TUGAS dan hukum dan inter
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai.
Kepentingan nasional dapat dicapai dalam wilayah negara itu sendiri dan dapat
pula dicapai di luar wilayah negara. Dalam hal pencapaian kepentingan nasional
dilakukan di luar batas wilayah negara, instrument yang digunakan ialah Politik
Luar Negeri. Politik Luar Negeri merupakan refleksi dari kondisi dalam negeri
dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh perubahan – perubahan dinamis dari
lingkungan regional dan internasional. Hal ini juga terlihat jelas pada
implementasi Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI) yang tampak
memiliki karakteristik dan gaya berbeda – beda ditiap – tiap periode
pemerintahan. Periode Orde Lama PLNRI memiliki karakteristik berhubungan
akrab dengan kubu negara – negara komunis, serta bergaya Konfrontatif. Periode
Orde Baru PLNRI memiliki karakteristik berhubungan karib dengan kubu negara
- negara Barat serta bergaya Low Profile-Kooperatif. Sedangkan pada periode
Orde Reformasi PLNRI memiliki karakteristik berkawan dengan semua negara
serta bergaya Aktif-Diplomatis.
Perubahan karakteristik dan gaya dalam pelaksanaan PLNRI lebih sering
disoroti dari aspek situasi dan kondisi dalam negeri, pada tulisan ini perubahan
karakteristik PLNRI akan disoroti dari aspek perubahan situasi dan kondisi
lingkungan internasional. Secara khusus tulisan ini akan membatasi pada
pelaksanaan PLNRI di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono dari tahun 2004 hingga tahun 2009.
Politik luar negeri suatu negara merupakan refleksi atau cerminan politik
dalam negeri. Politik luar negeri suatu negara akan menjadi penting untuk
menentukan arah dan tujuan suatu negara dalam mempertahankan eksistensi
kedaulatan di tengah-tengah pergaulan antarnegara.
1|Page
Istilah politik luar negeri sering sekali merujuk pada kebijakan luar negeri
suatu negara atau pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa politik
luar negeri tidak lepas dari bagaimana mempertahankan kepentingan nasional
suatu bangsa pada tatanan hubungan internasional baik dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang.
Politik luar negeri suatu negara sering dikaitkan dengan bagaimana
menjagasustainability (kelangsungan hidup) suatu negara dalam mempertahankan
kedaulatan, identitas bangsa, dan kepentingan ekonomi di tengah persaingan
global antarbangsa.
Kebijakan luar negeri suatu negara, yang juga disebut kebijakan hubungan
internasional, adalah serangkaian sasaran yang menjelaskan bagaimana suatu
negara berinteraksi dengan negara lain di bidang-bidang ekonomi, politik, sosial,
dan militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana
negara berinteraksi dengan organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut
dievaluasi dan dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat
yang dapat diperoleh dari kerjasama multilateral internasional. Kebijakan luar
negeri dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan
nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat
terjadi sebagai hasil dari kerjasama secara damai dengan bangsa lain, atau melalui
eksploitasi.
Biasanya,
tugas
menciptakan
kebijakan
luar
negeri
adalah
wewenang kepala pemerintahan dan menteri luar negeri (atau jabatan yang
setara). Di beberapa negara, lembagalegislatif juga memiliki hak pengawasan
yang cukup. Terdapat pengecualian, misalnya di Perancis dan Finlandia, di
mana kepala negara adalah yang bertanggung-jawab atas kebijakan luar negeri,
sementara kepala pemerintahan bertanggung-jawab terutama pada hal yang
berkaitan dengan kebijakan internal. Di Indonesia dan juga di Amerika Serikat,
kepala negara (yaitu Presiden) juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan.
Pada dasarnya, kebijakan politik luar negeri, merupakan perumusan hasil
kebijakan dari perpaduan antara keadaan dalam negeri dan keadaan lingkungan
2|Page
internasional. Dalam perumusan kebijakan politik luar negeri, tentu saja akan
mempertimbangkan faktor domestik dan keadaan internasional yang terjadi
dewasa ini, agar kebijakan yang dirumuskan dapat mewujudkan national interest
Indonesia. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa ada
keterkaitan yang erat antara situasi dalam negeri dengan politik luar negeri.
1.2
RUMUSAN MASALAH
- Apa yang melatar belakangi kebijakan politik luar negeri indonesia?
1.3
TUJUAN DAN MANFAAT
-Memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih mengetahui bagaiana
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
-Memberikan Saran dan Masukan bagi Pemerintah dalam menentukan Kebijakan
Politik Luar Negeri Indonesia
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
POLITIK LUAR NEGERI
2.1.1
Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
Landasan idiil PLNRI adalah dasar negara Republik Indonesi yaitu
Pancasila yang berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang ideal dan mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Landasan
konstitusional PLNRI adalah UUD 1945 alinea pertama dan alinea keempat, serta
pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13. Alinea Pertama Pembukaan
UUD 1945 berbunyi : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sedangkan alinea
Keempat Pembukaan UUD 1945 adalah : ”… dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, …”.
Pasal 11 UUD 1945 (amandemen) berbunyi : ”Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain.” Pasal 13 UUD 1945 (amandemen) Ayat 1:
”Presiden mengangkat duta dan konsul.” Ayat 2: ”Dalam mengangkat duta,
Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.” Ayat 3:
”Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
Sebagai landasan operasional politik luar negeri Indonesia adalah prinsip
bebas aktif. Menurut Hatta, politik “Bebas” berarti Indonesia tidak berada dalam
kedua blok dan memilih jalan sendiri untuk mengatasi persoalan internasional.
Istilah “Aktif” berarti upaya untuk bekerja lebih giat guna menjaga perdamaian
dan meredakan ketegangan kedua blok. (Mohammad Hatta, 1976:17).
Agar prinsip bebas aktif dapat dioperasionalisasikan dalam PLNRI, maka
setiap periode pemerintahan menetapkan landasan operasional PLNRI yang
senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional. Pada masa Orde Lama
4|Page
landasan operasional PLNRI sebagian besar dinyatakan melalui maklumat dan
pidato – pidato Presiden Soekarno, antara lain Maklumat Politik Pemerintah yang
dikeluarkan pada 1 November 1945, pidato Presiden Soekarno yang
berjudul“Jalannya Revolusi Kita (Jarek)” pada tanggal 17 Agustus 1960, serta
pernyataan Presiden Soekarno dalam “Perincian Pedoman Pelaksanaan Manifesto
Politik Republik Indonesia”, yang ditetapkan sebagai garis – garis besar PLNRI
dengan Keputusan Dewan Pertimbangan Agung No. 2/Kpts/Sd/I/61 tanggal 19
Januari 1961. (Wuryandari,Ed., 2008: 28-30).
Pada masa Orde Baru, landasan operasional PLNRI semakin dipertegas
dengan
beberapa
peraturan
formal,
diantaranya:
Ketetapan
MPRS
no.XII/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966, Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973,
Petunjuk Presiden 11 April 1973, Petunjuk bulanan Presiden sebagai ketua
Dewan Stabilitasi Politik dan Keamanan, serta Keputusan-Keputusan Menteri
Luar Negeri. Disamping itu landasan operasional PLNRI juga dituangkan dalam
TAP MPR tentang Garis-Garis Bear Haluan Negara (GBHN) yaitu: TAP MPR RI
No. IV/MPR/1973 TAP MPR RI No. IV/MPR/1978; TAP MPR RI No.
II/MPR/1983; TAP MPR RI No. II/MPR/1988; dan TAP MPR RI No.
II/MPR/1993. (Wuryandari,Ed., 2008: 31-33).
Tumbangnya Orde Baru digantikan dengan Orde Reformasi, pada era ini
ada dua kabinet yaitu : Pertama adalah Kabinet Gotong Royong (2001-2004) yang
mengoperasionalkan PLNRI melalui: Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 yang
menekankan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi krisis ekonomi dan krisis
nasional pada tahun 1997, UU no.37 tahun 1999 tentang pengaturan aspek
penyelenggaraan
hubungan
luar
negeri,
UU
No.24
tentang
Perjanjian
Internasional yang menekankan pada pentingnya penciptaan suatu kepastian
hukum dalam perjanjian internasional, dan perubahan UUD 1945 pada beberapa
pasal, khusus untuk hubungan luar negeri perubahan ada pada pasal 13 . Kabinet
kedua adalah Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009). Kabinet ini meletakkan
landasan operasional PLNRI pada tiga Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) tahun 2004 - 2009 yang isinya:
5|Page
1.
Pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi
Indonesia dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut
adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan
diplomasi
dalam
memberikan
kontribusi
bagi
proses
demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional. Langkah
ini sejalan dengan pidato Bung Hatta pada 15 desember 1945, yang
menyatakan bahwa “politik luar negeri yang dijalankan oleh
negara mestilah sejalan dengan politik dalam negeri”. seluruh
rakyat harus berdiri dengan tegak dan rapat dibelakang pemerintah
republik indonesia. sebagaimana lebih lanjut disampaikan oleh
Hatta, bahwa “persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah
pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam
diplomasi yang dijalankan”.
2.
Peningkatan
kerjasama
internasional
yang
bertujuan
memanfaatkan secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi
dan kerja sama internasional, terutama kerjasama ASEAN dalam
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai
concentric circle utama politik luar negeri indonesia.
3.
Penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam
rangka
membangun
dan
mengembangkan
semangat
multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan terhadap
hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat
diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi
masalah keamanan internasional. Komitmen terhadap perdamaian
internasional relevan dengan tujuan hidup bernegara dan
berbangsa, sebagaimana dituangkan dalam alinea IV pembukaan
undangundang dasar 1945.
6|Page
2.1.2
Kepentingan Nasional Indonesia
Berubahnya landasan operasional PLNRI sebagaimana tersebut di atas,
merupakan adaptasi dari berubahnya lingkungan domestik, regional dan
internasional, yang kesemuanya ditujukan untuk terwujudnya kepentingan
nasional.
Ada beberapa definisi kepentingan nasional yang dikemukakan oleh para
pakar hubungan internasional H.J. Morgenthau misalnya mempersamakan
kepentingan nasional dengan power yang ingin dicapai suatu negara dalam
hubungan internasional, Joseph Frankel dan Nicholas Spykman memiliki
pandangan serupa namun dengan sedikit perbedaan dengan Morgenthau yaitu
bahwa kepetingan nasional tidak hanya unsur power tetapi juga mencakup pula
kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya meskipun unsur power
yang cukup tetap diperlukan guna mencapainya. (Bakry, 1999: 61). Ada beberapa
jenis kepentingan nasional, Donald E. Nuechterlin dalam (Bakry, 1999:62)
menyebutkan sedikitnya ada 4(empat) jenis kepentingan nasional yaitu :
1.
Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan
untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem
politiknya dari ancaman negara lain;
2.
Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi
dengan negara lain;
3.
Kepentingan
tata
internasional,
yaitu
kepentingan
untuk
mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi
internasional yang menguntungkan bagi negaranya;
4.
Kepentingan ideologi, yaitu kepetingan untuk mempertahankan
atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara
lain.
Selanjutnya mari kita lihat jenis kepentingan nasional yang muncul di
masing– masing orde pemerintahan di Indonesia. Pada masa Orde Lama, jenis
kepetingan nasional yang muncul lebih pada kepentingan akan pertahanan dan
keamanan. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi dalam negeri yang baru saja
7|Page
merdeka sehingga operasionalisasi PLNRI lebih ditekankan pada masalah
pengakuan kedaulatan dan penuntasan dekolonisasi. Jenis kepentingan nasional
yang kemudian muncul pada era Orde Baru berbeda dengan jenis kepentingan
nasional era Orde Lama. Orde Baru muncul ditengah kesulitan ekonomi warisan
Orde Lama, oleh karena itu prioritas utama dari PLNRI era ini adalah kepentingan
ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian
negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain. Meskipun tidak sama
persis, kemunculan Orde Reformasi juga mewarisi kondisi ekonomi yang buruk
akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Hal ini menempatkan kembali
jenis kepentingan ekonomi sebagai salah satu prioritas PLNRI Orde Reformasi.
Disebutkan sebagai salah satu prioritas karena ada prioritas lainnya yaitu
pemulihan citra Indonesia dimata internasional.
Selanjutnya sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tulisan ini akan
membahas mengenai dampak perubahan lingkungan internasional terhadap
operasionalisasi prinsip bebas aktif pada era kepemimpinan SBY (2004 – 2009).
2.1.3
Sejarah dan Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia
Sejarah dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia secara garis
besar dapat dikelompokkan pada masa Pemerintahan Soekarno, masa
Pemerintahan Soeharto (Orde Baru) dan masa Transisi Demokrasi
(pascakejatuhan Presiden Soeharto).
a. Masa Pemerintahan Soekarno (1945-1966)
Pada masa Pemerintahan Soekarno, politik luar negeri Indonesia
dicirikan dengan upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia
dari agresi militer Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia.
Berikut ini beberapa kejadian penting yang mempengaruhi politik luar
negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Soekarno :
1.
Peletakan dasar Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Presiden Mohammad Hata
pada 2 September 1948 bahwa Politik Luar Negeri Indonesia
adalah bebas aktif (an independent active).
2.
Indonesia menolak untuk berpartisipasi menjadi anggota
dalam organisasi regional anti komunis dan pro Barat yang digagas
oleh Filipina. Organisasi tersebut adalah Southeast Asia Treaty
8|Page
Organanization (SEATO) dan dibentuk pada 1954 di Baguio,
Philipina.
3.
Indonesia mengakui Republik Rakyat China pada 1950 dan
mengadakan hubungan diplomatik pada 1953.
4.
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955 di
Bandung yang menghasilkan Deklarasi Bandung atau disebut juga
Dasa Sila Bandung.
5.
Perjuangan membebaskan dan merebut kembali Irian Barat
dari penjajahan Belanda pada kurun waktu 1950-an dan 1960-an.
6.
Penandatanganan penyerahan Irian Barat oleh Belanda
kepada Indonesia pada 15 Agustus 1963.
7. Aliansi Indonesia-China dengan membentuk poros JakartaPhnom Penh-Pyongyang-Hanoi-Beijing dan dukungan Rusia (Uni
Soviet) terhadap perjuangan Indonesia merebut Irian Barat dari
Belanda pada tahun 1959 hingga 1965 telah mendekatkan
Indonesia kepada China.
8. Konfrontasi militer Indonesia dengan Malaysia (1963-1966) yang
merupakan masa tersuram dalam kerja sama regional di kawasan
Asia Tenggara.
b. Masa Pemerintahan Soeharto (1966-1998)
Pada masa pemerintahan Soeharto, terdapat peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia. Pada pemerintahan
sebelumnya, telah banyak peristiwa yang mempengaruhi kebijakan
politik luar negeri Indonesia dan negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Agresi Indonesia terhadap Malaysia telah menciptakan ketidakstabilan di
wilayah Asia Tenggara. Pandangan Indonesia sebagai negara yang tidak
memihak kepada salah satu Blok pun sirna. Hal ini dapat dilihat dari
kedekatan Indonesia dengan Rusia dan China pada awal 1960-an. Hal ini
terjadi sebagai konsekuensi dari penolakan Barat dalam mendukung
Indonesia memperoleh kembali Irian Barat.
Dengan demikian, prioritas kebijakan luar negeri Indonesia pada
masa pemerintahan Soeharto adalah memperbaiki citra buruk Indonesia
yang telah dilakukan selama Pemerintahan Soekarno, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
Pada pemerintahan Orde Baru, Indonesia menghentikan
konfrontasi militer dengan Malaysia dan mendirikan ASEAN dengan
empat negara tetangga lainnya termasuk Malaysia. Indonesia selanjutnya
menjalankan politik luar negeri yang lebih low profle (sederhana dan
9|Page
bersahaja) dan menjadi pendukung kerjasama regional yang antusias di
kawasan Asia Tenggara.
Berikut ini adalah beberapa kejadian yang turut mempengaruhi
kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan
Soeharto :
1.
Ditandatanganinya Supersemar oleh Presiden Soekarno yang
memberikan legitimasi kekuasaan Soeharto dalam mengambilalih pemerintahan pada
11 Maret 1966.
2.
1967.
Penghentian hubungan diplomatik Indonesia dengan China pada Oktober
3.
Perbaikan hubungan diplomasi dengan negara-negara Barat dan
ditinggalkannya ideologi politik luar negeri Soekarno.
4.
Indonesia masuk kembali menjadi negara anggota PBB dan
memperbaharui keanggotaannya pada IMF dan World Bank pada 1966.
5.
Pengakuan Indonesia atas kedaulatan Singapura, yang telah terpisah dari
Malaysia, pada tanggal 6 Juni 1966.
6.
Perjanjian normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia yang
ditandatangani Adam Malik dan Tun Abdul Rajak di Jakarta pada 11 Agustus 1966.
7.
Penandatanganan pembentukan Deklarasi ASEAN di Bangkok pada 8
Agustus 1967. Kerja sama ini menandai era kerja sama regional di kawasan Asia
Tenggara dalam segala bidang, khususnya dalam bidang ekonomi.
c.
Masa Transisi Demokrasi (1998-2004)
Politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan penting setelah
mundurnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada tahun 1998.
Dengan turunnya Soeharto dari kekuasaan selama kurang lebih tiga
dasawarsa maka dimulai era reformasi atau transisi politik luar negeri
Indonesia ke arah demokratisasi.
Situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu telah
memperdalam krisis multi dimensi di Indonesia. Kejadian ini tentu saja
telah mempengaruhi politik luar negeri Indonesia selama beberapa tahun
ke depan.
Politik luar negeri Indonesia pada masa transisi demokrasi dibagi
dalam tiga pemerintahan, pemerintahan BJ Habibie, pemerintahan
Abdurrahman Wahid, dan pemerintahan Megawati Soekarnoputeri :
1. Masa Pemerintahan BJ Habibie (1998-1999)
Pemerintahan BJ Habibie yang menggantikan kekuasaan
Presiden Soeharto dihadapkan pada tantangan dalam negeri dan
10 | P a g e
luar negeri yang tidak menguntungkan kepentingan nasional. Di
dalam negeri Habibie harus menghadapi tuntutan dari berbagai
pihak.
Ada beberapa kejadian penting yang menjadi sorotan dalam
kebijakan luar negeri, Indonesia pada masa Pemerintahan BJ
Habibie, yaitu.
Kelanjutan program bantuan IMF kepada Indonesia untuk
mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 miliar dolar AS pada tahun
1998.
Kebijakan Habibie dalam memberikan opsi (pilihan)
referendum untuk mencapai solusi fnal atas masalah Timor
Timur pada akhir tahun 1998.
Kekerasan yang terjadi setelah dan sebelum referendum di
Timor Timur telah melemahkan legitimasi Habibie, baik di dalam
negeri maupun luar negeri.
2.
Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Pemerintahan Abdurrahman Wahid menjadi tonggak
bersejarah dari hubungan sipil militer. Sipil berusaha menguasai
militer dengan cara mengembalikan fungsi militer sebagai penjaga
pertahanan negara dari ancaman negara lain. Hubungan sipil
militer, yang menjadi ciri khas Pemerintahan Abdurrahman Wahid
yang berasal dari sipil merupakan salah satu isu utama dalam
perjalanan menuju demokratisasi di Indonesia.
Melemahnya peran TNI pasca kerusuhan sosial dan
referendum Timor Timur pada 1999 telah mendorong politisi sipil
untuk lebih berperan dalam mengatur negara. Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden dari kalangan sipil pasca kejatuhan
Soeharto terus meningkatkan kredibilitas internasionalnya sebagai
tokoh pro-demokrasi, diantaranya dengan memberhentikan
Jenderal Wiranto dari jabatan Menteri Koordinator Politik dan
Keamanan.
Isu yang sering muncul dalam kebijakan luar negeri
Indonesia pada masa Pemerintahan Wahid adalah seputar
pelanggaran HAM oleh TNI di Timor Timur dan persoalan
integritas teritorial Indonesia.
3.
Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputeri (2001-2004)
11 | P a g e
Presiden Megawati Soekarnoputri yang menggantikan
Abdurrahman Wahid melalui proses impeachment pada sidang
istimewa MPR menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.
Selama Pemerintahan Megawati proses demokratisasi berjalan
dengan baik dan mulus. Salah satu yang terlihat jelas adalah
kesediaan TNI untuk menarik diri dari politik dan kembali
kefungsinya sebagai penjaga pertahanan negara dari ancaman
negara lain. Selain itu, Megawati juga dipuji karena telah
memuluskan proses pemilihan anggota DPR, DPD serta presiden
yang dipilih langsung oleh rakyat pada pemilu 2004.
Terdapat beberapa kejadian penting yang mempengaruhi
politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Megawati
baik domestik maupun internasional, diantaranya adalah :
a. serangan teroris ke gedung WTC di New York Amerika Serikat
pada 11 September 2001,
b. serangan Amerika Serikat ke Afghanistan pada 2001,
c. pemboman di Bali pada 2002,
d. pemboman hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003,
e. penyerangan ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan
Inggris pada 2003,
f. operasi militer di Aceh untuk menghadapi GAM pada 20032004.
Peristiwa-peristiwa di atas merupakan variabel yang telah
mempengaruhi dinamika politik luar negeri Indonesia dalam hubungan
internasional. Pada masa Pemerintahan Megawati, politik luar negeri dan
diplomasi Indonesia kembali aktif. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya
Departemen Luar Negeri dalam menata ulang diplomasi sebagai ujung
tombak dalam menjaga kepentingan nasional Indonesia di luar negeri.
2.1.4
Arah Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang lebih
ditekankan pada upaya pembangunan ekonomi. Seperti diketahui bahwa
politik luar negeri merupakan refeksi dari politik dalam negeri. Akan
tetapi, pada kenyataannya, politik luar negeri sering dipengaruhi oleh
perkembangan situasi regional dan internasional.
Hasjim Djalal dalam pidato pengukuhan Guru Besar Madya
Universitas Padjajaran Bandung dalam Ilmu Hukum Internasional pada
tanggal 24 Juni 1996 memberikan prediksi dan anggapan bahwa politik
12 | P a g e
luar negeri Indonesia pada 25 tahun mendatang akan sangat dipengaruhi
pada
a. perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang
mungkin terjadi dalam kehidupan politik dalam negeri Indonesia,
b. perkembangan konstelasi politik regional,
c. perubahan-perubahan yang terus terjadi dan yang tidak
menentu di dalam situasi dan konstelasi internasional.
Selanjutnya Hasjim juga menegaskan bahwa politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif akan tetap relevan dengan penekanan yang
lebih pada pembangunan ekonomi daripada retorika politik. Dengan
demikian, arah kebijakan politik luar negeri Indonesia ditekankan pada
upaya
a. membela kepentingan nasional dan berdasarkan pada kerja
sama ketimbang konfrontasi dengan negara tetangga atau negara
lain,
b. menekankan pembangunan ekonomi daripada petualangan
politik,
c. mendukung kebijakan dalam meredakan ketegangan dan
perlucutan senjata di tingkat regional dan global daripada
membentuk persekutuan militer dan perlombaan senjata.
Adapun isu-isu penting yang dapat mempengaruhi politik luar
negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang adalah sebagai berikut.
a. isu penegakan HAM khususnya di daerah-daerah konfik seperti
Aceh dan Papua,
b. isu lingkungan hidup seperti kerusakan hutan di Kalimantan,
Sumatera, dan Papua,
c. pemberantasan kelompok-kelompok radikal atau jaringan teroris
domestik dan internasional yang mengatasnamakan agama dan
kebencian etnis atau negara tertentu.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Politik Luar Negeri Indonesia dirumuskan dan diperjuangkan dengan
berdasarkan pada prinsip kemandirian yang berlandaskan pada semboyan
Trisakti, yakni : Berdaulat dalam bidang politik; berdikari dalam bidang
ekonomi; dan berkribadian kebudayaan.
2. Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan tujuan
politik luar negeri Indonesia, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
3.2 Saran
1. Sudah sepantasnya politik luar negeri Indonesia dijalankan untuk kepentingan
dan tujuan nasional Indonesia, untuk itu Pemerintah diminta untuk pandai
pandai menetapkan prioritas kepentingan bangsa Indonesia yang dapat
langsung dinikmati oleh seluruh rakyatnya.
2. Seluruh komponen kekuatan dalam negeri, sebaiknya dimanfaatkan oleh
Pemerintah dengan merumuskan dan menjalankan politik luar negerinya
sehingga hambatan-hambatan ataupun tantangan-tantangan baik yang bersifat
internal maupun eksternal dapat diminimalkan.
14 | P a g e
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai.
Kepentingan nasional dapat dicapai dalam wilayah negara itu sendiri dan dapat
pula dicapai di luar wilayah negara. Dalam hal pencapaian kepentingan nasional
dilakukan di luar batas wilayah negara, instrument yang digunakan ialah Politik
Luar Negeri. Politik Luar Negeri merupakan refleksi dari kondisi dalam negeri
dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh perubahan – perubahan dinamis dari
lingkungan regional dan internasional. Hal ini juga terlihat jelas pada
implementasi Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI) yang tampak
memiliki karakteristik dan gaya berbeda – beda ditiap – tiap periode
pemerintahan. Periode Orde Lama PLNRI memiliki karakteristik berhubungan
akrab dengan kubu negara – negara komunis, serta bergaya Konfrontatif. Periode
Orde Baru PLNRI memiliki karakteristik berhubungan karib dengan kubu negara
- negara Barat serta bergaya Low Profile-Kooperatif. Sedangkan pada periode
Orde Reformasi PLNRI memiliki karakteristik berkawan dengan semua negara
serta bergaya Aktif-Diplomatis.
Perubahan karakteristik dan gaya dalam pelaksanaan PLNRI lebih sering
disoroti dari aspek situasi dan kondisi dalam negeri, pada tulisan ini perubahan
karakteristik PLNRI akan disoroti dari aspek perubahan situasi dan kondisi
lingkungan internasional. Secara khusus tulisan ini akan membatasi pada
pelaksanaan PLNRI di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudoyono dari tahun 2004 hingga tahun 2009.
Politik luar negeri suatu negara merupakan refleksi atau cerminan politik
dalam negeri. Politik luar negeri suatu negara akan menjadi penting untuk
menentukan arah dan tujuan suatu negara dalam mempertahankan eksistensi
kedaulatan di tengah-tengah pergaulan antarnegara.
1|Page
Istilah politik luar negeri sering sekali merujuk pada kebijakan luar negeri
suatu negara atau pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa politik
luar negeri tidak lepas dari bagaimana mempertahankan kepentingan nasional
suatu bangsa pada tatanan hubungan internasional baik dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang.
Politik luar negeri suatu negara sering dikaitkan dengan bagaimana
menjagasustainability (kelangsungan hidup) suatu negara dalam mempertahankan
kedaulatan, identitas bangsa, dan kepentingan ekonomi di tengah persaingan
global antarbangsa.
Kebijakan luar negeri suatu negara, yang juga disebut kebijakan hubungan
internasional, adalah serangkaian sasaran yang menjelaskan bagaimana suatu
negara berinteraksi dengan negara lain di bidang-bidang ekonomi, politik, sosial,
dan militer; serta dalam tingkatan yang lebih rendah juga mengenai bagaimana
negara berinteraksi dengan organisasi-organisasi non-negara. Interaksi tersebut
dievaluasi dan dimonitor dalam usaha untuk memaksimalkan berbagai manfaat
yang dapat diperoleh dari kerjasama multilateral internasional. Kebijakan luar
negeri dirancang untuk membantu melindungi kepentingan nasional, keamanan
nasional, tujuan ideologis, dan kemakmuran ekonomi suatu negara. Hal ini dapat
terjadi sebagai hasil dari kerjasama secara damai dengan bangsa lain, atau melalui
eksploitasi.
Biasanya,
tugas
menciptakan
kebijakan
luar
negeri
adalah
wewenang kepala pemerintahan dan menteri luar negeri (atau jabatan yang
setara). Di beberapa negara, lembagalegislatif juga memiliki hak pengawasan
yang cukup. Terdapat pengecualian, misalnya di Perancis dan Finlandia, di
mana kepala negara adalah yang bertanggung-jawab atas kebijakan luar negeri,
sementara kepala pemerintahan bertanggung-jawab terutama pada hal yang
berkaitan dengan kebijakan internal. Di Indonesia dan juga di Amerika Serikat,
kepala negara (yaitu Presiden) juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan.
Pada dasarnya, kebijakan politik luar negeri, merupakan perumusan hasil
kebijakan dari perpaduan antara keadaan dalam negeri dan keadaan lingkungan
2|Page
internasional. Dalam perumusan kebijakan politik luar negeri, tentu saja akan
mempertimbangkan faktor domestik dan keadaan internasional yang terjadi
dewasa ini, agar kebijakan yang dirumuskan dapat mewujudkan national interest
Indonesia. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa ada
keterkaitan yang erat antara situasi dalam negeri dengan politik luar negeri.
1.2
RUMUSAN MASALAH
- Apa yang melatar belakangi kebijakan politik luar negeri indonesia?
1.3
TUJUAN DAN MANFAAT
-Memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih mengetahui bagaiana
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
-Memberikan Saran dan Masukan bagi Pemerintah dalam menentukan Kebijakan
Politik Luar Negeri Indonesia
3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
POLITIK LUAR NEGERI
2.1.1
Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
Landasan idiil PLNRI adalah dasar negara Republik Indonesi yaitu
Pancasila yang berisi pedoman dasar bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang ideal dan mencakup seluruh sendi kehidupan manusia. Landasan
konstitusional PLNRI adalah UUD 1945 alinea pertama dan alinea keempat, serta
pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13. Alinea Pertama Pembukaan
UUD 1945 berbunyi : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Sedangkan alinea
Keempat Pembukaan UUD 1945 adalah : ”… dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, …”.
Pasal 11 UUD 1945 (amandemen) berbunyi : ”Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain.” Pasal 13 UUD 1945 (amandemen) Ayat 1:
”Presiden mengangkat duta dan konsul.” Ayat 2: ”Dalam mengangkat duta,
Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.” Ayat 3:
”Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
Sebagai landasan operasional politik luar negeri Indonesia adalah prinsip
bebas aktif. Menurut Hatta, politik “Bebas” berarti Indonesia tidak berada dalam
kedua blok dan memilih jalan sendiri untuk mengatasi persoalan internasional.
Istilah “Aktif” berarti upaya untuk bekerja lebih giat guna menjaga perdamaian
dan meredakan ketegangan kedua blok. (Mohammad Hatta, 1976:17).
Agar prinsip bebas aktif dapat dioperasionalisasikan dalam PLNRI, maka
setiap periode pemerintahan menetapkan landasan operasional PLNRI yang
senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional. Pada masa Orde Lama
4|Page
landasan operasional PLNRI sebagian besar dinyatakan melalui maklumat dan
pidato – pidato Presiden Soekarno, antara lain Maklumat Politik Pemerintah yang
dikeluarkan pada 1 November 1945, pidato Presiden Soekarno yang
berjudul“Jalannya Revolusi Kita (Jarek)” pada tanggal 17 Agustus 1960, serta
pernyataan Presiden Soekarno dalam “Perincian Pedoman Pelaksanaan Manifesto
Politik Republik Indonesia”, yang ditetapkan sebagai garis – garis besar PLNRI
dengan Keputusan Dewan Pertimbangan Agung No. 2/Kpts/Sd/I/61 tanggal 19
Januari 1961. (Wuryandari,Ed., 2008: 28-30).
Pada masa Orde Baru, landasan operasional PLNRI semakin dipertegas
dengan
beberapa
peraturan
formal,
diantaranya:
Ketetapan
MPRS
no.XII/MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966, Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973,
Petunjuk Presiden 11 April 1973, Petunjuk bulanan Presiden sebagai ketua
Dewan Stabilitasi Politik dan Keamanan, serta Keputusan-Keputusan Menteri
Luar Negeri. Disamping itu landasan operasional PLNRI juga dituangkan dalam
TAP MPR tentang Garis-Garis Bear Haluan Negara (GBHN) yaitu: TAP MPR RI
No. IV/MPR/1973 TAP MPR RI No. IV/MPR/1978; TAP MPR RI No.
II/MPR/1983; TAP MPR RI No. II/MPR/1988; dan TAP MPR RI No.
II/MPR/1993. (Wuryandari,Ed., 2008: 31-33).
Tumbangnya Orde Baru digantikan dengan Orde Reformasi, pada era ini
ada dua kabinet yaitu : Pertama adalah Kabinet Gotong Royong (2001-2004) yang
mengoperasionalkan PLNRI melalui: Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 yang
menekankan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi krisis ekonomi dan krisis
nasional pada tahun 1997, UU no.37 tahun 1999 tentang pengaturan aspek
penyelenggaraan
hubungan
luar
negeri,
UU
No.24
tentang
Perjanjian
Internasional yang menekankan pada pentingnya penciptaan suatu kepastian
hukum dalam perjanjian internasional, dan perubahan UUD 1945 pada beberapa
pasal, khusus untuk hubungan luar negeri perubahan ada pada pasal 13 . Kabinet
kedua adalah Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009). Kabinet ini meletakkan
landasan operasional PLNRI pada tiga Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) tahun 2004 - 2009 yang isinya:
5|Page
1.
Pemantapan politik luar negeri dan optimalisasi diplomasi
Indonesia dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri. Tujuan pokok dari upaya tersebut
adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan
diplomasi
dalam
memberikan
kontribusi
bagi
proses
demokratisasi, stabilitas politik dan persatuan nasional. Langkah
ini sejalan dengan pidato Bung Hatta pada 15 desember 1945, yang
menyatakan bahwa “politik luar negeri yang dijalankan oleh
negara mestilah sejalan dengan politik dalam negeri”. seluruh
rakyat harus berdiri dengan tegak dan rapat dibelakang pemerintah
republik indonesia. sebagaimana lebih lanjut disampaikan oleh
Hatta, bahwa “persatuan yang sekuat-kuatnya harus ada, barulah
pemerintah dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam
diplomasi yang dijalankan”.
2.
Peningkatan
kerjasama
internasional
yang
bertujuan
memanfaatkan secara optimal berbagai peluang dalam diplomasi
dan kerja sama internasional, terutama kerjasama ASEAN dalam
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai
concentric circle utama politik luar negeri indonesia.
3.
Penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam
rangka
membangun
dan
mengembangkan
semangat
multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan terhadap
hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat
diterima oleh subjek hukum internasional dalam mengatasi
masalah keamanan internasional. Komitmen terhadap perdamaian
internasional relevan dengan tujuan hidup bernegara dan
berbangsa, sebagaimana dituangkan dalam alinea IV pembukaan
undangundang dasar 1945.
6|Page
2.1.2
Kepentingan Nasional Indonesia
Berubahnya landasan operasional PLNRI sebagaimana tersebut di atas,
merupakan adaptasi dari berubahnya lingkungan domestik, regional dan
internasional, yang kesemuanya ditujukan untuk terwujudnya kepentingan
nasional.
Ada beberapa definisi kepentingan nasional yang dikemukakan oleh para
pakar hubungan internasional H.J. Morgenthau misalnya mempersamakan
kepentingan nasional dengan power yang ingin dicapai suatu negara dalam
hubungan internasional, Joseph Frankel dan Nicholas Spykman memiliki
pandangan serupa namun dengan sedikit perbedaan dengan Morgenthau yaitu
bahwa kepetingan nasional tidak hanya unsur power tetapi juga mencakup pula
kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya meskipun unsur power
yang cukup tetap diperlukan guna mencapainya. (Bakry, 1999: 61). Ada beberapa
jenis kepentingan nasional, Donald E. Nuechterlin dalam (Bakry, 1999:62)
menyebutkan sedikitnya ada 4(empat) jenis kepentingan nasional yaitu :
1.
Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan
untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem
politiknya dari ancaman negara lain;
2.
Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi
dengan negara lain;
3.
Kepentingan
tata
internasional,
yaitu
kepentingan
untuk
mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi
internasional yang menguntungkan bagi negaranya;
4.
Kepentingan ideologi, yaitu kepetingan untuk mempertahankan
atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara
lain.
Selanjutnya mari kita lihat jenis kepentingan nasional yang muncul di
masing– masing orde pemerintahan di Indonesia. Pada masa Orde Lama, jenis
kepetingan nasional yang muncul lebih pada kepentingan akan pertahanan dan
keamanan. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi dalam negeri yang baru saja
7|Page
merdeka sehingga operasionalisasi PLNRI lebih ditekankan pada masalah
pengakuan kedaulatan dan penuntasan dekolonisasi. Jenis kepentingan nasional
yang kemudian muncul pada era Orde Baru berbeda dengan jenis kepentingan
nasional era Orde Lama. Orde Baru muncul ditengah kesulitan ekonomi warisan
Orde Lama, oleh karena itu prioritas utama dari PLNRI era ini adalah kepentingan
ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian
negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain. Meskipun tidak sama
persis, kemunculan Orde Reformasi juga mewarisi kondisi ekonomi yang buruk
akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Hal ini menempatkan kembali
jenis kepentingan ekonomi sebagai salah satu prioritas PLNRI Orde Reformasi.
Disebutkan sebagai salah satu prioritas karena ada prioritas lainnya yaitu
pemulihan citra Indonesia dimata internasional.
Selanjutnya sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tulisan ini akan
membahas mengenai dampak perubahan lingkungan internasional terhadap
operasionalisasi prinsip bebas aktif pada era kepemimpinan SBY (2004 – 2009).
2.1.3
Sejarah dan Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia
Sejarah dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia secara garis
besar dapat dikelompokkan pada masa Pemerintahan Soekarno, masa
Pemerintahan Soeharto (Orde Baru) dan masa Transisi Demokrasi
(pascakejatuhan Presiden Soeharto).
a. Masa Pemerintahan Soekarno (1945-1966)
Pada masa Pemerintahan Soekarno, politik luar negeri Indonesia
dicirikan dengan upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia
dari agresi militer Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia.
Berikut ini beberapa kejadian penting yang mempengaruhi politik luar
negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Soekarno :
1.
Peletakan dasar Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
sebagaimana dikemukakan oleh Wakil Presiden Mohammad Hata
pada 2 September 1948 bahwa Politik Luar Negeri Indonesia
adalah bebas aktif (an independent active).
2.
Indonesia menolak untuk berpartisipasi menjadi anggota
dalam organisasi regional anti komunis dan pro Barat yang digagas
oleh Filipina. Organisasi tersebut adalah Southeast Asia Treaty
8|Page
Organanization (SEATO) dan dibentuk pada 1954 di Baguio,
Philipina.
3.
Indonesia mengakui Republik Rakyat China pada 1950 dan
mengadakan hubungan diplomatik pada 1953.
4.
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955 di
Bandung yang menghasilkan Deklarasi Bandung atau disebut juga
Dasa Sila Bandung.
5.
Perjuangan membebaskan dan merebut kembali Irian Barat
dari penjajahan Belanda pada kurun waktu 1950-an dan 1960-an.
6.
Penandatanganan penyerahan Irian Barat oleh Belanda
kepada Indonesia pada 15 Agustus 1963.
7. Aliansi Indonesia-China dengan membentuk poros JakartaPhnom Penh-Pyongyang-Hanoi-Beijing dan dukungan Rusia (Uni
Soviet) terhadap perjuangan Indonesia merebut Irian Barat dari
Belanda pada tahun 1959 hingga 1965 telah mendekatkan
Indonesia kepada China.
8. Konfrontasi militer Indonesia dengan Malaysia (1963-1966) yang
merupakan masa tersuram dalam kerja sama regional di kawasan
Asia Tenggara.
b. Masa Pemerintahan Soeharto (1966-1998)
Pada masa pemerintahan Soeharto, terdapat peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi politik luar negeri Indonesia. Pada pemerintahan
sebelumnya, telah banyak peristiwa yang mempengaruhi kebijakan
politik luar negeri Indonesia dan negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Agresi Indonesia terhadap Malaysia telah menciptakan ketidakstabilan di
wilayah Asia Tenggara. Pandangan Indonesia sebagai negara yang tidak
memihak kepada salah satu Blok pun sirna. Hal ini dapat dilihat dari
kedekatan Indonesia dengan Rusia dan China pada awal 1960-an. Hal ini
terjadi sebagai konsekuensi dari penolakan Barat dalam mendukung
Indonesia memperoleh kembali Irian Barat.
Dengan demikian, prioritas kebijakan luar negeri Indonesia pada
masa pemerintahan Soeharto adalah memperbaiki citra buruk Indonesia
yang telah dilakukan selama Pemerintahan Soekarno, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
Pada pemerintahan Orde Baru, Indonesia menghentikan
konfrontasi militer dengan Malaysia dan mendirikan ASEAN dengan
empat negara tetangga lainnya termasuk Malaysia. Indonesia selanjutnya
menjalankan politik luar negeri yang lebih low profle (sederhana dan
9|Page
bersahaja) dan menjadi pendukung kerjasama regional yang antusias di
kawasan Asia Tenggara.
Berikut ini adalah beberapa kejadian yang turut mempengaruhi
kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan
Soeharto :
1.
Ditandatanganinya Supersemar oleh Presiden Soekarno yang
memberikan legitimasi kekuasaan Soeharto dalam mengambilalih pemerintahan pada
11 Maret 1966.
2.
1967.
Penghentian hubungan diplomatik Indonesia dengan China pada Oktober
3.
Perbaikan hubungan diplomasi dengan negara-negara Barat dan
ditinggalkannya ideologi politik luar negeri Soekarno.
4.
Indonesia masuk kembali menjadi negara anggota PBB dan
memperbaharui keanggotaannya pada IMF dan World Bank pada 1966.
5.
Pengakuan Indonesia atas kedaulatan Singapura, yang telah terpisah dari
Malaysia, pada tanggal 6 Juni 1966.
6.
Perjanjian normalisasi hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia yang
ditandatangani Adam Malik dan Tun Abdul Rajak di Jakarta pada 11 Agustus 1966.
7.
Penandatanganan pembentukan Deklarasi ASEAN di Bangkok pada 8
Agustus 1967. Kerja sama ini menandai era kerja sama regional di kawasan Asia
Tenggara dalam segala bidang, khususnya dalam bidang ekonomi.
c.
Masa Transisi Demokrasi (1998-2004)
Politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan penting setelah
mundurnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan pada tahun 1998.
Dengan turunnya Soeharto dari kekuasaan selama kurang lebih tiga
dasawarsa maka dimulai era reformasi atau transisi politik luar negeri
Indonesia ke arah demokratisasi.
Situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu telah
memperdalam krisis multi dimensi di Indonesia. Kejadian ini tentu saja
telah mempengaruhi politik luar negeri Indonesia selama beberapa tahun
ke depan.
Politik luar negeri Indonesia pada masa transisi demokrasi dibagi
dalam tiga pemerintahan, pemerintahan BJ Habibie, pemerintahan
Abdurrahman Wahid, dan pemerintahan Megawati Soekarnoputeri :
1. Masa Pemerintahan BJ Habibie (1998-1999)
Pemerintahan BJ Habibie yang menggantikan kekuasaan
Presiden Soeharto dihadapkan pada tantangan dalam negeri dan
10 | P a g e
luar negeri yang tidak menguntungkan kepentingan nasional. Di
dalam negeri Habibie harus menghadapi tuntutan dari berbagai
pihak.
Ada beberapa kejadian penting yang menjadi sorotan dalam
kebijakan luar negeri, Indonesia pada masa Pemerintahan BJ
Habibie, yaitu.
Kelanjutan program bantuan IMF kepada Indonesia untuk
mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 miliar dolar AS pada tahun
1998.
Kebijakan Habibie dalam memberikan opsi (pilihan)
referendum untuk mencapai solusi fnal atas masalah Timor
Timur pada akhir tahun 1998.
Kekerasan yang terjadi setelah dan sebelum referendum di
Timor Timur telah melemahkan legitimasi Habibie, baik di dalam
negeri maupun luar negeri.
2.
Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Pemerintahan Abdurrahman Wahid menjadi tonggak
bersejarah dari hubungan sipil militer. Sipil berusaha menguasai
militer dengan cara mengembalikan fungsi militer sebagai penjaga
pertahanan negara dari ancaman negara lain. Hubungan sipil
militer, yang menjadi ciri khas Pemerintahan Abdurrahman Wahid
yang berasal dari sipil merupakan salah satu isu utama dalam
perjalanan menuju demokratisasi di Indonesia.
Melemahnya peran TNI pasca kerusuhan sosial dan
referendum Timor Timur pada 1999 telah mendorong politisi sipil
untuk lebih berperan dalam mengatur negara. Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden dari kalangan sipil pasca kejatuhan
Soeharto terus meningkatkan kredibilitas internasionalnya sebagai
tokoh pro-demokrasi, diantaranya dengan memberhentikan
Jenderal Wiranto dari jabatan Menteri Koordinator Politik dan
Keamanan.
Isu yang sering muncul dalam kebijakan luar negeri
Indonesia pada masa Pemerintahan Wahid adalah seputar
pelanggaran HAM oleh TNI di Timor Timur dan persoalan
integritas teritorial Indonesia.
3.
Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputeri (2001-2004)
11 | P a g e
Presiden Megawati Soekarnoputri yang menggantikan
Abdurrahman Wahid melalui proses impeachment pada sidang
istimewa MPR menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.
Selama Pemerintahan Megawati proses demokratisasi berjalan
dengan baik dan mulus. Salah satu yang terlihat jelas adalah
kesediaan TNI untuk menarik diri dari politik dan kembali
kefungsinya sebagai penjaga pertahanan negara dari ancaman
negara lain. Selain itu, Megawati juga dipuji karena telah
memuluskan proses pemilihan anggota DPR, DPD serta presiden
yang dipilih langsung oleh rakyat pada pemilu 2004.
Terdapat beberapa kejadian penting yang mempengaruhi
politik luar negeri Indonesia pada masa Pemerintahan Megawati
baik domestik maupun internasional, diantaranya adalah :
a. serangan teroris ke gedung WTC di New York Amerika Serikat
pada 11 September 2001,
b. serangan Amerika Serikat ke Afghanistan pada 2001,
c. pemboman di Bali pada 2002,
d. pemboman hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003,
e. penyerangan ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan
Inggris pada 2003,
f. operasi militer di Aceh untuk menghadapi GAM pada 20032004.
Peristiwa-peristiwa di atas merupakan variabel yang telah
mempengaruhi dinamika politik luar negeri Indonesia dalam hubungan
internasional. Pada masa Pemerintahan Megawati, politik luar negeri dan
diplomasi Indonesia kembali aktif. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya
Departemen Luar Negeri dalam menata ulang diplomasi sebagai ujung
tombak dalam menjaga kepentingan nasional Indonesia di luar negeri.
2.1.4
Arah Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang lebih
ditekankan pada upaya pembangunan ekonomi. Seperti diketahui bahwa
politik luar negeri merupakan refeksi dari politik dalam negeri. Akan
tetapi, pada kenyataannya, politik luar negeri sering dipengaruhi oleh
perkembangan situasi regional dan internasional.
Hasjim Djalal dalam pidato pengukuhan Guru Besar Madya
Universitas Padjajaran Bandung dalam Ilmu Hukum Internasional pada
tanggal 24 Juni 1996 memberikan prediksi dan anggapan bahwa politik
12 | P a g e
luar negeri Indonesia pada 25 tahun mendatang akan sangat dipengaruhi
pada
a. perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang
mungkin terjadi dalam kehidupan politik dalam negeri Indonesia,
b. perkembangan konstelasi politik regional,
c. perubahan-perubahan yang terus terjadi dan yang tidak
menentu di dalam situasi dan konstelasi internasional.
Selanjutnya Hasjim juga menegaskan bahwa politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif akan tetap relevan dengan penekanan yang
lebih pada pembangunan ekonomi daripada retorika politik. Dengan
demikian, arah kebijakan politik luar negeri Indonesia ditekankan pada
upaya
a. membela kepentingan nasional dan berdasarkan pada kerja
sama ketimbang konfrontasi dengan negara tetangga atau negara
lain,
b. menekankan pembangunan ekonomi daripada petualangan
politik,
c. mendukung kebijakan dalam meredakan ketegangan dan
perlucutan senjata di tingkat regional dan global daripada
membentuk persekutuan militer dan perlombaan senjata.
Adapun isu-isu penting yang dapat mempengaruhi politik luar
negeri Indonesia pada tahun-tahun mendatang adalah sebagai berikut.
a. isu penegakan HAM khususnya di daerah-daerah konfik seperti
Aceh dan Papua,
b. isu lingkungan hidup seperti kerusakan hutan di Kalimantan,
Sumatera, dan Papua,
c. pemberantasan kelompok-kelompok radikal atau jaringan teroris
domestik dan internasional yang mengatasnamakan agama dan
kebencian etnis atau negara tertentu.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Politik Luar Negeri Indonesia dirumuskan dan diperjuangkan dengan
berdasarkan pada prinsip kemandirian yang berlandaskan pada semboyan
Trisakti, yakni : Berdaulat dalam bidang politik; berdikari dalam bidang
ekonomi; dan berkribadian kebudayaan.
2. Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan tujuan
politik luar negeri Indonesia, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
3.2 Saran
1. Sudah sepantasnya politik luar negeri Indonesia dijalankan untuk kepentingan
dan tujuan nasional Indonesia, untuk itu Pemerintah diminta untuk pandai
pandai menetapkan prioritas kepentingan bangsa Indonesia yang dapat
langsung dinikmati oleh seluruh rakyatnya.
2. Seluruh komponen kekuatan dalam negeri, sebaiknya dimanfaatkan oleh
Pemerintah dengan merumuskan dan menjalankan politik luar negerinya
sehingga hambatan-hambatan ataupun tantangan-tantangan baik yang bersifat
internal maupun eksternal dapat diminimalkan.
14 | P a g e