Posesif dan Tindak Kekerasan docx
Posesif Vs Tindak Kekerasan
Pendapat bahwa orang posesif pada dasarnya adalah orang yang tidak
yakin diri, tidak percaya diri, sehingga bila ada yang mencintainya dan
menerima dirinya sebagai pacar, maka dia akan menguasai pacarnya karena
selalu diliputi ketakutan kehilangan rasa cinta pacar. Namun selain tidak
yakin diri, atau tidak percaya diri, posesif bisa disebabkan karena perasaan
nyaman yang telah mereka rasakan selama mereka pacaran, karena rasa
nyaman itu mereka menganggap pacar mereka adalah “jodoh” mereka
sehingga mereka akan mempertahankan hubungan mereka bagaimanapun
caranya. Dalam kasus ini pacar S adalah pacar yang sangat posesif. Ia
mengontrol setiap kehidupan S. Pasangan yang posesif sangatlah sensitive
dengan hal-hal kecil yang mereka anggap akan mengancam hubungan
mereka.
Lalu apa hubungan posesif dengan kekerasan? Kekerasan adalah
manifestasi dari posesif tersebut. Secara psikologis mereka melakukan
tindak kekerasan agar pasangan mereka taat pada setiap perkaataannya
dan melakukan apa yang mereka inginkan. Posesifitas adalah hal yang hanya
mementingkan ego mereka sendiri. S merasakan hal ini. Perlakuan yang
kasar dari sang pacar yang membuat ia merasa ragu sejauh mana rasa cinta
kasihnya kepada pasanganya. Selain itu S juga merasakan ketegangan saat
bersama dengan pasangannya. Hal ini adalah hubungan yang tidak sehat
lagi.
Keposesifan akan mengakibatkan perasaan “dipenjara” daripada rasa
nyaman atau kasih sayang yang sesungguhnya dalam hubungan, padahal
Kasih sayang yang sejati adalah kebenaran Allah yang membebaskan
(Yohanes 8:30-36). Posesif adalah hal yang salah. Terkadang orang posesif
memiliki alasan bahwa ia sangat mencintai pasangannya. Hal ini bukanlah
cinta. Bagi orang-orang Kristen yang mengerti, sesungguhnya cinta dikontrol
oleh kuasa Allah dan memiliki kebebasan untuk memuliakan Allah.
Yakub Susabda juga mengatakan Cinta kasih yang hadir dalam jiwa
yang posesif menafikan
sesungguhnya.
atau
Hubungan
menyangkali
pribadi
hubungan pribadi
sesungguhnya
haruslah
yang
dibangun
berdasarkan kepercayaan, kedisiplinan, keterbukaan dan saling pengertian
satu sama lain. Hubungan pribadi yang sejati hanyalah dibangun bersama
Kristus itu sendiri. Suatu hubungan (pacaran)
adalah format atau konsep
yang baru yang diciptakan dengan pasangan namun bukan dengan
keposesifan tetapi bagaiman konsep ini dibangun dengan Kristus sendiri
sebagai dasarnya. Cinta sejati adalah cinta yang memberikan kasih sekaligus
membiarkan pihak yang dicintai merasakan kasih.
Alkitab
tidak
pernah
ditemukan
kata
“pacaran”
tetapi
Alkitab
menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Seringkali
definisi seperti ini banyak disalah tafsirkan dan dikaitkan dengan hal-hal
yang hanya akan membangkitkan hawa nafsu saja. Dalam kasus ini S telah
meberikan seluruh dirinya kepada pacarnya. Secara psikologis S berada pada
masa Genital (menurt teori Freud). Pada masa genital ini sesorang mulai
tertarik pada lawan jenis, mereka mengembangkan minat seksual yang kuat
pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama
tahap ini. S memberikan dirinya karena ia mencintai pacarnya dan dengan
memberikan
dirinya
sepenuhnya
ia
merasa
telah
menyenangkan
pasangannya.
Oleh karena itu Alkitab juga mengingatkan bahwa hidup manusia
adalah bait Roh Kudus, sehingga manusia harus menjaga kekudusan hidup,
melakukan apa yang benar dan mulia, memikirkan hal-hal yang bijak. S telah
meberikan kekudusannya kepada pacarnya sehingga S merasa tidak
berharga lagi dan hanya pacarnya satu-satunya orang yang mau menerima
dia, sehingga S takut untuk melepaskan pacarnya meskipun pacarnya
melakukan tindakan kekerasan padanya. Dalam kasus
ini S
berhak
memutuskan pacarnya karena S berhak memilih bagaimana ia akan
meneruskan hubungannya.
Ada pepatah yang mengatakan “Laki-Laki menang memilih. Wanita
menang untuk menolak” seharusnya S menolak perlakuan pacarnya yang
menyakitinya itu dan menerima setiap konsekuensi yang akan didapatkan
saat S melepaskan pacarnya. Saya mengingat kotbah Dr. Niel Nelson
beberapa waktu lalu pada saat ibadah minggu bahwa Allah akan menutupi
masalalu seseorang saat orang tersebut benar-benar mau bertobat dan
kembali pada-Nya. Allah menerima setiap kekurangan umatnya yang mau
percaya pada-Nya dan Ia sendiri yang akan menguduskan mereka dan
melengkapi dengan kasih-Nya.
S harus benar-benar memilih
jalan
yang
benar
agar
memiliki
kedamaian saat menjalin sebuah hubungan. Menerima setiap konsekuensi
apa yang telah ia lakukan dan kembali menyerahkan kepada Allah sendiri.
Belajar cinta sejati yang hanya dari Allah saja.
Pendapat bahwa orang posesif pada dasarnya adalah orang yang tidak
yakin diri, tidak percaya diri, sehingga bila ada yang mencintainya dan
menerima dirinya sebagai pacar, maka dia akan menguasai pacarnya karena
selalu diliputi ketakutan kehilangan rasa cinta pacar. Namun selain tidak
yakin diri, atau tidak percaya diri, posesif bisa disebabkan karena perasaan
nyaman yang telah mereka rasakan selama mereka pacaran, karena rasa
nyaman itu mereka menganggap pacar mereka adalah “jodoh” mereka
sehingga mereka akan mempertahankan hubungan mereka bagaimanapun
caranya. Dalam kasus ini pacar S adalah pacar yang sangat posesif. Ia
mengontrol setiap kehidupan S. Pasangan yang posesif sangatlah sensitive
dengan hal-hal kecil yang mereka anggap akan mengancam hubungan
mereka.
Lalu apa hubungan posesif dengan kekerasan? Kekerasan adalah
manifestasi dari posesif tersebut. Secara psikologis mereka melakukan
tindak kekerasan agar pasangan mereka taat pada setiap perkaataannya
dan melakukan apa yang mereka inginkan. Posesifitas adalah hal yang hanya
mementingkan ego mereka sendiri. S merasakan hal ini. Perlakuan yang
kasar dari sang pacar yang membuat ia merasa ragu sejauh mana rasa cinta
kasihnya kepada pasanganya. Selain itu S juga merasakan ketegangan saat
bersama dengan pasangannya. Hal ini adalah hubungan yang tidak sehat
lagi.
Keposesifan akan mengakibatkan perasaan “dipenjara” daripada rasa
nyaman atau kasih sayang yang sesungguhnya dalam hubungan, padahal
Kasih sayang yang sejati adalah kebenaran Allah yang membebaskan
(Yohanes 8:30-36). Posesif adalah hal yang salah. Terkadang orang posesif
memiliki alasan bahwa ia sangat mencintai pasangannya. Hal ini bukanlah
cinta. Bagi orang-orang Kristen yang mengerti, sesungguhnya cinta dikontrol
oleh kuasa Allah dan memiliki kebebasan untuk memuliakan Allah.
Yakub Susabda juga mengatakan Cinta kasih yang hadir dalam jiwa
yang posesif menafikan
sesungguhnya.
atau
Hubungan
menyangkali
pribadi
hubungan pribadi
sesungguhnya
haruslah
yang
dibangun
berdasarkan kepercayaan, kedisiplinan, keterbukaan dan saling pengertian
satu sama lain. Hubungan pribadi yang sejati hanyalah dibangun bersama
Kristus itu sendiri. Suatu hubungan (pacaran)
adalah format atau konsep
yang baru yang diciptakan dengan pasangan namun bukan dengan
keposesifan tetapi bagaiman konsep ini dibangun dengan Kristus sendiri
sebagai dasarnya. Cinta sejati adalah cinta yang memberikan kasih sekaligus
membiarkan pihak yang dicintai merasakan kasih.
Alkitab
tidak
pernah
ditemukan
kata
“pacaran”
tetapi
Alkitab
menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Seringkali
definisi seperti ini banyak disalah tafsirkan dan dikaitkan dengan hal-hal
yang hanya akan membangkitkan hawa nafsu saja. Dalam kasus ini S telah
meberikan seluruh dirinya kepada pacarnya. Secara psikologis S berada pada
masa Genital (menurt teori Freud). Pada masa genital ini sesorang mulai
tertarik pada lawan jenis, mereka mengembangkan minat seksual yang kuat
pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus pada
kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama
tahap ini. S memberikan dirinya karena ia mencintai pacarnya dan dengan
memberikan
dirinya
sepenuhnya
ia
merasa
telah
menyenangkan
pasangannya.
Oleh karena itu Alkitab juga mengingatkan bahwa hidup manusia
adalah bait Roh Kudus, sehingga manusia harus menjaga kekudusan hidup,
melakukan apa yang benar dan mulia, memikirkan hal-hal yang bijak. S telah
meberikan kekudusannya kepada pacarnya sehingga S merasa tidak
berharga lagi dan hanya pacarnya satu-satunya orang yang mau menerima
dia, sehingga S takut untuk melepaskan pacarnya meskipun pacarnya
melakukan tindakan kekerasan padanya. Dalam kasus
ini S
berhak
memutuskan pacarnya karena S berhak memilih bagaimana ia akan
meneruskan hubungannya.
Ada pepatah yang mengatakan “Laki-Laki menang memilih. Wanita
menang untuk menolak” seharusnya S menolak perlakuan pacarnya yang
menyakitinya itu dan menerima setiap konsekuensi yang akan didapatkan
saat S melepaskan pacarnya. Saya mengingat kotbah Dr. Niel Nelson
beberapa waktu lalu pada saat ibadah minggu bahwa Allah akan menutupi
masalalu seseorang saat orang tersebut benar-benar mau bertobat dan
kembali pada-Nya. Allah menerima setiap kekurangan umatnya yang mau
percaya pada-Nya dan Ia sendiri yang akan menguduskan mereka dan
melengkapi dengan kasih-Nya.
S harus benar-benar memilih
jalan
yang
benar
agar
memiliki
kedamaian saat menjalin sebuah hubungan. Menerima setiap konsekuensi
apa yang telah ia lakukan dan kembali menyerahkan kepada Allah sendiri.
Belajar cinta sejati yang hanya dari Allah saja.