Penjabaran Perka BNPB No. 14 2014 tentan

Seri Artikel Peraturan PB

Perka BNPB No. 14/2014 tentang Penanganan, Perlindungan dan
Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam PB*
oleh: Djuni Pristiyanto**
“Disabled people are not only the most deprived human beings
in the developing world, they also the most neglected.”
Amartya Sen
Bangsa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hakhak Penyandang Disabilitas (Convention on the
Rights of Persons with Disabilities) melalui UndangUndang Nomor 19 Tahun 2011. Dengan demikian,
Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan isi
konvensi sepenuhnya. Prinsip umum konvensi adalah
meningkatkan pemenuhan hak-hak penyandang
disabilitas termasuk dalam hal aksesibilitas terhadap
penyelenggaraan penanggulangan bencana (PB).
Dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional
pada tanggal 3 Desember 2016 di Istana Negara,
Jakarta, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa
negara harus hadir untuk memastikan hak kaum
disabilitas dipenuhi dan dilindungi. 1 Hal ini menjadi
momentum penting untuk menggugah kesadaran akan pentingnya pemenuhan hak

dan perlindungan hak disabilitas di semua bidang, termasuk di bidang PB.
Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan terhadap
penyandang disabilitas telah dibentuk namun peraturan perundang-undangan terkait
perlindungan penyandang disabilitas dalam PB belum ada. Memandang pentingnya
adanya peraturan terkait penyandang disabilitas dalam PB maka dikeluarkanlah
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 14 Tahun 2014
tentang Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam
Penanggulangan Bencana (Perka BNPB No. 14/2014) oleh Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif pada tanggal 16 Oktober 2014 di
Jakarta. Isi peraturan ini terdiri dari 5 bab, 22 pasal, dan 8 halaman. Struktur isi per
bab Perka BNPB No. 14/2014 antara lain:
 Bab I Ketentuan Umum
 Bab II Penanganan dan Perlindungan Penyandang Disabilitas
 Bab III Pemenuhan Hak dan Kebutuhan Penyandang Disabilitas

Bagian Kesatu Prabencana

Bagian Kedua Tanggap Darurat

Bagian Ketiga Pascabencana

 Bab IV Ketentuan Peralihan
 Bab V Ketentuan Penutup
1

Hari Disabilitas Internasional, Penuhi Hak Penyandang Disabilitas
http://print.kompas.com/baca/2015/12/04/Penuhi-Hak-Penyandang-Disabilitas?utm_source=bacajuga.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2015.

1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan penyandang disabilitas adalah orang
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka
waktu tertentu atau permanen, yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
masyarakat dapat memenuhi hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Sedangkan yang dimaksud
dengan penyandang disabilitas ganda atau tunaganda adalah orang yang memiliki
lebih dari satu jenis keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam
jangka waktu tertentu atau permanen, yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dan masyarakat dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Tujuan Perka BNPB No. 14/2014 adalah sebagai pedoman dalam penanganan,
perlindungan dan partisipasi penyandang disabilitas dalam penyelenggaraan PB
dalam situasi tidak ada bencana, pada saat tanggap darurat dan setelah kejadian
bencana. Dengan demikian dalam penyelenggaraan PB, setiap penyandang
disabilitas mendapatkan perlindungan dari perlakuan yang tidak manusiawi,
penyiksaan, eksploatasi, kekerasan dan perlakuan semena-mena, serta
mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan prinsip
kesamaan hak, termasuk memperoleh pelayanan sosial dalam rangka kemandirian.
Prinsip-prinsip dasar
penanganan, perlindungan dan partisipasi penyandang
disabilitas dalam PB antara lain:
1. Penghormatan atas martabat manusia dan kebebasan individu untuk
menentukan pilihan demi kemandirian pribadi.
2. Nondiskriminasi.
3. Partisipasi aktif dalam masyarakat.
4. Penghormatan atas perbedaan sebagai bagian dari keragaman dan
kemanusiaan.
5. Kesamaan kesempatan dan iklusi pada semua bidang.
6. Kemudahan akses.
7. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

8. Penghargaan atas kapasitas penyandang disabilitas anak untuk bertumbuhkembang dan hak-hak mereka atas perlindungan identitas.
Untuk melakukan penanganan dan perlindungan penyandang disabilitas maka BNPB
dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membentuk unit layanan
disabilitas di lingkungannya masing-masing. Unit layanan disabilitas ini dapat terdiri
dari satu orang atau satu tim pada unit kerja yang relevan. Unit layanan disabilitas di
BNPB ditetapkan dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama dan di BPBD
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BPBD. Tugas unit layanan disabilitas
antara lain:
1. Menyediakan rekomendasi kebijkan penanganan penyandang disabilitas
dalam PB.
2. Melakukan perencanaan serta penganggaran program dan kegiatan
penanganan dan perlindungan penyandang disabilitas dalam PB.
3. Melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L), Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan para pihak terkait dalam hal kebijkan, program
dan kegiatan.
4. Mengidentifikasi dan memfasilitasi pemenuhan hak dan kebutuhan
penyandang disabilitas dalam PB.

2


5. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan.
6. Mempromosikan pemenuhan hak dan kebutuhan penyandang disabilitas
dalam PB.
7. Memfasilitasi kerjasama para pihak dalam rangka pemenuhan hak dan
kebutuhan penyandang disabilitas dalam PB.
8. Melaporkan hasil pelaksaan kebijakan, program dan kegiatan kepada
Sekretaris Utama di lingkungan BNPB dan Kepala Pelaksana di lingkungan
BPBD.
Unit layanan disabilitas mengidentifikasi,
mengumpulkan,
menganalisis,
mendokumentasikan, memutakhirkan, dan menyebarluaskan data dan informasi
terkait penyandang disabilitas. Data dan informasi itu dipilih berdasarkan jenis
kelamin, kelompok umur, jenis disabilitas, derajat disabilitas, dan wilayah.
Perencanaan kebijakan, program dan kegiatan penanganan dan perlindungan
penyandang disabilitas dalam PB tertuang dalam rencana strategis dan rencana
kerja BNPB dan BPBD. Perencanaan tersebut dilakukan berdasarkan analisis
kebutuhan yang didukung dengan data yang valid dan akurat. Sebagai hasil
perencanaan adalah anggaran penanganan dan perlindungan penyandang
disabilitas.

Dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan penyandang disabilitas, kebijakan,
program dan kegiatan dalam semua aspek penyelenggaraan PB wajib menyediakan
kemudahan akses bagi penyandang disabilitas. Disini pengertian kemudahan akses
adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Kemudahan akses ini bersifat fisik dan non-fisik. Kemudahan akses fisik menyangkut
sarana, prasarana dan perlengkapan fisik sesuai dengan standar dan/atau aturan
yang berlaku dalam K/L dan sektor. Sedangkan kemudahan akses non-fisik berupa
pemberian prioritas dalam penyediaan layanan dan penyediaan akses informasi.
Dalam hal ini prioritas khusus diberikan kepada penyandang disabilitas ganda, yaitu:
(1) Bayi, balita dan anak-anak; (2) Ibu hamil dan/atau menyusui; dan (3) Orang lanjut
usia.
Dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan sesuai aspirasi penyandang disabilitas,
semua aspek penyelenggaraan PB wajib melibatkan penyandang disabilitas secara
aktif dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi serta dalam
Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB). Pelibatan ini dapat berupa
perorangan dan/atau organisasi penyandang disabilitas, serta didasarkan pada jenis
dan derajat disabilitas, kelompok umur, jenis kelamin dan wilayah.
Setiap aspek PB wajib mengembangkan kemandirian penyandang disabilitas melalui
pengembangan kapasitas untuk: (1) Penyandang disabilitas; (2) Tenaga pendamping

penyandang disabilitas; (3) Keluarga penyandang disabilitas; dan (4) Masyarakat
umum.
Pengembangan kapasitas penyandang disabilitas dilaksanakan melalui: (1) Layanan
pendidikan baik formal maupun informal; dan (2) Latihan-latihan, simulasi dan geladi
bencana. Pengembangan kapasitas yang dilakukan melalui penyampaian data dan

3

informasi wajib menyesuaikan dengan jenis dan derajat disabilitas.
Pemenuhan hak dan kebutuhan penyandang disabilitas dalam PB meliputi
prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Dalam prabencana, sistem
peringatan dini wajib menjangkau penyandang disabilitas secara tepat waktu dan
akurat danmelalui media yang sesuai dengan jenis serta derajat disabilitas. Selain itu
setiap rumah tangga dengan anggota penyandang disabilitas wajib memiliki rencana
kesiapsiagaan di tingkat rumah tangganya masing-masing.
Pada saat tanggap darurat bencana, pemenuhan kebutuhan dasar pangan dan nonpangan, sandang, penampungan/hunian sementara, air bersih dan sanitasi serta
layanan kesehatan dan kebutuhan khusus dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan
minimum.
Fasilitas

penampungan
dan
hunian
sementara
memperhitungkan kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk melakukan
kegiatan-kegiatan rumah tangga utama dan kegiatan terkait mata pencarian.
Penyediaan bantuan pangan wajib dilaksanakan secara tepat waktu dan layak untuk
meminimalkan risiko dan meningkatkan status gizi, kesehatan dan kemampuan
bertahan hidup penyandang disabilitas.
Untuk pemenuhan kebutuhan pasokan air bersih dan sanitasi wajib memenuhi
kebutuhan khusus penyandang disabilitas. Penyelenggaraan pendidikan dalam
situasi bencana wajib memastikan pendidikan peserta didik penyandang disabilitas
tetap berlangsung dalam kondisi aman, terlindung, dan memperhatikan aspek
psikososial. Pendampingan psikososial bagi penyandang disabilitas disediakan
sesuai dengan jenis dan derajat disabilitas.
Alat bantu dan pendampingan khusus bagi penyandang disabilitas disediakan sesuai
dengan jenis dan derajat disabilitas. Pendampingan khusus itu dapat berupa
pelayanan terapi untuk mengembalikan fungsi tubuh seperti semula.
Dalam situasi bencana, wajib memastikan penyandang disabilitas terdampak
bencana dilindungi dari tindakan kekerasan dan paksaan, terhindar dari dorongan

untuk bertindak di luar kemauan serta rasa takut. Selain itu penting untuk
memastikan harta benda dan aset milik penyandang disabilitas korban bencana dari
pencurian dan penguasaan pihak lain.
Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana harus berorientasi
kepada upaya pengurangan risiko bencana (PRB) dan pemenuhan kebutuhan
khusus penyandang disabilitas.
Dengan diterbitkannya Perka BNPB No. 14/2014 ini maka peraturan-peraturan lain
yang mengatur penyelenggaraan PB dan PRB wajib menyesuaikan dengan
peraturan ini.
Perka BNPB No. 14/2014 ini ditetapkan pada tanggal 16 Oktober 2014, berdasarkan
kondisi terbaru ada peraturan yang lebih tinggi lagi dari Perka BNPB No. 14/2014,
yaitu disahkannya Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas pada tanggal 17
Maret 2016 dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI). Dari naskah Rancangan Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas
itu, bagian-bagian yang terkait dengan PB dapat dilihat di bawah ini.

4

Penyandang disabilitas memiliki hak pelindungan dari bencana [Pasal 5, ayat (1),
huruf o].

Hak pelindungan dari bencana untuk penyandang disabilitas meliputi hak [Pasal 20]:
1. Mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana.
3. Mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi dalam
keadaan bencana.
4. Mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi yang mudah
diakses.
5. Mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah diakses di lokasi
pengungsian.
Perlindungan dari bencana [Pasal 109]:
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengambil langkah yang diperlukan
untuk menjamin penanganan penyandang disabilitas pada tahap prabencana,
saat tanggap darurat, dan pascabencana.
2. Penanganan penyandang disabilitas harus memperhatikan akomodasi yang
layak dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas.
3. Penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dalam PB.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan penyandang disabilitas serta
partisipasi penyandang disabilitas diatur dengan peraturan pemerintah.
Setiap orang dilarang menghalang-halangi dan/atau melarang penyandang
disabilitas untuk mendapatkan hak pelindungan dari bencana [Pasal 143, huruf k].

Untuk ke depan, antara Perka BNPB No. 14/2014 dan Undang-Undang tentang
Penyandang Disabilitas perlu dilakukan penyelarasan. Apabila memungkinkan maka
Perka BNPB No. 14/2014 perlu direvisi dengan menyesuaikan isi undang-undang
tersebut karena substansi isinya yang lebih luas dan komprehensif.
Akhir kata, semoga dalam penyelenggaraan PB dan dengan mengacu kepada Perka
BNPB No. 14/2014 ini maka penyandang disabilitas akan mendapatkan perlakuan
yang manusiawi, serta mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
fisiknya berdasarkan prinsip kesamaan hak, termasuk memperoleh pelayanan sosial
dalam rangka kemandirian.
Unduh file elektronik Perka BNPB No. 14/2014 di Website BNPB:
http://bnpb.go.id/uploads/regulation/1085/Perka%20No%2014%20Tahun%202014.p
df
-------------------------------

*Dimuat di Website BNPB http://bnpb.go.id/berita/2915/perka-bnpb-no-142014tentang-penanganan-perlindungan-dan-partisipasi-penyandang-disabilitas-dalam-pb
pada 24 April 2016 13:53 WIB.
**Djuni Pristiyanto adalah pegiat di bidang kebencanaan dan lingkungan serta
penulis dan editor penuh waktu, tinggal di Bojong Gede, Bogor. Djuni belajar secara

5

otodidak mengenai bidang lingkungan, kebencanaan dan kepenulisan. Selain itu,
Djuni juga mengelola Milis Bencana dan Milis Lingkungan. Djuni membuat Milis
Bencana pada 22 Agustus 2007 dan hingga 11 Maret 2016 anggota milis mencapai
5.114 serta jumlah email beredar di milis mencapai 10.867 dengan berbagai macam
informasi dan diskusi mengenai isu-isu penanggulangan bencana aktual. Kontak:
Email, Facebook, Twitter, Linkedin, Blog pribadi.

6