Interaksi sosial dan lembaga sosial (15)

Interaksi sosial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan,
tolong hapus pesan ini.

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.
Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung
dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika
tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial itu sendiri tidak
dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya
manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu
perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar
pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial
merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak
adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan
bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat
menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu
dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena

tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain
tidak dapat disebut interaksi.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Syarat interaksi sosial


o

1.1 Kontak Sosial

o

1.2 Komunikasi


1.2.1 Encoding




1.2.2 Penyampaian



1.2.3 Decoding
2 Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial


o

2.1 Imitasi

o

2.2 Identifikasi

o

2.3 Sugesti


o

2.4 Motivasi

o

2.5 Simpati

o

2.6 Empati



3 Lainnya



4 Rujukan


Syarat interaksi sosial[sunting | sunting sumber]
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat,
yaitu kontak sosial dan komunikasi.

Kontak Sosial[sunting | sunting sumber]
Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya
bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama
menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi
atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu,
hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat
berikut.
1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik.
2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila
para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru
dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan
ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila
interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon.

Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak
sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke
rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya
menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi
adalah kontak sekunder tidak langsung.

Komunikasi[sunting | sunting sumber]
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi
yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau
sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi
yaitu sebagai berikut.
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada
pihak lain.

2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau
perasaan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa
informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan,
tulisan, gambar, dan film.

5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan
pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai
berikut:
Encoding[sunting | sunting sumber]
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat
atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar
yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kodekode yang membingungkan komunikan.
Penyampaian[sunting | sunting sumber]
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan
gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
Decoding[sunting | sunting sumber]
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial[sunting | sunting
sumber]
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti,
simpati, motivasi, identifikasi dan empati.


Imitasi[sunting | sunting sumber]
Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi
seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang
dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolahinformasi dari rangsang dengan
kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan
kemampuankognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga
pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut
pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal
study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan
fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk
berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.

Identifikasi[sunting | sunting sumber]
Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini
perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu
dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah
suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian
tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara lain dengan

menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan naik kapal terbang, tasnya

akan diberi tanpa pengenal pemilik agar nanti mengenalinya mudah.

Sugesti[sunting | sunting sumber]
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir
kritis dan rasional.

Motivasi[sunting | sunting sumber]
Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga
orang yang diberi motivasimenuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara
kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasibiasanya diberikan oleh orang yang
memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak,
seorang guru kepada siswa.

Simpati[sunting | sunting sumber]
Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan
perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga
memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkenamusibah tersebut.

Empati[sunting | sunting sumber]

Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata
perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat
intens/dalam.Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi - relasi sosial
lainnya,menentukan struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar manusia
dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat terjadi di antara
keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi – relasi sosial,suatu individu dengan
sekumpulan kelompok masyrakat,baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun
dengan kelompok – kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri,menciptakan
segi dinamika dari sisi perubahan danperkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai
suatu bentuk konkrit,komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai – nilai sosial di
dalam suatu masyarakat,telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana proses –
proses ini merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.

Lainnya[sunting | sunting sumber]
Gillin & Gillin mengatakan bahwa Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang
dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi
apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah
ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai suatu sistem di dalam
kelompok masyarakatmaupun sebagai sebuh proses sosial. Adanya hubungan timbal balik

dalam memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya komunikasi dapat membentuk
suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang dirasakan oleh masing – masing individu.
Hal ini membuat kegiatan komunikasi menjadi suatu dasar yang kuat dalam kehidupan
maupun proses sosial seseorang. Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di antara
warga – warga dalam kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan
sebagai suatu kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem
komunikasi. Sistem komunikasi ini mempunyai lambang – lambang yang diberi arti dan
menghasilkanpersepsi khusus dalam memahami lamabang – lambang tersebut
oleh masyarakat.Karena kelangsungan kesatuannya dengan
jalan komunikasi itu,setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem
komunikasinya masing-masing.

KAMIS 11 12 2014 15.02
http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antarindividu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya.
John Lewis Gillin [1]
"Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang
menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok,

atau antar kelompok."
Terjadinya interaksi karena ada proses aksi dan reaksi.
Manusia punya naluri gregariousness, yaitu naluri untuk selalu hidup
berkelompok atau bersama dengan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia punya kecenderungan untuk bekerja
sama dengan orang lain.
Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan
orang lain yaitu untuk :
a. memenuhi kebutuhan hidupnya
b. mempertahankan diri
c. meneruskan generasi atau keturunan
d. hidup bersama
Pola interaksi sosial:
a. antarindividu
contoh : Yusuf dan Ahmad sedang berdiskusi.
b. antara individu dan kelompok
contoh : Pak Firman sedang menjelaskan materi pelajaran kepada siswa

kelas X
c. antarkelompok
contoh : Siswa kelas X dan kelas XI sedang merencanakan kegiatan
pada saat liburan.

Syarat terjadinya interaksi sosial:
a. kontak : berhubungan dengan orang lain
b. komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami
Sifat kontak/komunikasi :
a. Primer (tatap muka) :
Contoh :
- Guru sedang mengajar sosiologi di kelas.
- Ibu membujuk adik yang menangis karena jatuh.
b. Sekunder (tidak tatap muka)
Contoh :
1) sekunder langsung
Contoh :
Ahmad sedang menelepon Fajri
2) sekunder tidak langsung
Contoh :
Anita menerima kiriman surat dari seseorang di luar negeri

Ciri-ciri interaksi sosial :
1. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
2. Ada tujuan yang ingin dicapai.
3. Ada dimensi waktu.
4. Ada komunikasi yang terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial:
a. imitasi : sikap meniru perilaku orang lain.
Contoh: anak meniru artis menyanyi
- remaja mengikuti gaya berpakaian artis
b. identifikasi : keinginan untuk menjadi sama dengan orang lain,
biasanya orang yang diidolakan.
Contoh tokoh teladan : Umar bin Khattab
c. simpati : merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
d. empati : merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan berbuat
untuk melakukan sesuatu untuk orang tersebut.
Contoh:

- Seorang siswa SMP di China menyumbangkan seluruh uang tabungan
hasil jerih payahnyanya dari mengumpulkan botol bekas air mineral
kepada anak-anak korban HIV.
e. sugesti : pendapat seseorang yang diterima tanpa kritik.
- Biasanya pendapat tersebut diberikan oleh :
* Tokoh politik : Bung Karno
* Artis : Deddy Mizwar
f. motivasi : dorongan yang diberikan kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu
Tahap-tahap keteraturan sosial :
1. Tertib sosial
Individu-individu dalam masyarakat bertindak sesuai dengan hak dan
kewajibannya, sesuai status dan perannya.
Warga masyarakat menyesuaikan tindakan dengan norma yang berlaku.
2. Order (ketertiban)
Warga masyarakat mengakui dan mematuhi norma yang berlaku.
3. Keajegan
Kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah, berlangsung terusmenerus.
Warga masyarakat melaksanakan norma secara terus-menerus.
Contoh :
Setiap bulan konsumen/pelanggan PLN harus membayar rekening listrik.
Ketentuan tersebut dilaksanakan dengan tegas sehingga tercipta
keteraturan sosial.
4. Pola
Corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial yang
dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok.
Tindakan warga masyarakat melaksanakan norma secara terus-menerus
dijadikan model bagi semua warga masyarakat.
Contoh :
Musyawarah dijadikan pola untuk menyelesaikan berbagai persoalan di
masyarakat karena sudah teruji dalam berbagai kejadian.
Bentuk-bentuk/jenis-jenis interaksi sosial
a. Proses asosiatif : interaksi yang mempererat hubungan
1) kerja sama :
- kerukunan
- bargaining : tukar-menukar barang dan jasa
- kooptasi : penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan
- koalisi : kerja sama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai

tujuan yang sama
- joint venture : kerja sama perusahaan dalam proyek tertentu
2) akomodasi : usaha untuk meredakan pertentangan
- koersi : dengan paksaan
- kompromi : mengurangi tuntutan
- arbitrasi : mengundang pihak ketiga untuk memutuskan perkara
- mediasi : mengundang pihak ketiga sebagai penasihat
- konsiliasi : mempertemukan pihak yang bertikai untuk membuat
kesepakatan
- toleransi : menghargai pendirian orang lain
- ajudikasi : dibawa ke pengadilan
- stalemate (kebuntuan) adalah kondisi dimana pihak yang bertikai
menghentikan konflik karena kekuatan seimbang.
Contoh : Konflik antarfaksi mujahidin di Afghanistan. Mereka bertempur,
namun akhirnya berhenti karena merasa tidak dapat mengalahkan
lawan, sama kuat.
- majority rule : keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak
dalam voting.
Contoh :
Ketika para siswa hendak mengadakan widyawisata, terjadilah
perbedaan dalam menentukan objek. Untuk mencapai kata mufakat
diadakan voting.
- elimination : pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.
- integration : mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat
sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
3) akulturasi : masuknya budaya asing tanpa menghilangkan budaya
asli.
4) asimilasi :
- pembauran dua budaya yang menghasilkan budaya baru, atau
- usaha-usaha untuk menghilangkan perbedaan
Contoh : pergaulan antara orang-orang yang berbeda latar belakang
budaya, mereka saling mencari persamaan atau saling menyesuaikan
perilaku di antara mereka, sehingga muncul budaya bersama.
b. Proses disosiatif : interaksi yang memperenggang hubungan.
1) persaingan/kompetisi
Contoh:
- pelajar lulusan SMA mengikuti tes seleksi masuk perguruan tinggi
- kakak beradik mengikuti perlombaan lari cepat
2) kontravensi : proses interaksi yang berada di antara persaingan dan

konflik
Contoh : perasaan tidak suka terhadap seseorang
3) konflik
Kamis 11 12 2014 15. 10
http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2009/03/interaksi-sosial.html

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli
Posted by' Haryanto, S.Pd onMarch 11, 2010

89

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Pengertian Remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi
Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa praremaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun,
dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupunpsikologis.

kamis 11 12 2014 15. 20

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
Pengertian

Remaja

Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap
lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813)
yang menyatakan remaja adalah: (1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk
kimpoi, (2) Muda (tentang anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta
birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya
menggambarkan
sebagaian
dari
pengertian
remaja.
Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh
oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah
situasi yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini
berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja
antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia
matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya
oleh
orang
sekitarnya.
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986: 98) yang
menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa
yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan
orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik. Selain itu, masa ini juga adalah
masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang
lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab
paripurna.
Beberapa defenisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu
masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur berkisar
antara 13-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki permasalahan
yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian remaja dapat dilihat pada ciri-ciri
remaja
dalam
berbagai
sudut
pandang
berikut
ini
:
Ciri-Ciri
Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari

berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.
Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang
dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir.
Penjelasan
ketiga
fase
ini
sebagai
berikut.
1).

Adolensi

dini

Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan
daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk
kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal
atau
defresif.
2).

Adolensi

menengah

Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai
meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya,
mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya,
politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang
dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak
benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan
desploritas
lebih
terarah
untuk
meminta
bantuan.
3).

Adolesensi

akhir

Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup
penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai
menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki
karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa
turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap
kesulitan jiwanya. Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orangorang
di
sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan
oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja
umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode
anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda
kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki.
Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak
menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat
menimbulkan
gangguan
phisikis
anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis
makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan
yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami
pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi.
Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak

berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan
kebebasan, meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan
demikian terjadi pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung.
(Mustaqim
dan
Abdul
Wahid,
1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir
umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama,
kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan
dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang
tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai
mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan
rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan
diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah
hampir masuk dewasa.

Pengertian & Ciri-Ciri
Remaja

Perkembangan

Remaja

dan

Perkembangan

Aspek-Aspeknya
Fisik

Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat pada
masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan
dan remaja akhir. Cole (dalam monks, 2002:16) berpendapat bahwa
perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang
mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik
berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan
lancar. Jika perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang
wajar
dalam
kehidupan
masyarakat
dewasa.
Perkembangan

Kognitif

Remaja

Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam Elisabet,1999:117)
menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekiyar usia 11-15
tahun. Seorang anak mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan
berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman
langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan pada tahap ini. Potensi
kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking) berkembang secara
maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak
tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada tahap
perkembangan
selanjutnya.
Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum
mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran

formal (formal reasoning) sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa
karena
hanya
secara
potensial
sudah
tercapai.
Perkembangan

Emosi

Remaja

Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah efektif.
Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada
umumnya, dan dalam hubungannya dengan orang lain pada khususnya.
Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di butuhkan sehingga
manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus yang di hadapinya.
Prawitasari (dalam Zailani, 1887:85) mengembangkan alat pengungkap emosi
dasar manusia berupa foto-foto sebagai ekspresi wajah dari berbagai model dasar
manusia yaitu : senang, sedih, terkejut, jijik, marah, takut dan malu.
Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak
mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalnya orang yang marah
seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat individual atau subjektif, tergantung
pada
kondisi
pribadi
masing-masing
orang.
Manifestasi emosi yang sering muncul pada remaja termasuk higtened
emotionality atau meningkatkan emosi yaitu kondisi emosinya berbeda dengan
keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa sikap
binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada nafsu makan, tidak
punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri membaca buku. Di
samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai beberapa emosi
yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel, frustasi cemburu,
iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan perasaan bahagia.
Kamis 11 12 2014 15.25
http://www.inforemaja.com/2012/10/pengertian-ciri-ciri-remaja.html

Pengertian Panti Sosial Asuhan Anak
Landasan hukum upaya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak- anak terlantar diatas menjadi
patokan dalam membentuk suatu lembaga pengganti peran dan fungsi orang tua yang disebut
sebagai panti sosial asuhan anak (PSAA).
Menurut Depsos RI (2004: 4) mengemukakan bahwa: Panti Sosial Asuhan anak adalah suatu
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan
pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas,tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai dengan
yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang
akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional‟.

Dari pengertian panti asuhan merupakan sebuah lembaga pengganti fungsi orang tua bagi anakanak terlantar dan memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi anak- anak terlantar terutama kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh supaya
mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan menjadi generasi penerus citacita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan sosial.
Sedangkan menurut Gospor Nabor (Bardawi Barzan:1999: 5) menjelaskan bahwa: “Panti asuhan
adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang
bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup”.
Berdasarkan pengertian diatas panti asuhan sebagai lembaga sosial yang didirikan secara sengaja
oleh pemerintah ataupun masyarakat guna membantu invidu atau kelompok dalam memenuhi
kebutuhan hidup sebagai wujud upaya terjaminnya kesejahteraan sosial.
Dari kedua pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa panti asuhan
adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara sengaja oleh pemerintah atau
masyarakat yang bertanggung jawab dalam melakukan pelayanan, penyantunan dan pengentasan
anak terlantar dan memiliki fungsi sebagai pengganti peranan orang tua dalam memenuhi
kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan yang luas untuk
mengalami pertumbuhan fisik dan mengembangkan pemikiran hingga ia mencapai tingkat
kedewasaan yang matang dan mampu melaksanakan perananperannya sebagai individu dn warga negara didlam kehidupan bermasyarakat

kamis 11 12 2014 16.00
http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/10/pengertian-panti-sosial-asuhan-anak.html
Rabu, 17 Oktober 2012

STANDAR MUTU PANTI SOSIAL
STANDART MUTU PANTI SOSIAL

A. PENGERTIAN STANDART MUTU PELAYANAN SOSIAL
Program menjaga mutu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan
standar, karena kegiatan pokok program tersebut adalah menetapkan
masalah, menetapkan penyebab masalah,menetapkan masalah,
menetapkan cara penyelesaian masalah,menilai hasil dan saran perbaikan
yang harus selalu mengacu kepada standar yang telah ditetapkan

sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu.
Pengertian standar itu sendiri sangat beragam, di antaranya: •
Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas,
berat, nilai atau mutu. •
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau
disebut pula sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical
Practice Guideline, 1990).
Berdasarkan batasan tersebut di atas sekalipun rumusannya berbeda,
namun terkandung pengertian yang sama, yaitu menunjuk pada tingkat
ideal yang diinginkan.
Lazimnya tingkat ideal tersebut tidak disusun terlalu kaku, namun dalam
bentuk minimal dan maksimal (range). Penyimpangan yang terjadi tetap
masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut toleransi (tolerance).
Sedangkan untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar
tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah
protokol. Adapun yang dimaksud dengan protokol (pedoman, petunjuk
pelaksanaan) adalah suatu pernyataan tertulis yang disusun secara
sistimatis dan yang dipakai sebagai pedoman oleh para pelaksana dalam
mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan pelayanan sosial.
Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai standar yang telah
ditetapkan.
2. Syarat Standar
a. Bersifat jelas b. Masuk akal c. Mudah dimengerti d. Dapat dicapai e.
Absah f. Menyakinkan g. Mantap, spesifikasi serta eksplisit .
Secara umum standar program menjaga mutu dapat dibedakan :
a. Standar persyaratan minimal
Adalah yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan sosial yang bermutu, yang
dibedakan dalam :
1). Standar masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya
pelayanan sosial yang bermutu, yaitu jenis, jumlah, dan
kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksana sarana,peralatan, dana (modal).
2.) Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
sosial yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola
organisasi serta sistim manajemen,yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
3) Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan sosial yang bermutu,

yakni tindakan sosial, dan non sosial (standard of conduct), karena baik
dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan
dengan standar proses.
4.) Standar Keluaran
Adalah yang menunjuk pada penampilan(performance) pelayanan sosial.
Penampilan ada 2 macam: a. Penampilan aspek medis pelayanan sosial b.
Penampilan aspek non medis pelayanan sosial Bila kedua standar pelayan
ini tidak sesuai maka tidak sesuai dengan yang ditetapkan maka
pelayanan tidak akan bermutu
2. Standar penampilan minimal
Yang dimaksud dengan standar penampilan minimal adalah yang
menunjuk pada penampilan pelayanan sosial yang masih dapat diterima.
Standar ini karena menunjuk pada unsur keluaran maka sering disebut
dengan standar keluaran atau standar penampilan (Standard of
Performance).
Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan yang diselenggarakan masih
dalam batas-batas kewajaran, maka perlu ditetapkan standar
keluaran.Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan sosial maka keempat
standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta
berkesinambungan.
Bila ditemukan penyimpangan perlu segera diperbaiki. Dalam
pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung
kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas
B, STANDAR MUTU PELAYANAN PANTI SOSIAL
1. PANTI SOSIAL
Panti Sosial yang dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, disebut sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yaitu
organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Panti
sosial atau Lembaga Kesejahteraan Social memiliki posisi strategis,
karena memiliki tugas dan tanggungjawabnya yang mencakup 4 kategori,
yaitu meliputi :
(1) Bertugas untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial penyandang
masalah dengan melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin ;
(2) Bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya
diri, dan tanggungjawab terhadap diri dan keluarganya; dan
meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat ;
(3) Bertugas untuk mengembalikan PMKS ke masyarakat melalui
penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan mau
menerima kehadiran kembali mereka, dan membantu penyaluran mereka
ke pelbagai sektor kerja dan usaha produktif ; dan
(4) Bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti
mendorong peningkatan taraf kesejahteraan pribadinya; meningkatkan
rasa tanggungjawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah
masyarakat; mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan iklim
yang mendukung pemulihan; dan memfasilitas dukungan psiko-sosial dari

keluarganya.
Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai : tempat penyebaran
layanan; pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan
sosial; tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga
rehabilitasi tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/referral system)
dan tempat pelatihan keterampilan.
Panti Sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, dalam
melaksanakan kegiatannya terikat dengan prinsip-prinsip
penyelenggaraan Panti Sosial dalam praktek pekerjaan sosial (Lampiran I
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 50/HUK/2004) , yaitu
: Mengacu kepada rambu-rambu hukum yang berlaku ;
a. Memberikan kesempatan yang sama kepada mereka yang
membutuhkan untuk mendapatkan pelayanan ; b. Menghargai dan
memberi perhatian kepada setiap klien dalam kapasitas sebagai individu
sekaligus juga sebagai anggota masyarakat ;
c. Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat
pencegahan, perlindungan, pelayanan dan rehabilitasi serta
pengembangan
d. Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan
secara terpadu antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi lainnya
yang berkesinambungan ;
e. Menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial berdasarkan kebutuhan
klien guna meningkatkan fungsi sosialnya ;
f. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi secara aktic
dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan ;
2. PENDUKUNG MUTU PELAYANAN PANTI SOSIAL
Standar mutu pelayanan itu sendiri tidak terlepas dari prinsip-prinsip
yang mempengaruhi pencapaian pelayanan secara optimal, yaitu antara
lain mencakup
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

sumber daya aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan
masyarakat sebagai pengguna atau penerima atau penerima layanan
mekanisme dan prosedur penyelenggaraan pelayanan
sarana prasarana pendukung penyelenggaraan pelayanan
peraturan perundang-undangan
kelembagaan
sumber pendanaan untuk operasional pelayanan.

3. STANDARISASI PANTI.
Sebelum dilakukan pembahasan tentang standar pelayanan panti, ada
baiknya kita uraian dulu tentang standarisasi panti yang telah dituangkan
dalam Lampiran Keputusan Menteri Sosial RI. Nomor : 50/HUK/2004
tentang Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi.Panti Sosial,
sebagai landasan untuk menetapkan standar pelayanan panti. Standard
panti sosial adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu
bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau lembaga pelayanan
sosial lainnya yang sejenis.
Adapun yang dimaksud dengan panti sosial adalah lembaga pelayanan

kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan
kualitas SDM dan memberdayakan para penyandang masalah
kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental,
maupun sosial.
Ada dua macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar
khusus.
Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja
tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial
jenis apapun.
Sedangkan standar khusus adalah ketentuan yang memuat hal-hal
tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial
dan/atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan
karakteristik panti sosial.
Standar umum panti sebagaimana dimaksud adalah :
1. Kelembagaan,
meliputi : • Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi
yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan
profesionalnya. • Visi dan Misi. Memiliki landasan yang berpijak pada visi
dan misi; • Organisasi dan Tata Kerja. Memiliki struktur organisasi dan
tata kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan.
2. Sumber Daya Manusia,
mencakup 2 aspek : a. Aspek penyelenggara panti, terdiri 3 unsur : •
Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala unit yang ada
dibawahnya. • Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur,
pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya. • Unsur Penunjang,
meliputi pembina asrama, pengasuh, juru masak, petugas kebersihan,
satpam, dan sopir. b. Pengembangan personil panti Panti Sosial perlu
memiliki program pengembangan SDM bagi personil panti
3. Sarana Prasarana,
mencakup • Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan asesmen, bimbingan
sosial, ketrampilan fisik dan mental. • Perkantoran. Memiliki ruang kantor,
ruang rapat, ruang tamu, kamar mandi, WC, peralatan kantor seperti : alat
komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan dokumen. •
Umum. Memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci, kerapihan
diri, belajar, kesehatan dan peralatannya (serta ruang perlengkapan).
4. Pembiayaan
Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.
5. Pelayanan Sosial Dasar
Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
klien, meliputi : makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, dan
kesehatan.

6. Monitoring dan Evaluasi,
meliputi : • Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan
yang diberikan kepada klien. • Monev Hasil, yakni monitoring dan
evaluasi terhadap klien, untuk melihat tingkat pencapaian dan
keberhasilan klien setelah memperoleh proses pelayanan.
C. STANDART KHUSUS PELAYANAN PANTI SOSIAL
Standar khusus panti seperti yang tertuang pada keputusan Menteri
Sosial RI. Nomor : 50/HUK/2004 tersebut, merupakan bentuk-bentuk
pelayanan yang akan diberikan oleh panti. Untuk itu perlu ditetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk masing-masing bentuk pelayanan
tersebut. Standar Pelayanan Minimal (SPM) standar kualitas/mutu untuk
menjembatanii terwujudnya pelayanan sosial yng diberikan yang layak
secara keilmuan bagi kelayan.
Kata ’minimal’ merujuk pada kewajiban tanggung jawab serta tindakantindakan posisif yang setidaktidaknya harus dilampai/dijalankan, bukan
diterjemahkan sebagai kelonggaran negatif yang membolehkan pelayanan
dengan apa adanya atau sekedarnya. SPM sebagai dasar menuju pada
Pelayanan Prima kemudian pada Pelayanan Berkualitas. Standar
Pelayanan Panti, disusun dan ditetapkan oleh para stakeholder panti yang
bersangkutan secara bersama-sama dan menjadi pedoman operasinal
pelayanan panti.
Stantar pelayanan tersebut sekurang-kurang membuat hal-hal
sebagaimana yang ada pada Standar Khusus Panti Sosial, berupa kegiatan
pelayanan yang terdiri dari tahapan sebagai berikut (disesuaikan jenis
pelayanan sosial masing-masing panti ) :
1. Tahap Pendekatan Awal.
Tahap pendekatan yang merupakan tahap persispan ini meliputi :
Sosialisasi program, Penjaringan/penjangkauan calon klien, Seleksi calon
klien, Penerimaan dan registrasi, dan Konferensi kasus (case conference ).
Untuk ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : • a. Penjemputan
(untuk yang perlu dilakukan penjelmputan) atau penerimaan (bagi kelayan
yang datang sendiri) oleh Peksos sebagai upaya menciptakan kontak
awal/pendahuluan denga kelayan (pengenalan untuk pendekatan diri dua
pihak) • b. Pemeriksaan dokumen kelayan oleh petugas Peksos/panti. • c.
Menetapkan persyaratan kelayan yang akan memperoleh pelayanan panti
• d. Seleksi/pemeriksaan awal calon kelayan (kesehatan, motivasi,
kesesuaian masalah dengan pelayanan panti, dll). Dan biayanya
ditetapkan menjadi tanggung jawab siapa ? • e. Penetapan kelayan terpilih
dari seleksi kelayan yang dilakukan;
2. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment),
Assesment yang termasuk tahap persiapan, dilakukan untuk mendapatkan
data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan kelayan, juga

yang terkait dengan bakat, minat, potensi-potensi diri yang dimilikinya,
kemampuan, harapan dan cita-cita kedepannya yang dapat digunakan
untuk mendukung upaya pemecahan masalah serta upaya-upaya untuk
mengembangkan kemampuan kelayan. Kegiatan Assesment tersebut
meliputi : • a. Analisa kondisi kelayan, keluarga kelayan, dan lingkungan
sosial/ masyarakat kelayan. • b. Karakteristik masalah, sebab dan
implikasi masalah yang dihadapi kelayan • c. Kapasitas mengatasi
masalah dan sumber daya • d. Konferensi kasus Misalnya, kegiatankegiatan yang dapat dilakukan seperti : • Mendalami seberapa jauh/luas
permasalahan yang dihadapi kelayan; • Mengidentifikasi seluruh potensi
kelayan, baik kelemahan maupun kemampuan yang dimiliki dan
lingkungannya. • Merencanakan penentuan program pelayanan sesuai
hasil indentifikasi permasalahan yang dihadapi kelayan Assesment
dilakukan dengan wawancara dan observasi terhadap kelayanan, keluarga
kelayan, dan lingkungan kelayan. Hasil yang diharapkan adalah untuk
mendapatkan data dan informasi yang terkait dengan bakat, minat,
potensi-potensi diri yang dimilikinya, kemampuan, harapan dan cita-cita
kedepannya. Tahapan assesment dianggap cukup kalau, apabila : telah
dapat ditetapkan klasifikasi permasalahan yang dihadapi kelayan ; telah
dapat dirumuskan rencana pelayanan dan rehabilitasi dengan dukungan
data yang jelas ; dan tersedia bukti fisik adminsitrasi dari semua kegiatan
assesment yang telah dilakukan.
3. Tahap Perencanaan Pelayanan.
Pada tahap perencanaan pelayanan terhadap kelayan dari panti yang
bersangkutan adalah yang meliputi : Penetapan tujuan pelayanan dari
panti ; Penetapan jenis pelayanan panti ; dan Sumber daya yang akan
digunakan. ( sesuai dengan masing-masing jenis pelayanan sosial yang
dilakukan oleh panti ).
4. Tahap Pelaksanaan Pelayanan di Panti.
Tahap ini merupakan kegiatan lanjutan dari ditetapkannya kelayan untuk
menerima pelayanan di panti, yang pelaksanaannya dititik beratkan pada
profesi pekerjaan sosial dan didukung oleh pelatih atau instruktur dari
profesi lain untuk menunjang proses rehabilitasi kelayan. Tahap
pelaksanaan pelayanan kelayan di dalam panti , dibagi dalam dua bagian,
yaitu Pelayanan Sosial dan Pelayanan Rehabilitasi. a. Pelayanan Sosial,
yang diberikan di dalam panti dimaksudkan agar kebutuhan fisiologis
kelayan tercukupi, sehingga dapat mengikuti semua program pemulihan
yang telah ditetapkan oleh panti. Pelayanan sosial yang diberikan meliputi
: • (1) Pelayanan Pangan, SPM yang terkait dengan pelayanan pangan ini
adalah makan diberikan 3 kali dalam satu hari, panti menetapkan daftar
menu dan mengenatuhi ahli gizi / atau dokter untuk jangka waktu setiap 1
minggu atau 10 hari yang akan dijadikan acuan bagi petugas masak;
Menu disusun dengan memperhatikan aspek, gizi, kesehatan dan
kebersihan. Misalnya dibuat Tabel Kebutuhan Sehat Untuk Menu makanan
Kelayan setiap hari per kelayan/orang : Waktu Jenis menu Ukuran Kadar
kalori(terdiri Pagi, Siang, Sore ) Nasi Lauk, Sayur, minum/Susu, dll ) gram
kaloriJumlah kalori • (2) Pelayanan Papan, SPM yang terkait dengan
pelayanan tempat tinggal kelayan yang ada dipanti berupa apa (asrama,
dll), untuk setiap kamar berapa orang, fasilitas kamar meliputi apa saja
(lemari, meja kursi, tempat tidur lengkap dengan kasur,bantal, selimut,

sprei, sarung bantal, ventilasi udara cukup, lampu penerangan dll.) • (3)
Pelayanan Kesehatan, SPM yang terkait pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada kelayan selama di panti baik
untuk pemeriksaan rutin (berapa kali dalam satu bulan) maupun
perawatan bila kelayan sakit ringan atau sakit berat ) • (4) Pelayanan
Kebutuhan Hidup Sehat, SPM yang terkait pelayanan ini berupa standar
hygiene yang diberikan panti berupa kebutuhan hidup sehat di panti yang
meliptui : persediaan air bersih (untuk mandi, dan minum) ; tersedianya
MCK yang terjaga kebersihannya ; tersedianya sarana kesehatan (P3K);
Saluran pembuangan yang baik, sirkulasi udara yang sehat, kegiatan olah
raga yang teratur, dll. b. Pelayanan Rehabilitasi. Pelayanan ini
dimaksudkan sebagaimana yang ditetapkan tujuan pelayanan panti (dalam
perencanaan pelayanan) yaitu antara lain untuk membentuk dan merubah
perilaku phisik dan psichys (fisik dan mental) dan perilaku sosial kelayan
(Sesuai dengan permasalahan kelayan ). Kemudian dalam SPMnya ditetap
mengenai waktu pelayanan (berapa hari/minggu/bulan atau tahun).
Disusun jadwal kegiatan (bimbingan) yang diberikan kepada kepalayan,
misalnya dengan membuat daftar layanan sebagai berikut : (No. Pukul /
Jam Uraian Kegiatan/Bimbingan Keterangan ) Disusn pula SPM bentukbentuk kegiatan/bimbingan yang diberikan kepada kelayan, yang
meliputi : Bimbingan Individu ; Bimbingan Kelompok ; Bimbingan Sosial ;
Penyiapan Lingkungan Sosial ; Bimbingan Mental Spiritual/Psikososial;
Bimbingan Pelatihan Ketrampilan ; Bimbingan Fisik Kesehatan; Bimbingan
Pendidikan. SPM untuk Bimbingan fisik Kesehatan, kelayan diberikan
bimbingan berupa : kegiatan olah raga ; kebersihan lingkungan, dan SKJ
( tentukan frekuensi kegiatannya, setiap hari / setiap hari apa dan jam
berapa ) SPM untuk Bimbingan Mental Spiritual ditetapkan balam
bentuk : mental keagamaan sesuai dengan keyakinannya ; harus
menjalankan ibadah agama sesuai dengan keyakinannya. Bagi yang
beragama Islam ada kegiatan pengajian setiap ( kapan), sholat dilakukan
secara berjamaah, dll.
5. Tahap Pasca Pelayanan,
terdiri dari : • a. Penghentian Pelayanan. Dilakukan setelah klien selesai
mengikuti proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan. • b. Rujukan. Dilaksanakan apabila
klien membutuhkan pelayanan lain yang tidak tersedia dalam panti. • c.
Pemulangan dan Penyaluran. Dilaksanakan setelah klien dinyatakan
berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan. • d. Pembinaan Lanjut.
Kegiatan memonitor/memantau klien sesudah mereka bekerja atau
kembali ke keluarga. • e. Terminasi, dilaksanakan sehubungan dengan
kondisi kelayan yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sosialnya dan
terlepas dari masalah yang pernah dihadapi. Bentuk-bentuk pelayanan
pasca pelayanan dipanti, ditetapkan SPM nya sebagai pedoman petugas.
Misalnya: • SPM untuk Penghentian Pelayanan ini, kelayan yang sudah
selesai mendapatkan pelayanan, apabila kondisi dan mental kelayan
dipandang sudah cukup dapat bersosialisasi baik dilingkungan keluarga,
kerja/sekolah dan masyarakat. • SPM untuk Rujukan, ditetapkan
prosedure rujukan yang akan dilakukan dan bagaiamana hak dan
kewajiban masing-masing pihak (panti dan kelayan/keluarganya) • SPM
untuk Pemulangan dan penyaluran, ditetapkan bagaimana prosedurenya

kepulangannya ; kemudian kepulangannya apakah diantar atau keluarga
kelayan