Undang Undang Dasar 1945 Sebelum dan Ses

U n d an g U n d an g D as ar 19 4 5
Se be lu m dan Se s u dah Pe ru bah an 1

Pe rta n yaan -Pe rtan yaan
Di dalam ToR yan g dikirim kepada saya, disam paikan beberapa
pertanyaan yan g harus saya jawab di dalam sem inar in i, yakni: Apakah UUD
h asil perubahan sah secara hukum ? Bagaim ana perbandingan UUD 1945
sebelum dan sesudah diam andem en? Bagaim an a im plem entasinya di lapangan
sekarang? Perlukah perubahan lebih lanjut?
Saya akan m em ulainya den gan m enjawab pertanyaan yan g kedu a lebih
du lu un tuk kemudian m enjawab dan m engurai pertanyaan-pertanyaan lainnya.
U U D Se be lu m Am an d e m e n Se lalu Oto rite r
Adalah kenyataan bahwa UUD 1945 sebelum diam andem en 2 selalu
m enim bulkan otoriterism e kekuasaan. Ini dapat dilih at dari periodisasi
berlakunya UUD 1945 yan g berlaku dalam tiga periode sejarah politik dan
ketatanegaraan di Indonesia, yaitu: pertam a, periode 1945-1949; kedu a, periode
1959-1966; ketiga, periode 1966-1998.
Dalam sejarah politik dan ketatanegaraan di Indon esia perkem bangan
dem okrasi dann otoriterism e tercatat sebagai beriku t:
1. Periode 1945-1959 dem okrasi dapat tum buh dan berkem bang den gan baik di
bawah sistem Parlem enter. Pada periode sem pat berlaku tiga kon stitusi atau

UUD yakn i UUD 1945 (1945-1949), Kon stitusi RIS 1949, UUDS 1950 . Dari
u ku ran-ukuran umum tentang bekerjan ya dem okrasi (m isalnya diukur dari
peran parlem en, kebebasan pers, peran parpol dan netralitas pem erintah

1

Disampaiakn pada Seminar Konstitusi “Kontroversi Amandemen UUD 1945 dan Pengaruhnya Terhadap
Sistem Ketatanegaraan,” yang diselenggrakan oleh Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PB-PMII) di Jakarta, tanggal 12 April 2007.
2
Istilah resmi yang dipergunakan oleh MPR adalah “Perubahan,” namun dalam praktik sehari-hari
dipergunakan juga istilah amandemen dengan arti yang sama, sebab arti mandemen itu sebenarnya adalah
perubahan juga.

pada periode dem okrasi tum buh subur meski berlaku tiga UUD yan bg
berbeda.
2. Periode 1959-1966 dem okrasi dapat dikatakan m ati sebab den gan dem okrasi
terpim pin pem erintah tam pil secara san gat otoriter yan g ditandai den gan
pem bu atan Penpres di bidang hukum , pem bubaran lem baga perwakilan
rakyat, pem bredelan pers secara besar-besaran, pen angkapan tokoh-tokoh

politik tanpa prosedur hukum , dan sebagain ya. Pada periode ini berlaku UUD
1945 berdasarkan dekrit Presiden 5 J uli 1959 yan g dituangkan di dalam
Kepres No. 150 dan ditem patkan di dalam Lem baran Negara No. 75 tahu n
1959.
3. Periode 1966-1998 dem okrasi juga tidak dapat hidup den gan wajar karena
yan g dikem bangkan adalah dem okrasi prosedural sem ata-m ata, yakn i
dem okrasi yan g dibatasi dan diatur den gan UU tetapi isi UU itu m elanggar
su bstansi dem okrasi. Akibatnya tidak ada kon trol yan g ku at terhadap
pem erintah, pem eran utama politik nasional adalah m iliter den gan su tradara
u tam anya Presiden Soeharto, dan KKN m erajalela sam pai m enjerumuskan
Indon esia ke dalam krisis multidim ensi yan g sulit diatasi.

Maklum at No. X Tahun 1945
Mungkin akan dipersoalkan, tampaknya tidak benar kalau dikatakan
selam a berlakunya UUD 1945 negara selalu otoriter; buktinya pada periode
pertam a (1945-1949) seperti dikatakan di atas ternyata Indon esia dapat hidup
secara dem okratis. Tetapi itu dapat dibantah dengan cepat, sebab mun culnya
dem okrasi pada periode pertam a berlakunya UUD 1945 ju stru dimulai ketika
secara terang-terangan UUD 1945 tidak diberlaku kan di dalam praktik m elalui
Maklum at No. X Tahun 1945 tanggal 16 Oktober 1945 yan g kem udian disusu l

den gan penggantian sistem pem erintahan yang sam a sekali tidak sesuai dengan
UUD 1945 yakn i sistem pem erintahan Parlem enter. Latar belakang keluarnya
Maklum at No. X Tahun 1945 itu, seperti ditulis oleh George McT. Kah in di dalam
N ationalism and Revolution in Indonesia karena tokoh -tokoh muda seperti
Sjah rir m enganggap pem erintah berdasar UUD 1945 tak ubahnya seperti
pem erintahan

fasis

sehingga

m ereka

m endorong

digantinya

sistem

pem erintahan m elalui desakan KNIP kepada pem eritah un tuk m engeluarkan

Maklum at.
Maklum at No. X Tahun 1945 adalah Maklumat yan g ditandatangani oleh
Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945 yan g berisi “penidakberlakuan” isi UUD
1945 tentang kedu dukan Komite Nasional Indon esia Pusat (KNIP) dari yang
m enu rut UUD 1945 sebagai pem bantu Presiden m enjadi parlem en. Seperti
diketahui m enurut Aturan Peralihan UUD 1945, sebelum MPR, DPR, dan DPA
terbentu k kekuasaannya dilakukan oleh Presiden yang dibantu oleh sebuah
Kom ite Nasion al. Dengan dem ikian KNIP adalah pem bantu Presiden , tetapi oleh
Maklum at No. X KNIP dijadikan Parlemen dan bersam aan den gan itu
dibentuklah Badan Pekeraja KNIP.
BP-KNIP yan g dibentuk den gan sen gaja m enyim pangi UUD 1945 itu
kem udian m engusulkan

perubahan sistem pem erintahan dari Presiden sial

m enjadi Parlem enter dan berdasar usul BP-KNIP tersebut pada tanggal 14
Nopem ber 1945 dikeluarkanlah Maklum at Pem erin tah yan g m engubah sistem
Presidensial m enjadi sistem parlem enter den gan m enunjuk Hatta sebagai
perdana m enteri kabin et parlem enter pertam a. Sebelum itu, pada tanggal 3
Nopem ber 1945, pem erintah juga m engeluarkan Maklum at Pem erin tah yang

berisi anjuran (atau perin tah) pem ben tukan partai-partai kepada rakyat untuk
m enyongsong pem ilu yan g akan segera diselenggarakan.
Dengan dem ikian tam pak jelas bahwa perubahan politik dari otoriter
m enjadi dem okratis pada periode pertam a berlakunya UUD 1945 baru dapat
terjadi setelah den gan sen gaja UUD 1945 tersebu t ditin ggalkan dalam praktik
m eskipun secara resm i tidak dicabut.
Ikhwal kesahihan Maklum at itu min im al dapat m enun juk pada tiga hal:
Pertam a, sebagai kepu tusan pem egang kedau latan (pem egang keku asaan
DPR, MPR, DPA) berdasar Aturan Peralih an Presiden (yang dapat didelegasikan
kepada Wakil Presiden) m em ang m em punyai wewenan g untuk itu.
Kedua, sebagai kon vensi ketatanegaraan karena ia m erupakan praktik
yan g langsun g diterim a sebagai perubahan sistem ketatanegaraan .
Ketiga, pen ggunaan kekuasaan yan g tak terlawan yan g kem udian m enjadi
su m ber hukum .

Yang m ana pun dari ketiga alasan itu yang palin g logis tidaklah terlalu
terlalu penting un tuk diperdebatkan karena dari sudut hukum tata negara
ketiganya sam a logisnya. Tulisan in i hanya ingin m enjelaskan bahwa munculnya
dem okrasi pada periode pertam a berlaku nya UUD 1945 adalah ketika UUD
tersebu t tidak dilaksan akan, artin ya kalau UUD 1945 m asih diberlaku kan ketika

itu m aka yang akan terus mun cul adalah otoriterism e.

Peny ebab-Peny ebab
Mengenai alasan, m engapa pada periode-periode berlakunya UUD 1945
yan g asli selalu terjadi otoriterism e, berbagai studi telah m enyim pulkan bahwa
UUD 1945 itu m engandun g kelem ahan sistem yan g dijadikan pintu m asuk un tu k
m em bangun otoriterism e, yakn i:
Pertam a, m em bangun sistem yang executive heavy yan g m enjadikan
presiden sebagai penentu seluruh agenda politik n asional.
Kedua, m em uat pasal-pasal pen ting yan g multitafsir dan tafsir yan g haru s
dianggap ben ar adalah tafsir pem erintah secara sepih ak.
Ketiga, m em beri atribu si kewenan gan yan g terlalu besar kepada lembaga
legislatif untuk m engatur hal-hal penting dengan UU tanpa pem batasan yan g
jelas padahal Presiden adalah pem egang keku asaan legislatif den gan DPR yan g,
ketika itu , hanya diberi fungsi m enyetujui.
Selain itu UUD 1945 yan g asli lebih m em percayai sem angat orang
daripada sistem yang ku at. Menurut konsep UUD 1945 yan g asli apa yan g ditulis
di dalam UUD tidak akan ada artin ya jika sem angat pen yelenggara negara tidak
baik;3 negara dan pem erintahan akan menjadi baik jika sem angat para
pen yelenggara negara baik. Kon sep ini benar sebagian, tetapi salah un tu k

sebagian lainnya sebab sem angat yan g baik itu hanya dapat tum buh di dalam
sistem yan g baik dalam arti diberi wadah pen gaturan kelem bagaan yan g ketat
dan kokoh. Konsep seperti itu mun cul karena para pen diri negara kita san gat
rendah hati, tak m au suudzdzan , namun juga, seperti pernah dikatakan oleh
3

Uraian tentang ini dimuat juga di dalam buku saya, Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara
Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES, Jakarta, 2007, Bagian Dua.

sejarawan Taufik Abdullah, para pen diri negara kita itu tidak tahu bahayan ya
keku asaan karena pada saat itu m ereka belum pernah berku asa tapi sebaliknya
selalu dikuasai (dijajah).
Harus diingat bahwa secara filosofis hukum itu justru dibuat karena kita
tidak boleh percaya begitu saja (husnuddzdzan) pada sem angat orang, m elainkan
h arus curiga (suudzdzan) bahwa orang yan g m eskipun secara pribadi baik, jika
berku asa akan cen derung korup karena diseret untu k korup oleh lingkungan
keku asaannya. Dalam kasus Indon esia, kita m em pun yai Presiden Soekarno dan
Presiden Soeharto yan g secara pribadi san gat baik dan penuh in tegritas dalam
m engabdi kepada nusa dan bangsa. Nam un ketika berku asa di bawah UUD 1945
yan g asli m enjadi san gat otoriter dan den gan kekuasaannya m enciptakan

kekerasan -kekerasan politik. Sikap otoriter atau korupsi pen guasa ini niscaya
terjadi berdasar hukum besi politik yan g didalilkan oleh Lord Acton bahwa
keku asaan itu cen derun g korup dan kekuasaan yan g absolut kecenderun gan
korupnya absolut pula (pow er tends to corrupt, absolute pow er corrupts
absolutely ). Oleh sebab itu, hukum , term asuk konstitusi sebagai hukum tertin ggi
dalam suatu negara, harus m engatur sistem den gan ketat dan kokoh yan g dapat
m engontrol dan m em in im alisasi kecenderungan korup oleh pen guasa. Artin ya
hukum itu harus dibuat berdasar kecu rigaan atau prasangka tidak baik bahwa
siapa pun yan g berkuasa akan cenderun g korup sehingga pen gaturannya di
dalam sistem konstitusi juga harus ketat dan kokoh. Di dalam agam a pun
seben arnya kita tidak m utlak dilarang suudzdzan sebab dalil agam anya
m engatakan, “jauhilah prasangka itu karena sebagian dari prasangka itu
jelek.” Ini berarti bahwa ada sebagian prasangka yan g tidak jelek, yang dalam h al
in i, dapat

disebut

contohnya, dalam

m em buat


konstitusi yakni haru s

berprasangka bahwa siapa pun yan g berkuasa akan cen derung korup.

U U D 19 4 5 Se te lah Pe ru bah an
Setelah UUD 1945 diubah tampak jelas kepada kita bahwa kehidupan
dem okrasi tum buh sem akin baik. Dilaku kann ya perubah an itu sendiri sudah
m eru pakan kem ajuan yang san gat besar bagi dem okrasi kita sebab pada m asa
lalu jika ada gagasan untuk m engubah UUD 1945 san gat ditabukan. Sekarang

setelah UUD 1945 diubah siapa pun boleh m em persoalkan UUD tanpa harus
takut ditangkap. Ini adalah kem ajuan besar di dalam dem okrasi kita. Sekarang
orang boleh saja m enyam paikan usul agar UUD 1945 diubah lagi, boleh juga
m engatakan bahwa yan g ada sekarang sudah baik dan tak perlu diubah lagi dulu ,
bahkan boleh juga m enyatakan bahwa kita harus kem bali ke UUD 1945 yang asli.
Sem ua itu boleh din yatakan secara bebas dan am an karena setelah UUD
1945 diubah, kran dem okrasi m enjadi terbuka lebar. Tetapi apa pun pandangan
yan g kita ikuti keputusan akhirnya haruslah tetap konstitusional atau haru s
berdasar nom okrasi, sebab dem okrasi tanpa nom krasi dapat m enim bulkan

kekacau an atau anarkism e.
Selain itu yan g sekarang tam pak m akin baik adalah munculnya checks and
balances secara lebih proporsional di dalam sistem ketatanegaraan. Pengujian
peratu ran perundang-undangan sesuai den gan penjenjangann ya sekarang sudah
berjalan baik. Pada era Orde Baru banyak produk peraturan perun dan gun dan gan yang bertentangan den gan peraturan perundang-un dan gan yang lebih
tetapi tidak ada lembaga pen gujian yang dapat dioperasion alkan, padahal pada
saat itu banyak sekali UU yang dinilai bertentangan den gan UUD karena
pen ggun aan atribusi kewenan gan dan banyak peraturan perun dan g-un dangan
yan g bertentangan den gan UU. Dulu m em ang ada ketentuan pen gujian
peratu ran perundan g-undan gan di bawah UU terhadap peraturan perun dan gun dan gan yang lebih tin ggi (UU No. 14 Tahun 1970 , Tap MPR No.
III/ MPR/ 1978, dan UU No. 14 Tahun 1985) nam u n tak pernah dapat
dioperasionalkan karena m em ang sen gaja dibuat den gan kekacauan teoritis agar
tak dapat dilaksanakan . Dulu tidak ada pelu ang pen gujian UU terhadap UUD
karena diasum sikan bahwa UU itu tak dapat dibatalkan m elalui judicial review
m elain kan h anya dapat dibatalkan dengan legislative review .
Tetapi lih atlah sekarang. Sejak era reform asi, lebih-lebih sejak diubahnya
UUD 1945 sam pai em pat kali sudah banyak UU yan g diuji oleh Mahkam ah
Kon stitusi (MK) sebagai wujud checks an d balances yan g bagus bagi sistem
ketatanegaraan. Sekaran g legislatif tak bisa lagi m em buat UU den gan
sem barangan atau m elalui transaksi politik tertentu sebab produk legislasi

sekarang sudah dapat diim bangi (balancing) oleh lembaga yudisial yakni MK.

Bayangkan, hanya dalam usia 3,5 tahun, tepatnya sam pai akhir 20 0 6, MK su dah
m enguji UU terhadap UUD tak kurang dari 99 kasu s. Dalam pada itu MA juga
su dah berkali-kali m em utus perm ohonan judicial review peraturan perun dan gun dan gan di bawah UU. Semua itu tak pernah dapat terjadi ketika UUD 1945
belum diam andem en.
Kem ajuan lain tam pak juga dalam kinerja DPR yan g kin i m enjadi
pem egang keku asaan m em bentuk UU. Dulu kekuasaan m em bentuk UU terletak
di tangan Presiden, namun sekarang berada di DPR sehin gga sebagai lembaga
perwakilan rakyat DPR m enjadi lebih berdaya. Berbeda 180 derajat den gan m asa
Orde Baru atau Orde Lam a. Pada era reform n asi ini sudah terdapat lebih dari 30
UU yan g lahir berdasar hak in isiatif DPR. Pada zam an Orla yan g berlangsu ng 6
tahu n dan pada m asa Orba yan g berlangsu ng 32 tahun, tak satu pun lahir UU
yan g berasal dari hak in isiatif DPR. Dalam praktik politik pun presiden sekarang
tidak lagi dapat berbuat sewen ang-wen ang seperti du lu.
Dapat ju ga dicatat bahwa berdasar UUD hasil perubahan kita telah
m engatur kemungkinan m enjatuh kan presiden dalam m asa jabatannya m elalui
pen ilaian politik dan pen ilaian hukum dengan alasan-alasan tertentu yan g
disebu tkan di dalam UUD. Pada m asa lalu pem berhen tian presiden dalam m asa
jabatannya hanya didasarkan pada pertim bangan politik yan g diatur di dalam
Tap MPR No. III/ MPR/ 1978 den gan alasan m elanggar haluan negara yan g
pen afsirannya sangat luas. Nam un pada saat ini Presiden h anya dapat dijatuh kan
(m elalui im peachm ent) den gan alasan-alasan tertentu yan g harus dibuktikan
lebih dulu secara hukum (forum previlegiatum ). Menurut pasal 7A dan pasal 7B
UUD h asil perubahan, Presiden dan atau Wakil Presiden hanya dapat dijatuh kan
jika terlibat dalam pen yuapan, korupsi, pen gkhianatan terhadap negara,
kejah atan besar, dan perbuatan tercela lainn ya, serta karena ternyata tidak
m em enuhi syarat lagi sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden .
Prosedur un tuk itu pun tidak mudah sebab untuk itu harus dilalui tiga
tahap prosedur yan g m enuntut persyaratan yan g ketat. Pertam a, im peachm en t
oleh DPR yan g m enyatakan terjadinya salah satu dari enam alasan tersebu t yan g
h arus ditetapkan dalam Sidang DPR yan g dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/ 3
seluruh anggotanya dan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/ 3 dari

seluruh yan g hadir; Kedua, forum prev ilegiatum oleh Mahkam ah Konstitusi
yakn i pem eriksaan dan putusan hukum (peradilan khusus ketatanegaraan) atas
dakwaan DPR tersebu t; Ketiga, jika pu tusan MK m em benarkan dakwaan DPR
m aka m asih harus ditem puh prosedur ketiga yakn i im peachm en t oleh MPR yan g
keputu sannya m enyaratkan dilakukan dalam sidan g MPR yang dihadiri oleh
seku rang-kurangnya ¾ dari seluruh anggotanya dan disetujui oleh sekurangku rangnya 2/ 3 dari yan g hadir.
Tak kalah pen tin g dari sem u a itu UUD 1945 hasil am andem en sudah
m em uat m asalah-m asalah HAM secara rin ci seh ingga pelaksan aanya tidak lagi
dijadikan residu kekuasaan m elain kan kekuasaanlah yang m enjadi residu HAM.
Berdasar UUD 1945 yan g asli m asalah HAM diatur secara sum ir yan g
pelaksan aannya diatribusikan kepada lembaga legislatif yan g kem udian berdasar
UU ternyata HAM dijadikan residu kekuasaan dan bukan kekuasaan yang
m enjadi residu HAM. Itulah sebabnya, baik di zam an Orla m aupun di zam an
Orba, selalu terjadi pelanggaran HAM dan kekerasan -kekerasan politik yan g
diberi wadah UU. Nam un sekarang hal tersebu t tidak dapat lagi dilaku kan
den gan m udah. Selain m emuat rin cian lengkap tentang HAM yan g tak boleh
diresidukan , UUD 1945 hasil perubahan ini sudah m emuat sistem pen gawasan
politik dan pen gawasan hukum terhadap pem erintah agar tidak gam pan g
m elaku kan pelanggaran-pelanggaran HAM. Dan nyatanya pada saat in i kasus
baru tentang pelanggaran HAM yan g m asif sudah jauh berkurang. Masalah HAM
yan g serius yang sekarang m asih m enjadi isu pen tin g dan pan as adalah m asalah
HAM pen inggalan m asa lalu dan bukan kasus-kasus yang baru mun cul setelah
era reform asi. Memang beberapa kasu s pelangaran HAM belakn gan in i m asih
m un cu l juga tetapi skalanya tidak m asif seperti du lu dan lebih banyak terjadi di
kalangan in dividu-individu atau kelom pok di dalam m asyarakat, bukan
dilaku kan oleh negara.

Ke abs ah an 4
Di dalam ToR yan g dikirim oleh Pan itia kepada saya, ditanyakan apakah
perubahan UUD 1945 yan g sudah dilakukan em pat kali itu sah ? Pertanyaan ini
wajar m uncul sebab pada bulan Pebruari lalu m encuat kontroversi tentang
keabsah an

perubahan

UUD

den gan

alasan

sudah

diberlaku kan

tanpa

dim asukkan di dalam Lem baran Negara. Sebenarnya m asalah in i sudah
dijelaskan oleh para petin ggi negara dalam bidang hukum bahwa perubahan
em pat kali su dah sah tanpa harus dim asukkan di dalam Lem baran Negara
karena secara yu ridis tidak ada satu pun ketentuan yang m ewajibkan
dim asukkannya UUD di dalam Lem baran Negara. 5
Mantan Ketua Mahkam ah Konstitusi J im ly Asshiddiqie m engatakan
bahwa penem patan UUD di dalam LN hanya adm in istratif dan tidak m enjadi
syarat berlaku nya UUD.
Mantan Ketua Mahkam ah Agun g Bagir Manan m en egaskan bahwa tak ada
keh aru san hukum untuk m enem patkan UUD di dalam LN karena pen em patan
peratu ran perun dan g-un dan gan di dalam LN itu diatur oleh UU sedan gkan UU
tak boleh m em uat ketentu an yan g m engikat UUD karena UUD adalah in duk UU.
Sedangkan m antan Menku m-H AM Ham id Awaluddin m enjelaskan bahwa
m enu rut pasal 3 ayat (2) dan (3) UU No. 10 Tahun 20 0 4 pen empatan UUD di
dalam LN hanya bersifat in form atif (publication ) dan tidak m enjadi syarat
berlaku dan m en gikatnya (prom ulgation ) UUD.
Penulis sendiri berpendapat sam a den gan ketiga petin ggi negara dalam
bidang hukum itu bahwa perubahan UUD 1945 su dah sah baik dilihat dari sudut
h istoris dan filosofis m aupun dari sudut yuridisnya.
Fa kta H is to ris
J ika dikatakan bahwa pem erintah yang bekerja di dalam UUD yan g tidak
dim asukkan di dalam LN lebih dulu tidak sah m aka pem erintah pertam a
4

Uraian tentang ini diambil dari buku saya Moh. Mahfud MD, Hukum Tak Kunjung Tegak, PT. Citra
Aditya, Bnadung, 2007.
5
Uraian di bawah ini sampai tiga sub items berikutnya diambil dari tulisan saya dengan sedikit revisi
redaksional, Moh. Mahfud MD, “UUD Tak Harus Masuk LN,” yang dimuat dalam harian SINDO, edisi
tanggal 8 Maret 2007.

Repu blik Indonesia yan g dipim pin oleh Soekaron o-H atta m enjadi tidak sah ,
padahal keabsahan kepem impinan m ereka sam a sekali tak diragukan. UUD 1945
disah kan oleh PPKI pada hari yan g sam a dengan pen gangkatan Soekarno-Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden yakni tanggal 18 Agu stus 1945, tetapi UUD
tersebu t tak pernah dim asukkan di dalam LN. UUD 1945 baru dim asukkan di
dalam Berita Negara (BN) pada tanggal 15 Pebruari 1946 yakn i den gan
m enem patkan nya di dalam BN No. 7 Tahun II, 1946. Kalau logika Ban g Ridwan
diterim a, berarti kepresiden an Soekarno-Hatta su dah tidak sah sejak semula.
Tapi toh, kita tak m enyangsikan sam a sekali bahwa kepem im pin an kepresidenan
m ereka sah secara konstitusion al dan legim ated secara politik.
Kon stitusi Negara Repu blik Idn onesia Serikat (KRIS) 1949 yan g tetap
m em pertahankan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wapres juga berlaku
tanpa pernah dim asukkan di dalam LN tetapi toh keabsahan m ereka secara
kon stitusion al tak pernah dipersoalkan.
Ke te n tu an Yu rid is
Secara yu ridis tak ada satu pun peraturan perundan g-undan gan yan g
m engharuskan dim asukkann ya UUD di dalam LN. Peraturan No. 1 Tahun 1945
yan g dikeluarkan tanggal 16 Oktober 1945 hanya m enyebut UU dan Perpres yan g
h arus dim asukkan di dalam Berita Negara (BN). Dengan dem ikian pen empatan
UUD 1945 di dalam BN itu pun bukan kewajiban hukum , bukan pem berlaku an
(prom ulgation),

m elain kan

kreasi

pem erintah

untuk

sekadar

pu blikasi

(publication).
UU yan g m engatur LN yan g pertam a dikeluarkan adalah UU Darurat No.
2 Tahun 1950 yan g dikeluarkan di bawah Konstitusi RIS 1949. UU in i kemudian
diubah m enjadi UU Federal No. 2 Tahun 1950 sebab sebu ah UU Darurat hanya
berlaku untuk sem entara sam pai ada sidang DPR yan g m engesahkannya m enjadi
UU atau m encabutnya.
Di dalam UU No. 2 Tahun 1950 in i pun tidak ada ketentuan bahwa UUD
h arus ditem patkan di dalam LN. Menu rut UU No. 2 Tahun 1950 yan g haru s
dim asukkan di dalam LN sebagai tanda berlaku dan m engikat hanyalah UU, PP,
dan UU Darurat. UUD tak disebu tkan sam a sekali.

Mungkin pernyataan ini akan dihadapkan pada fakta yu ridis berlakunya
UUDS 1950 yan g dim asukkan di dalam LN. Harus diingat bahwa UUDS 1950
ketika itu, sesuai den gan Konstitusi RIS 1949, diberlaku kan den gan sebuah UU
yakn i UU Federal No. 7 Tahun 1950 . Karen a diberlakukan den gan UU Federal
m aka sesuai den gan ketentuan UU No. 2 Tahun 1950 , UU Federal itulah yan g
h arus ditem patkan di dalam LN sebagai syarat pem berlaku ann ya, bukan UUDS
1950 -n ya.
Begitu juga pem berlaku an kem bali UUD 1945 den gan Dekrit Presiden 5
J u li 1959 yan g dim asukkan di dalam LN setelah dituangkan di dalam Keppres
No. 15 Tahun 1959 itu bukan lah keharusan hukum . Menurut UU No. 2 tahun
1950 sebu ah Keppres tak harus m asuk di dalam LN. Dim asu kkannya Kepres
tentang Dekrit itu ke dalam LN bukanlah karena syarat hukum m elain kan lebih
politis. Ketika itu banyak yang m em persoalkan konstitusion alitas Dekrit,
term asu k Hatta dan Prawoto, karena pem berlaku ann ya bertentangan den gan
UUDS 1950 . Ada ju ga yan g m engatakan bahwa Dekrit itu m em berlakan Piagam
J akarta sesuai dengan isi konsideransnya. Maka m eski tak ada keh arusan
hukum , dim asukkanlah Keppres tentang Dekrit di dalam LN den gan dilam piri
Pem bu kaaan dan naskah UUD 1945 yan g disahkan tanggal 18 Agu stus 1945
disertai den gan Penjelasan. J adi dasar pertim bangann ya adalah politis untuk
m em utus kontroversi tentang keabsah an Dekrit politis dan bahwa yang berlaku
bukan Piagam J akarta.

Lan d as an Filo s o fis
Dari su dut filosofi pun tak ada logika un tuk m engharuskan UUD
ditem patkan di dalam LN. Perin tah pen em patan di dalam LN in i adalah tradisi
hukum Eropa Kon tin ental yan g berpatokan pada legism e. Di dalam pan dan gan
in i peraturan perundang-undan gan yan g bersifat “norm atif” yakn i yan g m em uat
perin tah dan larangan yan g disertai ancam an “sanksi hukum ” harus ditem patkan
di dalam LN sesuai den gan asas “fictie.” Asas in i m engasumsikan, setiap orang
dianggap tahu hukum dan dian cam sanksi hukum jika sebuah peraturan sudah
ditem patkan di dalam LN.

Karena m asih m erupakan hukum dasar dan him npunan asas-asas m aka
UUD tak perlu dim asukkan di dalam LN sebab ia belum diturunkan dalam
bentuk norma yang disertai ancam an sanksi hukum . Pelanggaran atas kon stitu si
h anya dapat dihukum den gan sanksi politik, sedangkan pelanggaran atas isi
kon stitusi h anya dapat dihukum jika isi konstitusi itu sudah diturunkan ke dalam
bentuk n orma yang disertai an cam an san ksi hukum .
Itulah sebabnya kita tak pernah m eributkan Tap MPR/ MPRS yan g tak
pernah dim asukkan di LN padahal sam pai tahun 20 0 2 saja ada 139 Tap
MPR/ MPRS yan g berkedudukan sebagai peraturan perundang-undangan yan g
derajatnya di atas UU. Mengapa? Karena m eski kedudukannya lebih tin ggi dari
UU, Tap MPR/ MPRS itu bukan n orma yang disertai ancam an sanksi hukum .
Alahsil, dari su dut historis, yuridis, dan filosofis tidak ada alasan untu k
m engatakan bahwa UUD atau kon stitusi baru sah berlakunya kalau sudah
ditem patkan di dalam LN.
Be lu m Se m pu rn a
Perbandingan UUD 1945 sebelum dan sesudah am andem en di atas
m enegaskan pan dan gan atau penilaian penulis bahwa UUD 1945 hasil
am andem en sudah jauh lebih baik jika diban dingkan den gan UUD 1945 yan g
asli, baik dalam kon sep dasarnya m aupun dalam kenyataan praktikn ya. Krisiskrisis yan g sekarang m un cul, apalagi berbagai bencana yang muncul secara
beru ntun , tidaklah ada kaitannya dengan perubahan konstitusi. Ini perlu
ditegaskan karena m asih serin g kita m endengar pernyataan-pernyataan yan g
m anipulatif bahwa bangsa ini dilanda krisis dan berbagai bencana karena kita
m engkhianati para pendiri negara dengan m engam andem en UUD 1945.
Pernyataan seperti itu san gatlah m anipulatif dan lucu. Kalau m au jujur
seben arnya krisis yan g ada sekarang in i justru sebagai akibat atau kelanjutan
yan g belum bisa diputus dari warisan korupsi-korupsi dalam bidang ideologi,
politik,

ekon omi,

sosial,

budaya,

pertahanan ,

dan

keam anan

(ipoleksosbudhan kam ) m asa lalu ketika korupsi diban gun oleh pem erintah
den gan berlin dung di bawah UUD 1945; sem entara soal bencana alam terjadi

karena hukum alam (sunnatullah) yan g dapat diciptakan oleh kesalahan
m anajerial m anu sia, bukan karena konstitusi diubah.
Meskipun secara tegas dapat disim pulkan bahwa UUD hasil am andem en
su dah jauh lebih baik dan sah den gan segala akibat hukumnya, namun haruslah
diaku i bahwa hasil am andem en tersebut m asih m enyisakan beberapa persoalan
seh ingga ada yan g m engusulkan un tuk diperbaiki kem bali den gan am andem en
lanju tan.
Masalah-m asalah yang sekarang banyak dimun culkan m isalnya m engenai
DPD yan g dianggap tidak m em pun yai fun gsi ketatanegaraan yan g berarti,
m asalah sistem parlem en yan g dian ggap tidak tegas, m asalah sistem presidensial
yan g m enim bulkan gaya parlem enter, m asalah fungsi legislasi yan g pada
u mu mnya di negara den gan sistem Presidensial tidak dimiliki oleh Presiden 6
nam un Presiden m em pun yai hak veto (hak m enolak RUU yan g telah disetujui
oleh lembaga legislatif), m asalah kekuasaan kehakim an yan g terkait den gan
kom petensi silang antara MA dan MK, eksesivitas wewenan g MK serta
pen gawasan hakim kon stitusi oleh Komisi Yudisial, cara pen gisian jabatan
Presiden dan Wakil Presiden jika keduanya berhalangan secara bersam aan
seh ingga terjadi kekosongan pejabat dalam jabatan Presiden dan Wapres, dan
lain-lain.
Gagasan pen yem purnaan kem bali ini tidak boleh ditabukan karena
beberapa hal.
Pertam a, setiap kon stitusi m erupakan produk resu ltante atau kesepakatan
lembaga yan g diberi wewenan g untuk m embuat (dan m engubahnya) berdasar
situ asi ipoleksosbudhankam pada waktu tertentu sehin gga jika situasinya
beru bah m aka konstitusinya juga dapat diubah kem bali den gan resultante baru
agar sesuai den gan perkem bangan kebutuh an dan tun tutan zam an.
Kedua, ketika kita m elaku kan perubahan dulu ada kemungkin an
didom inasi atau dipen garuh i secara ku at oleh su asana em osi dan euphoria yan g

6

Sejauh ini negara-negara yang memakai sistem Presidensial menyerahkan kekuasaan legislasi sepenuhnya
kepada lembaga perwakilan rakyat (Parlemen, Kongres, atau nama lain) sedangkan Presiden mempunyai
hak veto. Di dunia ini hanya ada dua negara dengan sistem Presidensial yang Presidennya mempunyai hak
legislasi bersama parlemen yakni Indonesia dan Puerto Rico.

kem udian m enam pung dan m enuangkan berbagai gagasan un tuk am andem en
kon stitusi tanpa pertim bangan yang m atang.
Ketiga,

dalam

kenyataann ya

UUD

1945

hasil

perubahan

telah

m enim bulkan beberapa m asalah di lapan gan baik karena ketidakjelasan konsep
m aupun karena tidak antisipatif terhadap m asalah konstitusion al yan g dapat
tim bu l kemudian .
Keem pat, UUD 1945 hasil perubahan itu sen diri m em ang m em buka
pelu ang m elalui prosedur dan pem batasan tertentu yan g san gat ketat untu k
dilaku kannya perubahan kem bali jika diperlukan sesuai den gan teori resu ltante
sebagaim an a dikemukakan oleh K.C. Wh eare.
Mas a lah Pilih an Po litik
Akhirnya perlu ditegaskan di sini bahwa isi konstitusi itu m erupakan
pilih an politik yan g disepakati oleh lembaga poem bu atnya yan g diberi wewenan g
kon stitusion al. J adi isi konstitusi itu tidak ada kaitannya secara mutlak den gan
soal benar atau salah dan den gan soal baik atau jelek di antara pendapatpen dapat dan kehendak-kehendak yan g berbeda-beda m engenai isi konstitusi
tersebu t. Sem uanya benar dan baik m enurut perspektif teori dan dalil yan g
dipakainya, sebab kebaikan dan kebenaran ilm iah dan konstitusi itu m em ang
relatif dan san gat tergantu ng pada perspektif teori dan dalil-dalil yan g
dipergun akannya. Ini sam a belaka den gan putusan hakim yan g belum tentu
benar, sebab pu tusan hakim atas satu kasus bisa berbeda jika kasus itu diperiksa
oleh h akim lain baik hakim pengadilan yan g lebih tin ggi m aupun hakim
pen gadilan yan g sejajar untuk kasus yang isinya sam a.7
Oleh sebab itu keberlakuan konstitusi itu bukan karena ia lebih benar atau
lebih baik daripada yan g lain m elain kan karena ia disepakati un tuk dipilih dan
ditetapkan sebagai kon stitusi yan g berlaku sehingga yan g ditetapkan oleh
lembaga yan g berwenan g itu lah yan g m engikat untuk dilaksan akan sebelum
diubah secara konstitusional pula.

7

Pernah ada putusan yang berbeda untuk kasus yang sama, tentang penyelundupan mobil mewah, yang
diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Cirebon.

Perlu ditegaskan bahwa m eskipun ada teori atau pem ban ding yan g
dianggap baik dari negara-n egara lain tetapi teori atau pem bandin g itu sam a
sekali tidak m engikat untuk dikuti sebab kita dapat m em buat konstitusi versi kita
sen diri dengan segala m odifikasinya.
Pokoknya, apa pun wujudnya, yang disepakati dan ditetapkan sebagai
kon stitusi oleh lembaga yan g berwenan g itulah yan g berlaku m engikat tanpa
dikait-kaitkan dengan teori atau pem banding di negara lain. Nam un pernyataan
in i tak dapat diartikan bahwa kita tak boleh m engikuti teori atau konstitusi yan g
berlaku di negara lain . Prinsipn ya, boleh ikut dan boleh juga tidak.