Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 dan Kapang

  . BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A.

  Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini telah berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan Desember 2013 sampai bulan Januari 2014.

  Bahan dan Alat Penelitiaan Bahan

  (DOC) yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak

  Day old chick

  120 ekor strain Cobb – LH 500. Bahan penyusun ransum terdiri atas tepung jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung limbah udang, minyak nabati dan top mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh diberikan secara adlibitum. Air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi. Rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan baik tempat pakan maupun tempat minum. Vaksin ND 5 Ma Clone®, IBD® dan ND Lasota® untuk memberikan kekebalan tubuh broiler. Formalin 40% dan KMnO

  4

  (kalium permanganat) untuk fumigasi kandang. Vitamin seperti vitachick® sebagai suplemen tambahan.

  Alat

  Alat yang digunakan adalah kandang baterai berukuran 100cm x 100cm x 50cm, jumlah kandang sebanyak 24 unit dan tiap unit di isi 5 ekor DOC, peralatan kandang terdiri dari 24 unit tempat minum dan 24 unit tempat pakan, timbangan

  

salter dengan kapasitas 5 kg dengan kesetaraan 0,001g untuk menimbang pertambahan bobot badan ayam, alat penerangan dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 24 buah, Thermometer sebagai alat untuk mencatat suhu ruangan, alat pembersih kandang (sapu, sekop, hand spayer dan lainnya), pisau, plastik, ember, alat tulis, buku data dan kalkulator. Terpal dengan ukuran 3 x 6 sebanyak 4 buah sebagai penutup dinding ruangan.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian sebelumnya yang meneliti tentang performans dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 8 perlakuan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ayam broiler. Perlakuan pada penelitian yaitu : P 0a = Pakan komersil Charoen pokphand P 0b = Ransum formulasi dengan tepung ikan 10% dan tanpa TLU P

  1 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU FAAS 5%

  P

  

2 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4

  5% P

  

3 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi

  kapang Trichoderma viridae 5% P

  4 = Ransum formulasi dengan 10% TLU FAAS

  P

  5 = Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi EM-4

  P = Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi Trichoderma viridae

6 Setelah penelitian performans dianalisis, dilanjutkan penelitian analisis

  usaha untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat meningkatkan nilai ekonomis. Untuk itu digunakan metode survey untuk mengetahui harga bibit, harga obat-obatan, harga sewa kandang, harga peralatan kandang, harga tenaga kerja, harga penjualan ayam dan harga penjualan feses.

  Parameter Penelitian Total Biaya Produksi

  Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung : biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya tenaga kerja, biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang.

  Total Hasil Produksi

  Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual ayam broiler dan penjualan kotoran ayam.

  Laba/Rugi

  Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara : K = TR – TC

  Dimana : K = keuntungan TR = total penerimaan TC = total pengeluaran.

  Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

  R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan.

  Total Hasil Produksi R/C Ratio =

  Total Biaya Produksi

  Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feef Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih

  pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak.

  Pelaksanaan Penelitian

  1. Persiapan Kandang dan Peralatan

  Kandang dipersiapkan selama 2 minggu sebelum Day old chick di kandangkan, dimana seluruh instalasi penerangan/pemanas telah dipasang.

  Sebelumnya kandang didesinfektan dengan rodalon. Kandang difumigasi dengan formalin dan KMNO

  4 yang dibiarkan selama 1 minggu dan seluruh ruangan

  ditutupi dengan terpal untuk memastikan gas dari formalin dan KMNO

  4

  sepenuhnya berada di dalam ruangan yang bertujuan untuk membasmi jamur dan bakteri yang masih menempel di kandang. Seminggu setelah fumigasi, tempat ransum dan tempat minum yang telah di cuci dengan rodalon ditempatkan pada masing-masing plot kandang serta dialasi koran dan atal sebagai litter. Kemudian satu hari sebelum Day old chick tiba/dikandangkan, alat penerangan sudah dihidupkan untuk menstabilkan suhu di dalam ruangan/kandang sesuai dengan suhu Day old chick.

  2. Random Day Old Chick

  Ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit kandang. Dilakukan penimbangan bobot badan awal. Kemudian anak ayam umur satu hari dihomogenkan bobot badannya dengan menggunakan rumus ẍ ± 2 sd untuk ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit kandang.

  3. Penyusunan Ransum

  Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung limbah udang, minyak nabati, kapur dan top mix. Bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum.

  4. Pemeliharaan Broiler

  1. Sesaat Day old chick dikandangkan, langsung diberi air gula dan pada pemberian air minum selanjutnya diberikan air minum yang ditambahkan dengan vitachick® atau sejenisnya.

  2. Pemanas atau induk buatan sebagai penghangat Day old chick dihidupkn 24 jam penuh sampai Day old chick berumur 1 minggu dan setelah

  Day old chick

  berumur 2 minggu pemanas dihidupkan hanya pada malam hari saja tergantung kondisi cuaca.

  3. Pemberian ransum pertama kali sesuai dengan perlakuan yang diberikan dan setelah 48 jam semua ayam diberikan ransum secara ad libitum.

  Untuk pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yakni pada pagi hari dan sore hari. Pemberian vaksin pertama kali pada umur 4 hari, yakni dengan vaksin ND Ma Clone® melalui tetes mata. Pada umur 14 hari, vaksin yang digunakan adalah vaksin IBD® melalui air minum dan pada umur 18 hari vaksin yang digunakan adalah ND Lasota® juga melalui air minum. Program vaksin ini tidak baku, tergantung situasi di tempat penelitian.

  4. Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam.

  5. Sisa feses atau kotoran ayam dibersihkan setiap 3 hari sekali disertai dengan penyemprotan rodalon disekitar alas kandang untuk menghindari hinggapan lalat yang membawa bibit penyakit.

  5. Pengambilan Data

  1. Dilakukan pencatatan data setiap harinya untuk konsumsi ransum dan pengambilan data untuk pertambahan bobot badan dilakukan setiap minggu.

  2. Dilakukan survey harga pakan dan harga daging ayam broiler.

  3. Dilakukan analisis ekonomi pada data rata – rata bobot badan awal ayam broiler dan data hasil variabel penelitian yang terdiri dari bobot badan awal ayam broiler dan bobot badan akhir broiler. Rata – rata konsumsi ransum broiler dan rata – rata konversi ransum broiler pada setiap level perlakuan ransum untuk mengetahui nilai ekonomis keseluruhan usaha ternak broiler.

6. Analisis Data Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisa.

  Analisis yang dilihat adalah analisis laba rugi, analisis IOFC dan analisis B/C .

  ratio

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Total Biaya Produksi

  Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembelian bibit domba, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya peralatan kandang, biaya sewa kandang dan biaya tenaga kerja.

  A. Biaya Bibit Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit Day Old

  Chick (DOC) sebanyak 120 ekor dengan harga sebesar Rp. 3800/ekor. Sehingga didapat harga beli bibit DOC sebesar Rp. 456.000,-.

  B. Biaya Ransum Biaya ransum diperoleh dari total konsumsi ransum selama penelitian dikali dengan harga per kilogram ransum setiap perlakuan sehingga didapat biaya ransum. Dimana harga pakan perlakuan P0a (Charoen Pokphand ) Rp. 6.000/kg, P 0b (tepung ikan 10%) Rp. 4.917/kg, P

  1 (tepung ikan 5% dan TLU

  FAAS 5%) Rp. 4.737/kg, P (tepung ikan 5% dan TLU EM-4 5%) Rp. 4.730/kg,

  2 P

3 (tepung ikan 5% dan TLU Tricoderma viridae 5%) Rp. 4.611/kg,

  P

  4 (TLU FAAS 10%) Rp. 4.540/kg, P 5 ( TLU fermentasi EM-4 10%) Rp. 4.438/kg dan P ( TLU fermentasi Trichoderma viridae 10%) Rp 4.416/kg.

  6 Biaya ransum ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Biaya ransum broiler selama penelitian Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 P 0a 70.462,00 69.879,20 70.005,20 210.346,40 70.115,47 P 0b 47.356,21 45.386,69 46.445,27 139.188,17 46.396,06 P

  1 44.683,48 44.323,65 43.104,77 132.111,91 44.037,30

  P

  2 45.630,49 46.172,61 44.700,45 136.503,55 45.501,18

  P

  3 43.837,77 44.455,19 44.865,35 133.158,31 44.386,10

  P

  4 42.503,88 41.137,60 41.164,41 124.805,88 41.601,96

  P

  5 40.470,50 42.580,91 42.013,50 125.064,91 41.688,30

  P

  6 41.809,59 40.707,50 41.621,53 124.138,62 41.379,54

  Total 376.753,91 374.643,35 373.920,49 1.125.317,75 46.888,24 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P0a = Rp.70.115,47,- dan biaya ransum terendah terdapat pada perlakuan P6 = Rp. 41.379,54,-.

  C. Biaya Obat – obatan Biaya obat – obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat – obatan yang diberikan selama penelitian. Obat – obatan yang diberikan adalah vithachik sebagai sumber tambahan vitamin yang dicampurkan kedalam air minum, vaksin Gumboro dan vaksin ND. Dengan rincian harga vithacik sebanyak 4 bungkus dengan harga perbungkus Rp 5.000, vaksin Gumboro dengan harga Rp 6.720 dan vaksin ND dengan harga Rp 7.680. Pemberian obat – obatan diharapkan agar daya tahan tubuh broiler dapat bertahan dari berbagai macam jenis penyakit yang dapat menyerang ternak tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat-obatan dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 2. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/Plot) Perlakuan Ulangan Total Rataan

  1

  2

  3 P 0a 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433 P 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  0b

  P

  1 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  P

  2 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  P 1.433 1..433 1.433 4.300 1.433

3 P 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  4 P 5 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  P

  6 1.433 1.433 1.433 4.300 1.433

  Total 11.467 11.467 11.467 34.400 1.433

  D. Biaya Sewa Kandang Biaya sewa kandang yaitu biaya yang dikenakan dalam pemakaian kandang diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian dibagi 24 plot yaitu Rp.

  250.000 selama 35 hari penelitian. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa kandang tertera pada Tabel 3.

  Tabel 3. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/plot) Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 P 0a 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67 P 0b 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67 P 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  1 P 2 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  P

  3 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  P

  4 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  P

  5 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  P

  6 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

  Total 83.333,33 83.333,33 83.333,33 250.000 10.416,67

  E. Biaya Perlengkapan Kandang Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh perlengkapan kandang selama penelitian. Biaya perlengkapan kandang diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya perlengkapan kandang yang digunakan. Dengan rincian harga bola lampu pijar sebanyak 24 buah dengan harga perbuah Rp 5.500, tempat pakan sebanyak 24 buah dengan harga perbuah Rp 6.000, tempat minum sebanyak 24 buah dengan harga perbuah Rp 5.500, thermometer sebanyak 1 buah dengan harga perbuah Rp 18.000, sapu lidi 1 buah dengan harga Rp 4.000 dan 1 buah timbangan dengan harga Rp 100.000. Biaya untuk seluruh perlengkapan kandang dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4. Biaya perlengkapan kandang untuk tiap perlakuan (Rp/Plot) Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 P 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  0a

  P 0b 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09 P

  1 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  P 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  2 P 3 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  P

  4 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  P 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  5 P 6 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

  Total 21.704,72 21.704,72 21.704,72 65.114,16 2.713,09

  F. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja diperoleh dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah

  Medan Sumatera Utara saat ini adalah Rp. 1.600.000/bulan. Dengan asumsi dimana 1 tenaga kerja dapat memelihara sebanyak 1088 ekor ternak domba.

  Sehingga upah tenaga kerja selama 1 bulan pemeliharaan = 120/1088 x 1.600.000 = Rp. 176.471/bulan. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.

  Tabel 5. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan selama penelitian (Rp) Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 P 0a 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94 P 0b 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94 P

  1 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

  P 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

2 P 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

  3 P 4 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

  P

  5 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

  P

  6 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

  Total 58.823,52 58.823,52 58.823,52 176.470,56 7.352,94 Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi seperti diatas. Maka total biaya produksi tiap level perlakuan dapat dilihat sebagai berikut: Total seluruh biaya produksi selama penelitian adalah :

  Total biaya produksi Rupiah (Rp/Plot) Biaya pembelian bibit Rp. 456.000 Biaya pembelian ransum Rp. 1.125.317 Biaya obat-obatan Rp. 34.400 Upah tenaga kerja Rp. 176.470 Peralatan kandang Rp. 65.114 Sewa kandang Rp. 250.000 Total Rp. 2.107.302

  Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biya produksi untuk tiap perlakuan selama penelitian. Total jumlah biaya selama penelitian tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1

  120

  111.031

  100

  87.312 86.417

  84.953 85.302 82.518 82.604 82.296

  80

  60

  40

20 P0a P0b P1 P2 P3 P4 p5 P6

  Gambar 1. Grafik rataan total biaya produksi selama penelitian Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa biaya produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian menunjukkan perbedaan yang dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian yang tertinggi terdapat pada P0a sebesar Rp. 111.031,- dan yang terendah pada P sebesar Rp. 82.296,-.

6 Hal ini terjadi karena pada perlakuan P0a, rataan biaya ransum

  Rp. 70.115.47,- lebih besar dibanding biaya ransum pada perlakuan P6 yaitu rataan sebesar biaya ransum Rp. 41.379.54,- sementara biaya produksi lainnya seperti biaya bibit, biaya obat-obatan, sewa kandang, peralatan kandang, tenaga kerja adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Budiono (1990) bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk. Biaya bagi perusahaan adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Prawirokusumo (1991) mengatakan bahwa besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya produksi.

B. Total Hasil Produksi

  132.855 126.344 123.548 382.746,5 127.582 P

  123.012 123.029 125.749 371.790 123.930 Total 1.045.058 1.038.666 1.033.558 3.117.281,5 129.887

  6

  117.436 125.800 124.338 367.574 122.525 P

  5

  120.972 123.879 114.750 359.601 119.867 P

  4

  128.911 126.174 132.787 387.872 129.291 P

  3

  Total hasil produksi adalah semua perolehan dari hasil penjualan yaitu penjualan ayam broiler dan penjualan kotoran ayam broiler (feses).

  1. Penjualan Ayam Broiler Harga jual ayam broiler Rp. 17.000/kg. Maka harga jual seluruh ternak ayam broiler adalah Rp. 3.117.281,5,-. Hasil produksi penjualan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 6.

  129.438 127.704 124.950 382.092 127.364 P

  1

  P

  P 0b 131.988 129.846 125.613 387.447 129.149

  3 P 0a 160.446 155.890 161.823 478.159 159.386

  2

  1

  Tabel 6. Hasil penjualan ayam broiler tiap perlakuan ulangan (Rp/ekor) Perlakuan Ulangan Total Rataan

  2

  2.Penjualan Feses Ayam Selama pemeliharaan 120 ekor ayam = 1 hari menghasilkan 5 kg feses x 35 hari

  P

  Tabel 8. Total Hasil Produksi Total hasil produksi Rupiah (Rp) Hasil penjualan ayam 3.117.281,5 Hasil penjualan kotoran ayam 87.500 Total 3.204.786

  3.646 3.646 3.646 10.937 3.646 Total 29.167 29.167 29.167 87.500 3.646

  6

  P

  5 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

  P

  4 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

  3 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

  = 175 kg = 175 kg x Rp. 500

  P

  2 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

  P

  1 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

  P 0a 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646 P 0b 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646 P

  Ulangan Total Rataan 1 2 3

  Tabel 7. Hasil penjualan kotoran (feses) ayam tiap level perlakuan (Rp/ekor) Perl

  = Rp. 87.500 Total hasil penjualan feses ayam adalah Rp. 87.500,-. Hasil penjualan feses ayam dapat dilihat pada Tabel 7.

  Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap level perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

  163.032 132.795 131.010 131.228 132.937

  123.513 126.171 127.576 P0a P0b P1 P2 P3 P4 P5 P6

  Gambar 2. Grafik rataan total hasil produksi selama penelitian Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa total hasil produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0a dengan rataan yaitu sebesar Rp 163.032,- dan total hasil produksi terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar Rp 123.513,-. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bobot ayam broiler sehingga nilai pendapatan dari penjualan ayam broiler berbeda pada setiap perlakuan sedangkan harga penjualan feses ayam broiler sama . Ini sesuai dengan pernyataan Sudarmono dan Sugeng (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan ayam broiler dari kegiatan usaha dan pemeliharaan ayam broiler dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang begitu juga pernyataan dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.

C. Laba/Rugi

  Analisis Laba-Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total hasi l produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi. Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

  = Rp 3.204.786 – Rp. 2.107.302 = Rp 1.097.483,03

   

  Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa analisis usaha ayam broiler selama penelitian yaitu 35 hari menguntungkan. Berikut dapat dilihat keuntungan (laba – rugi) pada Gambar 3.

  52.000,84 47.634,53 45.280,43 45.482,91 46.056,67 44.810,95

  43.566,33 40.995,01

P0a P0b P1 P2 P3 P4 P5 P6

  Gambar 3. Grafik rataan laba/rugi selama penelitian Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa laba/rugi menunjukkan perbedaan yang sangat besar pada setiap perlakuan dimana keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P0a dengan menggunakan pakan (pakan komersil 100%) dengan rataan sebesar Rp. 52.000,84,- dan yang memberikan keuntungan terendah pada perlakuan P4 dengan menggunakan pakan ( Ransum formulasi tanpa pnggunaan tepung ikan 10% TLU pengolahan FAAS) dengan rataan sebesar Rp. 40.995,01-,

   

  sedangkan pada perlakuan yang lain ( P0b, P1, P2, P3, P5, P6) memberikan keuntungan yang cukup baik.

   

  Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P0a dengan menggunakan pakan (pakan komersil 100 %), hal ini dikarenakan pertambahan bobot ayam broiler lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya bibit, biaya ransum, biaya obat – obatan, biaya/upah tenaga kerja, biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha.

  Pada perlakuan P4 dengan menggunakan pakan ( Ransum formulasi tanpa pnggunaan tepung ikan 10% TLU pengolahan FAAS) diperoleh keuntungan yang lebih rendah hal ini dikarenakan total biaya produksi lebih besar dari total hasil produksi, oleh karena itu dibutuhkan pakan alternatif lain agar mendapatkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen dan Mowen (2001) yang menyatakan bahwa Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.

D. R/C Ratio

  Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak.

  R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus: Total Hasil Produksi

  R/C Ratio = Total Biaya Produksi

  Tabel 9. Analisa R/C Ratio Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 P

  1.47

  1.44 1.49 4.40 1.47

  0a

  P 0b

  1.54

  1.55 1.48 4.56 1.52 P

  1

  1.55

  1.54 1.53 4.63 1.54 P

  2

  1.58

  1.49 1.49 4.56 1.52 P

  3

  1.56

  1.52 1.59 4.68 1.56 P

  1.49

  1.55 1.44 4.49 1.50

  4 P

  5

  1.49

  1.55 1.54 4.58 1.53 P

  1.53

  1.55 1.57 4.65 1.55

  6 Total 12.22 12.20 12.13 36.55

  1.52 R/C ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa efek perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum layak untuk dilanjutkan karena rataan dari semua perlakuan memiliki hasil rataan sebesar 1,52 (R/C > 1). Dengan nilai rataan R/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 1,56 dan nilai rataan R/C ratio terendah diperoleh pada perlakuan P0a sebesar 1,47. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karo - karo et al., (1995) bahwa suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai R/C ratio diatas 1 (> 1).

  Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila R/C Ratio > 1 : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C Ratio < 1 : Tidak efisien

  E .Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha

  peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak.

  IOFC = (Bobot badan akhir ayam - bobot badan awal) x harga jual ayam/kg – (total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg)

  156.202,3 127.641,1 126.242,7 126.410,2 128.130,9 119.074,7 121.631,8 123.098

  P0a P0b P1 P2 P3 P4 P5 P6

  Berdasarkan Gambar 4 diperoleh rataan IOFC terbesar terdapat pada perlakuan P 0a sebesar Rp 156.202,3 dan rataan IOFC terkecil terdapat pada perlakuan P sebesar Rp 119.074,7.

4 Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan

  bahwa Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan penjualan broiler dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.

  Rekapitulasi Hasil Penelitian

  Berdasarkan data-data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian seperti pada Tabel 10.

  Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian

  Parameter Penelitian yang diamati Perlakuan

  Total biaya Total hasil Laba/rugi R/C Ratio

  IOFC P 111.031 163.032,3 52.000,8 1.47 156.202,3

  0a

  P 0b 87.312,1 132.795 45.482,9 1.52 88.530,0 P

  1 84.953,3 131.010 46.056,7

  1.54 87.340,0 P 86.417,2 131.228,2 44.811 1.52 87.485,4

  2 P 3 85.302,1 132.936,7 47.634,5

  1.56 88.624,4 P

  4 82.518 123.513 40.995

  1.50 82.342,0 P

  5 82.604,3 126.170,7 43.566,3

  1.53 84.113,8 P 82.295,6 127.576 45.280,4 1.55 85.050,7

6 Total 87.804,3 133.532,7 45.728,5 1.52 89.021,8

  ` Dari Tabel 10 rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan P 0a , P 0b , P

  1 , P 2 , P 3 , P 4 , P 5 dan P

  6

  menunjukkan total hasil produksi yang berbeda-beda yaitu : Rp. 163.032,3 , Rp. 132.795 , Rp. 131.010 , Rp. 131.228,2 , Rp. 132.936,7 , Rp. 123.513 , Rp. 126.170,7 , Rp. 127.576 , total hasil produksi yang tertinggi adalah P0a. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan biaya produksi. Laba yang tertinggi terdapat pada P 0a yaitu Rp. 52.000,8 dan laba yang lebih rendah terdapat pada P 4 Rp. 40.995. Hal ini disebabkan oleh efisiensi biaya produksi, termasuk biaya ransum sehingga mempengaruhi total hasil produksi.

  R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. R/C ratio, nilai tertinggi diperoleh pada P

  3 sebesar 1.56 dan nilai terendah

  diperoleh pada P 0a sebesar 1.47. Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi 1995). Maka penggunaan tepung limbah udang layak digunakan.

  Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi pakan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya pakan. Maka IOFC pada penelitian diperoleh biaya tertinggi pada P

  4 Rp. 156.202,3 dan biaya terendah

  terdapat pada P

4 Rp. 82.342,0. Hal ini disebabkan biaya perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC tiap perlakuan berbeda.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan

  Penggunaan tepung limbah udang pengolahan FAAS, fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae dapat meningkatkan nilai ekomomis tepung limbah udang pada penggunaan 5% dan pada penggunaan 10 % dengan fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae pada ransum ayam broiler.

  Saran

  Disarankan kepada para peternak ayam broiler untuk menggunakan ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi kapang

  

Trichoderma viridae 5% karena memiliki nilai ekonomis dibanding perlakuan

lain.

Dokumen yang terkait

Penggunaan Tepung Limbah Udang Dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi EM-4 dan Kapang Trichoderma Viride Pada Ransum Terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler

1 52 49

Penggunaan Tepung Limbah Udang dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam, Fermentasi EM-4 dan Kapang Trichoderma viridae pada Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler

3 74 62

Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 dan Kapang

3 50 60

Penggunaan Tepung Limbah Udang Dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam, Fermentasi EM-4, Dan Kapang Trichoderma viridae Terhadap Daya Cerna Ayam Broiler

0 35 51

Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Bulu Ayam dan Limbah Udang yang Diolah dengan Beberapa Teknologi Pengolahan Bahan Pakan

3 46 58

Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Terhadap Ayam Broiler di Kotamadya Binjai

0 2 11

Penggunaan Tepung Limbah Udang yang Diolah dengan Filtrat Air Abu Sekam dalam Ransum Ayam Broiler

0 0 9

Penggunaan Tepung Limbah Udang Dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi EM-4 dan Kapang Trichoderma Viride Pada Ransum Terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler

0 1 14

Penggunaan Tepung Limbah Udang dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam, Fermentasi EM-4 dan Kapang Trichoderma viridae pada Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler

0 0 9

Penggunaan Tepung Limbah Udang dengan Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam, Fermentasi EM-4 dan Kapang Trichoderma viridae pada Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler

0 0 12