Arahan Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabu (1)

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
KuasaNya, makalah yang berisikan Arahan Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabuptaen
Lamongan Dengan Konsep Agropolitan ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
dibuat dalam memenuhi evaluasi IV mata kuliah Ekonomi Wilayah. Kami ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg dan Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. selaku
dosen pengajar mata kuliah Ekonomi Wilayah.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian makalah ini
3. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan terkait proses penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah di masa
mendatang. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat
pada umumnya.

Surabaya, Mei 2016

Penyusun


ii

DAFTAR ISI

2.5Konsep Agropolitan.........................................................................................................11
2.5.1Ciri-Ciri Kawasan Agropolitan................................................................................16
2.5.2Kriteria Penetapan Kawasan Agropolitan................................................................16
2.5.3 Konsep Struktur Tata Ruang Kawasan Agropolitan................................................18
2.5.4Kelebihan dan Kekurangan Konsep Teori Agropolitan............................................19
4.1 Analisa Sektor Unggulan................................................................................................31
4.2 Analisa Subsektor dan Komoditas Unggulan.................................................................32

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi sekarang ini, kota-kota besar maupun kawasan-kawasan strategis di
Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan dimana satu sama lain

akan

terikat

dalam

suatu

sistem

pengembangan

dan

saling

ketergantungan

(complementarity and independency). Pembangunan nasional yang diarahkan pada
pembangunan daerah, berdasarkan UU 32 tahun 2004 pada dasarnya adalah untuk

memacu pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Di tingkat regional, pembangunan wilayah yang ditinjau dari aspek ekonomi harus
menjadi

prioritas

utama

dalam

menggerakkan

ekonomi

nasional.

Namun,

pada


kenyataannya Pemerintah Propinsi Jawa Timur masih mengalami kekurangan, yaitu masih
terbatasnya pemberian wewenang kepada pemerintah lokal dalam mengelola potensi
ekonominya. Untuk itu, agar pembangunan wilayah secara regional berjalan optimal, maka
Pemerintah Propinsi Jawa Timur idealnya dapat mendelegasikan wewenang kepada daerah
kabupaten/kota untuk mengembangkan dan mengelola wilayahnya sendiri.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah dalam rangka kesejahteraan masyarakat. Melalui pemberlakuan sistem
otonomi daerah (desentralisasi) maka pemerintah daerah dituntut kreatif dan bijak dalam
upaya memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerahnya. Untuk itu perlu
diketahui

sector-sektor

apa

sajakah

yang


berpotensi

untuk

dikembangkan

agar

pertumbuhan wilayah dapat meningkat secara signifikan.
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kawasan strategis yang tergabung dalam
Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) yang
menjadi daerah utama penyokong segala aspek pemerintahan Surabaya. Kabupaten
Lamongan memiliki luas wilayah sekitar 902,4 km2 yang terdiri dari 27 kecamatan. Letaknya
yang terbilang cukup strategis yakni di wilayah perlintasan jalur pantai utara (Pantura),
membuat perekonomian di Kabupaten Lamongan berkembang pesat. Kabupaten Lamongan
merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
mencapai 181.280 Ha. Kabupaten Lamongan merupakan daerah yang terus mengalami
perkembangan setiap tahunnya dilihat dari peran sektor unggulan. Masing-masing
kecamatan di Kabupaten lamongan memiliki potensi/keunggulan yang dapat dikembangkan

sesuai dengan hasil komoditas yang dimiliki oleh setiap kecamatan.

1

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Pengembangan
ekonomi berjangka panjang menunjukkan bahwa sektor industri secara umum tumbuh lebih
cepat dari pada sektor pertanian (Arsyad, 1991). Berdasarkan hal inilah perhatian
pemerintah saat ini lebih terkonsentrasi terhadap industri di Indonesia. Pengembangan
ekonomi berbasiskan industri merupakan pilihan dalam memberdayakan masyarakat yang
lebih luas melalui pengembangan ekonomi wilayah pada kawasan yang memiliki potensi
industri. Telah diketahui bersama bahwa pengembangan ekonomi adalah bagian dari proses
pembangunan suatu wilayah. Pengembangan ekonomi yang merupakan syarat keharusan
(necessary condition) maupun syarat kecukupan (sufficient condition) dalam mengurangi
kemiskinan.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan ekonomi
Kabupaten Lamongan berdasarkan sektor unggulan. Melihat potensi pengembangan
ekonomi wilayah yang ada di Kabupaten Lamongan tersebut, maka dilakukan lah penelitian
mengenai arahan penanganan sektor ekonomi unggulan dengan konsep agropolitan yang
terdapat di Kabupaten Lamongan.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
-

Persoalan apakah yang terjadi pada Kabupaten Lamongan ditinjau dari aspek

-

perekonomian wilayahnya?
Bagaimanakah strategi penanganan dan rekomendasi yang tepat untuk pemecahan
masalah tersebut?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari makalah mengenai persoalan yang terjadi pada Kabupeten
Lamongan ditinjau dari aspek pereknomian wilayahnya, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami persoalan yang terjadi pada Kabupaten Lamongan
ditinjau dari aspek perekonomiannya.
2. Mengetahui strategi penanganan dan rekomendasi yang tepat untuk memecahkan
masalah


yang

terjadi

pada

Kabupaten

Lamongan

ditinjau

dari

aspek

perekonomiannya.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah
2


1.4.1. Manfaat Teoritis
-

Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai persoalan Kabupaten Lamongan
ditinjau dari aspek perekonomian wilayahnya.

1.4.2. Manfaat Praktis
- Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi
Pengelola, Pemerintah, dan Instansi terkait dalam pengambilan kebijakan atau
keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi Kabupaten Lamongan ditinjau dari
aspek perekonomian wilayahnya.

1.5. Sistematika Penulisan Makalah
BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan
manfaat, sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan atau dijadikan pedoman
dalam melakukan proses analisa dalam mencapai tujuan penelitian dimana teori dan

kebijakan yang berkaitan dengan topik yang dibahas
BAB III Gambaran Umum
Bab ini akan menjelaskan mengenai identifikasi gambaran umum wilayah dan
gambaran umum mengenai sektor pertanian di wilayah studi
BAB IV Analisis
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan analisis hingga mendapatkan strategi dalam
mengembangkan ekonomi wilayah berkenaan dengan topik yang sedang dibahas
BAV V Konsep dan Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah
Bab ini menjelaskan mengenai konsep yang dapat diterapkan di wilayah studi untuk
mengembangkan potensi sektor perekonomiannya sehingga dapat membawa dampak
positif bari perekonomian wilayah
BAB VI Penutup
Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan dan lesson learned.
3

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RTRW Kabupaten Lamongan

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Lamongan adalah mewujudkan
Kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada sektor
pertanian, industri dan pariwisata serta mampu mengoptimalkan penggunaan sumber daya
alam dan melindungi masyarakat dari bencana alam.
Sedangkan fungsi dari Rencana tata Ruang wilayah Kabupaten adalah :
1) Sebagai mantra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2) Sebagai penyelaras antara kebijakan penataan ruang nasional. Provinsi, dan daerah
3) Sebagai pedoman dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah
Sebagai acuan bagi instansi pemerintah, para pemangku kepentingan, dan masyarakat
dalam pemanfaatan ruang di perkotaan.
Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budidaya dengan tetap menjaga
sistem keberlanjutan dalam jangka panjang meliputi:
1) Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan dengan Program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
2) Mengembangkan kawasan pertanian melalui penetapan lahan pertanian pangan
berkelanjutan
3) Meningkatkan produktivitas dan pemasaran perkebunan, pertanian, perikanan dan
peternakan
4) Mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan home industri berbasis
pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan.
Rencana pola ruang untuk pengelolaan kawasan kehutanan Kabupaten Lamongan
ini diarahkan pada :
1) Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
2) Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai
ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, sehingga pola ini memiliki
kemampuan perlindungan seperti hutan.
Keberadaan hutan produksi di Kabupaten Lamongan dimana pada kawasan ini
merupakan kawasan yang perlu dilindungi dan untuk peningkatan dari nilai manfaat (hutan
produksi) melalui penerapan sistem tebang pilih, pemanfaatan sebagai lokasi wisata dengan
tetap menerapkan asas kelestarian ekosistemnya.

5

2.2 RPJMD Kabupaten Lamongan
Berdasarkan visi misi yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lamongan tahun
2010-2015, terdapat misi dalam bidang perekonomian. Yaitu misi nomor 2 yang berisi
“Memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, produktivitas sektor-sektor
andalan, dan pendayagunaan sumber daya alam”. Selanjutnya untuk melaksanakan misi
dalam bidang perekonomian tresebut ditetapkan 1 (satu) tujuan untuk lima tahun kedepan
sebagai berikut :
a. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan produktivitas andalan daerah.
Peningkatan perekonomian daerah merupakan indikator utama dalam usaha mencapai
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningktanya perekonomian daerah akan
mendorong stabilitas perekonomian daerah. Ketidakstabilan perekonomian daerah akan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan memberikan efek terhadap
tingginya pengangguran dan kemmapuan daya beli masyarakat.
b. Perkembangan perekonomian daerah diukur dengan menggunakan tolok ukur
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan pertumbuhan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan “Meningkatnya kemampuan ekonomi dan produktivitas
andalan daerah” ditetapkan sasaran sebagai berikut :
1. Menigkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura, dengan

2.
3.

4.
5.

6.

indikator:
- Produktivitas padi per hektar
- Produktivitas tanaman palawija per hektar
- Kontiribusi sektor pertanian terhadap PDRB
- Produktivitas tanaman holtikultura per hektar (sayuran dan buaha-buahan)
- Peningkatan produksi padi
- Peningkatan produksi palawija
- Peningkatan produksi holtikultura (sayuran dan buah-buahan)
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil perkebunan, dengan indikator :
- Produktivitas tanaman perkebunan per hektar ( tembakau dan tebu)
- Peningkatan produksi perkebunan (tembakau dan tebu)
Meningkatnya produksi dan konsumsi hasil peternakan, dengan indikator :
- Peningkatan produksi hasil ternak berupa daging
- Peningkatan produksi hasil ternak berupa telur
- Konsumsi daging
- Konsumsi telur
Menigkatnya produksi dan konsumsi ikan di masyarakat, dengan indikator :
- Produksi perikanan
- Konsumsi ikan
Meningkatnya produksi sektor industri, dengan indikator :
- Pertumbuhan Industri
- Kontribusi sektor industri terhadapPDRB
- Peningkatan mutu IKM
Meningkatnya volume perdagangan, dengan indikator :
- Ekspor bersih perdagangan
- Peningkatan institusi yang melakukan ekspor
6

- Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
- Peningkatan perdagangan
7. Meningkatnya produksi hasil hutan yan memperhatikan fungsi pelestarian hutan, dengan
indikator :
- Produksi hasil hutan
- Kerusakan kawasan hutan
- Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
8. Meningkatnya jumlah kunjunan wisata, dengan indikator :
- Kunjungan wisata
9. Meningkatnya kualitas koperasi dan usaha kecil dan menengah (UKM), dengan
indikator:
- Koperasi aktif
- Usaha mikro dan kecil
10. Meningkatnya kualitas tenaga kerja dan kesmepatan kerja, dengan indikator :
- Tingkat partisipasi angkatan kerja
- Persentase pencari kerja yang ditempatkan
11. Meningkatya investasi di daerah, dengan indikator :
- Kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN (milyar rupiah)
- Kenaikan/penuurunan nilai realisasi penanaman modal domestik (milyar rupiah)
12. Meningkatnya ketersediaan pangan utama masyarakat, dengan indikator :
- Regulasi ketahanan pangan
- Ketersediaan pangan utama
13. Meningkatnya pengelolaanenergi dan sumber daya mineral daerah, dengan indikator :
- Jumlah IKK desa yang belum terlayani energi listrik
- Pertambangan tanpa biji
- Air tanah berijin

2.3 Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk
diusahakan atau dikembangkan pada suatu daerah (Depkimpraswil, 2003). Menurut Saragih
(2001), komoditas unggulan agribisnis diartikan sebagai komoditas basis agribisnis yang
dihasilkan secara berlebihan dalam pengertian lebih untuk dipergunakan oleh masyarakat
dalam suatu wilayah tertentu, sehingga kelebihan tersebut dapat dijual ke luar wilayah
tersebut.
Keberadaan

komoditas

unggulan

pada

suatu

daerah

akan

memudahkan

upaya

pengembangan agribisnis. Hanya saja, persepsi dan memposisikan kriteria serta instrumen
terhadap komoditas unggulan belum sama. Akibatnya, pengembangan komoditas tersebut
menjadi salah urus bahkan menjadi kontra produktif terhadap kemajuan komoditas unggulan
dimaksud. Berikut adalah pengelompokan komoditas unggulan, sebagai rujukan untuk
menempatkan posisi produk agro dari sisi teori keunggulan komoditas, antara lain :
a) Komoditas unggulan komparatif : komoditas yang diproduksi melalui dominasi dukungan
sumber daya alam, di mana daerah lain tak mampu memproduksi produk sejenis. Atau
pula, komoditas hasil olahan yang memiliki dukungan bahan baku yang tersedia pada
lokasi usaha tersebut.
7

b) Komoditas unggulan kompetitif : komoditas yang diproduksi dengan cara yang efisien
dan efektif. Komoditas tersebut telah memiliki nilai tambah dan daya saing usaha, baik
dari aspek kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas dan harga.
c) Komoditas unggulan spesifik : komoditas yang dihasilkan dari hasil inovasi dan
kompetensi pengusaha. Produk yang dihasilkan memiliki keunggulan karena karakter
spesifiknya.
d) Komoditas unggulan strategis : komoditas yang unggul karena memiliki peran penting
dalam kegiatan sosial dan ekonomi.
Sebagai perbandingan, komoditas unggulan akan lebih mudah dan lebih rasional
untuk dikembangkan jika memandang komoditas unggulan dari kebutuhan pasar. Dilihat dari
sisi positif, jika mengelompokkan komoditas unggulan berdasarkan potensi pasarnya,
mengingat ukuran keberhasilan komoditas unggulan dapat diukur dari perannya dalam
memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha. Selain itu, memberikan kontribusi dalam
pengembangan struktur ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Adapun
pengelompokan komoditas tersebut, dapat disusun sebagai berikut:
a) Komoditas unggulan pasar ekspor : komoditas yang telah mampu memenuhi
persyaratan perdagangan di pasar ekspor. Ini menyangkut aspek keamanan, kesehatan,
standard, dan jumlah yang memadai, sehingga komoditas tersebut diminati negara
pengimpor.
b) Komoditas unggulan pasar tradisional : komoditas yang mampu memenuhi keinginan
selera konsumen lokal, baik dari aspek cita rasa, bentuk, ukuran, kualitas harga, dan
budaya lokal.
c) Komoditas unggulan pasar modern : komoditas yang telah memiliki daya saing tinggi
dari aspek harga, kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, serta biasa dibutuhkan oleh
berbagai kalangan konsumen secara internasional.
d) Komoditas unggulan pasar industri : komoditas yang merupakan bahan baku utama
industri manufaktur agro.
e) Komoditas unggulan pasar antar pulau : komoditas yang dibutuhkan oleh pasar antar
pulau karena komoditas tersebut tak mampu diproduksi di pulau tersebut.
f)

Komoditas unggulan pasar khusus : komoditas yang memang dipesan oleh pasar
tertentu lengkap dengan spesifikasinya. (Yuhana, 2008).
Hal terpenting bagi ukuran komoditas adalah memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif sehingga mampu bersaing di pasar dengan komoditas pesaingnya. Oleh karena
itu, sangat perlu diketahui apakah komoditas dari hutan tanaman yang ada saat ini memiliki
salah satu atau keduanya dari kriteria keunggulan tersebut. Keunggulan komparatif sistem
komoditas hutan tanaman (efisiensi ekonomi) didefinisikan sebagai kemampuan sistem
8

komoditas untuk memperoleh keuntungan ekonomi pada kondisi pasar persaingan
sempurna (tidak ada distorsi kebijakan). Berbeda dari keunggulan komparatif, maka
keunggulan kompetitif didefinisikan sebagai kemampuan sistem komoditas dalam
menghasilkan keuntungan finansial pada pasar yang dihadapi secara riil. Analisis
keunggulan kompetitif didasarkan pada sistem harga-harga pada pasar yang berlaku
(dihadapi). Hal ini berarti sistem pasar baik pasar input, faktor domestik maupun pasar
komoditas telah dipengaruhi oleh intervensi kebijakan pemerintah (Rukmantara, 2006).
2.4 Analisis Komoditas Unggulan
2.4.1 Analisis Location Quotient
Metode

LQ

digunakan

untuk

mengidentifikasi

komoditas

unggulan,

yang

diakomodasi dari Miller danWright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut
Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih
sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, sedangkan menurut Tarigan
(2005), LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di
suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Teknik
LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis,
sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu
pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi
melalui pendekatan perbandingan.
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah
pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif
kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai
leading sector suatu kegiatan ekonomi. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada
aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan
digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi
penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman
pangan, holtikultura, dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian
(area tanam atau area panen), dan produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas
pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan
jumlah populasi (ekor).
Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian halnya
dengan metode LQ (Hendayana, 2003) :
a) Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan, antara lain
penerapannya sederhana dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.

9

Penyelesaian analisis cukup dengan spreed sheet dari Excel atau program lotus serta
alat perhitungan lainnya.
b) Keterbatasannya adalah karena demikian sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang
dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ, tidak akan banyak
memanfaatkannya jika data yang digunakan tidak valid. Oleh karena itu sebelum
memutuskan menggunakan alat analisis LQ maka validitas data sangat diperlukan.
Disamping itu untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan bila rata-rata
kurang dari 5 tahun. Sementara dilapangan, mengumpulkan data yang panjang sering
mengalami hambatan.
Formula untuk Location Quotient (SLQ) adalah sebagai berikut :

Keterangan :
Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota misalnya) dalam
pembentukan PDRB riil daerah studi k
Vk = PDRB total semua sektor di daerah studi k
Vip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi misalnya) dalam
pembentukan PDRB daerah p.
Vp = PDRB total semua sektor di daerah referensi p
Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap daerah
mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah
referensi (pola pengeluaran secara geografis adalah sama), produktivitas tenaga kerja
adalah sama dan setiap industri menghasilkan barang yang sama (homogen) pada setiap
sektor (Arsyad, 1999) Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas,
maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat ditemukan yaitu (Bendavid-Val, 1991):
1. Nilai LQ di sektor i = 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k
adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah
refrensi p .
2. Nilai LQ di sektor i > 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k
adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam
perkonomian daerah refrensi p. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan
daerah studi k sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan labih lanjut
oleh daerah studi k.
3. Nilai LQ di sektor I