BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Rasio Keuangan Menggunakan Metode CAMEL Untuk Menilai Efektivitas dan Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

  2.1.1. Bank

  Bank menurut UU No. 10 tahun 1998 mengenai Perbankan tahun menyatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian bank menurut UU Perbankan diatas, bank dapat dikatakan sebagai lembaga intermediasi yang membantu kelancaran pembayaran dan disamping itu menjadi sarana pelaksanaan kebijakan moneter dalam kebijakan pemerintahan.

  2.1.2. Kinerja Keuangan Perbankan

  Kinerja suatu badan usaha sangatlah penting karena kinerja merupakan wujud dari kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber daya yang ada. Suatu badan usaha dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila setiap bagian dalam badan usaha tersebut melaksanakan serta mencapai visi dan misi yang ditetapkan badan usaha tersebut. Dalam bisnis perbankan, sebagai suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa, merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk mengedepankan kepentingan masyarakat (nasabah) untuk memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat.

  Untuk mendapat kepercayaan nasabah tersebut, perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja bank. Penilaian kinerja bank bertujuan memberi motivasi kepada karyawan untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi (perusahaan) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana anggaran. Semakin meningkat motivasi karyawan untuk bekerja, maka dapat berdampak pada semakin baiklah kinerja karyawan tersebut. Apabila kinerja karyawan semakin baik dari segi kualitasnya dapat memberikan efek pada segi kuantitas hasil pekerjaan karyawan tersebut. Peningkatan positif ini memberikan dampak positif bagi bank tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dan sebagai timbal baliknya dapat meningkatkan taraf hidup karyawannya.

  Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 1 menyatakan bahwa “tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan”.

  Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pihak manajemen, pemilik, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan akan diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu. Dalam hal inilah dibutuhkan analisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja bank.

  Dalam analisis laporan keuangan, kinerja keuangan periode sebelumnya dijadikan dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa mendatang. Dengan begitu pihak manajemen dapat meminimalisir dengan memperbaiki kelemahan yang ada pada periode sebelumnya serta semakin meningkatkan kekuatan yang dimiliki.

  Dasar yang digunakan untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan diperlukan analisis rasio keuangan. Bagi pihak manajemen perusahaan analisis rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Para investor menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi perusahaan. Dari analisis rasio keuangan ini, para investor juga dapat mengukur tingkat keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. Secara umum, analisis rasio keuangan yang digunakan dalam perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.

  Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya tepat waktu. Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut mampu memenuhi semua kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Rasio-rasio yang diukur dalam rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR).

  Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Apabila dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan lebih kecil dibanding dana yang diserahkan para kreditur maka berarti perusahaan sangat tergantung pada para kreditur sehingga kreditur mempunyai peranan yang lebih besar untuk mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas rendah berarti perusahaan tersebut mempunyai resiko kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot dan juga mempunyai kesempatan memperoleh laba yang rendah ketika ekonomi melonjak dengan baik, begitu pula sebaliknya. Rasio ini dapat diukur dengan Capital Adequancy Ratio (CAR).

  Rasio Rentabilitas (Rentability Ratio) menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2009:109). Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: Biaya Operasi/Pendapatan Operasi dan Net Interest Margin.

  Dari analisis rasio-rasio keuangan terhadap laporan keuangan yang dibuat pihak manajemen bank, para pihak yang berkepentingan dapat mengetahui tingkat kesehatan bank tersebut. Menurut Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 penilaian terhadap tingkat kesehatan bank diharuskan untuk seluruh bank konvensional yang terdaftar di Indonesia.

  Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil evaluasi kondisi bank yang dilakukan terhadap resiko dan kinerja Bank. Penilaian kesehatan bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank. Penilaian sendiri terhadap Tingkat Kesehatan Bank tersebut setidaknya dilakukan satu kali setahun atau setiap satu semester yaitu pada bulan Juni dan Desember. Bank Indonesia melakukan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.

  Di Indonesia, kinerja perbankan diukur sesuai dengan tata cara penilaian kesehatan bank yang mengacu pada Bank for International

  

Settlement (BIS) yang dikeluarkan oleh Komisi Basic Swiss. Ada lima

  aspek yang dinilai yaitu capital, asset, management, earning, dan liquidity (CAMEL).

  2.1.3. Metode CAMEL

  Metode penilaian tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dikenal dengan metode CAMEL. Penilaian kesehatan bank meliputi 5 aspek, yaitu aspek kuantitatif yaitu Capital,

  Asset, Earning, Liquidity, dan aspek kualitatifnya adalah Management

  yang menggunakan Sensitivity to Market Risk. Penilaian terhadap permodalan digunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), sedangkan penilaian terhadap kualitas aset digunakan rasio Non-Performing Loan (NPL). Efisiensi terhadap rentabilitas dinilai dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM).

  2.1.4. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal (capital) merupakan faktor utama dalam suatu bisnis.

  Besar kecilnya modal menunjukkan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan dan mengembangkan usahanya. Tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan perbankan dalam operasinya, modal juga memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba. Modal juga digunakan untuk mengetahui kemampuan perbankan dalam menampung resiko kerugian yang mungkin dihadapi.

  Jumlah modal yang dimiliki bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perbankan terutama masyarakat peminjam. Bank Indonesia menilai faktor permodalan dari sisi jumlah kewajiban penyediaan modal minimum yang dimiliki oleh bank. Rasio kecukupan permodalan yang digunakan adalah Capital

  Adequacy Ratio (CAR), yaitu Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

  Bank Umum yang harus selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Perbandingan rasio CAR dirumuskan sebagai berikut :

  Modal Bank CAR = × 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

  Nilai CAR memiliki hubungan yang positif terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko yang akan dihadapi perusahaan, misalnya resiko kredit yang diberikan. Hal ini berarti semakin tinggi nilai CAR dalam suatu perusahaan maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko dari aktiva produktif maupun resiko kredit yang akan terjadi. Hasil perhitungan rasio ini kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum yakni sebesar 8% sesuai ketentuan CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

2.1.5. Non Performing Loan (NPL)

  Pada penilaian kualitas aset, rasio yang digunakan adalah rasio

  Non Performing Loan (NPL). Yang dianalisis pada penilaian kualitas

  aset ini adalah kualitas aktiva produktifnya. Tingkat kualitas aktiva produktif menunjukkan tingkat kualitas aset yang dihubungkan dengan resiko kredit yang mungkin dihadapi oleh bank akibat dari pemberian kredit maupun penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing juga dalam bentuk kredit maupun surat berharga..

  Resiko kredit dicerminkan melalui analisis pada rasio Non

  Performing Loan (NPL). Rasio Non Performing Loan (NPL)

  merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Komang Darmawan, 2004). Rasio NPL dirumuskan sebagai berikut :

  Total Kredit Bermasalah NPL = × 100% Total Kredit

  Semakin kecil nilai NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.

  6/9/PBI/2004, Standar terbaik NPL adalah bila nilai NPL berada dibawah 5%.

2.1.6. Biaya Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO)

  Rasio BOPO sering disebut juga rasio efisiensi. Dikatakan rasio efisiensi karena yang dinilai pada rasio ini adalah kualitas kinerja manajemen bank. Kualitas manajemen yang dimaksud adalah kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional bank. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional dihitung dengan cara menjumlahkan total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

  Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut :

  Biaya Operasional BOPO = × 100% Pendapatan Operasional

  Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 adalah 92%.

2.1.7. Net Interest Margin (NIM)

  Net Interest Margin (NIM) merupakan pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan dari kredit yang disalurkan.

  Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan.

  NIM dikatakan sebagai salah satu rasio efisiensi karena untuk menghasilkan laba dari kredit yang disalurkan dalam usahanya meningkatkan nilai NIM, maka bank perlu menekan biaya dana. Biaya dana merupakan bunga yang dibayarkan oleh bank kepada ‐masing sumber dana bank yang bersangkutan. masing

  Tingkat suku bunga sangat menentukan nilai NIM. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan netto bank.

  Nilai NIM dihitung menggunakan rumus:

  

Pendapatan Bunga Bersih

NIM = × 100% Rata − Rata Aktiva Produktif

  Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar NIM yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 6% keatas.

2.1.8. Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Untuk mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR).

  Nilai LDR dihitung menggunakan rumus:

  

Total Kredit yang Diberikan LDR = × 100%

Total Dana Pihak Ketiga Semakin rendah rasio ini memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Standar terbaik LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 berada pada range 85%-110%.

2.1.9. Return On Asset (ROA)

  Rasio ROA digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam usahanya untuk menghasilkan keuntungan dari setiap nilai aset yang digunakan. Dikatakan sebagai rasio efisiensi karena dari perhitungan rasio ini dapat dinilai apakah perusahaan secara efisien memanfaatkan aktivanya dalam setiap kegiatan operasionalnya.

  Alasan dipilihnya Return on Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas dan kinerja perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Untuk menilai kinerja, ROA membandingkan antara rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Rumus rasio ROA, yaitu :

  

Laba Bersih (sebelum pajak)

ROA = × 100%

Total Aset

  Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian lebih tinggi daripada tingkat aktiva yang diinvestasikan. Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004, menentukan standar terbaik ROA adalah 1,5%.

  2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Pandu Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset Mahardian Rasio CAR,BOPO,

  (ROA), Efisiensi Operasi (BOPO) berpengaruh (2008) NPL,NIM dan negatif signifikan terhadap Return on Asset

  LDR Terhadap (ROA), Non Performing Loan (NPL) tidak

  Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA), Perbankan

  Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif

  signifikan terhadap Return on Asset (ROA),

  Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh

  positif signifikan terhadap Return on Asset (ROA), variable independen BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar dari pada keempat variable lainnya.

  Nana Analisis Pengaruh Rasio untuk mengukur kinerja bank antara lain

  Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to

  Rusdiana CAR, LDR, NIM,

  Deposit Ratio (LDR), efisiensi operasional

  (2011) NPL, BOPO, dan (BO/PO) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara

  DPK Terhadap parsial mempengaruhi Return on Assets Kinerja Keuangan (ROA). Perbankan

  Secara parsial pengaruhnya terhadap ROA, CAR. LDR, TPF bernilai negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan, NIM, NPL, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. NPL tidak berpengaruh terhadap ROA.

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1. Kerangka Konseptual

  Penelitian ini merupakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh rasio-rasio yang digunakan dalam metode CAMEL dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan kinerja keuangan. NPL dijadikan sebagai proksi resiko kredit perbankan, berpengaruh negatif terhadap

  ROA . NPL menunjukkan rasio pinjaman yang bermasalah terhadap total

  pinjamannya. Semakin tinggi NPL mengakibatkan semakin tinggi tunggakan bunga kredit yang berpotensi menurunkan pendapatan bunga sehingga sehingga pendapatan semakin rendah yang akan mengakibatkan turunnya laba yang berdampak pada ROA. Sebaliknya jika NPL naik, maka ROA akan menurun. Akan tetapi jika banyak kredit yang bermasalah dan pembayaran atas kredit yang diberikan baru dapat dilunasi oleh kreditur beberapa periode ke depan maka akan berdampak pada sedikitnya ataupun tidak signifikannya pengaruh NPL terhadap ROA pada periode ini.

  LDR mempunyai pengaruh terhadap kinerja perbankan yang diproksikan ROA. Semakin tinggi rasio LDR, maka semakin besar kredit yang disalurkan, yang akan meningkatkan pendapatan bunga bank dan akan mengakibatkan kenaikan laba sehingga LDR berpengaruh positif terhadap perubahan ROA. Begitu pula sebaliknya, jika LDR mengalami penurunan, maka laba juga akan turun sehingga kinerja perbankan juga mengalami penurunan.

  CAR mempunyai hubungan yang positif terhadap ROA. Semakin besar rasio CAR suatu bank, maka akan meningkatkan ROA dikarenakan semakin rendah biaya dana akan semakin meningkatkan laba bank sehingga oleh bank dapat menggunakan modalnya sendiri untuk dialokasikan kepada aktiva produktif yang kemudian dapat meningkatkan ROA. Namun jika CAR menurun, maka Return On Asset akan ikut turun sehingga kinerja perbankan juga menurun.

  BOPO berpengaruh negatif terhadap variable kinerja perbankan yang diproksikan dengan Return On Asset. Semakin besar BOPO akan berakibat pada turunnya laba, sehingga kinerja perbankan menurun. Sebaliknya semakin kecil BOPO menunjukan semakin efisien bank dalam mengelola kegiatannya sehingga Return On Asset akan meningkat.

  Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Net Interest Margin berpengaruh postif terhadap pertumbuhan laba. Semakin besar nilai

  

Net Interest Margin mengindikasikan semakin meningkat pula Return

On Asset yang dihasilkan perusahaan.

  Berdasarkan latar belakang dan juga tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

  H 1 NPL (X 1 ) H 2 Kinerja LDR (X ) 2 H H 3 6 Perbankan CAR (X 3 ) H 4 (ROA) BOPO (X 4 ) H 5 NIM (X ) 5 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.3.2. Hipotesis

  Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut : H : Non Performing Loans (NPL) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  1 : Non Performing Loans (NPL) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H : Loan to Deposite Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  2 : Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA). H : Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  

3 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  

4 : Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H : Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  

5 : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan secara parsial

terhadap Return On Asset (ROA).

  H : NPL, LDR, CAR, BOPO, dan NIM berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap Return On Asset (ROA).

  H

  

6 : NPL, LDR, CAR, BOPO, dan NIM berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap Return On Asset (ROA).

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROYEK - Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 29

Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN 2.1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 1 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 2 36

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Kajian Kesiapan Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada PT. Mewah Indah Jaya Berdasarkan European Foundation Quality for Management (EFQM)

0 0 16

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH - Redesain Meja dan Kursi Kelas Berdasarkan Antropometri Siswa SDN 060796

0 5 10

BAB I PENDAHULUAN - Redesain Meja dan Kursi Kelas Berdasarkan Antropometri Siswa SDN 060796

0 3 8

REDESAIN MEJA DAN KURSI KELAS BERDASARKAN ANTROPOMETRI SISWA SDN 060796 TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik oleh

1 0 18