Peranan hukum dan Perubahan Sosial (1)
Catatan Hukum Boy Yendra Tamin
Membicarakan peranan hukum dalam perubahan sosial bukanlah sesuatu yang
mudah dan sama tidak mudahnya dengan mendefenisikan hukum itu sendiri.
Meskipun demikian ia tidak membuat kita terhenti membicarakannya karena
mengetahui dan memahami bagaimana peranan hukum itu adalah sesuatu yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya baik
sebagai induvidu maupun kehidupan sosial.
Dalam pergaulan hidup manusia di masa lampau, masa kini maupun masa datang,
tuntutan akan berperannya hukum akan semakin meningkat sejalan dengan
perkembangan pergaulan sosial manusia. Tuntutan akan peranan hukum bahkan
kian sangat sektoral dan spesifik, sehingga peran hukum yang genus seringkali
dirasakan tidak memuaskan. Bahkan pada satu keadaan tertentu hukum dirasakan
tidak berperan karena kian sektoral dan spesifiknya pola hidup, budaya dan tingkah
laku manusia dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan.
Dalam konteksnya dengan perubahan sosial, hukum tidak bisa berdiri sendiri.
Daniel S. Lev mengemukakan, bahwa bukan saja karena hukum itu tidak otonom
tetapi juga kadang-kadang hukum itu simbolistis mewakili pimpinan sosial politik.
Yang paling dasar dalam perubahan sosial bukan hukum itu sendiri, tetapi
pemakaian alat-alat kekuatan kekuasaan, hukum dan lain-lain yang ada oleh
pimpinan sosial politik. Peranan hukum dalam hal ini adalah sebagai ideologi,
yaitu orang mendapat jaminan, kepastian bahwa mereka tidak dapat diperlakukan
sewenang-wenang oleh pihak lain.[1]
Lebih jauh Daniel S. Lev mengungkapkan, bahwa peranan yang paling penting
dalam perubahan sosial tidak dilakukan oleh hukum, melainkan oleh pimpinan
sosial politik dan politik di disini termasuk juga hakim, jaksa dan advokat. Hukum
sendiri tidak dapat menentukan perubahan sosial, perubahan politik, perubahan
ekonomi; itu tergantung kepada kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat sendiri.
Hukum peranannya tidak langsung dalam perubahan sosial, ia hanya memberi
kerangka idiologis dalam perubahan perubahan sosial yang dikehendaki, yaitu
jaminan orang akan diperlakukan secara fair. Ini amat penting, karena tanpa
jaminan ini, perubahan perubahan sosial yang dikehendaki dalam masyarakat
hampir tidak mungkin, karena orang tidak percaya kepada negara, kepada struktur
dalam masyarakat, atau kepada apa saja.[2]
Pandangan Daniel S. Lev itu tentu saja suatu kritik terhadap konsepsi hukum
sebagai a tool of sosial engineering yang digagas Roscou Pound dalam konteks ke
kekinian. kalau dilihat idea itu sekarang, ada beberapa arti. Pertama, dari sudut
yang sangat baik yaitu pemerintah dapat memakai hukum untuk memimpin
masyarakat ke arah yang tertentu. Dari sudut lain itu berarti orang orang didalam
masyarakat sendiri tidak diberi kesempatan, yaitu seolah olah mereka dimanipulir
terus. Dengan demikian a tool of sosial engineering itu mempunyai dua arti.
Kadang kadang dipakai dalam arti yang baik sekali, padahal ada bahaya yang
bukan main di situ. Membicarakan hukum sebagai a tool of sosial engineering itu
berarti memberikan kekuasaan yang amat penuh pada pemerintah. Kita selalu
memakai istilah itu sebagai sesuatu yang netral. Padahal istilah itu tidak netral.
Istilah itu dapat dipakai untuk tujuan yang baik dan dapat juga dipakai untuk tujuan
yang buruk. Istilah itu sendiri mempunyai dua arti: pertama sebagai suatu prosedur,
suatu cara untuk merubah masyarakat, dan yang kedua, yang teramat penting
adalah secara material, yaitu masyarakat macam apa yang dikehendaki? Itu tidak
gampang, kita harus bertanya macam masyarakat apa yang dikehendaki oleh
pemerintah dan oleh orang dalam masyarakat ?
Dari kirik atas konsepsi hukum sebagai a tool of sosial engineering, maka betapa
sulitnya membicarakan peranan hukum dan kecocokannya dengan zaman dan
perubahan sosial. Kerumitan itu tidak terkecuali apabila kita membicarakan
peranan hukum di Indonesia dalam konteks perubahan masyarakatnya. Hal ini
terlebih lagi apabila kita hendak membicarakan peranan hukum yang lebih spesifik
dan sektoral atau untuk keadaan dan tingkah laku tertentu. Tulisan singkat ini tentu
tidak bermaksud menjelaskan secara mendalam dan panjang lebar soal peranan
hukum dan perubahan sosial, melain sekedar catatan pengantar, terutama karena
adanya kerumitan antara peranan hukum dan perubahan sosial, lebih-lebih
dikarenakan di Indonesia berkembang hukum-hukum sektoran dan hukum-hukum
khusus. (***)
[1] Daniel S. Lev dalam percakapan Erman Rajagukguk mengirimkan,
serangkaian percakapannya tersebut di atas untuk Fokus 31 Desember 1982.
[2] Ibid.
Membicarakan peranan hukum dalam perubahan sosial bukanlah sesuatu yang
mudah dan sama tidak mudahnya dengan mendefenisikan hukum itu sendiri.
Meskipun demikian ia tidak membuat kita terhenti membicarakannya karena
mengetahui dan memahami bagaimana peranan hukum itu adalah sesuatu yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya baik
sebagai induvidu maupun kehidupan sosial.
Dalam pergaulan hidup manusia di masa lampau, masa kini maupun masa datang,
tuntutan akan berperannya hukum akan semakin meningkat sejalan dengan
perkembangan pergaulan sosial manusia. Tuntutan akan peranan hukum bahkan
kian sangat sektoral dan spesifik, sehingga peran hukum yang genus seringkali
dirasakan tidak memuaskan. Bahkan pada satu keadaan tertentu hukum dirasakan
tidak berperan karena kian sektoral dan spesifiknya pola hidup, budaya dan tingkah
laku manusia dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan.
Dalam konteksnya dengan perubahan sosial, hukum tidak bisa berdiri sendiri.
Daniel S. Lev mengemukakan, bahwa bukan saja karena hukum itu tidak otonom
tetapi juga kadang-kadang hukum itu simbolistis mewakili pimpinan sosial politik.
Yang paling dasar dalam perubahan sosial bukan hukum itu sendiri, tetapi
pemakaian alat-alat kekuatan kekuasaan, hukum dan lain-lain yang ada oleh
pimpinan sosial politik. Peranan hukum dalam hal ini adalah sebagai ideologi,
yaitu orang mendapat jaminan, kepastian bahwa mereka tidak dapat diperlakukan
sewenang-wenang oleh pihak lain.[1]
Lebih jauh Daniel S. Lev mengungkapkan, bahwa peranan yang paling penting
dalam perubahan sosial tidak dilakukan oleh hukum, melainkan oleh pimpinan
sosial politik dan politik di disini termasuk juga hakim, jaksa dan advokat. Hukum
sendiri tidak dapat menentukan perubahan sosial, perubahan politik, perubahan
ekonomi; itu tergantung kepada kekuasaan dan kekuatan dalam masyarakat sendiri.
Hukum peranannya tidak langsung dalam perubahan sosial, ia hanya memberi
kerangka idiologis dalam perubahan perubahan sosial yang dikehendaki, yaitu
jaminan orang akan diperlakukan secara fair. Ini amat penting, karena tanpa
jaminan ini, perubahan perubahan sosial yang dikehendaki dalam masyarakat
hampir tidak mungkin, karena orang tidak percaya kepada negara, kepada struktur
dalam masyarakat, atau kepada apa saja.[2]
Pandangan Daniel S. Lev itu tentu saja suatu kritik terhadap konsepsi hukum
sebagai a tool of sosial engineering yang digagas Roscou Pound dalam konteks ke
kekinian. kalau dilihat idea itu sekarang, ada beberapa arti. Pertama, dari sudut
yang sangat baik yaitu pemerintah dapat memakai hukum untuk memimpin
masyarakat ke arah yang tertentu. Dari sudut lain itu berarti orang orang didalam
masyarakat sendiri tidak diberi kesempatan, yaitu seolah olah mereka dimanipulir
terus. Dengan demikian a tool of sosial engineering itu mempunyai dua arti.
Kadang kadang dipakai dalam arti yang baik sekali, padahal ada bahaya yang
bukan main di situ. Membicarakan hukum sebagai a tool of sosial engineering itu
berarti memberikan kekuasaan yang amat penuh pada pemerintah. Kita selalu
memakai istilah itu sebagai sesuatu yang netral. Padahal istilah itu tidak netral.
Istilah itu dapat dipakai untuk tujuan yang baik dan dapat juga dipakai untuk tujuan
yang buruk. Istilah itu sendiri mempunyai dua arti: pertama sebagai suatu prosedur,
suatu cara untuk merubah masyarakat, dan yang kedua, yang teramat penting
adalah secara material, yaitu masyarakat macam apa yang dikehendaki? Itu tidak
gampang, kita harus bertanya macam masyarakat apa yang dikehendaki oleh
pemerintah dan oleh orang dalam masyarakat ?
Dari kirik atas konsepsi hukum sebagai a tool of sosial engineering, maka betapa
sulitnya membicarakan peranan hukum dan kecocokannya dengan zaman dan
perubahan sosial. Kerumitan itu tidak terkecuali apabila kita membicarakan
peranan hukum di Indonesia dalam konteks perubahan masyarakatnya. Hal ini
terlebih lagi apabila kita hendak membicarakan peranan hukum yang lebih spesifik
dan sektoral atau untuk keadaan dan tingkah laku tertentu. Tulisan singkat ini tentu
tidak bermaksud menjelaskan secara mendalam dan panjang lebar soal peranan
hukum dan perubahan sosial, melain sekedar catatan pengantar, terutama karena
adanya kerumitan antara peranan hukum dan perubahan sosial, lebih-lebih
dikarenakan di Indonesia berkembang hukum-hukum sektoran dan hukum-hukum
khusus. (***)
[1] Daniel S. Lev dalam percakapan Erman Rajagukguk mengirimkan,
serangkaian percakapannya tersebut di atas untuk Fokus 31 Desember 1982.
[2] Ibid.