Observasi Perkembangan dan Peserta DIdik

MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Annisa Inggerid Tara Dia
Irfan Nurhadi
Raihan Afif Ruselando
Tesalonika Ananda Utari

(5115154431)
(5115150662)
(5115150114)
(5115151846)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Peserta Didik.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik Program Studi S-1 Pendidikan Teknik Elektro,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Sofia Hartati, M.Si.

, sebagai dosen pengampu mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Jakarta.
2. SMA Negeri 77 Jakarta, sebagai sekolah yang kami jadikan sebagai tempat
melakukan observasi.

3. Orang tua penulis, serta rekan-rekan sejawat senasib sepenanggungan
mahasiswa S-1 Pendidikan Teknik Elektro.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan. Semoga
makalah ini dapat dibaca dan dimanfaatkan sebagai sumber ilmu baru atau acuan untuk
menambah pengetahuan mahasiswa khususnya pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Jakarta, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………….
Bab 1. Pendahuluan………………………………………………………………………….
1.1.

Latar
Belakang…………………………………………………………………..


1.2.

Tujuan
Penulisan………………………………………………………………..
1.2.1

Manfaat Teoritis………………………………………………………..

1.2.2

Manfaat Praktis……………………………………………………….

Bab 2. Pembahasan………………………………………………………………………..
2.1.

Hasil Observasi………………………………………………………………
2.1.1. Perkembangan Fisik Anak……………………………………….
2.1.2. Perkembangan Kognitif Anak………………………………….
2.1.3. Perkembangan Sosial dan Emosi Anak………………………….

2.1.4. Kasus-kasus yang Terjadi Pada Anak…………………………….

2.2.

Kajian
Teori…………………………………………………………………..
2.2.1. Perkembangan Fisik Anak………………………………………..
2.2.2. Perkembangan Kognitif Anak…………………………………….
2.2.3. Perkembangan Sosial dan Emosi Anak……………………………

2.3.

Implikasi

Dalam

Aspek

Pembelajar………………………………………….
2.3.1. Metode yang Sebaiknya Dilakukan…………………………………

2.3.2. Metode yang Sebaiknya Diganti……………………………………
Bab 3. Penutup……………………………………………………………………………
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………
3.2. Saran………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………

Lampiran………………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Observasi adalah Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan
dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan
kesahihannya (validitasnya). Observasi merupakan proses yang kompleks, yang
tersusun dari proses proses psikologis dan biologis. Dalam menggunakan teknik
observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan ialah mengandalkan pengamatan dan

ingatan si peneliti.
Kami melakukan observasi di SMA Negeri 77 Jakarta yang berlokasi di Cempaka
Putih Jakarta Pusat. Alasan kami melakukan observasi yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Peserta Didik dan untuk mengetahui pola perkembangan anak pada masa
remaja. Aspek– aspek perkembangan yang diamati meliputi fisik, sosial, emosi,
bahasa, dan sebagainya. Perkembangan aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi
satu sama lain dan seluruh perkembangan tersebut bersifat dinamis. Menurut Santrok
(1992) semua aspek dalam perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik
(Nana Syaodih, 2007: 1. 20).
Setiap individu yang normal dan berusia panjang akan mengalami fase-fase
perkembangan. Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan rentang
perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah
laku tertentu. Fase perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap atau tidak
melompat-lompat. Urutan perkembangan tersebut adalah Bayi – Balita – Anak –
Remaja – Dewasa – Tua.
Untuk efisiensi waktu , maka penulis membatasi penulisan ini pada
perkembangan anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan
masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat,
serta objek yang kami amati yaitu siswa SMA.


1.2.

Tujuan Penulisan

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat dari observasi yang kami lakukan adalah untuk
membuktikan beberapa teori perkembangan yang terdiri dari perkembangan individu
meliputi kognitif, sosial, emosi, bahasa, moral, dan sebagainya. Selain itu, untuk
mengetahui ciri-ciri perkembangan, prinsip-prinsip perkembangan. faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan, dan untuk mengetahui aspek– aspek
perkembangan remaja, serta untuk mengetahui proses perkembangan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari observasi yang kami lakukan yaitu mendapatkan
pengalaman baru. Selain itu, kami menjadi tahu kasus-kasus yang sering terjadi pada
anak selama proses pembelajaran di sekolah, dan menjadi tahu emosi dan
perkembangan sosial anak pada masa remaja sehingga ketika kami menjadi tenaga
pendidik telah memahami perkembangan sosial dan emosi anak pada masa remaja.
Perkembangan mencakup seluruh aspek kepribadian, dan satu aspek dengan
yang lainnya saling berinteraksi. Sebagian besar dari perkembangan aspek – aspek

kepribadian itu terjadi melalui proses belajar, baik proses belajar yang sederhana dan
mudah maupun yang kompleks dan sukar. Suatu proses perkembangan yang bersifat
alami, yaitu yang berupa kematangan, berintegrasi dengan proses penyesuaian diri
dengan tuntutan dan tantangan dari luar, tetapi keduanya masih dipengaruhi oleh
kesediaan, kemauan dan aspirasi individu untuk berkembang.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
1. Perkembangan Fisik Anak
Dalam perkembangan yang kami amati, perubahan yang tampak jelas
adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.
Perkembangan anatomis ditunjukan dengan adanya perubahan kuantitatif pada
indeks tinggi badan, berat badan. Dalam perkembangan seksualitas remaja,
ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan statis, berikutnya tumbuh lebih
lambat dan akan mencapai ukuran pada usia 20– 21 tahun.
2. Perkembangan Kognitif Anak
Pada saat pengamatan yang kami lakukan, sedang berlangsung mata
pelajaran fisika. Metode pembelajaran yang digunakan adalah presentasi

kelompok yang dilakukan oleh siswa-siswi tersebut. Sedangkan guru hanya
memperhatikan presentasi yang di tampilkan. Pembelajaran pada metode ini
kurang efektif karena, siswa-siswi hanya mementingkan tugas presentasinya
selesai, tidak mementingkan teman-temannya mengerti materi yang disampaikan
atau tidak.
Pada saat pembelajaran berlangsung siswa-siswi mulai bisa memecahkan
suatu permasalahan tetapi dalam memecahkan permasalahan masih membutuhkan
orang dewasa dalam hal ini guru dan teman sebayanya yang lebih mampu atau
lebih mengerti permasalahan tersebut. Guru hanya memberikan bantuan kepada
siswa-siswi selama tahap awal pembelajaran saja, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa-siswi untuk mengembangkan materi dan menjelaskan
kepada teman-temannya dan memberikan tugas pekerjaan rumah mengenai materi
yang telah dipelajari.
3. Perkembangan Sosial dan Emosi Anak
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan emosi anak yang terjadi adalah
:
1) Rasa ingin tahu. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan rasa ingin tahu
pada siswa-siswi kurang tercapai karena siswa-siswi tidak aktif dalam
bertanya.


2) Cemas. Siswa-siswa merasakan kecemasan karena tidak semuanya mengerti
akan materi yang di terima. Sehingga akan menimbulkan rasa khawatir tidak
mengerti dan saat ujian takut mendapatkan nilai yang buruk.
3) Rasa senang dan gembira. Siswa-siswi yang senang dengan materi yang
disampaikan akan aktif mengikuti pembelajaran, sedangkan yang tidak suka
dengan materi yang disampaikan akan cenderung diam dan menutup diri atas
materi yang disampaikan.
4) Marah. Timbul rasa marah ketika ada siswa-siswi yang berisik karena tidak
suka dengan materi yang disampaikan sehingga mengganggu konsentrasi
teman-temannya yang sedang belajar.
5) Kasih sayang. Antara siswa saling menumbuhkan rasa kasih sayang. Itu bisa
dilihat dari akurnya dan rukunnya siswa-siswi selama istirahat, serta tidak
terjadi keributan antar siswa. Sehingga siswa-siswi menampilkan rasa kasih
sayang nya kepada teman sebaya nya.
Pada saat pengamatan yang kami amati siswa-siswi sudah bisa
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh gurunya. Ini terlihat dari
siswa-siswi yang membuat materi dan mempresentasikannya kepada temantemannya.
Siswa-siswi belum menemukan jati diri mereka atau identitas diri mereka
salah satu penyebabnya adalah sifat yang masih labil dalam mengambil keputusan,
tidak mau berbaur dengan teman sebayanya. Sifat yang masih labil ini

menimbulkan adanya ikut-ikutan dalam kegiatan negatif. Contohnya: pergi ke
kantin disaat pelajaran sedang berlangsung.
Pembentukan relasi atau interaksi antara lawan jenis sudah mulai terlihat
yaitu ketika mereka pergi ke kantin bersama dan ketika mereka duduk berduaan di
depan kelas. Siswa-siswi juga sudah mulai memikirkan akan estetika dalam
berpenampilan. Ini terlihat dari gaya rambut mereka, memakai wangi-wangian, dan
memakai atribut sekolah dengan rapi.
4. Kasus-kasus yang Terjadi Pada Anak
Kasus-kasus yang terjadi selama observasi adalah :
1) Pada saat presentasi banyak yang tidak memperhatikan materi yang
disampaikan.
2) Merapikan penampilan muka dengan menggunakan handphone.
3) Ada siswi yang mengobrol dengan temannya pada saat pembelajaran.
4) Siswa-siswi sibuk sendiri dengan tugasnya masing-masing yang tidak ada
kaitannya dengan materi yang disampaikan.

5) Banyak yang pergi ke toilet dikarenakan siswa-siswi merasakan bosan
dengan materi yang disampaikan.
6) Banyak siswa-siswi yang membuka sosial media di handphone nya
masing-masing pada saat pembelajaran berlangsung
B. Kajian Teori
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadidewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
dewasa atau tua. Menurut Hurlock remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Menurut Stanley Hall usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya
masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Remaja
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh
pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley
Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa
badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
1. Perkembangan Fisik Anak Usia Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan sisi yang paling nyata dari
manusia manapun,demikian juga bagi peserta didik.Pengembangan fisik antara lain:
mencakup perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh,penampilan serta fungsi
berbagai sistem tubuh. Menyertai pertumbuhan dan perkembangan terjadi juga
perkembangan otak,persepsi,kapasitas motor,dan kesehatan fisik.Pertumbuhan dan
perkembangan fisik peserta didik adalah unik karena semua perubahan yang terlihat
dilewati hampir setiap mereka yang normal.Pertumbuhan fisik itu merupakan hasil
dari interaksi yang bersifat terus-menerus dan kompleks sebagai interaksi antara
faktor keturunan dan lingkungan.

Pada masa puber pertumbuhan atau kematangan fisik masih jauh dari
sempurna dan juga belum sepenuhnya sempurna. Terdapat penurunan dalam laju
pertumbuhan dan perkembangan internal lebih menonjol daripada perkembangan
eksternal. Perubahan-perubahan tubuh eksternal dan internal yang penting selama
masa puber,
a. perubahan Eksternal
 Tinggi. Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia 1718 tahun, laki laki kira-kira setahun sesudahnya. Pada masa bayi yang diberi
imunisasi biasanya lebih tinggi dari usia keussia dibandingkan yang tidak diberi
imunisasi, karena yang tidak diberi imunisasi lebih banyak menderita sakit
sehingga cenderung memperlambat pertumbuhan
 Berat. Perubahan berat badan mengikuti perubahan tinggi.
 Proporsi Tubuh. Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan
tubuh yang baik.
 Organ seks. Baik organ seks pria maupun wanita mencapai ukuran yang matang
pada akhir masa remaja tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun
kemudian.
 Ciri-ciri seks sekunder. Pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir
masa remaja.
b. Perubahan Internal
 Sistem pencernaan. Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usu bertambah panjang dan bertambah besar. Otot-otot diperut
dan dinding-dinding usus lebuh tebal dan kuat. Hati bertambah berat,
kerongkongan bertambha panjang.
 Sistem Peredaran Darah. Jantung tumbuh pesat pada usia 17 atau 18 beratnya 12
kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah
meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
 Sistem Pernapasan. Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada
usia 17 tahun sedangkan anak laki-laki beberapa tahun kemudian.


 Sistem Endokrin. Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber
menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada
awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi
meskipun belum mencapai ukuran matang sampaikhir masa remaja.
 Jaringan Tubuh. Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun.
Jaringan, selaintulang,terus berkembang smapaitulang mencapai ukuran matang
khususnya jaringan otot.
Aspek hormonal yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja adalah
kelenjar endoktrin, yang melibatkan interaksi antara kelenjar hypothalamus (sebuah
struktur dalamporsi otak yang paling tinggi yang memonitor makan,minum dan
seks), kelenjar pituitary (kelenjar endokrin yang penting untuk mengontrol
pertumbuhan dan regulasi kelenjar lainnya) dan Gonad(kelenjar seks yaiut testis pada
pria dan ovarias pada wanita)
2. Perkembangan Kognitif Anak
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan (kapasitas)
individu untuk memanipulasi dan mengingat informasi. Menurut Jean
Piaget,perkembangan kognitif remaja berada pada tahap “formal opertion stage”,
yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahapan
berpikir formal ini terdiri atas 2 subperiode yaitu:
a) Early Formal Operational Thought, yaitu kemampuan remaja untuk berpikir
dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran bebas tentang
berbagai kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam periode ini remaja
mempersepsi dunia sangat bersifat subjektif daan idealistik.
b) Late formal operational thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya yang
berlawanan dengan pengalamannya dan mengembalikan keseimbangan
intelektualnya. Melalui penyesuaian terhadap informasi/hal baru remaja mulai
dapat menyesuaikan terhadap bencana atau kondisi pancaroba yang telah
dialaminya.

Kebanyakan peserta didik mencapai tahap operasional formal versi Piaget
pada usia sekitar 12 tahun atau lebih,dimana mereka mengembangkan alat baru
untuk memanipulasi informasi. Mereka bisa berpikir abstrak dan deduktif. Peserta
didik pada tahap ini juga dapat mempertimbangkan kemungkinan masa
depan,mencari jawaban,menangani masalah dengan fleksibel,menguji hipotesis,dan
menarik kesimpulan atas kejadian yang mereka tidak mengalaminya secara
langsung.
Titik puncak perkembangan kognitif terjadi ketika sudah mencapai usia
dewasa dan jaringan sosial makin berkembang. Ketika itu pula kemampuan otak
dan jaringan sosial menawarkan lebih banyak kesempatan dibandingkan dengan
fase sebelumnya untuk bereksperimen dengan kehidupan. Karena itu sebagian
peserta didik yang sesungguhnya cerdas,namun berprestasi kurang,akibat tidak
mengoptimasi diri. Kemampuan rasional yang abstrak dan kritis berkembang
melalui proses pendidikan dan pembelajaran serta pelatihan secara kontinyu.
Penalan sehari-hari siswa mengalami peningkatan sejak tahun-tahun pertama
belajar hingga menamatkan pendidikan jenjang tertentu. Hal ini menunjukan nilai
pendidikan dalam pematangan kognitif itu dirangsang oleh kontinyuitas dan
konsistensi proses aktivasi. Fenomena ini tidak untuk diberi makna bahwa
kecerdasan intelektual sesorang terus meningkat,karena ada titik optimumnya.
3. Perkembangan Sosial dan Emosi Remaja
a.

Perkembangan Sosial
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya
merupaka kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses
integrasi dan interaksi ini faktor intelektrual dan emosional mengambil peranan
penting. Proses tersebut merupaka proses sosialisasi yang mendudukan anak-anak
sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini
dimulai sejak seseorang masih bayi, namun pada tahap remaja proses ini semakin
berkembang.

Menginjak masa remaja, interaksi dan perkenalan atau pergaulan dengan
teman sebaya terutama lawan jenis menjadi semakin penting. Pada akhirnya
pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan. Remaja telah mulai
memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan yang berbeda dengan
morma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya.
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
1. Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial
remaja. Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial, dan nilainilai bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh orang tua. Disamping itu
hubungan dengan orang tua merupakan hubungan paling akrab dibandingkan
dengan siapapun dalam kehidupan remaja. Hubungan yang mendalam dan
akrab besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja.
2. Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak. Oleh karena itu
remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur 4 tahun.
Dengan demikian, sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja khususnya
tingkah laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak dilakukan kegiatan
kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial seperti kerjasama, saling
membantu, saling menghormati dan menghargai misalnya kelompok belajar,
kelompok pengembangan bakat khusus seperti kelompok menyanyi, menari,
olahraga dan keterampilan khusus lainnya.
Fungsi sekolah lainnya dalam mengembangkan tingkah laku sosial
adalah menyiapkan model-model bertingkah laku sosial baik itu guru, petugas
administrasi maupun siswa-siswa lainnya.

3. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan
sosial, mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam
mengatasi kesulitan dalam rangka mencapai kemandirian. Teman sebaya
dijadikan tempat memperoleh sokongan dan penguatan, guna melepaskan diri
dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan teman
sebaya bagi perkembangan sosial remaja, maka apabila terjadi penolakan dari
kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan dalam hubungan sosial.
4. Kematangan
Bersosialosasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
oranaglain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional dismaping itu
kemampuan berbahasa dengan demikian untuk mampu bersosialisasi dengan
baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal seperti
kemampuan

belajar,memecahkan

masalah,dan

berbahasa.

Anak

berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
a) Upaya pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja dalam mencari dan ingin menentukan jati dirinya
memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebalikanya. Hal
ini terkadang meninbulkan hubungan sosial yang kurang serasi. Maka
penciptaan

kelompok

sosial

remaja

perlu dikembangkan

untuk

memberikan rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang
bermanfaat dan dapat diterima khalayak.

Seperti

contoh

didalam

sekolah

adalah

kelompok

olahraga,koperasi,kesenia, bakti karya dan kelompok-kellompok belajar.
b. Perkembangan Emosi
Masa remaja dianggap sebagai masa “badai&tekanan” yaitu suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi pada anak usia remaja biasanya disebabkan oleh
tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru sedangakn masa kanak-kanak ia
kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
 Pola Emosi pada Masa Remaja
Perbedaan pola emosi masa remaja dengan anak-anak adalah
rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat dan khususnya pada
pengendalina latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak
lagi mengungkapkan kemarahannya dengan cara gerakan amarah yang meledakledak melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara
keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
 Kematangan Emosi
Anak remaja dikatakan telah mencapai kematangan emosi bila pada
akhir masa remaja tdak “meledakan” emosinya dihadapan ornag lain melainkan
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.
Untuk mencapai kematangan emosi remaja harus belajar memperoleh
gambaran tentang situsi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun
caracaranya adalah dengan membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan
orang lain.

C. Implikasi dalam Aspek Pembelajaran
1

Metode yang sebaiknya dilakukan
a. Menyiapkan perlengkapan mengajar dan belajar (spidol,penghapus,tinta, dsb)
sebelum kegiatan belajar dimulai
b. Guru menjelaskan materi dengan alat peraga
c. Pembentukan Interaksi antara guru dan murid
d. Memancing siswa supa lebih aktif dengan mengadakan kuis setelah materi selesai.
e. memberi reward atau penghargaan kepada siswa supaya siswa lebih semangat
dalam belajar

2.

Metode yang sebaiknya diganti
a. Guru hanya terfokus pada murid yang presentasi.
Sebaiknya guru juga memperhatikan para murid yang mendengarkan
presentasi sehingga mereka juga fokus dan tidak sibuk sendiri.

b.

Presentasi yang monoton
Presentasi bukan hanya dengan menjelaskan tulisan yang ada di power point
tetapi juga memberikan gambar atau video yang berhubungan dengan materi. Atau
membawa alat peraga yang sesuai dengan materi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah
yang lebih maju.
 Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang
sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik.
 Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik
maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa,
moral.
 Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa yaitu
menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa, meningkatkan
kuantitas maupun kualitas pengajar dan sarana dan administrasi pendidikan.
B. Saran

 Sebaiknya sebelum melakukan observasi, lebih dahulu menentukan sekolah
mana yang akan menjadi tempat untuk melaksanakan observasi.
 Diharapkan agar penulis maupun pembaca mempelajari lebih lanjut tentang
aspek-aspek perkembangan pada manusia pada tingkat yang lain selain tingkat
remaja yang dibahas pada makalah ini.

Daftar Pustaka

Syamsu, Yusuf LN dan Nani M. Sugandhi.2013.Perkembangan Peserta
Didik.
Jakarta: Rajawali Pers.
Danim, Sudarwan.2011. Perkembangan Peserta Didik . Bandung:
Alfabeta.

Aji, Muhammad. 2012. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta
Didik .
Jakarta: Bumi Aksara.
Lieza.Perkembangan Sosial Remaja. 29 Oktober 2015.
http://my-lieza.blogspot.co.id/2013/perkembangan-sosialremaja.html?m=1
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta
Didik.
Bandung: Pustaka Setia.
Sinolungan, A.E. 1997. Perkembangan Peserta Didik : Psikologi
Perkembangan.
Jakarta : Gunung Agung
Sinolungan, A.E. 2001. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta
Didik. Manado :
Universitas Negeri Manado
Hurlock, Elizabeth B. 1980.Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang \
Rentang Kehidupan.Terjemahan Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo,
M.Sc.Jakarta: Penerbit Erlangga.

LAMPIRAN

Gambar 1.1 : Siswa-siswi melakukan presentasi

Gambar 1.2 : Saat melakukan diskusi

Gambar 1.3 : Siswa-siswi melakukan praktikum

Gambar 1.4 : Siswa-Siswi mendengarkan penjelasan dari guru