Kekuasaan dan Intervensi Pemilik Stasiun
“Kekuasaan dan Intervensi Pemilik Stasiun TV Terhadap Isi Siaran di
Luar Kepentingan Publik (Iklan Partai Perindo)”
Oleh: Adzani Suci Tienisaa
0802514001
PEMINATAN BROADCASTING AND NEW MEDIA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
2017-2018
I.
PENDAHULUAN
Dunia semakin cepat berubah dan perkembangan teknologi sudah semakin pesat, hal
itu langsung berdampak pada segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang
berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah
Teknologi Televisi. Dalam perkembangan dunia informasi, televisi merupakan teknologi
yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan perubahan tersebut, maka televisi
pun akhirnya menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia.
Peranan media televisi ini begitu kuat bagi publik. Berbagai program yang disajikan
bersaing untuk menarik hati publik sangat ketat. Konten-konten yang disajikan pun
dibuat dan dirancang sedemikian rupa agar bisa diterima publik. Tidak hanya konten
program yang berpengaruh terhadap kualitas hasil suatu program. Kemajuan teknologi
yang digunakan juga penting dalam menunjukkan kualitas suatu program.
Sistem demokrasi yang digunakan Indonesia membuat publik atau masyarakat
menjadi sasaran utama stasiun televisi untuk menyampaikan informasi. Oleh karena itu
media yang ada di Indonesia harus menjalankan fungsi utamanya yaitu menyiarkan
segala bentuk informasi mengenai pendidikan, budaya, hiburan, serta informasi lainnya
yang berkepentingan langsung dengan publik.
Berbicara mengenai kepentingan publik, saat ini program, iklan, dan berita yang
disajikan oleh media sudah banyak yang menyimpang dan sudah tidak lagi berdasarkan
fungsi awal yaitu untuk kepentingan publik. Hal-hal seperti ini dilakukan oleh banyak
stasiun tv yang sering masyarakat tonton, salah satu pelakunya adalah group media
terbesar di Indonesia, yaitu MNC Group yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo.
II. PERMASALAHAN
Berawal dari sebuah perusahaan sekuritas yang bergerak dibidang jasa keuangan
sejak tahun 1989, PT MNC Investama Tbk, yang dikenal sebagai MNC Group kini
bertransformasi menajdi sebuah grup investasi di Indonesia.1
Di bawah kepemimpinan pendiri MNC Group Hary Tanoesoedibjo, perseroan ini
berfokus pada 3 investasi strategis yaitu media, jasa keuangan, dan properti. MNC Group
adalah pemilik media terbesar di Indonesia yang terdiri dari 4 stasiun TV nasional FreeTo-Air (FTA) yaitu RCTI, MNCTV, GlobalTV, dan INewsTV serta 22 channel yang
disiarkan di TV berlangganan, MNC Channels.2
Permasalahan utama adalah media penyiaran tersebut dikuasai oleh pemilik untuk
kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya. Dengan secara terus menerus
menyajikan iklan-iklan politik sang pemilik media, cuplikan pidato yang dilakukan ketua
partai, serta bermain peran di dalam sinetron yang disajikan oleh media tersebut. Hal
seperti ini tentu sudah jelas menyimpang dan sudah tidak sesuai dengan fungsi awal yaitu
media sebagai sumber informasi untuk kepentingan publik.
Sebagai group media terbesar di Indonesia, MNC Group juga tidak menggunakan P3
SPS sebagai pedoman untuk memberikan kualitas yang baik kepada publik. Dengan
seringnya iklan partai tersebut muncul, masyarakat secara tidak sadar telah dikuasai dan
dipaksakan oleh media tersebut untuk pro kepada partai Perindo yang diketuai oleh Hary
Tanoesoedibjo, sang penguasa media.
Siaran iklan Partai Perindo tidak mengikuti ketentuan P3 & SPS yang menyatakan bahwa
program siaran wajib untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan
kelompok tertentu.3 Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan sehingga Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) memberi teguran kepada 4 stasiun TV tersebut hingga akan mencabut izin
penyelanggaraan jika masih melakukan kesalahan tersebut.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
1
Admin, Website MNC Group. Tanpa Tanggal. Sekilas Perusahaan. http://www.mncgroup.com/page/about/sekilasperusahaan diakses pada tanggal 24 Oktober 2017, pukul 13.10 WIB
2
Ibid
3
Abba Gabrillin. Kompas.com. 2017. Siarkan Iklan Perindo, Empat Stasiun TV diberi Sanksi Oleh KPI.
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/12/15050481/siarkan.iklan.partai.perindo.empat.stasiun.tv.diberi.sanksi.oleh.
kpi diakses pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 18.30 WIB
3.1.
Kekuasaan menurut Max Weber
Menurut Max Weber (Economy & Society 2008) kekuasaan adalah kemampuan
untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini. Pengertian kekuasaan oleh Max Weber ini
dapat katakan bahwa kekuasaan adalah keegoisan dalam suatu kelompok akan tetapi
walaupun keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak dapat melawan karena
adanya kekuasaan tersebut.4
Terdapat tiga bentuk dominasi kekuasaan menurut Weber. Pertama, dominasi
kekuasaan legal rasional adalah bentuk dominasi kekuasaan yang dibentuk dan diatur
dengan sebuah aturan legal, yang termasuk dalam bentuk dominasi kekuasaan ini adalah
negara dan kepala negara. Kedua adalah kekuasaan tradisional, yaitu kekuasaan yang
dihasilkan oleh kepercayaan tradisional. Contoh dominasi kekuasaan ini adalah kerajaan
dan raja. Terakhir adalah dominasi kekuasaan karismatik, yaitu dominasi akibat karisma
atau kemampuan individu yang dijadikan pemimpin.5
3.2.
Intervensi
Secara garis besar, intervensi merupakan sebuah perbuatan/tindakan campur tangan
yang dilakukan oleh suatu lembaga terhadap sebuah permasalahan yang terjadi diantara
kedua belah pihak atau beberapa pihak sekaligus. Intervensi sosial adalah upaya perubahan
terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan ‘perubahan terencana’
agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi
Sosial bisa terjadi dalam level komunitas, didalam Ilmu Kesejahteraan Sosial 6
3.3. Televisi
Menurut Wahyudi (1994), Televisi berasal dari 2 kata yang berbeda yaitu Tele
4
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press. Hal 212
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press. Hal 215
6
Adi, Isbani Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hal
60
5
(bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari bahasa latin) yang berarti
penglihatan. Dengan demikian, Televisi dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat
Jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat studio
Televisi).7
Pengelolan stasiun penyiran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkinuntuk
menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itudapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenis yaitu:
Satu program informasi (Berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi
kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan
laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news)
yang
merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini.8
3.4.
Siaran Televisi
Berdasarkan Undang-undang penyiaran No.32 tahun 2002 pasal 4 no 1 yang mengatakan
bahwa penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. 9
Oleh karena itu siaran TV tidak boleh menyimpang dari kepentingan publik dan harus
mengandung informasi tentang pendidikan, budaya dan informasi lainnya yang berguna bagi
publik.
3.5.
Publik
Menurut Gruth & Marsh dalam Estawara (2012) mendefinisikan public sebagai: “An
y group of people who share common interests or values in a particular situations especial
ly interests or values they might be willing act upon”. Dengan ini dapat diartikan bahwa
publik adalah setiap kelompok orang yang memiliki minat atau nilai-nilai bersama dalam
situasi tertentu, terutama kepentingan atau nilai-nilai yang bertindak atas kesediaan.10
7
Latif Rosyidi. 1989. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, cetakan 11. Medan : Firman Rainbaow. Hal
221-222
8
Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Hal 34-36
Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002
10
Estaswara, Helpris. (2010). Stakeholder Relationship in Integrated Marketing Communication. Jakarta : Universitas
Pancasila. Hal 2
9
IV. ANALISA & DISKUSI
Dari kerangka pemikiran tersebut, dapat dianalisa atau dikaitkan dengan permasalahan yang
penulis bahas mengenai kekuasaan dan intervensi pemilik stasiun TV terhadap isi siaran di luar
kepentingan publik yaitu penayangan iklan Partai Perindo secara terus-menerus dilakukan oleh
MNC Group, sebagai berikut ini:
1.
Iklan Partai Perindo bukan Kepentingan Publik
Siaran iklan Partai Perindo tidak mengikuti ketentuan P3 & SPS yang menyatakan
bahwa program siaran wajib untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik dan tidak
untuk kepentingan kelompok tertentu. Tetapi yang dilakukan oleh 4 stasiun TV tersebut
beerbeda dari yang seharusnya, 4 stasiun ini justru secara terus menerus menayangkan
iklan partai Perindo serta memasukan segala unsur partai tersebut ke dalam sinetron, kuis,
serta iklan. Oleh karena itu 4 stasiun TV tersebut telah melanggar Pasal 11 P3 KPI tahun
2012 serta Pasal 11 ayat (1) SPS KPI tahun 2012.
BAB VII PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PUBLIK
“Pasal 11 (1) Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik
dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu.11
2.
Iklan Partai Perindo untuk Kepentingan Pemilik
Siaran iklan partai Perindo merupakan kepentingan pemilik juga kepentingan politik, dimana
Hary Tanoesoedibjo selaku pemilik dan juga ketua partai telah memanfaatkan media yang ia
miliki untuk melakukan kampanye partainya, dengan menayangkan secara terus menerus iklan
partai Perindo, memasukan unsur partai Perindo di program kuis, menampilkan Hary Tanoe di
dalam sinetron RCTI dengan membawa nama partai Perindo. Secara tidak langsung hal tersebut
memaksa publik untuk mengkonsumsi dan pro terhadap partai Perindo. Padahal kenyataannya
hal tersebut bukanlah yang seharusnya diterima oleh publik, jika dikaitkan dengan pasal 11 P3
KPI tahun 2012 serta pasal 11 ayat (2) SPS KPI tahun 2012 yang melarang pemilik lembaga
penyiaran untuk menguasai siaran tersebut.
11
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran. BAB VIII
Perlindungan Kepentingan Publik
BAB VII PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PUBLIK
“Pasal 11 (2) program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan
pribadi
pemilik
lembaga
penyiaran
bersangkutan
dan
/atau
kelompoknya.”12
3.
Kesalahan yang dialakukan MNC Group
Pemanfaatan lembaga penyiaran untuk kepentingan pribadi dan/atau kelompok.
1. September 2013: Dari 39 berita politik, 17 berisi Hanura.
2. 25 Oktober 2013: Dari 5 segmen berita politik, semua berisi Hanura
3. 1 November 2013: 3 segmen berita politik, semua berisi Hanura
4. 1 Desember 2013: 1 segmen berita untuk Hanura
5. Iklan kampanye di luar masa kampanye masuk kedalam UU Pemilu: Pasal 83 (2)
6. 21 Desember 2013 kuis kebangsaan. Program dibiayai/disponsori oleh partai politik,
tidak menjaga netralitas isi siaran, dan Pemanfaatan untuk kepentingan pribadi
pemilik dan/atau kelompoknya. Masuk ke dalam P3: Pasal 11, Pasal 50 (4) SPS:
Pasal 11 (1-2), Pasal 71 (4)
7. 1 Februari 2014 sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Memanfaatkan program siaran
untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran dan/atau kelompoknya. SPS:
Pasal 11 (1-).
8. Iklan Partai Nasdem (23 Maret 2014) ‘Kehadiran Anggota DPR Hanya 48,7%’ hal ini
Menyinggung atau merendahkan pribadi atau kelompok lain Etika Pariwara
Indonesia (EPI). P3: Pasal 43 SPS: Pasal 58 (1 & 4a)13
12
Ibid
13
Dampak Konsentrasi
Kepemilikan & Intervensi Pemilik
terhadap isi siaran yang
merugikan publik dalam pemilu
2014. Aliansi Jurnalis Independen.
Administrator. 2014.
V. KESIMPULAN
Dari analisa yang sudah penulis lakukan dengan mengaitkan kepada kerangka
pemikiran, dapat disimpulkan bahwa:
MNC Group tidak sepenuhnya menyiarkan informasi untuk kepentingan publik. Di
setiap siarannya selalu memasukan unsur partai politik dimana hal tersebut adalah
untuk kepentingan politik sang pemilik media.
Kampanye partai politik dilakukan secara terus menerus dan tidak pada waktu
kampanye. Hal tersebut dilakukan tidak hanya di 1 stasiun TV tetapi 4 Stasiun TV
melakukan hal yang sama sehingga stasiun TV tersebut mendapat sanksi yang sama
dari KPI.
MNC Group secara berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama walaupun sudah
diberi teguran dan sanksi oleh KPI. Sehingga seharusnya izin siar sangat kuat untuk
diberhentkan bahkan dicabut.
Media terbesar di Indonesia yang terdiri dari 4 stasiun TV, 22 Channels di media
berlangganan, 1 stasiun radio ini dikuasai atau dimiliki oleh satu orang pemimpin
yang juga memiliki partai dan berjabat sebagai ketua di partai tersebut. Hal ini
tentunya menjadi tanda tanya untuk publik bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Apakah polisi media tidak bisa menindak tegas hal tersebut?
. Diakses pada
tanggal 28 Januari 2018 Pukul
13.20 WIB
https://aji.or.id/upload/SANKSI%20KPI-PEMILU.pdf
VI. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press.
Adi, Isbani Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Latif Rosyidi. 1989. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi,
cetakan 11. Medan : Firman Rainbaow.
Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Estaswara, Helpris. (2010). Stakeholder Relationship in Integrated Marketing Communication. Jakarta : Universi
tas Pancasila.
Website:
Admin, Website MNC Group. Tanpa Tanggal. Sekilas Perusahaan.
http://www.mncgroup.com/page/about/sekilas-perusahaan diakses pada tanggal 24
Oktober 2017, pukul 13.10 WIB.
Abba Gabrillin. Kompas.com. 2017. Siarkan Iklan Perindo, Empat Stasiun TV diberi
Sanksi Oleh KPI.
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/12/15050481/siarkan.iklan.partai.perindo.empa
t.stasiun.tv.diberi.sanksi.oleh.kpi diakses pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 18.30 WIB.
Administrator. 2014. Dampak Konsentrasi Kepemilikan & Intervensi Pemilik
terhadap isi siaran yang merugikan publik dalam pemilu 2014. Aliansi Jurnalis
Independen. https://aji.or.id/upload/SANKSI%20KPI-PEMILU.pdf. Diakses pada tanggal
28 Januari 2018 Pukul 13.20 WIB.
Undang-Undang:
Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002.
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran. BAB
VIII Perlindungan Kepentingan Publik.
Luar Kepentingan Publik (Iklan Partai Perindo)”
Oleh: Adzani Suci Tienisaa
0802514001
PEMINATAN BROADCASTING AND NEW MEDIA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
2017-2018
I.
PENDAHULUAN
Dunia semakin cepat berubah dan perkembangan teknologi sudah semakin pesat, hal
itu langsung berdampak pada segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang
berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah
Teknologi Televisi. Dalam perkembangan dunia informasi, televisi merupakan teknologi
yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan perubahan tersebut, maka televisi
pun akhirnya menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia.
Peranan media televisi ini begitu kuat bagi publik. Berbagai program yang disajikan
bersaing untuk menarik hati publik sangat ketat. Konten-konten yang disajikan pun
dibuat dan dirancang sedemikian rupa agar bisa diterima publik. Tidak hanya konten
program yang berpengaruh terhadap kualitas hasil suatu program. Kemajuan teknologi
yang digunakan juga penting dalam menunjukkan kualitas suatu program.
Sistem demokrasi yang digunakan Indonesia membuat publik atau masyarakat
menjadi sasaran utama stasiun televisi untuk menyampaikan informasi. Oleh karena itu
media yang ada di Indonesia harus menjalankan fungsi utamanya yaitu menyiarkan
segala bentuk informasi mengenai pendidikan, budaya, hiburan, serta informasi lainnya
yang berkepentingan langsung dengan publik.
Berbicara mengenai kepentingan publik, saat ini program, iklan, dan berita yang
disajikan oleh media sudah banyak yang menyimpang dan sudah tidak lagi berdasarkan
fungsi awal yaitu untuk kepentingan publik. Hal-hal seperti ini dilakukan oleh banyak
stasiun tv yang sering masyarakat tonton, salah satu pelakunya adalah group media
terbesar di Indonesia, yaitu MNC Group yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo.
II. PERMASALAHAN
Berawal dari sebuah perusahaan sekuritas yang bergerak dibidang jasa keuangan
sejak tahun 1989, PT MNC Investama Tbk, yang dikenal sebagai MNC Group kini
bertransformasi menajdi sebuah grup investasi di Indonesia.1
Di bawah kepemimpinan pendiri MNC Group Hary Tanoesoedibjo, perseroan ini
berfokus pada 3 investasi strategis yaitu media, jasa keuangan, dan properti. MNC Group
adalah pemilik media terbesar di Indonesia yang terdiri dari 4 stasiun TV nasional FreeTo-Air (FTA) yaitu RCTI, MNCTV, GlobalTV, dan INewsTV serta 22 channel yang
disiarkan di TV berlangganan, MNC Channels.2
Permasalahan utama adalah media penyiaran tersebut dikuasai oleh pemilik untuk
kepentingan pribadi dan kepentingan politiknya. Dengan secara terus menerus
menyajikan iklan-iklan politik sang pemilik media, cuplikan pidato yang dilakukan ketua
partai, serta bermain peran di dalam sinetron yang disajikan oleh media tersebut. Hal
seperti ini tentu sudah jelas menyimpang dan sudah tidak sesuai dengan fungsi awal yaitu
media sebagai sumber informasi untuk kepentingan publik.
Sebagai group media terbesar di Indonesia, MNC Group juga tidak menggunakan P3
SPS sebagai pedoman untuk memberikan kualitas yang baik kepada publik. Dengan
seringnya iklan partai tersebut muncul, masyarakat secara tidak sadar telah dikuasai dan
dipaksakan oleh media tersebut untuk pro kepada partai Perindo yang diketuai oleh Hary
Tanoesoedibjo, sang penguasa media.
Siaran iklan Partai Perindo tidak mengikuti ketentuan P3 & SPS yang menyatakan bahwa
program siaran wajib untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan
kelompok tertentu.3 Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan sehingga Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) memberi teguran kepada 4 stasiun TV tersebut hingga akan mencabut izin
penyelanggaraan jika masih melakukan kesalahan tersebut.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
1
Admin, Website MNC Group. Tanpa Tanggal. Sekilas Perusahaan. http://www.mncgroup.com/page/about/sekilasperusahaan diakses pada tanggal 24 Oktober 2017, pukul 13.10 WIB
2
Ibid
3
Abba Gabrillin. Kompas.com. 2017. Siarkan Iklan Perindo, Empat Stasiun TV diberi Sanksi Oleh KPI.
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/12/15050481/siarkan.iklan.partai.perindo.empat.stasiun.tv.diberi.sanksi.oleh.
kpi diakses pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 18.30 WIB
3.1.
Kekuasaan menurut Max Weber
Menurut Max Weber (Economy & Society 2008) kekuasaan adalah kemampuan
untuk, dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan dan apapun dasar kemampuan ini. Pengertian kekuasaan oleh Max Weber ini
dapat katakan bahwa kekuasaan adalah keegoisan dalam suatu kelompok akan tetapi
walaupun keegoisan tersebut memiliki pertentangan, tetap tidak dapat melawan karena
adanya kekuasaan tersebut.4
Terdapat tiga bentuk dominasi kekuasaan menurut Weber. Pertama, dominasi
kekuasaan legal rasional adalah bentuk dominasi kekuasaan yang dibentuk dan diatur
dengan sebuah aturan legal, yang termasuk dalam bentuk dominasi kekuasaan ini adalah
negara dan kepala negara. Kedua adalah kekuasaan tradisional, yaitu kekuasaan yang
dihasilkan oleh kepercayaan tradisional. Contoh dominasi kekuasaan ini adalah kerajaan
dan raja. Terakhir adalah dominasi kekuasaan karismatik, yaitu dominasi akibat karisma
atau kemampuan individu yang dijadikan pemimpin.5
3.2.
Intervensi
Secara garis besar, intervensi merupakan sebuah perbuatan/tindakan campur tangan
yang dilakukan oleh suatu lembaga terhadap sebuah permasalahan yang terjadi diantara
kedua belah pihak atau beberapa pihak sekaligus. Intervensi sosial adalah upaya perubahan
terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan ‘perubahan terencana’
agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi
Sosial bisa terjadi dalam level komunitas, didalam Ilmu Kesejahteraan Sosial 6
3.3. Televisi
Menurut Wahyudi (1994), Televisi berasal dari 2 kata yang berbeda yaitu Tele
4
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press. Hal 212
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press. Hal 215
6
Adi, Isbani Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hal
60
5
(bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari bahasa latin) yang berarti
penglihatan. Dengan demikian, Televisi dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat
Jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat studio
Televisi).7
Pengelolan stasiun penyiran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkinuntuk
menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itudapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenis yaitu:
Satu program informasi (Berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi
kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan
laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news)
yang
merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini.8
3.4.
Siaran Televisi
Berdasarkan Undang-undang penyiaran No.32 tahun 2002 pasal 4 no 1 yang mengatakan
bahwa penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. 9
Oleh karena itu siaran TV tidak boleh menyimpang dari kepentingan publik dan harus
mengandung informasi tentang pendidikan, budaya dan informasi lainnya yang berguna bagi
publik.
3.5.
Publik
Menurut Gruth & Marsh dalam Estawara (2012) mendefinisikan public sebagai: “An
y group of people who share common interests or values in a particular situations especial
ly interests or values they might be willing act upon”. Dengan ini dapat diartikan bahwa
publik adalah setiap kelompok orang yang memiliki minat atau nilai-nilai bersama dalam
situasi tertentu, terutama kepentingan atau nilai-nilai yang bertindak atas kesediaan.10
7
Latif Rosyidi. 1989. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, cetakan 11. Medan : Firman Rainbaow. Hal
221-222
8
Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Hal 34-36
Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002
10
Estaswara, Helpris. (2010). Stakeholder Relationship in Integrated Marketing Communication. Jakarta : Universitas
Pancasila. Hal 2
9
IV. ANALISA & DISKUSI
Dari kerangka pemikiran tersebut, dapat dianalisa atau dikaitkan dengan permasalahan yang
penulis bahas mengenai kekuasaan dan intervensi pemilik stasiun TV terhadap isi siaran di luar
kepentingan publik yaitu penayangan iklan Partai Perindo secara terus-menerus dilakukan oleh
MNC Group, sebagai berikut ini:
1.
Iklan Partai Perindo bukan Kepentingan Publik
Siaran iklan Partai Perindo tidak mengikuti ketentuan P3 & SPS yang menyatakan
bahwa program siaran wajib untuk dimanfaatkan demi kepentingan publik dan tidak
untuk kepentingan kelompok tertentu. Tetapi yang dilakukan oleh 4 stasiun TV tersebut
beerbeda dari yang seharusnya, 4 stasiun ini justru secara terus menerus menayangkan
iklan partai Perindo serta memasukan segala unsur partai tersebut ke dalam sinetron, kuis,
serta iklan. Oleh karena itu 4 stasiun TV tersebut telah melanggar Pasal 11 P3 KPI tahun
2012 serta Pasal 11 ayat (1) SPS KPI tahun 2012.
BAB VII PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PUBLIK
“Pasal 11 (1) Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik
dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu.11
2.
Iklan Partai Perindo untuk Kepentingan Pemilik
Siaran iklan partai Perindo merupakan kepentingan pemilik juga kepentingan politik, dimana
Hary Tanoesoedibjo selaku pemilik dan juga ketua partai telah memanfaatkan media yang ia
miliki untuk melakukan kampanye partainya, dengan menayangkan secara terus menerus iklan
partai Perindo, memasukan unsur partai Perindo di program kuis, menampilkan Hary Tanoe di
dalam sinetron RCTI dengan membawa nama partai Perindo. Secara tidak langsung hal tersebut
memaksa publik untuk mengkonsumsi dan pro terhadap partai Perindo. Padahal kenyataannya
hal tersebut bukanlah yang seharusnya diterima oleh publik, jika dikaitkan dengan pasal 11 P3
KPI tahun 2012 serta pasal 11 ayat (2) SPS KPI tahun 2012 yang melarang pemilik lembaga
penyiaran untuk menguasai siaran tersebut.
11
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran. BAB VIII
Perlindungan Kepentingan Publik
BAB VII PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PUBLIK
“Pasal 11 (2) program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan
pribadi
pemilik
lembaga
penyiaran
bersangkutan
dan
/atau
kelompoknya.”12
3.
Kesalahan yang dialakukan MNC Group
Pemanfaatan lembaga penyiaran untuk kepentingan pribadi dan/atau kelompok.
1. September 2013: Dari 39 berita politik, 17 berisi Hanura.
2. 25 Oktober 2013: Dari 5 segmen berita politik, semua berisi Hanura
3. 1 November 2013: 3 segmen berita politik, semua berisi Hanura
4. 1 Desember 2013: 1 segmen berita untuk Hanura
5. Iklan kampanye di luar masa kampanye masuk kedalam UU Pemilu: Pasal 83 (2)
6. 21 Desember 2013 kuis kebangsaan. Program dibiayai/disponsori oleh partai politik,
tidak menjaga netralitas isi siaran, dan Pemanfaatan untuk kepentingan pribadi
pemilik dan/atau kelompoknya. Masuk ke dalam P3: Pasal 11, Pasal 50 (4) SPS:
Pasal 11 (1-2), Pasal 71 (4)
7. 1 Februari 2014 sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Memanfaatkan program siaran
untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran dan/atau kelompoknya. SPS:
Pasal 11 (1-).
8. Iklan Partai Nasdem (23 Maret 2014) ‘Kehadiran Anggota DPR Hanya 48,7%’ hal ini
Menyinggung atau merendahkan pribadi atau kelompok lain Etika Pariwara
Indonesia (EPI). P3: Pasal 43 SPS: Pasal 58 (1 & 4a)13
12
Ibid
13
Dampak Konsentrasi
Kepemilikan & Intervensi Pemilik
terhadap isi siaran yang
merugikan publik dalam pemilu
2014. Aliansi Jurnalis Independen.
Administrator. 2014.
V. KESIMPULAN
Dari analisa yang sudah penulis lakukan dengan mengaitkan kepada kerangka
pemikiran, dapat disimpulkan bahwa:
MNC Group tidak sepenuhnya menyiarkan informasi untuk kepentingan publik. Di
setiap siarannya selalu memasukan unsur partai politik dimana hal tersebut adalah
untuk kepentingan politik sang pemilik media.
Kampanye partai politik dilakukan secara terus menerus dan tidak pada waktu
kampanye. Hal tersebut dilakukan tidak hanya di 1 stasiun TV tetapi 4 Stasiun TV
melakukan hal yang sama sehingga stasiun TV tersebut mendapat sanksi yang sama
dari KPI.
MNC Group secara berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama walaupun sudah
diberi teguran dan sanksi oleh KPI. Sehingga seharusnya izin siar sangat kuat untuk
diberhentkan bahkan dicabut.
Media terbesar di Indonesia yang terdiri dari 4 stasiun TV, 22 Channels di media
berlangganan, 1 stasiun radio ini dikuasai atau dimiliki oleh satu orang pemimpin
yang juga memiliki partai dan berjabat sebagai ketua di partai tersebut. Hal ini
tentunya menjadi tanda tanya untuk publik bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Apakah polisi media tidak bisa menindak tegas hal tersebut?
. Diakses pada
tanggal 28 Januari 2018 Pukul
13.20 WIB
https://aji.or.id/upload/SANKSI%20KPI-PEMILU.pdf
VI. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Weber, Max. 1978. Economy and Society. London: University of California Press.
Adi, Isbani Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat.
Jakarta: PT Raja Grafindo.
Latif Rosyidi. 1989. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi,
cetakan 11. Medan : Firman Rainbaow.
Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Estaswara, Helpris. (2010). Stakeholder Relationship in Integrated Marketing Communication. Jakarta : Universi
tas Pancasila.
Website:
Admin, Website MNC Group. Tanpa Tanggal. Sekilas Perusahaan.
http://www.mncgroup.com/page/about/sekilas-perusahaan diakses pada tanggal 24
Oktober 2017, pukul 13.10 WIB.
Abba Gabrillin. Kompas.com. 2017. Siarkan Iklan Perindo, Empat Stasiun TV diberi
Sanksi Oleh KPI.
http://nasional.kompas.com/read/2017/05/12/15050481/siarkan.iklan.partai.perindo.empa
t.stasiun.tv.diberi.sanksi.oleh.kpi diakses pada tanggal 28 Januari 2018 pukul 18.30 WIB.
Administrator. 2014. Dampak Konsentrasi Kepemilikan & Intervensi Pemilik
terhadap isi siaran yang merugikan publik dalam pemilu 2014. Aliansi Jurnalis
Independen. https://aji.or.id/upload/SANKSI%20KPI-PEMILU.pdf. Diakses pada tanggal
28 Januari 2018 Pukul 13.20 WIB.
Undang-Undang:
Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002.
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran. BAB
VIII Perlindungan Kepentingan Publik.