Pengaruh media presentasi PowerPoint dan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Membaca dalam pembelajaran bahasa asing merupakan salah satu
kegiatan yang memiliki intensitas yang tinggi dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Melalui kegiatan membaca, siswa diharapkan tidak hanya memperoleh dan
memahami informasi atau pesan yang disampaikan penulis, akan tetapi juga
memperoleh gambaran penerapan bahasa inggris secara tertulis.
Proses belajar membaca Bahasa Inggris di Indonesia tentunya tidak
semudah proses membaca teks berbahasa Indonesia. Selain ejaan yang berbeda
dengan pelafalannya, pembelajaran membaca teks berbahasa Inggris diawali
dengan pembelajaran kata, frasa, wacana dengan kosakata yang mudah (konkret
dan umum) ke wacana yang lebih sulit (lebih abstrak dan suit) dan dari wacana
pendek dan sederhana ke wacana yang lebih panjang dan kompleks. Setiap
tahapan dalam proses pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris akan
menentukan tingkat pemahaman siswa atas teks yang dibaca.
Pemahaman membaca merupakan kompetensi yang diharapkan tercapai
oleh siswa jenjang SMP/Mts dalam setiap kegiatan membaca. Dalam Permendiknas
tentang Standar isi (2006: 290) ditetapkan bahwa standar kompetensi pembelajaran
membaca pada mata pelajaran bahasa Inggris kelas VIII semester 2 adalah mampu

memahami makna dalam esei pendek sederhana berbentuk recount dan naratif
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

1

2

Pemahaman membaca teks naratif sebagai salah satu hasil belajar
tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, dua di antaranya kompetensi guru dalam
mempresentasikan pembelajaran dan penguasaan kosakata siswa. Pembelajaran
membaca menggunakan buku teks sebagai sumber bacaan. dilakukan sebagian
besar guru karena keterbatasan waktu dan kreativitas untuk mencari dan memilih
teks bacaan yang sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Kegiatan siswa
dalam membaca buku teks tentunya memerlukan pengamatan secara langsung dan
intensif untuk memastikan setiap siswa mengikuti seluruh tahapan kegiatan
pembelajaran. Meskipun setiap siswa difasilitasi untuk kegiatan membaca mereka,
tak jarang peneliti menemukan sebagian siswa tidak membaca sama sekali karena
ketidakmampuan membaca teks berbahasa Inggris serta ketiadaan minat baca.
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pemahaman membaca ini
muncul hampir di setiap pembelajaran membaca di kelas. Bila dipersentasikan,

hampir 70 % siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muncang belum mampu membaca
dengan baik dan benar dan memahami teks bacaan sesuai dengan waktu yang
telah dialokasikan. Rendahnya pemahaman membaca teks berbahasa Inggris siswa
kelas VIII ini tentunya menjadi sebuah tantangan guru pengajarnya untuk
mengembangkan strategi dan teknik pembelajaran yang menarik dan efektif
meningkatkan minat baca dan penguasaan sejumlah keterampilan yang diperlukan
dalam memahami bacaan, mulai dari makna kata, rujukan kata, tata bahasa dan
kelancaran membaca siswa salah satunya dengan memanfaatkan media presentasi.
Media presentasi Powerpoint dalam hal ini dapat dijadikan media yang
efektif dan efisien dalam pembelajaran membaca.

Menurut Westriningsih

3

(2010:186), Powerpoint

merupakan salah satu aplikasi unggulan dalam paket

Microsoft Office yang secara khusus memiliki dan menyediakan semua kebutuhan

pembuatan slide presentasi.
Presentasi materi dengan Powerpoint seringkali ditemukan di berbagai
seminar,

workshop,

pelatihan-pelatihan

ataupun

rapat-rapat

dinas

sekolah.

Efektivitas presentasi materi dengan Powerpoint telah banyak dirasakan oleh guru
akan tetapi keterbatasan keterampilan pengoperasian komputer dan kreativitas guru
dalam merancang presentasi serta keterbatasan media komputer dan


projector

seringkali menjadi penghalang bagi mereka untuk memanfaatkan PowerPoint
sebagai salah satu media presentasi yang efektif dan mampu meningkatkan gairah
serta fokus siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Selain faktor kemampuan guru dalam menyajikan materi pembelajaran,
pemahaman membaca perlu ditunjang pula dengan penguasaan kosakata yang
relevan dengan teks yang dibaca. Membaca nyaring seringkali dilakukan untuk
memberikan model membaca yang baik dan benar dan hal ini telah menjadi rutinitas
kegiatan membaca di kelas. Dari ketidaklancaran siswa membaca teks dapat
diketahui, kebiasaan membaca apalagi berbicara bahasa Inggris siswa masih perlu
ditingkatkan begitupula dengan strategi pemahamannya. Sebagian besar siswa
belum mampu memahami sejumlah makna kata baik tersurat ataupun tersirat
sekalipun dalam kegiatan pemahaman bacaan tersebut, siswa diperkenankan untuk
membuka kamus bilingual mereka. Begitupun halnya dengan hal yang paling
mendasar yaitu rujukan kata, sebagian besar siswa belum mampu memahami kata
rujukan yang digunakan dalam teks sehingga pemahaman membaca mereka dapat

4


digolongkan sangat tidak memuaskan. Tak jarang waktu yang telah dialokasikan
tidak cukup bagi siswa untuk memahami sebuah teks naratif sederhana. Kosakata
merupakan suatu jenis alat yang memungkinkan seorang pembelajar bahasa
berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Dengan demikian, tanpa penguasaan
kosakata yang cukup seseorang tidak akan mampu menyimak, membaca, berbicara
dan bahkan menulis. Meskipun kosakata dan pemahaman merupakan dua
keterampilan yang berbeda, kedua aspek tersebut diterapkan secara terintegrasi
sebagai keterampilan membaca secara keseluruhan untuk memahami isi teks yang
dibaca.
Atas dasar latar belakang tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh penggunaan media presentasi Powerpoint dan penguasaan kosakata
siswa terhadap pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Muncang.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan atas dasar hasil identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan

pembelajaran


membaca

pada

umumnya

dilaksanakan

secara

konvensional dengan media teks bacaan yang bersumber pada buku teks yang
ada tanpa ada kreativitas guru untuk mencari dan memilih teks yang lebih
menarik.
2. Kegiatan pembelajaran membaca pada buku teks memerlukan perhatian dan
bimbingan secara lebih individual serta ketersediaan buku yang memadai,
terjada dan terawat dengan baik.

5

3. Keterbatasan buku teks yang relevan degan kurikulum dan bersifat up-to-date

mendorong kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton tanpa kreativitas
guru dalam mengembangkan materi dan contoh-contoh latihan.
4. Pemahaman membaca siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muncang sangat rendah
meskipun sebagian besar waktu pembelajaran dihabiskan dengan kegiatan
pemahaman membaca melalui diskusi dan bantuan kamus, sebagian besar
siswa belum dapat menjawab sejumlah pertanyaan pemahaman bacaan yang
diberikan.
5. Jam belajar efektif yang tersedia belum cukup untuk membelajarkan sejumlah
kompetensi sebagaimana telah ditetapkan dan diatur dalam kurikulum, terutama
pada

kompetensi

pemahaman

membaca

sehingga

seringkali


sejumlah

kompetensi atau materi tidak sempat tersampaikan.
6. Kesulitan siswa dalam memahami teks naratif dan atau teks lainnya pada
dasarnya dipengaruhi latar belakang bahasa pertama siswa, penguasaan
bahasa target (tata bahasa dan kosakata bahasa Inggris) siswa, sikap siswa
serta keterampilan guru dalam menyajikan materi pembelajaran.
7. Pembelajaran kosakata yang digunakan dalam teks bacaan jarang dilakukan
sehingga berpengaruh terhadap rendahnya pemahaman teks siswa.
8. Sebagian besar guru telah terbiasa bekerja dengan komputer akan tetapi
keterbatasan waktu dan kapasitas pemanfaatannya mendorong mereka untuk
tidak menggunakan Powerpoint sebagai salah satu media presentasi materi
pembelajaran yang tentunya harus dirancang dan dipersiapkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan sejumlah masalah yang berhasil teridentifikasi, untuk
menentukan fokus dan arah penelitian, masalah yang akan diteliti dibatasi pada

6


pengaruh penggunaan media Powerpoint dan penguasaan kosakata terhadap
pemahaman membaca teks naratif berbahasa Inggris siswa SMP Negeri 3 Muncang
Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media Powerpoint
dengan Media buku teks?
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris
antara siswa yang rendah penguasaan kosakatanya dengan siswa yang tinggi
penguasaan kosakatanya?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara penggunaan media
Powerpoint dan penguasaan kosakata terhadap pemahaman membaca teks
naratif Bahasa Inggris siswa?
4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris
antara siswa yang tinggi penguasaan kosakatanya dan belajar dengan media
Powerpoint dengan siswa yang belajar dengan media buku teks?
5. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris
antara siswa yang rendah penguasaan kosakatanya dan belajar dengan media
Powerpoint dengan siswa yang belajar dengan media buku teks?
6. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris

dengan media Powerpoint antara siswa yang tinggi penguasaan kosakatanya
dengan siswa yang rendah penguasaan kosakatanya?
7. Apakah terdapat perbedaan pemahaman membaca teks naratif Bahasa Inggris
dengan media buku teks antara siswa yang tinggi penguasaan kosakatanya
dengan siswa yang rendah penguasaan kosakatanya?
E. Kegunaan Penelitian

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberkan manfaat secara teoretis
dan praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Penulis dapat mengaktualisasikan teori-teori pembelajaran membaca teks
berbahasa Inggris yang telah dipelajari sebagai sarana kreativitas dan inovasi
dalam upaya peningkatan hasil pembelajaran Bahasa Inggris.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan kajian dalam upaya peningkatan
mutu pembelajaran bahasa Inggris.
2. Manfaat Praktis
a. Guru memperoleh pengetahuan dan wawasan terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi


pemahaman

membaca

teks

naratif

dan

upaya-upaya

peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran membaca.
b. Guru dapat memanfaatkan beragam produk aplikasi teknologi untuk keperluan
managemen pembelajaran yang efektif dan efisien, salah satunya dengan
menggunakan media presentasi Powerpoint.
c. Guru memperoleh gambaran penggunaan media presentasi PowerPoint dalam
pembelajaran membaca teks naratif serta mampu mengembangkan dan
menerapkannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
d. Sekolah memperoleh masukan dan gambaran pengaruh penggunaan media
presentasi PowerPoint dan penguasaan kosakata terhadap pemahaman
membaca siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muncang Kabupaten Lebak Tahun
Pelajaran 2013/2014.
e. Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas
Sultan

Ageng

Tirtayasa

memperoleh

masukan

bahan

kajian

dalam

pengembangan keilmuan khususnya pendidikan bahasa Inggris di SMP/MTs dan
menambah koleksi ilmiah untuk kepustakaan.

BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Pemahaman Membaca
Pemahaman membaca pada dasarnya merupakan salah satu hasil belajar
sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (2003:66-91) dalam enam taksonomi
kognitif

sebagai

revisi

taksonomi

hasil

belajar

Bloom

yaitu

memahami

(understanding). Menurut Slavin (2006:359), pemahaman atau comprehension
meliputi kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan dan mengeksplorasi
informasi. Dari pernyataan ini, sebuah pemahaman akan mampu menunjukkan
pengetahuan dan kemampuannya menggunakan serta menjelaskan kembali
informasi yang diperolehnya.
Menurut Yulaelawati (2007:84), keterampilan kognitif yang termasuk dalam
kategori memahami adalah: menginterpretasi (interpreting), mengilustrasikan
(exemplifying),
membandingkan

mengklasifikasi
(comparing),

(classifying),
dan

merangkum

menjelaskan

(explaining).

(summarizing),
Berdasarkan

taksonomi Anderson ini, pemahaman bacaan dapat dipandang sebagai kemampuan
siswa menginterpretasi, mengilustrasikan dan merangkum isi pesan dan informasi
yang disampaikan penulis dalam teks bacaan.
Istilah ‘reading comprehension’ atau pemahaman membaca sangat familiar
terutama dalam pembelajaran bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Membaca sangat
erat kaitannya dengan pemahaman. Menurut Torgesen (2006:2), “Reading
comprehension is the construction of the meaning of a written text through a
reciprocal interchange of ideas between the reader and the message in a particular

10

11

text “. Pemahaman membaca merupakan satu proses berkesinambungan dalam
menggali dan membangun makna melalui interaksi dengan bahasa tulis. Dengan
demikian, memahami bacaan merupakan suatu cara menginterpretasi dan
memahami tulisan.
Menurut Dalman (2013:87), pemahaman membaca merupakan keterampilan
membaca yang berada pada urutan paling tinggi. Pemahaman membaca dapat
diukur melalui kemampuan siswa menyampaikan kembali isi bacaan dengan cara
membuat rangkuman dengan bahasa dan kata-kata sendiri secara lisan ataupun
tulisan. Dalman mengelompokkan pemahaman membaca ke dalam empat tingkat,
yaitu: pemahaman literal, interpretatif, kritis dan kreatif. Keempat tingkatan
pemahaman tersebut akan sangat berperan dalam memahami makna tersurat dan
tersirat dalam sebuah teks. Apabila seorang pembaca dapat menyampaikan kembali
isi bacaan dan mengembangkan gagasan-gagasan pokok bacaan dengan
kreativitasnya sendiri baik secara tertulis ataupun lisan, hal ini menunjukkan bahwa
pembaca tersebut benar-benar memahami isi bacaan yang telah dibacanya.
Berkaitan dengan pemahaman membaca, Yusuf, Sunardi dan Abdurrachman
(2013:72), pemahaman membaca melibatkan lima komponen yaitu penguasaan
kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis dan apresiasi.
Penguasaan kasakata sangat penting dalam memahami kata-kata dan menangkap
pesan dalam teks bacaan. Untuk memahami informasi rinci dan pokok pikiran teks
bacaan, siswa perlu memiliki kemampuan pemahaman literal (tesurat). Kemampuan
menarik simpulan dari informasi tersurat berdasarkan intuisi dan pengalaman siswa
merupakan kemampuan pemahaman inferensial (tersirat). Kemampuan evaluatif

12

dan kritis memungkinkan siswa atau pembaca mampu memberikan penilaian dan
pendapat terkait materi bacaan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
Selanjutnya, apresiasi menyangkut kepekaan emosi dan estetik siswa atas materi
teks bacaan.
1. Aspek-Aspek Pemahaman Membaca
Meskipun praktis, kegiatan membaca merupakan suatu keterampilan yang
cukup kompleks di mana menuntut keterampilan lain untuk memahami isi teks.
Berkaitan dengan keterampilan dalam pemahaman bacaan, Tarigan (2008:11)
menyatakan dua jenis keterampilan yang perlu diperhatikan yaitu keterampilan
mekanis dan keterampilan pemahaman.
Keterampilan mekanis dapat dipersepsikan sebagai keterampilan paling
mendasar yang perlu dikuasai seseorang dalam membaca seperti pengenalan huruf
dan tanda baca, aspek-aspek kebahasaan, pola-pola pelafalan dan bunyi, serta
kecepatan membaca rendah.
Selanjutnya keterampilan pemahaman membaca merupakan keterampilan
tingkat lanjut yang diperlukan selama proses membaca. Keterampilan-keterampilan
tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.

pemahaman makna-makna leksikal, gramatikal dan retorikal;
pemahaman pesan atau informasi yang disampaikan penulis melalui tulisannya;
penilaian bentuk dan isi teks; dan
kecepatan membaca yang disesuaikan dengan situasi.
Selaras dengan pendapat Tarigan di atas, Dalman (2013:89) mengemukakan

bahwa seorang pembaca perlu menguasai aspek-aspek pemahaman membaca
sebagai berikut:

13

1. memahami pengertian sederhana (leksikal dan gramatikal);
2. memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang atau
penulis);
3. mampu menilai aatu mengevaluasi isi dan bentuk teks bacaan; dan
4. kecepatan membaca yang fleksibel sesuai dengan keadaan.
Pembelajaran keterampilan-keterampilan pemahaman membaca dapat
dilakukan dengan teknik membaca intensif di mana siswa akan menggunakan
segala keterampilan mekanisnya dalam hati sambil memikirkan hubungan makna
antara kata, kalimat dan paragraf sehingga mendapatkan pemahaman teks
sebagaimana yang diharapkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Membaca
Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa
atas teks bacaan berbahasa Inggris sebagai bahasa asing. Faktor tersebut di
antaranya adalah banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki, pengalaman
membaca teks yang sama dan skemata pembaca lainnya yang mendukung seperti
pengalaman

membaca

berbagai

teks,

menyimak

atau

mendengarkan

berita/informasi, dan melihat atau mengamati keadaan alam di sekelilingnya.
Berkaitan

dengan

pemahaman

membaca,

Dalman

(2013:

95-97)

mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca,
guru perlu membina lima faktor pendukung pemahaman membaca yaitu potensi
skemata pembaca, potensi mengingat, perspektif pembaca, kemampuan berfikir dan
aspek afektif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa
memahami bacaan di atas, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam siswa
(faktor internal). Dalam kaitannya dengan faktor internal yang mempengaruhi

14

pemahaman membaca, Baleghizadeh and Golbin (2010:34) menambahkan bahwa
untuk memahami makna suatu teks, seseorang harus mampu men-decoding pesan
teks. Banyaknya kata-kata yang kurang familiar atau bahkan baru akan
mempengaruhi pemahaman membaca siswa. Hal ini diperkuat oleh Furqon
(2013:69) yang menyatakan bahwa pengetahuan kosakata sangat penting dalam
pemahaman membaca. Pengenalan kata secara cepat dan efisien sangat penting
bagi

pemahaman

makna.

Dengan

demikian

tingkat

penguasaan

dan

perbendaharaan kata merupakan faktor internal siswa yang harus ditingkatkan
dalam upaya meningkatkan pemahaman makna atas teks bacaan ataupun
ungkapan-ungkapan lisan.
Wolpert and Rizopoulos (2012:43) menambahkan bahwa pemahaman
membaca dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan siswa (prior knowledge).
Semakin tinggi pengetahuan dan pengalaman siswa, maka semakin tinggi
kemampuannya memahami teks bacaa. Dalam hal ini, pengaktifan pengetahuan
dan pengalaman siswa terkait topic bacaan sebelum membaca perlu diaktifkan
untuk membantu pemahaman teks bacaan. Dengan mempertimbangkan esensi
skemata pembaca sebelum membaca menunjang integrasi informasi baru dengan
informasi yang sudah siswa miliki terkait topik bacaan.
Pemahaman membaca sebagai suatu bentuk hasil belajar merupakan hasil
dari suatu proses yang di dalamnya melibatkan sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Secara komprehensif, faktorfaktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan sebagai suatu hasil belajar
diutarakan Susanto (2013: 15-18) mencakup kecerdasan, kesiapan anak, bakat

15

anak, kemauan belajar, minat, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,
suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat.
Pemahaman siswa dalam membaca tergantung pula pada model penyajian
materi dan teks yang dilakukan oleh guru. Model penyajian materi yang
menyenangkan, tidak membosankan, menarik dan mudah dimengerti oleh para
siswa tentunya akan berpengaruh secara positif terhap keberhasilan belajar dan
pemahaman siswa atas teks bacaan. Guru sebagai salah satu profesi dituntut untuk
memiliki

dan

menguasai

kompetensi

yang

diperlukan

untuk

kepentingan

pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran membaca, guru diharapkan
mampu memilih metode dan teknik pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan
karakteritik siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai perencanaan.
3. Peningkatan Pemahaman Membaca
Pembelajaran membaca di dalam ataupun di luar kelas pada prinsipnya
memerlukan upaya-upaya pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini, Torgesen
(2006:41- 42) menyarankan sejumlah yang perlu diterapkan dalam pembelajaran
pemahaman membaca sebagai berikut:
1. Apabila tujuan membaca sudah jelas, pastikan siswa fokus pada pemerolehan
makna, pembangunan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam atas
materi bacaan meliputi pemahaman sejumlah makna kata-kata baru dan tata
bahasa baru.
2. Berikan kesempatan siswa untuk memilih teks bacaan, tanggapan dan rekan
membacanya selama pembelajaran dikarenakan pilihan akan mendorong pada
motivasi dan keterlibatan aktif pada saat pembelajaran membaca.

16

3. Sediakan beragam jenis teks bacaan yang menarik untuk memfasilitasi tingkat
kemampuan membaca siswa.
4. Berikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi, berdiskusi, berbagi
informasi dan pemahaman atas materin bacaan.
5. Secara eksplisit latihkan strategi-strategi pemahaman membaca sebagai berikut:
a. mengaktifkan latar belakang pengetahuan siswa;
b. bertanya;
c. mencari informasi;
d. merangkum;
e. mengorganisir informasi; dan
f. mengidentifikasi struktur teks.
Dengan minat dan kemauan belajar yang tinggi, setiap siswa tentunya akan
berupaya mengembangkan dan menggunakan beragam strategi dan teknik untuk
memahami teks yang dibacanya. Apapun hasil pemahaman yang didapatkan
dengan upaya-upaya tersebut, latihan yang intensif akan menjadikan kebiasaan
yang baik dan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif selayaknya
pembaca yang efektif dan efisien.
Upaya-upaya siswa dalam meningkatkan pemahamannya dalam membaca
tentunya memerlukan peranan guru yang maksimal pula untuk menghasilkan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Setiap guru bahasa Inggris harus mampu
membantu dan membimbing siswanya mengembangkan dan meningkatkan seluruh
kemampuan yang dibutuhkan untuk memahami bacaan. Dalam hal ini, Tarigan
(2008:14) menyarankan sejumlah upaya yang dapat dilakukan guru dalam
meningkatkan pemahaman membaca siswa sebagai berikut.
1) Guru membantu siswa memperluas kosakatanya melalui:
a) pengenalan sinonim, antonim dan parafrasa;

17

b) pengenalan imbuhan-imbuhan kata (affixes) seperti

prefixes, infixes, dan

suffixes;
c) menebak makna kata-kata dalam berbagai konteks dan atau hubungan
kalimat; dan
d) penjelasan sejumlah kata-kata abstrak bila perlu dengan menggunakan
bahasa ibu siswaatau bahasa pertama.
2)

Guru dapat membantu siswa memahami makna struktur kata dan
kalimat melalui penjelasan dan latihan.

3)

Bila perlu, guru memberi penjelasan konotasi sejumlah kata dan
pribahasa dengan bahasa ibu atau bahasa pertama siswa.

4)

Guru memastikan pemahaman membaca siswa dengan:
a) memberikan pertanyaan beragam untuk kalimat atau pernyataan yang sama
dalam teks;
b) memberikan sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan
dengan jelas dalam teks;
c) meminta siswa merangkum kembali isi teks;
d) meminta siswa menemukan kata-kata tertentu yang menggambarkan
sesuatu dalam teks; dan
e)

menunjukkan kalimat-kalimat yang kurang tepat dan meminta
siswa menyempurnakannya.

5)

Guru meningkatkan kecepatan membaca siswa dengan:
a) mengalokasikan waktu membaca;
b) merencanakan alokasi waktu yang pendek dan efisien untuk membaca;

18

c)

memastikan tidak ada pergerakan bibir siswa yang tidak perlu
pada saat membaca intensif dan mempengaruhi kecepatan membaca;

d) menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran membaca yang dilaksanakan.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman membaca siswa, Santrock (2011:
367) menambahan pembelajaran resiprokal (reciprocal teaching) sebagai strategi
pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa.
Dalam permbelajaran resiprokal ini, guru menjelaskan strategi-strategi pemahaman
dan memberikan contoh atau model penerapannya, memberikan semangat dan
motivasi pada saat siswa belajar. Dalam hal ini, guru mendorong siswa mengajukan
pertanyaan terkait isi teks, mengklarifikasi ketidakfahaman, menyimpulkan dan
membuat prediksi-prediksi terkait teks bacaan.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca
Salah satu ruang lingkup pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs menurut
Depdiknas (2006:1) adalah kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks
fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive,
recount, narrative, dan report. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa
kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi Membaca Bahasa Inggris kelas VIII SMP
Standar
Semester
Kompetensi Dasar
Kompetensi
I
5. Memahami 5.1 Membaca nyaring bermakna teks tulis
Teks
tulis
fungsional dan esei berbentuk descriptive dan
fungsional
recount pendek dan sederhana dengan
dan
esei
ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima

19

pendek
sederhana
berbentuk
deskriptif
dan
recount
yang
berkaitan
dengan
lingkungan
sekitar.
II
11. Memahami
makna
dalam esei
pendek
sederhana
berbentuk
recount,
dan
narrative
untuk
berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitar
(Depdiknas, 2006: 290)

yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
5.2 Merespon makna dalam teks tulis fungsional
pendek sederhana secara akurat, lancar dan
berterima yang berkaitan dengan lingkungan
sekitar.
5.3 Merespon makna dan langkah retorika dalam
esei pendek sederhana secara akurat, lancar
dan berterima yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar dalam teks berbentuk
descriptive dan recount
11.1 Membaca nyaring bermakna teks
fungsional dan esei pendek sederhana
berbentuk recount dan narrative dengan
ucapan, tekanan danintonasi yang berterima
yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
11.2 Merespon makna dalam teks tulis
fungsionalpendek sederhana secara akurat,
lancar dan berterima yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar
11.3 Merespon makna dan langkah retorika
dalam esei pendek sederhana secara akurat,
lancer dan berterima yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar dalam teks berbentuk
recount dan narrative

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti akan
memberikan perlakuan pembelajaran dengan media presentasi PowerPoint pada
kompetensi membaca semester II yaitu memahami makna dalam esei pendek
sederhana berbentuk naratif untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adapun
Kompetensi dasar yang akan dilatihkan kepada siswa adalah kompetensi dasar 11.2
dan 11.3.
5. Penilaian Pemahaman Membaca

20

Pemahaman membaca pada dasarnya merupakan kemampuan pembaca
memahami isi bacaan. Adapun indikat-indikator kemampuan pemahaman membaca
menurut Harris (1996:59) adalah sebagai berikut:
1) Bahasa dan symbol-simbol grafis
a) Memahami makna leksikal yang terkandung dalam teks.
b) Memahami pola-pola bahasa tulisan formal.
c) Merespon dengan tepat symbol-simbol grafis tulisan seperti tanda baca,
huruf kapital dan paragraf yang digunakan untuk menyampaikan makna.
2) Ide atau gagasan
a) Mengidentifikasi tujuan penulis.
b) Mengidentifikasi gagasan atau pikiran utama.
c) Memahami kalimat penunjang pikiran utama.
d) Menarik kesimpulan suatu kalimat, paragraf dan teks secara keseluruhan

3) Nada dan gaya
a) Mengidentifikasi sikap penulis terhadap tulisan dan pembaca
b) Mengidentifikasi

metode

dan

gaya

penulis

dalam

menyampaikan

gagasannya.
Perancangan tes pemahaman membaca setidaknya mencakup indikatorindikator pemahaman sebagaimana dipaparkan di atas dengan komposisi yang
disesuaikan. Rancangan tes pemahaman membaca dapat disajikan dalam berbagai

21

bentuk yaitu: uraian, pilihan ganda dan cloze-tes. Pada jenis uraian, disediakan
suatu bentuk teks untuk dibaca dan sejumlah pertanyaan pemahaman yang dhaurs
dijawab berdasarkan teks bacaan. Pada jenis tes pilhan ganda, disediakan pula teks
bacaan yang relevan dan sejumlah pertanyaan yang disertai pilihan-pilihan jawaban.
Sedangkan pada jenis cloze-test, disediakan teks rumpang untuk diisi dengan kata
atau frasa yang tepat sebagai uraian ataupun dengan memilih salah satu jawaban
yang telah disediakan dalam bentuk tes pilhan ganda.
6. Teks Naratif
Dalam penelitian ini, jenis teks yang dipilih dalam perlakuan pembelajaran
adalah teks naratif. Menurut Wardiman, Jahur dan Djusma (2008:98), teks naratif
adalah jenis teks yang memiliki fungsi sosial untuk menghibur yang berkaitan
dengan khayalan ataupun pengalaman aktual orang lain atau sendiri. Teks naratif
berkaitan dengan kejadian-kejadian problematic yang membawa krisis dan diakhiri
dengan resolusi.
Susilohadi dan Setyayoga (2008:127-128) menjelaskan bahwa struktur
generik teks naratif terdiri atas orientation, complication dan resolution. Pada bagian
orientasi, diperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita dan disebutkan kapan dan dimana
cerita terjadi. Pada bagian complication,

masalah yang dialami tokoh utama

dimunculkan. Komplikasi masalah akan membuat cerita semakin menarik, di mana
tokoh utama menemui rintangan dan hambatan dalam mencapai tujuannya. Pada
bagian resolution,
akhir dari cerita.

penulis memberikan resolusi komplikasi yang terjadi sebagai

22

Menurut Depdiknas (2005: 4), dari segi fitur bahasa, beberapa ciri khas taks
naratif adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

partisipan yang spesifik dan seringkali individual;
menggunakan action verbs;
menggunakan past tense;
menggunakan linking words yang berkaitan dengan waktu;
mengandung dialog dan tense akan mungkin berubah sesuai dengan ungkapan

yang digunakan; dan
6) Descriptive language

digunakan untuk menciptakan imaginasi di benak

pembaca.
Dengan karakteristik bahasa teks di atas, terdapat beragam jenis teks naratif
yang dapat digunakan oleh guru sebagai materi bacaan yang menarik di antaranya
adalah legenda, mitos, cerita binatang ataupun pengalaman pribadi.

Untuk

kepentingan pembelajaran, perlu diupayakan pemilihan materi bacaan yang sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswa dan prioritaskan terlebih dahulu ceritacerita local ataupun pengalaman langsung siswa yang mampu menarik perhatian
dan minat baca seluruh siswa.
B. Media Pembelajaran Powerpoint
1. PowerPoint sebagai Media Presentasi
Salah satu penunjang efektivitas pembelajaran adalah media pembelajaran.
Menurut Ali (2007:206), penggunaan media secara kreatif akan memperbesar
kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang
dipelajarinya dengan baik dan meningkatkan penampilan dalam melakukan
keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Microsoft Office Powerpoint merupakan sebuah program aplikasi presentasi
yang popular dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan

23

presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lakakarya dan
sebagainya. Powerpoint banyak dikenal pengguna aplikasi sebagai aplikasi untuk
menyusun presentasi. Sebagaimana dikemukakan Wahana (2010:186) bahwa
Powerpoint merupakan salah satu aplikasi dalam Microsoft Office yang secara
khusus memiliki dan menyediakan kebutuhan pembuatan slide presentasi. Beragam
bentuk dan format presentasi dapat dibuat dengan visualisasi yang dapat
memanjakan peserta presentasi serta memperjelas materi yang dipresentasikan.
Pembuatan presentasi saat ini sudah lebih maju. Selain penyajian guru
sebagai presenter, tampilan slide berperan dalam penyampaian informasi dan pesan
yang dipresentasikan. Menurut Noer (2012:105), slide dalam presentasi berfungsi
sebagai alat bantu visual (stimulus visual) untuk memperjelas ide atau gagasan.
Kemasan file presentasi saat ini telah bergeser pada kualitas desain
tampilan, kesesuaian konten dan fitur efek animasi untuk memperjelas informasi
yang dipresentasikan. Aplikasi Powerpoint 2010 dirancang Microsoft Coorporation
dan diterbitkan pada tahun 2010. Pada versi 2010 ini seorang presenter dapat
merancang sebuah presentasi dengan lebih menarik karena Powerpoint 2010
menyediakan layanan penyisipan beragam objek berupa teks, gambar, grafik, audio
dan video disertai template- template menarik disertai animasi-animasi yang dapat
digunakan untuk menunjang efektivitas dan daya tarik presentasi.
Menurut Rusman, Kurniawan dan Rusyana (2011:296), aplikasi Powerpoint
sebagai multimedia presentasi berbasis komputer melibatkan sejumlah unsur-unsur
multimedia yang menunjang keberhasilan pembelajaran siswa secara keseluruhan.
Kandungan berbagai unsur multimedia dalam satu aplikasi Powerpoint tentunya

24

merangkum sejumlah kelebihan dari berbagai media yang diintegrasikan. Adapun
unsur-unsur multimedia yang dapat diintegrasikan dalam Powerpoint dapat
diilustrasikan sebagai berikut.

Suara

Teks

Video

Grafik dan Tabel

Animasi

File Microsoft Office:
Excel, Word, Access

Gambar 2.1
Unsur-unsur Multimedia dalam Powerpoint
(Rusman, Kurniawan dan Rusyana, 2011:296)

Informasi atau materi pembelajaran melalui teks dapat diingat dengan baik
jika disertai gambar. Menurut Rusman, Kurniawan dan Nuryana (2011:295), sistem
kognitif manusia terdiri atas sistem verbal dan visual. Dengan adanya gambar dalam
teks dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Penggunaan animasi yang
relevan dalam presentasi dapat membantu proses pembelajaran siswa yang
memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Penerapan
multimedia presentasi sejalan dengan teori Quantum Learning, di mana siswa
memiliki tiga tipe belajar yaitu visual, auditif dan kinestetik. Keragaman modalitas
belajar tersebut dapat difasilitasi dengan menggunakan perangkat multimedia yang
mampu mewakili berbagai tipe belajar siswa.
Menurut Rusman, Kurniawan dan Nuryana (2011:301), aplikasi Powerpoint
sbeagai salah satu media presentasi merupakan salah satu software

yang

dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik,

25

mudah dibuat dan digunakan, relatif murah karena tidak membutuhkan bahan baku
selain media penyimpan data.
Di bawah ini digambarkan tiga tipe penggunaan Powerpoint sebagai berikut:
1) Personal Presentation
Pada umumnya Powerpoint digunakan untuk presentasi dalam kelas klasikal
seperti kuliah, pelatihan, seminar, workshop dan lain-lain. Pada penyajian personal,
Powerpoint digunakan sebagai alat bantu bagi instruktur atau guru

mempresentasikan materi pembelajaran. Dalam hal ini kontrik pembelajaran terletak
pada guru.
2) Stand Alone
Pada pola penyajian

stand alone,

Powerpoint dirancang khusus untuk

pembelajaran individual bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu
tinggi namun Powerpoint dapat menampilkan feedback yang sudah diprogram.
3) Web Based
Pada pola web-based, Powerpoint dapat diformat menjadi file web (html)
sehingga program yang m uncuk berupa browser yang dapat menampilkan koneksi
internet. Hal ini diunjang dengan adanya fasilitas dari Powerpoint untuk mempublish
berkas presentasi menjadi web.
2. Merancang Presentasi PowerPoint

26

Efektivitas aplikasi Powerpoint dalam memprentasikan materi ataupun bahan
ajar tentunya memerlukan perancangan yang baik dan efektif pula bagi kepentingan
pembelajaran. Presentasi dengan aplikasi Powerpoint

melibatkan media utama

slide sebagai alat bantu visual untuk memperjelas ide atau gagasan. Slide yang
baik dan efektif adalah slide yang menampilkan daya visual dan mampu membuat
audiens berpikir, merenung, terharu ataupun gembira. Slide dapat membantu
menjelaskan hal-hal yang abstrak atau tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Karena fungsinya sebagai stimulus visual, tampilan slide satu dengan yang lain
harus harmonis, saling mendukung, nyaman dibaca, mudah dan cepat dipahami.
Dalam sebuah presentasi, terjadi proses komunikasi

di mana presenter

menggunakan dua medium sekaligus. Medium pertama adalah slide dan medium
kedua adaah komunikasi verbal, yaitu apa , sehingga yang komunikator sampaikan
dalam menjelaskan presentasi. Seorang komunikator menjelaskan diagram, gambar,
ilustrasi dan tulisan melalui komunikasi visual. Di sisi lain, komunikator memberikan
penjelasan dengan kata-kata untuk mendukung visual yang digunakan melalui
komunikasi verbal. Kedua informasi ini diproses secara bersamaan slide yang
digunakan harus sinergis dengan penjelasan verbal.
Smaldhino, Lowther dan Russell (2012:105) mengungkapkan beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam merancang presentasi Powerpoint sebagai berikut:
1) Secara cermat pilihlah jenis huruf, ukuran dan warna sehingga jelas dan mudah
terbaca.
2) Gunakan latar belakang yang polos dan berwarna terang.
3) Letakkan judul di bagian tengan atas slide.
4) Komunikasi singkat dengan menggunakan kata pada setiap slide
mungkin

seminimal

27

5) Gunakan sebuah template untuk membuat format visual yang konsisten.
6) Gunakan slide induk untuk membuat format teks yang konsisten.
7) Gunakan gambar yang sesuai.
8) Gunakan transisi yang konsisten
9) Gunakan animasi presentasi sederhana.
10) Gunakan efek audio yang mampu meningkatkan efektivitas presentasi
Berkaitan dengan pembuatan presentasi dengan Powerpoint, menurut
Rusman,

Kurniawan

dan

Nuryana

(2011:302)

mengilustrasikan

prosedur

pengembangan multimedia berbasis Powerpoint sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

IdentifikasI
program:
materi
sasaran
sumber
Gambar
2.2

1

Pengumpulan
elemen
multimedia
yang
diperlukan:
Gambar
Grafk
Tabel
Video
Rekaman audio

2

3

Proses pembuatan
dan eksekusi hasil
belajar

Prosedur Pengembangan Multimedia berbasis Powerpoint
(Rusman, Kurniawan dan Nuryana,2011:302)
Penyusunan materi
presentasi
Berdasarkan gambar tersebut,
prosedur pembuatan presentasi Powerpoint

diawali dengan identifikasi program kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan

4

Penggunaan
pemaduan bahan-bahan pendukung
dan diakhiri dengan review program. Identifikasi

program dimasukan untuk melihat kesesuaian antara program yang akan dibuat
dengan materi, siswa (terutama latar belakang kemampuan, usia juga jenjang
pendidikan). Perlu juga diidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti,
gambar, suara, grafik, animasi dan video yang akan digunakan. Pengumpulan bahan

28

pendukung tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet
(browsing), menggunakan bahan yang sudah ada ataupun dengan memproduksi
sendiri sesuai keperluan, misalnya: kebutuhan video dengan shooting, kebutuhan
gambar dengan pemotretan objek tertentu ataupun dengan scanning. Bersamaan
dengan pengumpulan tersebut dilakukan penyusunan materi yang diambil dari
bahan utama seperti buku, modul ataupun makalah lengkap. Materi untuk
Powerpoint biasanya dikemas secara singkat dan garis besarnya saja. Setelah
bahan terkumpul dan materi sudah terangkum, proses pembuatan slide presentasi
Powerpoint dapat dilakukan. Hasil akhir presentasi dapat dirubah dalam bentuk slide
show, web pages ataupun Executable File (.exe). Setelah file presentasi selesai
dibuat, sebaiknya dilakukan review program dari sisi bahasa, teks dan tata letak
untuk direvisi dan siap digunakan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Media Presentasi Powerpoint
Dalam upaya pemilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran,
tentunya setiap guru perlu memperhaikan kelebihan dan kelemahan media terkait
efektivitasnya dalam pembelajaran. Aplikasi Microsoft Powerpoint pada dasarnya
merupakan pembelajaran berbasis komputer. Menurt Daryanto (2010:164), media
presentasi Powerpoint memiliki sejumlah keutamaan sebagai berikut:
1) materi dapat disajikan lebih menarik karena mampu mengintegrasikan unsurunsur multimedia dalam satu paket;
2) menyediakan berbagai efek animasi yang dapat digunakan sesuai keperluan
untuk kepentingan efektivitas presentasi;
3) visualisasi pesan atau informasi yang dipresentasikan akan dapat lebih mudah
dipahami;

29

4) dapat digunakan secara klasikal;
5) dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dan dipakai berulang-ulang;
6) dapat disimpan dalam bentuk data optic maupun magnetic (SC, Disket atau
flashdisk), sehingga praktis dibawa kemana-mana.
Presentasi Powerpoint tersebut dapat digunakan secara klasikal ataupun
individu, sehingga seorang guru dapat cukup sekali mempresentasikan materi
termasuk latihannya kepada seluruh siswa secara klasikal. Selanjutnya materi
presentasi tersebut dapat diperbanyak dan dipergunakan kembali oleh siswa secara
individu sebagai bahan belajar mandiri dengan bantuan fasilitas komputer.
File presentasi Powerpoint memiliki nilai praktis dan efektif dimana, file
tersebut dapat disimpan pada media yang lebih kecil dan mudah untuk dibawa dan
digunakan dimana saja. Demikian populernya Powerpoint sebagai media presentasi,
saat ini telah banyak file-file Powerpoint pembelajaran yang dapat diunduh dari
berbagai situs untuk menunjang pembelajaran berbasis komputer.
Selain kelebihan dari media presentasi Powerpoint di atas, Ariani dan
Haryanto (2010:129), mengemukakan sejumlah keterbatasan atau kelemahan dari
media presentasi Powerpoint sebagai berikut:
1) tidak semua guru mahir dalam mengoperasikan komputer, apalagi membuat
presentasi sendiri;
2) penggunaan efek animasi yang tidak sesuai dapat mengalihkan perhatian dan
konsentasi siswa atas materi pembelajaran;
3) penggunaan foto, animasi atau video yang tidak sesuai dapat mengalihkan
perhatian siswa atas materi utama di mana mereka akan lebih tertarik pada
animasinya daripada materi pelajaran yang dipresentasikan;
4) untuk siswa yang mempunyai latar belakang pengetahuan sebelunya,
penggunaan gambar kurang bermanfaat; dan

30

5) suara atau sound

yang kurang jelas akan berdampak pada kesalahan atau

kekeliruan dalam pengucapan (pronunciation) dan interpretasi pesan atau
informasi yang dipresentasikan.
C. Penguasaan Kosakata
1. Definisi Kosakata
Mempelajari kata-kata dalam

bahasa asing tidak hanya mencakup

pembelajaran makna kata, akan tetapi juga mempelajari bagaimana kata-kata
tersebut diterapkan sesuai dengan konteks kebahasaan yang baik dan benar.
Kosakata merupakan salah satu alat yang memungkinkan pembelajaran bahasa
asing berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajari. Hal ini selaras dengan
pernyataan Herrel dan Jordan (2004:149), “Vocabulary is essential in all areas of
language learning. Vocabulary is a kind of tool which enables language learners to
communicate a language.” Untuk memperoleh dan menyampaikan informasi, siswa
harus memahami makna kata yang digunakan.
Berkaitan dengan pemahaman membaca, Hickman, Pollar and Voughn
(2004:720) menyatakan bahwa tingkat perbendaharaan kosakata siswa merupakan
faktor

penentu

keterampilan

kefasihan

dan

pemahaman

membaca

siswa.

Penguasaan kosakata tidak hanya menunjang peningkatan pengetahuan dan
pemahaman bacaan siswa akan tetapi juga menunjang perkembangan keterampilan
berbasa lainnya seperti pemahaman tata bahasa dan bahasa lisan. Pernyataan ini
selaras dengan pendapat yang dikemukakan Mehrpour, Razmjoo and Kian
(2011:98) bahwa salah satu aspek penting dalam pemahaman membaca adalah
pengusaan kosakata. Dalam setiap kegiatan membaca, siswa perlu mengenali
sejumlah kata-kata

yang cukup untuk menjadi seorang pembaca yang efisien.

31

Dalam hal ini, guru diharapkan senantiasa membanti siswa memahami dengan lebih
baik teks bacaan dengan mengajarkan kata-kata kunci yang digunakan dalam teks
secara eksplisit.
Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa, kosakata merupakan unsur
yang sangat penting. Elsjelyn (2012:31) bahwa kemampuan berbahasa sangat
tergantung pada luasnya perbendaharaan kata yang dimiliki seseorang. Makna
suatu wacana sebagai pembentuk ujaran sebagian besar ditentukan oleh kosakata
yang digunakan. Tanpa penguasaan kosakata yang cukup, seseorang tidak akan
mampu menampilkan seluruh keterampilan berbahasa secara maksimal baik yaitu
menyimak dengan baik, berbicara dengan lancar, membaca dengan baik dan
menulis dengan baik. Oleh karena itu, pembelajaran kosakata diprioritaskan di awal
pembelajaran bahasa asing.
2. Aspek-Aspek Kosakata
Pembahasan penguasaan kosakata bahasa asing, dalam hal ini bahasa
Inggris tentunya berkaitan erat dengan pemahaman aspek-aspek kosakata bahasa
tersebut. Untuk menguasai kosakata secara luas, setiap orang perlu mengetahui
sejumlah aspek kosakata suatu bahasa. Dalam hal ini, Pavlu (2009:26-27)
mengemukakan

sejumlah aspek kosakata yaitu: pelafalan (pronunciation), tata

bahasa (grammar), makna kata (meaning), bentuk kata (word formation) dan jabatan
kata (word class).
Pelafalan kata dalam bahasa Inggris sangat perlu dicermati karena terdapat
beberapa kata yang memiliki pelafalan yang sama tetapi berbeda arti misalnya: kata
‘bag’ dengan ‘beg’ yang memiliki cara pengucapan yang sama dengan arti berbeda.

32

Pemahaman

kata

tersebut

secara

lisan

hanya

dapat

diperloeh

dengan

memperhatikan konteks pembicaraan.
Tata bahasa (grammar) merupakan aspek lain dalam penguasaan kosakata
di mana pada aspek ini penguasaan kosakata ditunjukkan dengan kemampuan
pembelajar atau pengguna bahasa Inggris memadukan kata-kata dalam kalimat atau
ujaran dengan benar. Begitupun halnya dengan padanan kata, seorang pembelajar
atau pengguna bahasa Inggris akan dipandang menguasai kosakata bahasa Inggris
ketika menguasai sejumlah padanan kata yang umum digunakan secara lisan
maupun tertulis.
Aspek lain yang telah umum dikenal adalah makna (meaning) dan
digolongkan ke dalam sejumlah kategori. Dua kategori makna yang telah banyak
digunakan dalam tes kebahasaan adalah makna sama (sinonym) dan lawan kata
(antonym). Contoh sinonim yatu kata ‘pretty’ dan ‘beautiful’ meskipun ejaan dan
pengucapan berbeda namun pada dasarnya kedua kata tersebut memiliki makna
yang sama yaitu indah atau cantik. Contoh antonim yaitu ‘big’ dan ‘small’ yang
keduanya memiliki penulisan, pengucapan dan makna yang berbeda di mana ‘big’
artinya besar sedangkan ‘small’ berarti kecil. Pembelajar lanjutan (advance learner)
bahasa Inggris dituntut untuk mempelajari dan menguasai kosakata dengan
memperhatikan bentukan kata yang berimbuhan awalan (prefix), sisipan (infix) dan
akhiran (suffix).
Aspek dasar kosakata dalam bahasa Inggris dalah jabatan atau kelas kata.
Penguasaan kosakata dalam bahasa Inggris meliputi kemampuan mengidentifikasi
jabatan kata seperti:

33

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Kata benda / nouns: sun, computer
Kata sifat / adjectives: long, happy
Kata ganti / pronouns: I, him, they, there, here
Kata bilangan /numeric: first, two
Kata Kerja / verb: take, decide
Kata keterangan / adverb: always, never
Kata depan / prepositions : on, by
Kata penghubung / conjunctions: or, and

3. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris
Menurut Santrock (2011:69), perkembangan kosakata siswa akan senantiasa
berkembang secara dramatis seiring dengan pembelajaran dan pengenalan kata
yang diperoleh dan digunakan dalam frekuensi yang tinggi dalam komunikasi lisan
dan tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penguasaan kosakata dalam hal
ini ditentukan oleh seberapa tinggi frekuensi komunikasi lisan dan tertulis yang
dialami siswa secara bermakna. Dalam hal ini pengenalan dan pengembangan
penguasaan kata-kata baru yang ditemukan pada saat pembelajaran membaca.
Berkaitan dengan upaya pembelajaran kosakata, Elsjelyn (2012:31-39)
memaparkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kosakata yaitu:
jumlah kata yang perlu dipelajari, cara meningkatkan perbendaharaan kata dan
manfaat pengulangan (review).
1) Jumlah kata yang perlu dipelajari
Bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat kaya akan perbendaharaan kata
mencapai hampir dua juta kata. Jumlah perbendaharaan kata bagi orang dewasa
bergantung pada tingkat pendidikannya. Untuk memahami bacaan berbahasa
Inggris seperti Koran, majalah dan bacaan umum dibutuhkan kurang lebih 30.000
kata. Namun demikian, sebagian besar kata tersebut merupakan kata-kata yang

34

perlu dikenal secara pasif (recognition vocabulary), yaitu kata yang dapat dimengerti
seseorang pada saat membaca ataupun mendengar kata itu. Pada umumnya,
recognition

vocabulary

yang

dikuasai

seseorang

jauh

lebih

banyak

dan

perbendaharaan ata aktif (productive vocabulary) yaitu kata yang memiliki frekuensi
yang tinggi digunakan dalam berbicara dan menulis.
2) Cara meningkatkan perbendaharaan kata
Banyak cara yang dapat digunakan siswa untuk menambah perbendaharaan
kata. Ada yang mempelajari kata dengan mengelompokkan kata berdasarkan topik,
ada yang menulis kata-kata baru berulangkali sampai hafal, da nada juga yang
memakai kartu-kartu kecil yang memuatkata baru pada salah satu sisi dengan
terjemahan atau definisi di sisi lainnya.
Berkaitan dengan upaya peningkatan perbendahaaan kata, Elsjelyn (2012:
34) mengemukakan dua strategi utama yaitu pemanfaatan konteks dan penguraian
kata.
a) Pemanfaatan Konteks
Hampir setiap kata dalam bahasa Inggris mempunyai beberapa arti yang
berbeda tergantung dari pemakaiannya dalam kalimat. Oleh karena itu, salah Satu
strategi untuk belajar suatu kata adalah dengan memanfaatkan konteks dimana
suatu kata dapat digunakan. Dengan melihat konteks, seseorang bukan saja dapat
menafsirkan arti suatu kata tetapi juga dapat mengetahui bagaimana memakai kata
itu dalam konteks yang tepat.

35

Sebagai contoh, seorang siswa mecari makna kata ‘tender’ dan menemukan
paling sedikit empat arti yang berbeda tergantung pemakaiannya dalam kalimat.
Beberapa contoh penerapannya adalah sebagai berikut:
-

The mear is tender. (Daging itu lunak.)
He has a tender heart. (Dia berhati lembut.)
He got married at a tender age. (Dia menikah pada usia muda.)
He is a bar tender.(Dia seorang pelayan bar.)

Dari contoh di atas, tentunya siswa memerlukan contoh-contoh penggunaan
kata-kata dalam beragam konteks sehingga mereka mampu menggunakan setiap
kata yang dipelajari sesuai dengan konteks yang digunakan. Mengingat banyaknya
makna yang dikandung sebuah kata, cara terbaik untuk mempelajarinya adalah
dengan banyak membaca. Dengan membaca, siswa secara tidak langsung dapat
mempelajari dan mengembangkan perbendaharaan katanya.
b) Penguraian Kata
Sebagian besar kata dalam bahasa Inggris merupakan kata bentukan yang
terdiri dari tiga unsur yaitu akar kata, awalan dan akhiran. Masing-masing unsur ini
memegang peranan sebagai penentu arti suatu kata. Oleh sebab itu, sangatlah
penting untuk mempelajari dan mengerti fungsi dari masing-masing unsur tersebut.
Dengan

mempelajari

akar

kata

dan

awalan,

seseorang

dapat

menabah

perbendaharaan katanya, karena dengan akar kata dan awalan pembentuk kata,
siswa dapat mengetahui arti kata tanpa harus menggunakan kamus.
Sebagai contoh kata ‘progress’ yang terdiri dari awalan ‘pro’ yang berarti
maju atau ke depan dan ‘gress’ yang berarti bergerak atau melangkah, sehingga
‘progress’ dapat diartkan sebagai maju atau berkembang. Dari akar kata ‘gress’ ini

36

dapat juga dibentuk beberapa kata lain seperti ‘congress’, ‘digress’, ‘egress’,
‘regress’, ‘retrogress’ dan ‘transgress’. Dari perpaduan arti antara akar kata dan
awalan yang berbeda-beda ini dapat diketahui arti masi