Kemampuan Antioksidan Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr) Pada Umur Berbeda Evi Mintowati Kuntorini

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Banjarbaru memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC

  Waktu Pemanena bulbus

  mempunyai diameter 0,3-0,5 cm. Ditanam pada bak kayu ukuran 6 m x 1,5 m x 15 cm yang berisi 900 bulbus dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, untuk sampel tanah dianalisis kandungan N, P, dan K di laboratorium tanah BALITTRA (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa). Hasil analisis tanah digunakan sebagai data pendukung.

  METODE PENELITIAN Penanaman Bulbus bawang dayak yang ditanam

  Pada tumbuhan pembentukan metabolit sekunder merupakan suatu proses yang kompleks, terjadi interaksi antara proses biosintesis, degradasi, serta biasanya ditemukan hanya dalam organisme tertentu atau kelompok organisme. Proses pembentukan tersebut sangat tergantung pada kondisi fisiologis seperti umur dan tahap-tahap perkembangan tumbuhan yang berbeda-beda. Metabolit sekunder dihasilkan oleh tanaman salah satunya sebagai suatu bentuk pertahanan dari serangan predator. Tumbuhan tidak selalu memproduksi metabolit di setiap sel. Tumbuhan biasanya melakukan biosintesis pada organ spesifik, sedangkan produknya dapat diakumulasi di dalam vakuola sel.

  sebesar 25,33 ppm dan berdasarkan skrining fitokimia bulbus bawang dayak mengandung triterpenoid dan kuinon.

  50

  bulbus bawang dayak yang tumbuh liar asal

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  Beberapa senyawa turunan naftokuinon diketahui memiliki fungsi sebagai antioksidan. Hasil penelitian ekstrak etanol

  Bawang dayak (Eleutherine americana Merr) merupakan tumbuhan di hutan Kalimantan yang biasa digunakan oleh masyarakat pedalaman menjadi ramuan atau obat tradisional. Bulbus tumbuhan genus Eleutherine ini dari beberapa penelitian diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan naftokuinon (elecanacin, eleutherin, elutherol, eleutherinon).

  Kata kunci: antioksidan , DPPH, Eleutherine americana Merr, PENDAHULUAN

  

Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antioksidan bulbus bawang dayak

(Eleutherine americana Merr) pada umur berbeda. Bulbus bawang dayak ditanam pada

ukuran yg hampir sama sebagai bibit dan dilakukan uji antioksidan pada usia tanaman 6

minggu (P1) dan 12 minggu (P2) setelah tanam (mst). Uji aktivitas antioksidan

menggunakan metode DPPH. Hasil aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa P2(12 mst)

(IC

50 = 50,42 ppm) memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat dibandingkan P1(6 mst) (IC

50 = 93 ppm) namun lebih lemah dibandingkan vitamin C (IC 50 = 3,03 ppm) dan BHT (IC 50 = 5,52 ppm) sebagai kontrol.

  

Evi Mintowati Kuntorini

Program Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

email :evimintowati@yahoo.com

  

Kemampuan Antioksidan Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine

americana Merr) Pada Umur Berbeda

  Pemanenan bulbus bawang dayak dilakukan pada waktu 6 mst (P1) dan 12 mst (P2). Untuk analisis uji aktivitas antioksidan diambil kurang lebih 100 gram berat basah bulbus tiap waktu panen.

  

Faurizki Fitra: Produktivitas Primer Fitoplankton di Teluk Bungus

% 100 ) (

  Keterangan : Ablanko : Serapan radikal DPPH 1 mM dalam metanol pada panjang gelombang 515 nm

  50

  sebesar 50,42 ppm, sedangkan pada P1 (6 mst) nilai IC

  50

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bulbus bawang dayak pada P2 (12 mst) memiliki nilai IC

  Analisis uji aktivitas antioksidan menggunakan regresi linier

  Analisis Data

  Skrining fitokimia digunakan untuk merujuk senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan. Uji fitokimia dilakukan sebagai data pendukung kualitatif. Uji beberapa senyawa kimia pada ekstrak etanol bulbus bawang dayak meliputi golongan steroid, triterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon dengan menggunakan pereaksi yang sesuai.

  Uji Fitokimia

  Asampel : Serapan radikal DPPH 1 mM yang diberi perlakuan sampel dalam metanol pada panjang gelombang 515 nm

  Pengolahan data: melakukan analisis aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan % daya antioksidan dengan menggunakan rumus;

  ) ( tan % x A blanko A sampel blanko A inhibisi penghamba

  DPPH 1 mM, diinkubasi selama 30 menit kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang 515 nm. Sebagai kontrol positif dan untuk pembanding digunakan asam askorbat (konsentrasi 2, 3, 4 dan 5 ppm) dan BHT (konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm) yang dilakukan dengan perlakuan yang sama seperti pada ekstrak.

  beaker ditambahkan kedalam 1 ml larutan

  Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Ekstrak pekat bulbus bawang dayak ditimbang sebanyak 0,0085 g untuk sampel P1 (6 mst) dan 0,005 g untuk sampel P2 (12 mst) kemudian masing-masing dimasukkan kedalam gelas beaker dilarutkan dengan metanol. Selanjutnya dimasukkan kedalam labu dan ditambahkan metanol sampai tanda tera, hingga didapatkan konsentrasi larutan ekstrak metanol sampel pada sampel P1 (6 mst) sebesar 170 ppm dan sampel P2 (12 mst) sebesar 100 ppm. Dari konsentrasi 170 ppm sampel P1 (6 mst) kemudian diencerkan untuk didapatkan deret standar dengan konsentrasi 160 ppm, 120 ppm, 80 ppm, dan 40 ppm. Untuk konsentrasi 100 ppm sampel P1 (12 mst) diencerkan menjadi 70 ppm, 50 ppm, 30 ppm, dan 10 ppm. Pengenceran tersebut dilakukan menggunakan metanol pada labu ukur 10 ml. Selanjutnya dipindahkan ke gelas

  Uji Aktivitas Antioksidan

  rotary vacuum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

  dimasukkan dalam labu erlenmeyer 200 mL dan ditambah pelarut etanol 70 mL. Selanjutnya, ekstrak dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah 24 jam, ekstrak dipisahkan (difiltrasi) dengan menggunakan kertas saring, ampasnya dimaserasi kembali selama 24 jam dan disaring, perlakuan diulang sampai tiga kali. Filtrat pertama, kedua, dan ketiga digabung dan dievaporasi menggunakan

  bulbus bawang dayak sebanyak 31 g

  Ekstraksi sampel bulbus bawang dayak menggunakan metode maserasi. Serbuk

    Ekstraksi Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BULBUS BAWANG DAYAK

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  sebesar 93 ppm yang berarti bahwa Pada P1 (6 mst) memiliki aktivitas aktivitas antioksidan pada P2 (12 mst) lebih antioksidan yang lebih lemah dibandingkan kuat dibandingkan dengan aktivitas P2 (12 mst) hal ini dimungkinkan karena antioksidan P1 (6 mst) (Gambar 1 dan 2). pada umur tersebut tanaman masih Hal ini menunjukkan bahwa fase menunjukkan perkembangan awal. Pada P1 pertumbuhan (umur tanam) berpengaruh (6 mst) ditemukan berkas pengangkut yang terhadap metabolit sekunder yang memiliki ukuran sel yang masih kecil dan mempunyai senyawa yang memiliki jumlah sel yang masih sedikit, sehingga aktivitas antioksidan. Apabila dibandingkan transport dan akumulasi metabolit sekunder dengan kontrol positif vitamin C dan BHT, yang tertimbun masih belum banyak. Selain sampel memiliki aktivitas antioksidan lebih itu, dari pengamatan struktur anatomi lemah. menunjukkan terjadinya peningkatan tebal jaringan parenkim pada P2 (12 mst), dimana peningkatan tebal jaringan ini ditandai dengan penambahan ukuran sel.)

  Penambahan ukuran sel disebabkan oleh vakuola yang mengembang. Vakuola merupakan organel yang paling besar volumenya pada sel tumbuhan dewasa, di dalamnya terdapat air dan zat terlarut. Pada bawang dayak tidak ditemukan adanya sel sekresi, sehingga diasumsikan penimbunan metabolit sekunder terjadi di vakuola.

  Beberapa tanaman yang termasuk dalam famili Plumbaginaceae, Juglandaceae, Ebenaceae, Boranginaceae, dan Iridaceae, senyawa metabolit sekunder yang

  Gambar 1. Grafik hubungan antara konsentrasi

  terkandung khususnya naftokuinon

  ekstrak bulbus P1 (6 mst) (ppm) biasanya tersimpan di vakuola. dengan % daya antioksidannya

  Perbedaan aktivitas antioksidan pada umur yang berbeda juga dikarenakan perbedaan konsentrasi dari metabolit sekunder tersebut. Semakin banyak metabolit sekunder yang dikandung maka akan semakin kuat aktivitas antioksidannya, diperkirakan bahwa pada P2 (12 mst) memiliki konsentrasi metabolit sekunder yang lebih banyak dibandingkan P1 (6 mst), sehingga aktivitas antioksidannya lebih kuat. Hal ini didukung oleh penelitian pada bawang dayak yang ditanam di rumah kaca dan tempat terbuka pada umur 4 mst dan 12 mst, menunjukkan peningkatan kandungan metabolit sekunder (bioaktif) naftokuinon

  Gambar 2. Grafik hubungan antara konsentrasi pada bulbus umur 12 minggu. ekstrak bulbus P2 (12 mst) (ppm)

  Untuk mengetahui metabolit sekunder

  dengan % daya antioksidannya

  yang memiliki aktivitas antioksidan, maka dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Faurizki Fitra: Produktivitas Primer Fitoplankton di Teluk Bungus

bulbus bawang dayak, diketahui bahwa

  pada P1 (6 mst) dan P2 (12 mst) memiliki hasil yang sama pada metabolit sekunder yang dikandung yaitu positif steroid, tanin, kuinon, dan flavonoid. Pada penelitian ini pengujian fitokimia hanya dilakukan secara kualitatif tidak berdasarkan kuantitatif sehingga hanya diketahui metabolit sekunder yang terdeteksi berdasarkan perubahan warna ketika direaksikan.

  Hayashi, K.H. Lee, K.F. Bastow, C. Chairul, R. Marumoto & Y. Imakura. 1997. Elecanacin, A Novel New Napthoquinon From The Bulb Of

  (Iridaceae). Mem. Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro . Vol. 98(5):709-712. Hara, H., N. Maruyama, S. Yamashita,Y.

  E. bulbosa

  2003. Eleutherine A Novel Fungiside Napthoquinon From

  deptan.go.id/bawang-dayak/pdf Diakses pada tanggal 20 Oktober 2010. Alves, T.M.A., H. Kloos & C.L. Zani.

  (Eleutherine americana Merr.) Sebagai Obat Multifungsi. Http://kalteng litbang

  Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak

  Penulis menyampaikan terimakasih kepada Misrina, Julista dan staf laboran Biologi laboratorium dasar FMIPA UNLAM atas bantuannya selama penelitian.

  50 = 5,52 ppm) sebagai kontrol.

  = 3,03 ppm) dan BHT (IC

  50

  = 93 ppm) namun lebih lemah dibandingkan vitamin C (IC

  50

  = 50,42 ppm) memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat dibandingkan umur 6 mst (IC

  50

  KESIMPULAN Bulbus pada umur 12 mst (IC

  orto dan para.

  Hasil uji fitokimia penelitian ini selain senyawa naftokuinon, juga terdeteksi senyawa flavonoid. Kelompok flavonoid mempunyai kemampuan untuk bertransformasi menghasilkan senyawa- senyawa yang mempunyai aktivitas lebih tinggi yang mempunyai aktivitas antioksidan. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang baik karena mempunyai sedikitnya dua gugus hidroksil pada posisi

  pada P2 (12 mst) sebesar 50,42 ppm, nilai aktivitas antioksidan ini berada dalam kisaran seperti pada habitat liar (Kabupaten Tanah Laut).

  50

  dari Kabupaten Tanah Laut yang mengandung naftokuinon adalah 29,18 - 51,11 ppm. Pada penelitian ini diketahui nilai IC

  50 bulbus bawang dayak

  Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui nilai IC

  Metabolit sekunder yang terdeteksi dalam penelitian ini salah satunya adalah kuinon. Menurut hasil penelitian ekstrak etanol bulbus bawang dayak asal Banjarbaru berdasarkan skrining fitokimia mengandung kuinon Kuntorini & Astuti (2010). Kuinon kemungkinan besar berasal dari oksidasi komponen fenol yang sesuai, yaitu katekol (1,2 dihidroksibenzen) menghasilkan ortho-kuinon dan kuinol (1,4 dihidroksibenzen) menghasilkan para kuinon, sehingga kuinon dapat terbentuk dari sistem fenol yang dihasilkan melalui jalur asetat atau sikimat. Kimafilin, plumbagin, eleutherine adalah tumbuhan yang diketahui mengandung naftokuinon dan telah digunakan sebagai obat dan racun sejak zaman prasejarah. Senyawa naftokuinon diketahui bersifat sangat toksik, biasanya digunakan antara laian sebagai antimikroba dan antioksidan.

  Blumea balsamifera dipanen pada saat daun telah tua.

  terakumulasi pada kayu tanaman tua dan

  Cinnamomum camphora , kampora

  Beberapa spesies yang menunjukkan terjadinya peningkatan kandungan metabolit sekunder seiring dengan bertambahnya umur diantaranya adalah

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA

  • – their Occurrence, Pharmacological Properties and Analysis. Current Pharmaceutical Analysis . Vol. 5(1):47-68.

  Adam, R. Kizek, L. Haveld & Z. Sladkya. 2005. Simultaneous determination of 1,4 naphtoquinone, lawsone,juglone and plumbagin by liquid chromatography with UV detection. Biomed Paper. Vol 149: 25- 28.

  Andayani, R., Maimunah, & Y. Lisawati.

  2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total Dan Likopen Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L).

  Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.

  Vol. 13(1):31-37. Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995.

  Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Penerbit ITB. Bandung.

  Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji . Penerbit ITB. Bandung. Babula, P., R. Mikelovab, D. Potesilb, V.

  Kuntorini, E.M & L.H. Nugroho. 2009.

  Plant Disease Resistance. Nature. Vol 411: 843-847 Hanani, E., A. Mun‘im, & R. Sekarini.

  Structural Development And Bioactive Content Of Red Bulb Plant (Eleutherine

  americana ) A Traditional Medicines For Local Kalimantan People. Biodiversitas.

  Vol.11(2):102-106. Kuntorini, E. M., M.D. Astuti, & G.

  Puspita. 2011. Struktur Anatomi,

  Kandungan Senyawa Bioaktif dan Uji Aktivitas Antioksidan Bulbus Bawang Dayak

  (Eleutherine americana Merr)

  Dari Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan .

  2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian . Vol. II (3):127-133.

  Francis Group. United States of America. Dixon, R. A. 2001. Natural Products and

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Product, A Biosynthetic Approach

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  Eleutherine americana. Chemical and Pharmaceutical Bulletin . Vol.

  45(10):1714-1716. Babula, P., V. Adam, L. Havel & R. Kizek.

  2009. Noteworthy Secondary Metabolites Napthoquinones

  Kuntorini, E.M & M. D. Astuti. 2010.

  Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr.). Sains Dan Terapan Kimia , Vol.4(1):15-22.

  Dewick, P.M. 2002. Medicinal Natural

  Second Edition. John Wiley & Son, LTD. England. Baikar, S. & N. Malpathak. 2010.

  From Plants Second Edition . Taylor &

  Secondary Metabolites As DNA Topoisomerase I nhibitors: A New Era Towards Designing Of Anticancer Drugs. Pharmacognosy Review. Vol.

  4(7):12-26. Soetarno, S. 1997. Ekstraksi Dan Isolasi

  Preparatif Bahan Alam . Prosiding Temu

  Ilmiah Nasional Bidang Farmasi Volume

  II. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bandung. hlm. 11-35

  Cseke, L.J., A. Kirakosyan, P.B. Kaufman, S.L. Warber, J.A. Duke & H.L.

  Brielmann. 2006. Natural Products

  Prosiding Seminar Nasional Bidang Ilmu MIPA (Semirata BKS-PTN B). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNLAM. Banjarmasin. Hlm 259-269

  Faurizki Fitra: Produktivitas Primer Fitoplankton di Teluk Bungus