M003-1 ALUMINIZING BESI TUANG NODULAR: PENGARUH UKURAN PELLET ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN LAPISAN INTERMETALIK

  

ALUMINIZING BESI TUANG NODULAR: PENGARUH UKURAN PELLET

ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN LAPISAN INTERMETALIK

1) 2)

Dody Prayitno , Christina Eni P

  Jurusan Teknik Mesin, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No 1 Jakarta Barat 11440

  

Email:

Abstrak.

Aluminizing merupakan salah satu teknologi meningkatkan kekerasan permukaan. Proses aluminizing

menyebabkan terbentuknya lapisan intermetalik (Fe-Al) pada permukaan. Penelitian terdahlulu

membuktikan bahwa Aluminium dalam bentuk pellet berhasil digunakan untuk aluminizing

permukaan-dalam sebuah produk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ukuran pellet

aluminium terhadap kekerasan lapisan intermetalik. Metodologi penelitian diawali membor

permukaan sampel besi tuang nodular agar diperoleh permukaan dalam. Selanjutnya pellet aluminium

dimasukkan kedalam lubang. Kemudian sampel dimasukkan kedalam dapur pemanas selama 2 jam

o pada suhu 800

  C. Lalu sampel di keluarkan dan didinginkan. Kemudian sampel dipotong melintang

dan di poles. Akhirnya lapisan intermetalik diuji kekerasan mikro. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ukuran pellet berpengaruh terhadap kekerasan lapisan intermetalik yang terbentuk.

  Kata kunci: pellet, intermetalik, aluminizing, kekerasan mikro.

  Pendahuluan

  Salah satu cara meningkatan kualitas kehidupan adalah menghadirkan produk-produk teknologi tinggi dalam kehdiupan sehari hari. Produk tersebut harus ditunjang oleh material yang berkualitas tinggi seperti ketahanan aus yang tinggi. Ketahanan aus material logam baja dapat dinaikkan dengan meningkatkan kekerasan permukaannya.

  Ada beberapa metode untuk meningkatkan kekerasan permukaan. Pertama adalah perlakuan panas yang memerlukan energi panas yang relatif besar. Kedua adalah shoot peening. Shoot peening akan lebih mudah dilakukan bila bentuk sampel tidak rumit dan disayangkan sukar dilakukan untuk permukaan-dalam. Ketiga adalah aluminizing. Proses aluminizing konvensional dilakukan dengan cara merendam artikel didalam cairan aluminium (Ryabov, 1985). Perendaman akan mewujudkan lapisan intermetalik pada seluruh permukaan dan menyebabkan kekerasan permukaan meningkat. Proses aluminizing konvensional sangat sukar dilaksanakan apabila permukaan sampelnya adalah selektif, seperti permukaan-dalam.

  Murakami. memperkenalkan metode powder liquid coating untuk membentuk lapisan intermetallic ferrous-aluminium pada besi murni dan stainless steel ( Murakami, 2004). Pemakaian o serbuk aluminium suhu pemanasan 800 C dan waktu tahan 120 menit tidak berhasil membentuk lapisan intermetalik pada permukaan-dalam besi tuang nodular. Lapisan intermetalik berhasil terbentuk pada sebuah permukaan-dalam besi tuang nodular, dengan menggunakan bentuk pellet aluminium sebagai pengganti bentuk serbuk (Dody, 2009). Prosesnya sebagai berikut. Pellet aluminium berukuran kecil dimasukkan kedalam rongga produk besi tuang nodular, kemudian o dipanaskan pada suhu 800 C selama 1 – 2 jam. Pellet aluminium akan mencair dan bereaksi dengan permukaan besi tuang nodular. Lapisan intermetallik akan terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran pellet terhadap pembentukan lapisan intermetalik pada permukaan-dalam besi tuang nodular.

  Studi Pustaka

  Metode powder liquid coating berhasil membentuk lapisan intermetallik ferrous- aluminium pada besi murni dan stainless steel. Proses dilakukan pada suhu diatas 800 C. (Murakami 2004). o

  Pada suhu 800

  C, lapisan intermetalik berhasil dibentuk pada permukaan besi tuang nodular dengan menggunakan aluminium berbentuk pellet sebagai pengganti bentuk aluminium serbuk. Waktu proses selama 3 jam. Pellet aluminium mencair dan bereaksi dengan besi tuang di interface sehingga terbentuk lapisan intermetalik. (Dody 2009) Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu aluminizing terhadap kekerasan mikro o pada lokasi 5-10 • m dibawah permukaan besi tuang nodular. Pada suhu 800 C kekerasan mikro yang diperoleh adalah hampir seperti kekerasan besi tuang yang tidak mengalami aluminizing o (initial sampel) yaitu 236 HVN. Namun bila suhu aluminizing turun menjadi 700

  C, kekerasan micron besi tuang nodular turun menjadi sekitar 167 HVN. Menurunnya kekerasan mikro pada lokasi pengamatan dipastikan bukan efek lapisan intermetalik, melainkan karena adanya perubahan mikrostruktur matrik besi tuang nodular. Pada kondisi ini sampel mengalami perlakuan panas saja. Sampel dengan kandungan pearlite yang lebih banyak dibandingkan ferrite akan memiliki kekerasan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pearlite sedikit dan ferrit banyak.(Dody 2010)

  Gambar 1 memperlihatkan perubahan mikrostruktur matrik besi tuang nodular yang o dialuminizing sebagai akibat pertambahan waktu tahan dari 30 menit ke 150 menit pada suhu 800

  C. Pada waktu tahan 30 menit, terlihat graphit didalam matrix ferrite bebas dengan sedikit pearlite (gambar 1(a)). Bila waktu tahan meningkat hingga mencapai 120 menit, matriks ferrit yang gambar juga telihat adanya fasa interdendritik (gambar 1(b)). Jika waktu tahan terus ditingkatkan hingga mencapai 150 menit, mikrostrukturnya hampir sama dengan mikrostruktur dengan waktu tahan 120 menit, namun disini terlihat adanya fasa carbida dan interdendritik. (gambar 1(c)) .

  (a) 30 menit (b) 120 menit (c) 150 menit Gambar 1 Mikrostruktur Besi Tuang Nodular dilokasi 5 – 10 mikro dibawah permukaan. Suhu o pemanasan 800 C dan waktu tahan yang berbeda. Pembesaran 200x

  Hasil pengujian laju keausan memperlihatkan pada kecepatan putar 100 rpm, laju keausan besi tuang nodular teraluminizing lebih kecil dibandingkan dengan besi tuang nodular tidak teraluminizing. Namun pada kecepatan putar 355 rpm, laju keausan besi tuang nodular teraluminizing lebih besar daripada besi tuang nodular tidak teraluminizing (initial sampel).(Dody,2010)

  Metodologi Penelitian

  Penelitian diawali dengan membor besi tuang nodular. Lubang diasumsikan sebagai permukaan-dalam. Kemudian pellet dengan ukuran tertentu dimasukkan kedalam masing – masing lubang sampel. Ukuran pellet sebagai berikut : 10x10x10 mm (group pellet 4); 10x8x8 mm (group Pellet 3) ; 10x5x5 mm (group pellet 2) dan 10x3x3 mm (group pellet 1). Selanjutkan sampel o dipanaskan pada suhu 800 C selama 120 menit. Pellet akan mencair. Kemudian sampel didinginkan pada suhu ruang Lalu Sampel dipotong melintang. Kemudian sampel diamplasyang dilanjutkan poles Lapisan intermetalik kemudian diuji kekerasan mikro. Akhirnya seluruh data dianalisis dengan menggunakan software MINITAB untuk dibuat simpulan.

  Hasil penelitian dan pembahasan

  Berdasarkan pengamatan, ketika sampel besi tuang nodular dikeluarkan dari dalam dapur pemanas seluruh sampel ukuran pellet telah mencair. Pellet 4 telah mencair sehingga mampu mengikuti bentuk permukaan dalam besi tuang nodular. Namun ketika proses pendinginan selesai ternyata tidak terjadi penyatuan pellet pada setiap sampel seperti terlihat pada gambar 2. Pellet- mudah untuk dilepas dari permukaan dalam karena tidak melekat.

  Walaupun bagaimana proses aluminizing dengan menggunakan aluminium dalam bentuk pellet telah berhasil membentuk lapisan intermetalik pada permukaan dalam besi tuang nodular seperti terlihat pada Gambar 3. a)Pellet 1 b)Pellet 2 c)Pellet 3 4)Pellet 4

  Gambar 3. Lapisan intermetalik telah mengalami uji kekerasan mikro

  Analisa kekerasan mikro lapisan intermetalik

  Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ukuran pellet terhadap kekerasan lapisan intermetalik dilakukan uji Anova dengan menggunakan software Minitab. Langkah pertama adalah memastikan apakah data setiap grup terdistribusi secara normal. Jika data terdistribusi secara normal maka langkah kedua adalah melakukan uji beda nilai kekerasan intermetalik rata-rata semua grup (dengan Anova). Bila pada langkah kedua terdapat perbedaan nilai rata-rata antar grup maka langkah ke tiga adalah uji T untuk dua grup sampel. Akhirnya dianalisis pengaruh ukuran pellet terhadap kekerasan mikro intermetalik.

  Uji kenormalan dan Anova untuk kekerasan mikro lapisan intermetalik

  Hasil uji kenormalan memperlihatkan bahwa data-data setiap grup sampel terbukti terdistribusi secara normal. Karena data terbukti terdistribusi secara normal, maka langkah selanjutnya adalah uji beda nilai kekerasan intermetalik rata-rata semua grup (dengan Anova). Hasil Uji Anova pada semua grup sampel memperlihatkan bahwa ukuran pellet ada yang mempengaruhi kekerasan mikro lapisan intermetalik. (tabel 1)

  Untuk mengetahui ukuran pellet mana yang mempengaruhi kekerasan mikro lapisan intermetalik perlu dilakukan uji -t untuk setiap dua grup sampel.

  

Tabel 1. Nilai kekerasan mikro lapisan intermetalik rata-rata.

  Group pellet N Rata-rata Simpangan baku Z 16 14 368.68

  34.60 Z 17 14 377.21

  22.91 Z 18 14 389.02

  16.64 Z 20 14 417.58

  19.57 Uji -t Dari hasil uji Anova telah diketahui bahwa ukuran pellet ada yang mempengaruhi kekerasan mikro lapisan intermetalik. Untuk mengetahui grup sampel yang berpengaruh terhadap kekerasan mikro lapisan intermetalik maka dilakukan uji -t untuk setiap dua grup sampel. Hasil uji -t dengan menggunakan software minitab menghasilkan hal berikut: a. Hasil uji -t untuk grup sampel Z 16 Versus Z 17 membuktikan bahwa secara statistik grup Z 16 dan grup Z 17 adalah sama. Ini dimaksudkan bahwa ukuran pellet pada Z16 dan Z 17 tidak menyebabkan kekerasan mikro lapisan intermetalik berbeda.

  b.

  Hasil uji -t untuk grup sampel Z 17 Versus Z 18 membuktikan bahwa secara statistik grup Z 17 dan grup Z 18 adalah sama. Ini dimaksudkan bahwa ukuran pellet pada Z17 dan Z 18 tidak menyebabkan kekerasan mikro lapisan intermetalik berbeda.

  c.

  Hasil uji -t untuk grup sampel Z 18 Versus Z 20 membuktikan bahwa secara statistik grup Z 18 dan grup Z 20 adalah tidak sama. Ini dimaksudkan bahwa ukuran pellet pada Z18 dan Z 20 menyebabkan kekerasan mikro lapisan intermetalik berbeda.

  d.

  Hasil uji -t untuk grup sampel Z 17 Versus Z 20 membuktikan bahwa secara statistik grup Z 17 dan grup Z 20 adalah tidak sama. Ini dimaksudkan bahwa ukuran pellet pada Z17 dan Z 20 menyebabkan kekerasan mikro lapisan intermetalik berbeda

  Hasil uji -t untuk grup sampel Z 16 Versus Z 20 membuktikan bahwa secara statistik grup Z 17 dan grup Z 20 adalah tidak sama. Ini dimaksudkan bahwa ukuran pellet pada Z17 dan Z 20 menyebabkan kekerasan mikro lapisan intermetalik berbeda

  Berdasarkan hasil uji -t diketahui bahwa kekerasan mikro lapisan intermetalik grup sampel Z 16, Z 17 dan Z 18 secara statistik adalah sama. Namun nilai kekerasan mikro lapisan intermetalik grup Z 20 adalah berbeda dengan Z 16, Z 17 dan Z 18

  

Tabel 2. Hubungan volume pellet kekerasan mikro lapisan intermetalik

  Kekerasan mikro lapisan Kode sampel Volume satu pellet Jumlah pellet yang intermetalik 3 BTN (mm ) digunakan Rata-rata Simpangan

  (HVN) baku Z 16 1000 1 368.68

  34.60 Z 17 640 4 377.21

  22.91 Z 18 250 4 389.02

  16.64 Z 20

  90 3 8 417.58

  19.57 Ukuran volume yang kecil ( 90 mm ) memungkinkan pellet akan lebih cepat cair 3 dibandingkan bila volumenya besar (yaitu 250 ; 640; 1000 mm ). Semakin lebih cepat cair menyebabkan kontak antara cairan aluminium dengan permukaan besi tuang nodular pada interface akan semakin sempurna. (Tabel 2) o

  Pada penelitian terdahulu, pada suhu 800 C dan waktu pemanasan 2 jam, aluminium dalam bentuk serbuk tidak mengalami pencairan. Hal ini disebabkan panas yang diterima adalah sama dengan panas yang dikeluarkan oleh serbuk aluminium.

  Analisa kekerasan mikro base metal.

  Contoh Jejak hasil uji kekerasan mikro pada base metal diperlihatkan pada gambar 4.

  Gambar 4. Hasil uji kekerasan mikro di base metal Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ukuran pellet terhadap kekerasan base metal dilakukan uji Anova dengan menggunakan software Minitab. Langkah pertama memastikan apakah data setiap grup terdistribusi secara normal. Jika data terdistribusi secara normal maka langkah kedua adalah melakukan uji beda nilai kekerasan base metal rata-rata semua grup. Bila pada langkah kedua tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antar grup maka uji dihentikan. Akhirnya dianalisis pengaruh ukuran pellet terhadap kekerasan base metal.

  Hasil uji kenormalan memperlihatkan bahwa seluruh data pada setiap sampel terdistribusi secara normal Karena data terbukti terdistribusi secara normal, maka langkah kedua adalah uji beda nilai kekerasan intermetalik rata-rata semua grup (dengan Anova). Hasil uji Anova dapat diketahui bahwa ukuran pellet tidak berpengaruh pada kekerasan base metal (Tabel 3)

  

Tabel 3 Nilai rata -rata dan simpangan baku kekerasan mikro base metal.

  Kode sampel N HVN Simpangan baku Z16 6 348.09

  18.21 Z17 6 347.62

  8.78 Z18 6 351.62

  17.41 Z20 6 355.07

  14.74 Kesimpulan

  a). Kekerasan mikro lapisan intermetalik tidak berubah bila ukuran volume pellet menurun dari 3 3 1000 mm hingga ke ukuran 250 mm .

  b). Kekerasan mikro lapisan intermetalik mulai meningkat bila ukuran volume pellet mencapai 90 3 mm .

  c). Kekerasan base metal tidak dipengaruhi oleh ukuran volume pellet.

  Ucapan terima kasih

  Penelitian ini dibiayai oleh Skim Bantuan Biaya Penelitian Hibah Bersaing bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta KOPERTIS Wilayah III Jakarta dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan pekerjaan nomor 030/L3/KU/K/2011 tanggal 23 Maret 2011.

  Daftar pustaka

  Dody Prayitno; Norosmimi Abdul Razak 2006, Effek Suhu Rendaman pada Metode Aluminizing Terhadap kekuatan Baja Karbon Rendah, Jurnal Teknik Mesin, Volume 6 No 3 Dody Prayitno; Norosmimi Abdul Razak 2007, Effek Pemanasan Pendahuluan pada metode Aluminizing terhadap kekuatan baja karbon Rendah, Jurnal POROS, Volume 10 No 2 Dody Prayitno , 2009, Pembentukan lapiran intermetalik dengan metode powder liquid coating

  

sebagai upaya alternative pengerasan permukaan besi tuang nodular , Laporan penelitian Hibah

  Bersaing 2009 DIKTI Kementerian Pendidikan Nasional Dody Prayitno , 2010, Pembentukan lapiran intermetalik dengan metode powder liquid coating

  

sebagai upaya alternative pengerasan permukaan besi tuang nodular , Laporan penelitian Hibah

  Bersaing 2010 DIKTI Kementerian Pendidikan Nasional Murakami, Nishida Norihide, Kozo Osamora, Yo Tomota, Tetsuya Suzuki, 2004, Aluminization of High Purity Iron and Stainless steel by Powder Liquid Coating, Acta Materilia 52, Elsevier, p 2173-2184 Ryabov VR , 1985, Aluminizing of Steel, Oxonian Press PVT ltd, New Delhi