fungsi kognitif dan gangguan psikologi

Fungsi Kognitif
14.1 Lateralisasi Fungsi
A. Handedness dan Genetikanya
Lebih dari 90% seluruh manusia merupakan manusia kinan dengan menggunakan tangan
kanan untuk menulis dan sebagainya. Sementara sisanya 9-10% seluruh manusia
merupakan manusia kidal, menggunakan tangan kiri untuk aktivitasnya. Manusia menjadi
kinan atau kidal karena adanya kerusakan atau gangguan pada belahan otak kiri pada saat
kelahiran atau ketika bayi. Jika seluruh gen manusia dominan yang menghasilkan untuk
handedness dengan putaran rambut, mengatur seseorang memiliki “handedness acak dan
arah putaran acak” Persentase untuk memiliki kedua gen tersebut adalah 42% x 42% atau
hampir mendekati 18%. Hipotesis tersebut masuk akal, karena terdapat fakta bahwa
pasangan orang tua kidal dapat memiliki anak kinan. Hipotesis tersebut menjadi dasar
bahwa kembar monozigot terkadang memiliki handedness berbeda, satu kinan dan satu
kidal
B. Belahan Otak Kiri dan Kanan
Belahan otak kiri hanya melihat sisi kanan dunia, sedangkan belahan otak kanan hanya
melihat sisi kiri dunia. Penelitian membandingkan anatomi (vertebrata dan avetebrata) bukti
lebih tepat bahwa tubuh kita berkebalikan secara relatif dengan tubuh serangga. Belahan
otak kanan dan kiri bertukar informasi yang diberi nama korpus kalosum serta melalui
komisura anterior, komisura lipokampus dan beberapa komisura kecil lainnya. Informasi
yang pada awalnya masuk ke salah satu belahan otak akan melintas ke belahan otak yang

berlawanan dengan penundaan yang singkat. Pada sebagian besar manusia, belahan otak
kiri terspesialisasi untuk bahasa, sedangkan fungsi belahan otak kanan sulit untuk diringkas.
C. Hubungan Visual dan Auditori ke Belahan Otak
Kedua belahan otak terhubung dengan otak sedemikian rupa sehingga tiap belahan otak
mendapat input dari sisi berlawanan dunia visual. Mata manusia tidak terhubung dengan
otak seperti kedua mata kita menghadap kedepan. Anda dapat melihat sisi kiri dunia sama
baiknya dengan mata kanan ataupun mata kiri. Sistem auditori tersusun dengan cara yang
berbeda.
D. Pemotongan Korpus Kalosum
Kerusakan pada korpus kalosum mencegah terjadinya pertukaran informasi antar kedua
belahan otak. Terkadang dokter bedah merusak korpus kalosum sebagai bagian terapi
epilepsi parah jika penderita epilepsi mengalami kejang-kejang maka dokter melakukan
pembedahan untuk menghilangkan sumber serangan epilepsi (fokus) yang ada di otak.
E. Perkembangan Lateralisasi dan Handedness
Sebagian besar manusia dipengaruhi oleh belahan otak kiri. Sudah sewajarnya jika kita
bertanya apakah kedua belahan otak secara anatomi berbeda?
1. Perbedaan Anatomi antar Belahan Otak

1


Otak manusia telah terspesialisasi untuk memperhatikan suara bahasa mulai dari awal
perkembangan. Ukuran planum temporal antara belahan otak kiri dan kanan sedikit lebih
besar pada individu yang sangat kinan. Sandra Witelson memeriksa otak bayi yang
meninggal sebelum usia 3 bulan meneliti bahwa ukuran planum temporal kiri lebih besar
daripada yang kanan ditemukan pada 12 dari 14 bayi.
2. Pendewasaan Korpus Kalosum
Korpus kalosum mengalami pendewasaan secara bertahap selama 5-10 tahun awal
kehidupan manusia. Korpus kalosum telah cukup mengalami pendewasaan antara umur 3-5
tahun.
3. Perkembangan Tanpa Korpus Kalosum
Manusia yang dilahirkan tanpa korpus kalosum, berbeda dengan manusia yang mengalami
pemotongan korpus kalosum dalam dua hal. Pertama sudah pasti mempengaruhi
perkembangan otak dengan cara lain. Kedua ketiadaan korpus kalosum memicu area otak
lain mengembangkan abnormalitasnya.
4. Belahan Otak, Handedness, dan Dominasi untuk Bahasa
Lebih dari 95% belahan otak kiri orang kinan memperlihatkan kemampuan berbahasanya.
Sebagian besar individu kidal kemampuan bahasa dibelahan otak kiri, sebagian lagi berada
di belahan otak kanan, atau campuran dari dominasi yang ada di belahan otak kiri dan otak
kanan.
5. Pemulihan Bicara Setelah Kerusakan Otak

Setelah terjadi kerusakan otak yang menggangu bahasa. Umur adalah satu faktor. Faktor
lain yang mempengaruhi pemulihan bahasa setelah terjadinya kerusakan otak adalah
bagaimana bicara dilateralisasi pada individu.
F. Menghindari Pernyataan Berlebihan
Sebagian besar kegiatan membutuhkan kerja sama kedua belahan otak.
14.2 Evolusi dan Fisiologi Bahasa
Bahasa manusia berbeda dari bentuk komunikasi lainnya karena produktivitasnya yaitu
sebuah kemampuan menghasilkan sinyal baru mewakili ide yang baru.
A. Prekurso Bahasa pada Spesies Bukan Manusia
Kita menduga bahwa bahasa merupakan modifikasi dari sesuatu yang dapat kita lacak yaitu
simpanse. Setelah gagalnya mengajak simpanse untuk berbicara, peneliti berhasil
mengajarkan American Sign Language. Simpanse belajar untuk menekan simbol untuk
mengetik pesan pada sebuah komputer misal “mesin tolong beri apel” atau “tolong bagi
coklatmu” (ke simpanse lain)”
Yang kedua mereka mengajarkan kepada bonobo atau simpanse kerdil yang bernama
Matata untuk menekan simbol yang akan menyala ketika ditekan. Bayi jantannya Matata
yang bernama Kanzi belajar hanya dengan melihat yang dilakukan Matata. Ketika Kanzi
2

diberi kesempatan untuk menggunakan papan simbol dengan cepat bayi bonono

menguasainya. Peneliti menyadari bahwa Kanzi memahami bahasa lisan cukup banyak.
B. Bagaimana Manusia Mengevolusikan Bahasa?
Terdapat dua kategori yaitu :
1. Bahasa sebagai produk kecerdasan secara keseluruhan
Manusia memiliki otak yang besar sehingga dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi
dan bahasa hanya produk sampingan dari peningkatan kecerdasan yang tidak disengaja
yang menghadapi banyak problem, pertama : manusia dengan ukuran otak normal dan
gangguan bahasa, kedua : Sindrom Williams
2. Manusia mengevolusi bahasa sebagai bagian tambahan dari otak
C. Kerusakan Otak dan Bahasa
Bagaimana studi terhadap penderita kerusakan otak?
Afasia Broca (Afasia Tidak Lancar)
Paul Broca meneliti pasien bisu selama 30 tahun yang meninggal dunia 5 hari menemukan
kerusakan pada bagian lobus frontal pada korteks serebrum sebelah kiri didekat korteks
motor yang disebut area broca. Kesulitan pembentukan bahasa, penderita afasia broca
berbicara pelan dan mereka kesulitan menulis serta menghasilkan bahasa isyarat.
Permasalahan dalam pemahaman kata-kata dan peranti tata bahsa
Afasia Wernicke (Afasia Lancar)
Carl Wernicke mengungkapkan bahwa kerusakan korteks temporal belahan otak kiri
menyebabkan gangguan bahasa yang berbeda (dari afasia broca). Kerusakan disekitar area

Wernicke terletak didekat dibagian auditori korteks serebrum yang ditandai dengan
gangguan pada kemampuan untuk mengingat nama dan objek dan pemahaman bahasa
lebih dikenal dengan afasia lancar karena penderita masih dapat berbicara dengan lancar.
D. Disleksia
Adalah gangguan spesifik terhadap kemampuan membaca seseorang Disleksia lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penderita disleksia lebih
memiliki korteks serebrum yang bilateral simentris, sementara orang normal memiliki planum
temporal berukuran lebih besar pada belahan otak kiri.
14.3 Perhatian
Apa maknanya jika seseorang menderita kurangnya perhatian?
A. Perubahan Respons Otak
Perhatian berkaitan erat dengan kesadaran. Pada banyak kasus, stimulus yang akan
menjadi stimulus sadar atau tak sadar pada 200-250 milisekon (ms) pertama, akan
menghasilkan aktivitas otak yang sama. Akan tetapi pada beberapa ratus milisekon
setelahnya, otak akan meningkatkan respon stimulus sadar. Bagaimana kita memilih
3

stimulus mana yang akan ditingkatkan responnya, diperhatikan atau disadari? Terkadang
jawabannya berkaitan dengan intensitas stimulus, kemiripan dengan stimulus lain yang
pernah menjadi penting di masa lalu atau karateristik lain stimulus itu sendiri. Pada sebuah

studi memperhatikan sebuah layar dimunculkan X atau O pada layar, sementara individu
lain akan mendengan O atau X. Tugas mereka adalah untuk menyebut secepat mungkin
huruf yang mereka dengar dan mengabaikan petunjuk visual yang telah ditampilkan. Mereka
memberi respon yang lebih cepat apabila huruf yang mereka lihat sama dengan huruf yang
mereka dengar Korteks auditori memberikan respon yang lebih tinggi misal mendengar “O”
ketika melihat “X” artinya otak akan meningkatkan responnya ketika seseorang
memperhatikan suara dan terhadap gangguan.
B. Pengabaian
Penderita kerusakan belahan otak kanan memperlihatkan adanya pengabaian spasial yang
meluas yaitu kecenderungan untuk mengabaikan sisi kiri tubuh dan sekitarnya atau sisi kiri
sebuah objek. Sebagai contoh apakah nilai tengah antara 11 dan 19? Jawabannya yang
benar 15, teapi penderita pengabaian menjawab 17. Beberapa prosedur dapat
meningkatkan perhatian sisi yang terabaikan. Pertama, mintalah ke penderita untuk melihat
sisi yang terabaikan. Kesimpulannya adalah bahwa pengabaian tidak disebabkan hilangnya
sensasi, melainkan kesulitan mengalihkan ke sisi kiri.
C. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ditandai dengan adanya kurangnya
perhatian (mudah teralihkan), hiperaktivitas (tidak senang), karakter imulsif, suasana hati
mudah berubah, mudah tersinggung, sensitivitas tinggi terhadap setres. Gangguan tersebut
mempengaruhi perilaku sosial. Pria lebih banyak menderita ADHD daripada wanita.

1. Pengukuran Perilaku ADHD
Pengukuran juga memungkinkan penelitian untuk menguantifikasi kemajuan yang mungkin
timbul setelah pengobatan. Berikut ada kegiatan penderita ADHD rata-rata berbeda dengan
orang lain. Pertama, uji penundaan pilihan. Kedua uji sinyal berhenti, ketiga uji kedip
perhatian
2. Kemungkinan Penyebab ADHD dan Perbedaan Otak
Terkadang ADHD diturunkan dari keluarga. ADHD mungkin dipengaruhi oleh lebih dari satu
gen dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengobatan umum untuk ADHD adalah
obat-obatan stimulan seperti metilfenidat (Ritalin) atau amfetamin (Adderrall)
Gangguan Psikologis
15.1 Penyalahgunaan Zat Kimia dan Kecanduaan
The Amerika Psychiatric Association (1994) dalam Diagnostic and Statistical Manual
mendefinisikan penyalahgunaan zat kimia sebagai sebagai penggunaan suatu zat kimia
yang tidak adaptif dan menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau stres.
A. Sinapsis, Penguatan dan Kecanduan
1. Kecanduan sebagai Peningkatan “Menginginkan”
4

Kent Berridge dan Terri Robinson (1998) membedakan antara “menyukai” dan
“menginginkan”. Menurut mereka, aktifitas di nucleus accumbens berkaitan dengan

menginginkan. Peningkatan kecanduan berarti peningkatan besarnya keinginan kita akan
sesuatu
2. Sensitisasi Nucleus Accumbens
Nucleus Accumbens mengalami sensitifitas. Penggunaan kokain yang berulang-ulang akan
melepaskan dopamin di nucleus accumbens dan juga meningkatkan kemampuan kokain
untuk mengaktivasi bagian dari korteks prafontal kanan dan kecenderungan individu untuk
mencari sumber kecanduan.
B. Alkohol dan Ketergantungan Alkohol
Alkohol dalam jumlah yang lebih besar dapat merusak hati dan organ lainnya, mengganggu
penilainan serta merusak kehidupan. Kecanduan alkohol adalah pengonsumsian alkohon
secara bekepanjangan, meskipun terdapat bahaya terhadap kesehatan atau pun kehidupan
sosial, yang dapat muncul bahkan setelah seseorang memutuskan untuk berhenti atau
menurunkan konsumsi alkohol. Faktor penentunya adalah: apakah alkohol menjadi
penggangu dalam kehidupan seseorang?. Banyaknya pengaruh yang ditimbulkan alkohol,
tidak mengherankan jika alkohol mempengaruhi perilaku dengan berbagai macam cara.
1. Genetika
Dasar-dasar genetika merupakan faktor yang kuat mempengaruhi munculnya
ketergantungan alkohol pada usia muda.
Bukti adanya dasar genetika untuk ketergantungan alkohol, antara lain:
a. Penemuan bahwa kembar homozigot lebih memiliki

penyalahgunaan alkohol dari pada kembar dizigot.

persamaan

dalam

hal

b. Anak kandung dari orang tua yang ketergantungan alkohol memiliki resiko yang lebih
besar untuk menjadi pecandu alkohol, meskipun jika mereka diadopsi oleh orang tua
yang bukan pecandu alkohol.
C. Pengobatan Melawan Penyalahgunaan Zat Kimia
1. Antabus
Obat yang bernama disulfram memiliki pengaruh dengan cara meningkatkan diri pada ion
tembaga enzime tesebut. Ahli terapi mencoba memanfaatkan disulfram (Antabus) sebagai
obat mereka berharap bahwa pecandu alkohol akan mengasosiasikan alkohol dengan sakit
sehingga mereka akan berhenti mengonsumsi alkohol. Pengobatan mengunakan antabus
akan lebih efektif jika sahabat yang memastikan obat tersebut dikonsumsi setiap hari oleh
pecandu alkohol.
2. Metadon

Metadon mirip dengan heroin atau morfin, tetapi memiliki keunggulan karena bisa
dikonsumsi dalam bentuk pil, secara bertahap akan memasuki pembuluh darah lalu
memasuki otak, sehingga peningkatan kadarnya terjadi secara lambat, menghindarkan
pengalaman naik. Oleh karena itu metadon dimetabolisme secara perlahan, gejala
5

penarikan diri juga timbul secara bertahap. Tetatpi metadon sering disalahgunakan
pengunaannya.
15.2 Gangguan Mood
Individu yang depresi. Permasalahannya, gejala yang sama dapat timbul karena gangguan
hormon luka pada kepala, tumor otak dan penyakit lainnya. Banyak penderita depresi yang
dibarengi oleh penyalahgunaan zata adiktif, kecemasan, skifrenia, atau penyakit parkinson.
Konsekuensi bagi pasien secara individu adalah adanya kemungkinan pengobatan terhadap
satu gangguan sementara gangguan yang lain tidak diobati.
A. Gangguan Depresi Mayor
Depresi mayor adalah pengalaman yang intensitasnya lebih tinggi serta berlangsung lebih
lama. DSM-IV (American Psychiatric Associtioan 1994, penderita depresi mayor merasa
sedih dan tidak bahagia setiap hari selama berminggu-minggu. Mereka memiliki sedikit
energi, merasa tidak berguna, mempertimbangkan untuk bunuh diri, sulit tidur, tidak dapat
berkonsentrasi, hanya mendapatkan sedikit kenikmatan dari kegiatan seks dan makan, serta

pada banyak kasus mereka tidak dapat membayangkan dapat merasa bahagia.
1.

Genetika dan Pewarisan dalam Kehidupan

Studi terhadap anak kembar dan asuh mengindikasi bahwa pewarisan karakter depresi
berada dalam kadar moderat. Sebuah bentuk gen tertentu menyebabkan kemampuan
penurunan otak untuk memproduksi neurotransmiter serotin sebanyak 80%. Gen lain yang
menarik adalah gen pengendali protein pengangkut serotonin. Protein tersebut
mengendalikan sebuah kemampuan akson untuk menyerap kembali serotonin yang
dilepaskan, yaitu kemampuan untuk mendaur ulang serotonin untuk digunakan kembali.
Pengaruh gen tersebut terhadap depresi berkaitan dengan pengalaman seseorang.
2.

Hormon.

Depresi terjadi lebih banyak dalam kurun waktu tertentu salah satu pemicunya adalah
stress, yang akan melepaskan kartisol menyiapkan tubuh bertindak, tetapi kadar tinggi
kartisol dalam jangka panjang akan akan menguras tubuh, mengganggu sistem imunitas
dan memicu terjadi depresi. Sekitar 20% wanita depresi postpatrum, yaitu depresi setelah
melahirkan. Depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada wanita yang pernah
menderita depresi mayor dan wanita yang mengalami ketidaknyamanan parah saat
menstruasi. Satu studi mengungkapkan bahwa setelah terjadi penuruan kadar estradiol dan
progesteron yang dipicu obat, wanita yang memiliki riwayat depresi postpartum tiba-tiba
memperlihatkan gejala-gejala depresi baru, sementara wanita normal tidak mengalami itu.
3. Abnormalitas Dominasi Belahan Otak
Sebagian besar penderita depresi mengalami penurunan aktivitas pada korteks prafontal kiri
dan peningkatan aktivitas pada korteks prafrontal kanan. Banyak individu yang menderita
depresi berat setelah mengalami kerusakan belahan otak kiri, lebih sedikit individu yang
menderita depresi berat setelah mengalami kerusakan belahan otak kanan
4.

Virus

6

Penyakit borna ditandai dengan adanya pengaruh terhadap perilaku, seperti adanya periode
aktivitas sangat tinggi yang berseling dengan periode inaktif. Virus Borna ditemukan pada
2% dari individu normal, 30% dari penderita depresi parah, dan 13-14% dari penderita
penyakit otak kronis. Tetapi virus Borna juga ditemukan pada penderita penyakit lain selain
depresi, dan menimbulkan penyakit kejiwaan secara umum bukan hanya depresi secara
spesifik.
Tipe-tipe obat anti depresi:
Trisiklik (impiramin, nama dagang Trofanil), Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
Monoanime oxidase inhibitor (MAOI) dan Antidepresi Atipikal
B. Ganguan Biopolar
Depresi dapat berupa gangguan unipolar atau bipolar. Penderita gangguan unipolar
keadaannya berselin antara keadaan normal dan depresi. Penderita gangguan biopolar
keadaannya berseling antara depresi dan kebalikannya, yaitu mania ditandai dengan
adanya aktifitas resah, kegembiraan, tertawa, percaya diri, berbicara tidak fokus, dan
hilangnya kendali diri. Individu yang menderita periode mania penuh disebut dengan
penderita gangguan biopolar I. Individu gangguan biopolar II memiliki periode mania lebih
ringan yang disebut hipomania, ditandai sebagian besar dengan adanya agitasi dan
kecemasan.
C. Gangguan Afektif Musiman
Gangguan afektif musiman yaitu depresi yang secara teratur muncul pada musim-musim
tertentu. Contohnya, penderita gangguan ini memiliki fase tidur tertunda (phase dalayed)
dan retme suhu menjadi lebih mengantuk dan dan bangun tidur lebih lambat dari biasanya,
berbeda dengan penderita gangguan depresi lainnya yang ritmenya lebih cepat.
15.3 Skizofrenia
A. Karakteristik
Sekizofrenia adalah suatu kelainan yang ditandai oleh penurunan kemampuan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya suatu kombinasi dari halusinasi, delusi,
gangguan pikiran, gangguan pergerakan. Sebagian penderita memperlihatkan tanda-tanda
kerusakan otak yang jelas, tetapi sebagian penderita lain tidak memperlihatkan tanda-tanda
yang sama. Kondisi akut kemunculananya terjadi secara tiba-tiba dan pemulihannya
berbrospek baik. Kondisi kronis kemunjulan terjadi secara bertahap dan berlangsung dalam
jangka panjang.
B. Genetika
1. Studi terhadap Anak Kembar
Semakin dekat kekerabaan biologis seseorang yang menderita skizofrenia, semakin besar
pula probabilitas terhadap skizofrenia, kesamaan tinggi untuk kembar monozigot telah lama
digunakan sebagai bukti pengaruh genetik yang kuat.
2.Anak Angkat yang Menderita Skizofrenia

7

Ketika anak angkat (anak adopsi) menderita skizofrenia, maka skizofrenia lebih mungkin
ditemukan pada kerabat biologisnya dari pada kerabat angkatnya.
3.Usaha Mencari Sebuah Gen
Bukti terkuat tentang adanya pengaruh genetik adalah dengan mendapatkan gen yang
secara konsisten berkaitan dengan skizofrenia. Kemunculan skizofrenia pada kanak-kanak
sangat jarang terjadi dan berbeda dalam beberapa hal. Usaha untuk mangaitkan antara
kemunculan skizofernia pada masa dewasa dengan sebuah gen yang telah berhasil
diidentifikasi telah memberikan hasil yang sulit direplikasi dan tidak mengembirakan. Jika
skizofrenia memiliki pengaruh genetik yang kuat tetapi kita tidak menemukan gen yang
bertanggung jawab..
C.Hipotesis Perkembangan Neuron
Berdasarkan hipotesis perkembangan neuron yang populer dikalangan peneliti, skizofrenia
dicetuskan oleh adanya abnormalitas dalam tahap perkembangan neuron prenatal (sebelum
dilahirkan) dan postnatal (setelah dilahirkan). Abnormalitas tersebut menimbulkan kelainan
terpendam pada anatomi otak dan kelainan perilaku yang sangat besar. Abnormalitas
tersebut dapat ditimbulkan oleh gen, kesulitan yang dialami ketika mengandung atau
melahirkan, atau kombinasi dari dua macam pengaruh tersebut. Hipotesis tersebut meyakini
bahwa pengalaman yang membuat stress memperburuk gejala yang ada.
1. Lingkungan Pranatal Dan Neonatal
Resiko skizofrenia mengalami peningkatan pada individu-individu yang mengalami kesulitan
pada masa perkembangan, sehingga dapat memengaruhi perkembangan otak mereka,
termasuk gizi buruk ibu yang sedang hamil, kelahiran prematur, berat badan bayi yang
sangat rendah saat melahirkan, dan komplikasi pada saat melahirkan, misalnya pendarahan
hebat. Singkatnya, beberapa kasus skizofrenia mungkin ditimbulkan sebagai akibat infeksi
virus atau parasit.
2. Abnormalitas Otak yang Ringan
Penderita skizofrenia memperlihatkan adanya abnormalitas ringan pada anatomi otak.
Abnormalitas yang ada adalah kecil, berbeda-beda untuk tiap orang, dan hasil akhirnya
bergantung pada umur. Ukuran ventrikel (ruang berisi cairan dalam otak) penderita
skizofrenia lebih besar daripada individu normal. Sebagian besar pasien penderita
skizofrenia memperlihatkan kurangnya memori dan perhatian serupa dengan individu yang
mengalami kerusakan pada korteks temporal atau prafontal.
D. Neurotransmiter dan Obat-obatan
1. Obat Antipsikotik dan Dopamin
Para psikiater mengungkapkan bahwa klorpromazin dapat menurunkan gejala positif
skizofrenia untuk sebagian besar pasien. Kemudian, para peneliti menemukan obat
antipsikotik atau obat neoroleptik. Penemuan tersebut menginspirasi bahwa skizofrenia
disebabkan oleh adanya aktivitas berlebihan sinapsis dopamin pada area-area otak tertentu.
Obat antipsikotik menghambat sinapsis dopamin dalam hitungan menit, tetapi perubahan
mood terjadi 2-3 minggu setelah pengobatan.

8

2. Peran Glutamat
Permasalahan terletak pada kurangnya aktivitas pada sinapsis glutamat yang khususnya
terjadi pada korteks prafrontal. Pada banyak area otak, dopamin menghambat pelepasan
glutamat atau glutamat menstimulasi neuron yang menghambat pelepasan dopamin. Oleh
karena itu peningkatan dopamin akan menghasilkan efek yang sama seperti pengurangan
glutamat, sehingga efek obat antipsikotik dopamin berlebih atau hipotesis dopamin glutamat
defisiensi glutamat.
3. Obat-obatan Baru
Obat-obatan yang menghambat sinapsis dopamin menghasilkan efeknya dengan cara
memengaruhi neuron dalam sistem mesolimbocortical, yaitu sebuah kelompok neuron yang
keluar dari tegmentum otak bagian tengah menuju sistem libik. Akan tetapi, obat-obatan
tersebut juga menghambat neuron dopamin dalam sistem mesostriatal yang keluar menuju
ganglia bangsal. Hasil kedua pengaruh tersebut adalah diskinesia tardif yang ditandai
dengan adanya tremor dan gerak involuter lainnya yang muncul secara bertahap serta kadar
yang berbeda untuk setiap pasien. Sejumlah obat-obatan baru tertentu yang disebut obat
antipsikotik generasi kedua atau obat antipsikotik atipikal mengobati skizofrenia. Singkatnya,
skizofrenia bukanlah sebuah kelainan yang hanya ditimbulkan oleh sebuah gen atau sebuah
neurotransmiter. Selain adanya abnormalitas pada dopamin, glutamat, dan serotonin.

9