) fermentasi merupakan proses biokimia yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan pakan tersebut, dimana bahan pakan yang mengalami fermentasi biasanya nilai gizi yang lebih baik dari asalnya disebabkan karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponen-komponen yang kompleks dan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.

  Menurut Winarno dan Fardiaz (1979), pada proses fermentasi dibutuhkan dosis jamur tertentu pula, makin banyak dosis jamur yang digunakan makin cepat proses fermentasi berlangsung, dan semakin lama waktu yang digunakan untuk fermentasi, semakin banyak bahan yang akan dirombak. Fermentasi kapang pada umumnya membutuhkan waktu antara 2 sampai 5 hari.

  Mikroorganisme Fermentasi Rhizhopus sp

  Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

  ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga disebut stolon yang menyebar diatas substratnya, karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006).

  Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses fermentasi pod kakao, dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim β–glukosidase. Selama proses fermentasi berlangsung, isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon aglikon oleh enzim β–glukosidase yang disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur dan anti kanker (2,3,4), bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim β-glukosidase. Enzim ini selain terdapat didalam kedelai, juga diproduksi oleh mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung yang mampu memecah komponen glukosida menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).

  Hasil penelitian Rotib (1994) dengan melakukan fermentasi bungkil kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007).

  Saccharomyces sp

  Saccharomyces merupakan genusdan CO

  2 . Saccharomyces

  merupakan mikroorganisme beSaccharomyces

  o termasuk kelompokyang tumbuh baik pada suhu 30 C dan pH 4,8.

  Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat beradaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahaineral dan vitamin. Suhu

  o

  optimum untuk fermentasi antara 28-30

  C. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yait da.

  Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting dalam pembuatan industri makanan. Banyak manfaat khamir dalam makanan yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti. Produk makanan terfermentasi adalah sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.

   Saccharomyces sp mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi.

  

Saccharomyces sp merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang

  hidup bersama secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari genus Aspergillus sp yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces,

  

Candida, Hansenula yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan

  bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter) yang menumpang untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).

  Lactobacillus sp Lactobacillus adalatau

  namakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubaebanyakan dari bakteri ini, umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalamBanyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memilikisendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sering digunakan untuk industri pembuatalainnya, termasuk juga pakan hewan, sepertiyang berkembang diadalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir.

  Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan membentuk asam laktat012).

  Berdasarkan penelitian Jamila et al, (2009) memperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan serat kasar.

  Inokulan Cair

  Inokulan cair merupakan salah satu cara pengembangbiakan mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Bahan pembuat inokulan cair ini antara lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt.

  Mikroorganisme dasar dalam inokulan cair ini adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt.

  Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : a.

  Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids yang kemudian akan menjadi asam amino.

  b.

  Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.

  c.

  Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

  Pembuatan inokulan cair menggunakan beberapa bahan antara lain 10 liter air sumur, 1,5 liter air tebu (gula merah), 60 gr ragi tape (5 buah), 60 gr ragi tempe, ± 30cc youghurt. Semuanya dimasukkan ke galon ukuran 19 liter, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan selama 3 hari. Guna ditutup dengan kantong plastik adalah untuk mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja atau tidak, bila kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme dalam tahapan inokulan cair (Compost Centre, 2009).

  Air Tebu

  Air tebu adalah hasil pengolahan batang tebu yang diperas, dan akan menghasilkan air berwarna putih bening. Air tebu mengandung karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bisa juga dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan lain air tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayati dan Widalestari, 1996).

  Dedak Padi

  Padi (Oryza sativa) merupakan sumber bahan makanan yang menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri dari lapisan ari. Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrisi dedak padi

  Uraian Kandungan Nutrisi

  a

  Protein Kasar (%) 13,3

  b

  Serat Kasar (%) 13,5

  c

  Lemak Kasar (%) 7,2

  a

  Kalsium (%) 0,07

  a

  Posfor (%) 1,61

  a

  Energi Metabolisme (kkal/kg) 2850

  Sumber : a. NRC (1998)

  b. Hartadi et al (1997)

  c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000) Tepung Jagung

  Kandungan energi jagung cukup tinggi dan citarasanya baik, sehingga lazim digunakan untuk bahan ransum ternak babi. Jagung kuning cukup baik untuk babi, karena mengandung tinggi karoten atau vitamin A. Jagung dapat diberikan pada babi dalam bentuk butir utuh, digiling, dicampur dengan bahan lain (Sihombing, 2006). Kandungan nutrisi tepung jagung tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung jagung Uraian

  Kandungan Nutrisi Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)

  52,6

  Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang amat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil

  b. NRC (1998) Bungkil Kedelai

  b Sumber : a. Hartadi et al (1997)

  2810

  b

  3,59

  b

  6,65

  b

  4,8

  a

  2,2

  a

  Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)

  8,3

  Uraian Kandungan Nutrisi

  Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Boniran, 1999). Kandungan nutrisi tepung ikan tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan

  b. Hartadi et al (1997) Tepung ikan

  a Sumber : a. NRC (1998)

  3420

  a

  0,28

  a

  0,03

  a

  3,9

  b

  2,2

  a

  kedelai

dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan

  

penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak

lebih dari 12 % (Hutagalung, 1999). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera pada

  Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)

  Zat-zat mineral lebih kurang merupakan 3-5% dari tubuh hewan. Hewan tidak dapat membuat mineral karenanya harus disediakan dalam makanannya.

  b. Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2009) Pigmix

  b Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU (2000)

  2814

  b

  0,34

  b

  0,58

  a

  16,9

  b

  6,41

  a

  15,4

  Uraian Kandungan Nutrisi

  Tabel 5. Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai

  Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap (Lubis, 1993). Kandungan nutrisi bungkil inti sawit tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

  b. Hartadi et al (1997) Bungkil Inti Sawit Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya.

  a Sumber : a. NRC (1998)

  0,65

  a

  0,32

  a

  1,5

  b

  4,4

  a

  43,8

  Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%)

  Uraian Kandungan Nutrisi

  Dari hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam ransum tanpa mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga menyebabkan kerugian ekonomis yang besar (Anggorodi, 1990).