Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme Un Chef” Dalam Bahasa Indonesia

  Kajian Linguistik, Februari 2015, 170-188 Tahun ke-12, No 1 Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660

  SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF”

  

DALAM BAHASA INDONESIA

Wahyuni Sa ’dah

  wahyunisadah12@yahoo.com

  

Roswita Silalahi

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

  

Mahriyuni

Universitas Negeri Medan

  

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang metode dan pergeseran (Shifts) yang terjadi dalam penerjemahan ujaran pada film berbahasa Prancis

  

"Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan sumber data berupa film

  Prancis "Comme un Chef" yang berdurasi 1 jam 25 menit dengan jumlah 1555 ujaran dan 7387 kata. Seluruh ujaran tersebut dijadikan sebagai data dan diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ke delapan jenis metode penerjemahan yang dikemukakan Newmark, digunakan pada subtitle film tersebut, dengan rincian sebagai berikut, metode penerjemahan harafiah (literal translation) 31,321%, metode penerjemahan bebas (free translation) 16,72%, metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) 32,21%, metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 11,76%, metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) 8,16%, metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) 2,70%, metode penerjemahan setia (faithful translation) 2,31% dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) 0,06%. Penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata demi kata (word- dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic

  for-word translation)

translation) . Pada penerjemahan ujaran pada subtitle film tersebut ditemukan

  13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts), yang terdiri atas, pergeseran kata kerja menjadi kata benda (KB), pergeseran kata sifat menjadi kata benda (SB), pergeseran kata sifat menjadi kata kerja (SK), pergeseran kata benda menjadi preposisi (BP), pergeseran kata benda menjadi kata keterangan (BKet), pergeseran kata sifat menjadi kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan menjadi kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan menjadi kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung menjadi kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi menjadi kata benda (PB), pergeseran kata benda menjadi kata kerja (BK), pergeseran kata benda menjadi kata sifat (BS), dan pergeseran kata kerja menjadi kata sifat (KS). Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film sebanyak 11 jenis yakni, pergeseran kata kerja dari kala kini menjadi akan datang (KN), pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ), pergesaran kala nanti menjadi kala kini (NK), pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat tidak modalitas (MN), pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP), pergeseran kala kini menjadi kala lampau (KL), pergeseran dari kata benda jamak menjadi kata benda tunggal (JT), pergeseran modus kata kerja (M), pergeseran bentuk ujaran (U), pergeseran kala lampau menjadi kala kini (LK), dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA).

  Kata kunci : subtitle, film, metode, pergeseran, dan penerjemahan

  Wahyuni Sa‟dah PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pada umumnya, film berperan sebagai acuan atau pedoman gaya hidup masyarakat pada saat sekarang ini. Hoed (2006: 101) menyatakan bahwa: “Film Asing di Indonesia cenderung sering menjadi acuan moderenisasi”. Trianton (2013: ix) menambahkan bahwa: “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat culture

  education atau pendidikan budaya ”.

  Film Prancis merupakan salah satu jenis film yang berpengaruh besar dalam perkembangan perfilman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui keberhasilan film- film Prancis dan sineas-sineasnya dalam berbagai penghargaan kelas dunia seperti Festival Film de Cannes¸ Oscar Awards, Festival du Film Américains, dsb.

  “Comme un Chef" merupakan salah satu film yang sangat populer di Prancis. Film

  ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Pada film ini juga banyak ditemukan pesan pendidikan karakter seperti: kerja keras, idealisme, jujur, bertanggung jawab, cerdas, sabar, dan kesetiakawanan. Namun, ketika peneliti menonton film tersebut dengan

  

subtitle berbahasa Indonesia, peneliti menemukan hal-hal yang ganjil dan tidak sesuai

  dengan pesan moral yang dikandung oleh film tersebut. Keganjilan tersebut berupa kalimat yang dianggap kurang berterima baik dari aspek budaya atau aspek kebahasaan dalam bahasa sasarannya, yakni bahasa Indonesia. Misalnya: Tsu.: Bocuse, je m‟ en tape.

   Nom pron. verbe Bocuse, saya ku nya memukul.

  Tsa.: Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya.

  (Comme un Chef: 00:03:26,088 --> 00:03:28,397) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa subtitle pada kalimat "

  Bocuse, je m‟en

tape " menjadi "Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya". Penerjemahan ini tampak

  sukar untuk dipahami, karena orang Indonesia tidak mengenal siapa tokoh Bocuse tersebut. Kemudian kata "pantat" juga terasa tabu dan berbenturan dengan budaya Indonesia. Karena, kata tersebut merupakan ungkapan yang sering disebutkan untuk menghardik atau menghina orang lain.

  Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam penerjemahan subtitle "Comme un Chef" tersebut masih terdapat hal yang tidak jelas, tabu, dan dalam bahasa Indonesia. Ketidakberterimaan tersebut pada hakekatnya disebabkan oleh ketidaktepatan metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Machali (2009:

  78): “metode penerjemahan berkenaan dengan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan yang meliputi 3 tahap yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian dimana ketiga tahapan tersebut harus dilalui oleh seorang penerjemah”. Jika ketiga hal tersebut dilalui dengan baik maka tidak akan muncul terjemahan yang tidak berterima. Puteri juga menambahkan (2013: 78):

  "There by, the quality of a text can be assessed by two features: 1) Its inteligibility (the translation is understandable) and 2) its fidelity (the message

transmitted by the translation corresponds exactly to the original message)

”.

  Selain contoh di atas, peneliti juga menemukan begitu banyak istilah kulinari dan nama masakan dalam bahasa Prancis yang terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia namun tidak sedikit yang tetap ditulis dalam bahasa Prancis dalam versi terjemahan berbahasa Indonesia dari teks cerita film “Comme un Chef “ tersebut.

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

  Misalnya: Tsu: “La blanquette pour la 11." Art. nom pré. Art. Adj. de quantité.

   Itu blanquette untuk sebuah 11 Tsa: “Blanquette untuk 11”.

  (Comme un Chef: 00: 02: 17,140 --> 00: 02: 18,774) Pada teks di atas dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang dilakukan adalah metode harafiah (literal traslation) dimana kata "la blanquette" dipadankan dengan "Blanquette" kata "pour" diterjemahkan dengan "untuk" dalam bahasa Indonesia dan "11" dengan "11". Metode Penerjemahan harafiah (literal traslation) juga dibuktikan melalui tata urutan kata yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Machali (2009: 78) yakni: "Metode penerjemahan harafiah (literal

  translation ) adalah «

  …jenis ini biasanya Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu, kata-kata dalam Tsu biasanya diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya". Jika dianalisis lebih jauh Blanquette adalah salah satu makanan Prancis yang sangat terkenal yakni berupa daging (unggas, sapi muda, atau ikan, domba) yang direbus dengan menggunakan krim putih dan telur. Jenis masakan ini masih dapat dipadankan dengan daging gulai putih (daging gulai kurma), yang memang masih ada dalam jenis masakan indonesia. Hal tersebut dapat dipadankan karena untuk

  

blanquette dan memasak daging dalam tradisi kulinari indonesia tradisional tidak pernah

  menggunakan krim tetapi pada umumnya menggunakan santan, dalam hal ini santan dapat dipadankan dengan krim.

  Seluruh keganjilan dan ketidakkonsistenan penerjemah dalam menerjemahkan dialog film berbahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia tidak akan terjadi jika penerjemahan menggunakan metode penerjemahan dan pergeseran penerjemahan (shifts) yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti menganggap bahwa penelitian tentang metode dan pergeseran penerjemahan pada film “Comme un Chef” tersebut penting untuk dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.

  Metode penerjemahan apa saja yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia? 2. Metode penerjemahan apa saja yang efektif pada subtitle film berbahasa Prancis

  “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia? 3. Pergeseran penerjemahan apa saja (shifts) yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS 1.

  Teori tentang Metode Penerjemahan Dalam penelitian ini, teori yang dijadikan alat dalam menganalisis data adalah teori dari pakar penerjemahan terkemuka yaitu Newmark. Menurut Newmark (1988: 41-42), metode penerjemahan terdiri dari 8 jenis. Kedelapan jenis metode tersebut adalah penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), penerjemahan harafiah (literal

  

translation ), penerjemahan setia (faithful translation), penerjemahan semantik (semantic

translation ), penerjemahan adaptasi (adaptation translation), penerjemahan bebas (free

  Wahyuni Sa‟dah

  ), penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dan penerjemahan

  translation komunikatif (communicative translation).

  2. Teori tentang Pergeseran (Shifts) dalam Penerjemahan Dalam penerjemahan sering ditemukan proses pergeseran (shifts). Proses pergeseran tersebut terjadi pada umumnya dalam aspek kebahasaan dan bukan aspek makna, isi atau pesan yang dikandung teks sumber. Menurut Catford (1965): terdapat dua jenis pergeseran (shifts) dalam penerjemahan. Kedua jenis pergeseran tersebut adalah pergeseran tingkatan yang meliputi aspek tata bahasa (level shifts) dan pergeseran kategori yang meliputi aspek kelas kata (category shift).

  Khan (2006: 54) juga berpendapat bahwa pergeseran kelas kata adalah pergeseran yang terjadi pada kelas kata misalnya kata kerja dalam bahasa sasaran dapat berubah menjadi kata benda dalam bahasa sasaran.

  3. Jenis-jenis Subtitle Menurut dinyatakan bahwa ada 3 buah jenis teksa film (subtitling). Ketiga jenis tersebut adalah:

  “'Interlinguistic subtitling’: a film in a foreign language subtitled in the learner's language 'Intralinguistic subtitling': a film subtitled in the same language as the original 'Reverse subtitling': a film in the learner's mother tongue, subtitled in a foreign language ”.

  Jika teori ini didefenisikan maka akan menjadi: terdapat tiga buah jenis penerjemahan subtitle film yakni: penerjemahan interlinguistik, maksudnya adalah

  

subtitle film yang ditulis dalam bahasa Asing diterjemahkan ke dalam bahasa ibu

  penonton, penerjemahan intralinguistik penerjemahan subtitle film dalam bahasa yang sama misalnya, subtitle film yang diucapkan dalam bahasa Prancis kemudian dibuatkan

  

subtitle filmnya dalam bentuk tulisan dan tetap dalam bahasa Prancis dan penerjemahan

  jenis ketiga yaitu penerjemahan berlawanan yakni penerjemahan film dari bahasa ibu ke dalam bahasa Asing.

METODOLOGI PENELITIAN 1.

  Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena data yang digunakan berupa kata, frasa, klausa atau kalimat yang berasal dari ujaran para tokoh dalam sebuah film Prancis berjudul “Comme un Chef”, dalam bentuk subtitle. Hal tersebut selaras dengan pendapat Miles dan Huberman (1994: 7):

  “(overview of qualitative researche)… most analysis is done with words. The

  words can be assembled, subsclustered, broken into semiotic segments. They may permit the researcher to contrat, compare, analyze, and bestow patterns upon them”.

  Metode deskriptif kualitatif ini juga digunakan, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeksripsikan metode penerjemahan, pergeseran (shifts) dalam penerjemahan dan metode penerjemahan yang efektif pada film subtitle film “Comme un

  Chef “ dalam bahasa Indonesia.

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 2.

  Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah seluruh ujaran yang terdapat pada film berbahasa

  Prancis “Comme un Chef” yang diterjemahkan ke dalam teks tulisan berbahasa Indonesia (subtitle). Subtitle tersebut berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat hasil terjemahan dari teks lisan pada dialog film tersebut. Kata, frasa, klausa atau kalimat pada subtitle film tersebut akan dianalisis secara makro guna mengetahui metode penerjemahannya, dan selanjutnya dianalisis secara mikro agar diketahui pergeseran tingkatan atau kelas kata yang terjadi.

  Sumber data dalam penelitian ini berupa film Prancis "Comme un Chef". Film ini merupakan buah karya dari Daniel Cohen di bawah rumah produksi film Gaumont tahun 2011. Film tersebut berdurasi 1 jam 25 menit dengan pemutaran perdana pada tanggal 7 Maret 2012. Dalam film tersebut terdapat 1555 ujaran dan 7387 kata.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada teori Miles dan Huberman (1994: 12).

  a.

  Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diambil dari film berbahasa Prancis "Comme un Chef" karya Daniel Cohen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Menyimak setiap ujaran berbahasa Prancis para tokoh yang terdapat dalam film “Comme un Chef”.

  2. Mentranskripsikan setiap ujaran berbahasa Prancis para tokoh yang terdapat dalam film “Comme un Chef”.

  3. Mengamati subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

  b.

  Pencantuman Data Setelah mengumpulkan seluruh data, maka akan dilakukan pencantuman data penelitian. Langkah-langkah pencantuman data tersebut sebagai berikut:

  1. Mencatat kembali setiap kata, frasa, klausa ataupun kalimat yang terdapat dalam subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef".

  2. Mencantumkannya dalam tabel analisis agar identifikasi dan analisis metode dan pergeseran (shifts) penerjemahan dapat dilakukan.

3. Memberi nomor pada setiap kata, frasa, klausa atau kalimat yang terdapat pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef " dalam bahasa Indonesia.

  c.

  “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia.

  Wahyuni Sa‟dah

  Dari hasil pengumpulan data ditemukan 1555 ujaran. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 1555 ujaran tersebut, diperoleh data bahwa kedelapan metode

  dalam Bahasa Indonesia

  Metode Penerjemahan pada subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef”

  5. Membuat kesimpulan.

  4. Menuliskan hasil temuan penelitian.

  3. Menentukan kefektifan penggunaan metode penerjemahan berdasarkan teori yang dikemukan oleh Newmark. Sebuah metode penerjemahan disebut efektif jika hasil terjemahannya mengandung makna yang sepadan dengan bahasa sumbernya.

  2. Pemeriksaan ulang terhadap ketepatan hasil analisis pergeseran (shifts) penerjemahan.

  Penulisan Kesimpulan Dalam membuat kesimpulan peneliti akan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan ulang terhadap ketepatan hasil analisis metode penerjemahan.

  d.

  9. Menghitung jumlah setiap pergeseran (shifts) penerjemahan yang terdapat subtitle film berbahasa Prancis

  Reduksi Data Reduksi data dalam penelitian ini adalah, pengklasifikasian antara data yang akan digunakan dalam analisis metode penerjemahan, serta data yang akan digunakan dalam analisis pergeseran (shifts) penerjemahan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut:

  8. Mengklasifikasikan pergeseran (shifts) sesuai dengan kategorinya.

  "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

  Frekuensi data = x 100 Jumlah total ujaran 7. Menganalisis pergeseran (shitfs) yang terdiri atas: pergeseran tingkatan (level shifts) atau kelas kata (category shifts), yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis

  rumus: Jumlah Penggunaan setiap jenis metode

  “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

  6. Menghitung jumlah penggunaan metode penerjemahan yang terdapat subtitle film berbahasa Prancis

  5. Memberikan lambang pada masing-masing metode penerjemahan.

  4. Setelah melakukan analisis, maka dapat ditentukan jenis metode penerjemahan yang terdapat pada subtitle film "Comme un Chef" tersebut.

  3. Menganalisis metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat teks sumber (dialog dalam film "Comme un Chef" tersebut).

  2. Mengidentifikasi metode penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam setiap kalimat yang terdapat pada subtitle film "Comme un Chef" tersebut.

  1. Membaca dengan teliti transkripsi ujaran berbahasa Prancis "Comme un Chef" beserta subtitle nya dalam bahasa Indonesia.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

  penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark, ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” tersebut. Sebaran kedelapan jenis metode penerjemahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan pada Subtitle Film Berbahasa Prancis

  

"Comme Un Chef" Dalam Bahasa Indonesia

No. Metode Frekuensi %

  1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word 183 11,76 )

  Translation

  2. Penerjemahan Harafiah (Literal Translation) 487 31,31

  3. Penerjemahan setia (Faithful Translation) 37 2,37

  4. Penerjemahan sematik (Semantic Translation) 127 8,16

  5. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation 41 2,63

  Translation )

  6. Penerjemahan Bebas (Free Translation) 260 16,72

  7. Penerjemahan idiomatik (Idiomatic 1 0,06

  Translation )

  8. Penerjemahan komunikatif (Communicative 347 22,31

  Translation )

  9. Ujaran yang tidak diterjemahkan 72 4,63

  Jumlah Total

  1555 100 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang dominan ditemukan adalah metode penerjemahan harafiah (literal translation) sebanyak 487 kali pemunculan (31,321%), selanjutnya metode penerjemahan bebas (free translation) dengan frekuensi 260 kali (16,72%), kemudian penerjemahan komunikaitf (communicative translation) yakni dengan frekuensi 347 kali (32,21%), selanjutnya metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 183 kali (11,76%), metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) sebanyak 127 kali (8,16%), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) sebanyak 41 kali (2,63%), metode penerjemahan setia (faithful translation) sebanyak 37 (2,37%) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dengan 1 kali pemunculan (0,06%). Selain dari sebaran penggunaan metode penerjemahan yang tertera pada tabel di atas, dapat diketahui juga bahwa terdapat 72 ujaran (4,63%) yang tidak diterjemahkan.

  Berdasarkan data yang tertera pada tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa frekuensi dominan metode penerjemahan harafiah (literal translation) menunjukkan bahwa antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia masih memiliki tingkat persamaan yang dikenal dengan istilah bahasa bersifat universal yang bermakna bahwa setiap bahasa di dunia masih memiliki kesamaan dalam hal menyatakan suatu ide, pendapat atau perasaan dengan menggunakan bahasa (Parera, 1991).

2. Metode Penerjemahan yang Efektif pada subtitle Film Berbahasa Prancis

  Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

  Berdasarkan analisis yang mendalam mengenai efektifitas penggunaan metode penerjemahan berdasarkan makna dan kriteria yang dikandung oleh setiap metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark, dapat diketahui bahwa, metode penerjemahan yang efektif digunakan adalah metode penerjemahan kata- per-kata (word-

  

for-word translation ) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Dari

  Wahyuni Sa‟dah

  hasil analisis juga dapat diketahui bahwa kefektifan metode penerjemahan ini disebabkan pada konteks penggunaannya. Metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word

  

translation ) tersebut efektif digunakan pada penerjemahan, kata, frasa, nama, angka, dan

  kalimat sederhana yang terdiri atas subjek + prediakat atau subjek + predikat + dan objek saja. Dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) juga efektif digunakan karena idiom yang terdapat pada bahasa Prancis memiliki padanan idiomatik dalam bahasa Indonesia. Sementara metode penerjemahan harafiah (literal translation), metode penerjemahan setia (faithful translation), metode penerjemahan semantik (semantic

  ), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation), metode

  translation

  penerjemahan bebas (free translation), dan metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) tidak sepenuhnya digunakan secara efektif. Ketidakefektifan penggunaan metode penerjemahan tersebut disebabkan oleh ketidaktepatan pemahaman penerjemah terhadap makna yang dikandung dalam bahasa sumber sehingga penerjemah menggunakan metode penerjemahan yang tidak efektif. Penjelasan mengenai metode penerjemahan yang tidak efektif tersebut akan disajikan pada subbab pembahasan. Berikut ini akan disajikan metode penerjemahan yang efektif saja karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode penerjemahan yang efektif digunakan dalam menerjemahkan ujaran pada film berbah asa Prancis “Comme un Chef” kedalam bahasa Indonesia. Sebaran metode penerjemahan efektif tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Efektif pada Subtitle Film Berbahasa

  

Prancis Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia

No. Metode Jumlah Jumlah %

Penggunaan Total Metode Penggunaan Efektif Metode

  1. Penerjemahan Kata demi kata 183 183 100 (Word-for-word Translation)

  2. Penerjemahan Harafiah (Literal 171 487 35,11

  Translation )

  3. Penerjemahan setia (Faithful

  6 37 16,21

  Translation )

  4. Penerjemahan sematik (Semantic 45 148 30,40 )

  Translation

  5. Penerjemahan Adaptasi

  5 41 12,19 (Adaptation Translation)

  6. Penerjemahan Bebas (Free 42 260 16,15

  Translation )

  7. Penerjemahan idiomatik (Idiomatic

  1 1 100

  Translation )

  8. Penerjemahan komunikatif 101 347 29,10 (Communicative Translation)

  Jumlah 553

  Berdasarkan data yang tercantum pada tabel di atas, dideskripsikan bahwa, penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Hal tersebut dibuktikan melalui dari 183 kali penggunaan metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), keseluruhan penggunannya efektif. Begitu juga dengan penggunaan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic

  

translation ) walaupun hanya memiliki 1 frekuensi, namun penggunaan metode tersebut

  efektif digunakan. Sementara itu, pada tabel di atas juga diketahui bahwa, penerjemahan

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

  harafiah (literal translation) hanya efektif 35,11 % atau hanya 171 kali dari 487 pemunculan. Kemudian metode penerjemahan semantik (semantic translation) hanya efektif 30,40 % atau 45 kali dari total frekuensi 148 kali, selanjutnya metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) memiliki efektifitas sebesar 29,10% atau 101 kali dari 347 pemunculan, metode penerjemahan adaptasi (adaptation

  ) efektif sebesar 12,19% atau 5 kali penggunaan dari 41 kali pemunculan,

  translation

  metode penerjemahan bebas (free translation) efektif sebesar 16,15% atau 42 kali 260 kali total pemunculan, metode penerjemahan setia (faithful translation) efektif sebesar 16,21% atau hanya 6 kali dari 37 total penggunaan, dan penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) efektif sebesar 100 % karena hanya digunakan 1 kali dan penggunaannya efektif.

  Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa, jika dijumlahkan penggunaan metode penerjemahan yang efektif hanya berjumlah 553 buah ujaran dari jumlah total 1555 ujaran yang terdapat pada film berbahasa “Comme un Chef” tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hanya 35,56% saja metode penerjemahan yang efektif dalam menyampaikan makna yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa tidak seluruh pesan yang dikandung teks bahasa sumber tersampaikan kepada khalayak penonton film tersebut yang hanya mampu mendengar atau membaca teks dalam bahasa Indonesia.

  Berdasarkan data tersebut dapat dinterpretasikan bahwa, kemampuan penerjemah dalam menerjemahkan ujaran para tokoh pada film “Comme un Chef” tersebut hanya didasari oleh kemampuan tatabahasa dan linguistik yang masih sederhana. Hal tersebut tergambar melalui penggunaan dominan metode penerjemahan harafiah (literal

  

translation ) yang pada hakekatnya merupakan metode penerjemahan yang berbasis

  tatabahasa dan aspek linguistik bahasa sumber, dan belum dilakukan proses pemadanan budaya dalam bahasa sasarannya, yang dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Sementara seperti yang dikemukan oleh para ahli penerjemahan penerjemahan yang baik dapat diketahui melalui proses pemadanan aspek linguistik dan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dimana hasil terjemahannya tidak terlihat seperti hasil terjemahan.

  Oleh sebab itu penting diketahui bahwa penggunaan metode penerjemahan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan kalimat bahasa sumber yang diselaraskan dengan bahasa sasaran karena setiap metode penerjemahan akan efektif jika digunakan secara tepat guna.

  

Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada pada subtitle Film Berbahasa

Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

  Proses pergeseran penerjemahan (shifts) dilakukan dengan melalui tahap awal yakni, menghitung jumlah setiap kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata preposisi dan kata penghubung yang terdapat dalam ujaran pemeran pada film tersebut. Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh jumlah kata seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Jumlah Kata yang Dijadikan Objek Penelitian pada Ujaran Pemeran Film “Comme

  

un Chef “ Karya Daniel Cohen

No Kelas Kata Jumlah

  1. Kata Benda 3269

  2. Kata Kerja 2699

  3. Kata Keterangan 473

  Wahyuni Sa‟dah

  4. Kata Sifat 416

  5. Preposisi 343

  6. Kata Penghubung 187

  Jumlah Total 7387

  Setelah melakukan penyisiran kelas kata tersebut di atas, selanjutnya peneliti menganalisis pergeseran yang terjadi pada subtitle film tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata tersebut, diperoleh data bahwa ditemukan 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts) dan 11 jenis pergeseran tingkatan (level shift).

  Pergeseran kelas kata (category shifts) yang ditemukan dalam penerjemahan ujaran para tokoh film berbahasa Prancis Comme un Chef dalam bahasa Indonesia beragam jumlahnya yakni sebanyak 13 jenis pergeseran. Ketiga belas jenis pergeseran tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Khan (2006).

  Adapun pergeseran kelas kata yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” adalah sebagai berikut, pergeseran kata kerja ke kata benda (KB) sebanyak 17 kali, pergeseran kata sifat ke kata benda (SB) berjumlah 7 kali, pergeseran kata sifat ke kata kerja (SK) 6 kali, pergeseran kata benda ke preposisi (BP) 2 kali, pergeseran kata benda ke kata keterangan (BKet) 5 kali, pergeseran kata sifat ke kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan ke kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan ke kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung ke kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi ke kata benda (PB) masing- masing 1 kali, pergeseran kata benda ke kata kerja (BK) sebanyak 13 kali, pergeseran kata benda ke kata sifat (BS) 2 kali, dan pergeseran kata kerja ke kata sifat (KS) 12 kali.

  Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film tersebut antara lain: pergeseran kata kerja dari kala kini ke nanti (KN) 8 kali, pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ) 1 kali, pergesaran kala nanti ke kala kini (NK) 5 kali, pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat yang mengandung tidak modalitas (MN) 3 kali, pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP) 9 kali, pergeseran kala kini ke kala lampau (KL) 27 kali, pergeseran dari kata benda jamak ke kata benda tunggal (JT) 19 kali, pergeseran modus kata kerja (M) 26 kali, pergeseran bentuk ujaran (U) 7 kali, pergeseran kala lampau ke kala kini 42 (LK), dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA) masing-masing 1 kali.

  Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pergeseran kelas kata (categoryshifts) dan pergeseran tingkatan (level shifts) yang terjadi pada penerjemahan ujaran pemeran film “Comme un Chef” tidak banyak jumlahnya. Sedikitnya jumlah dan jenis pergeseran penerjemahan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa penerjemah konsisten menggunakan jenis kata dan pola kalimat yang dikandung oleh bahasa sumbernya, sehingga dalam proses penerjemahan yang dilakukannya tidak banyak proses modifikasi kelas kata atau tatabahasa pada bahasa sasarannya. Hal tersebut juga dibuktikan melalui presentasi dominan metode penerjemahan harafiah (literal translation ).

  Metode Penerjemahan

  Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa kedelapan metode penerjemahan Newmark ditemukan pada subtitle film Comme un Chef tersebut. Pada bagian ini akan dijelaskan contoh dari masing-maisng metode penerjemahan tersebut.

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 a.

  Metode Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation) Berdasarkan hasil analisis, metode penerjemahan kata demi kata (Word-for-word

  ) efektif digunakan untuk menerjemahkan kalimat sederhana yang hanya

  translation terdiri dari subjek+ predikat atau subjek+predikat+objek.

  Contoh: Tsu. : Oui, je sais. Adv. Pron. Verbe ya, aku tahu Tsa. : Ya, aku tahu.

  (Comme Un Chef : 00: 05: 11,670-->00: 05: 13,686) Pada contoh di atas, dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation). Hal tersebut dibuktikan melalui pemadanan secara langsung setiap kata dari bahasa sumber yang diletakkan secara langsung di bawah bahasa sasaran. Setiap kata pada bahasa sumber diterjemahkan begitu saja dan tidak dilakukan pergeseran, penambahan atau pengurangan kata. Kata dalam bahasa sumber terdiri atas 3 buah kata yaitu, „oui‟ yang dipadankan dengan „ya‟, „je‟ dipadankan dengan „saya‟, dan „sais‟ yang dipadankan dengan „tahu‟. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa metode penerjemahan pada kalimat ini adalah kata demi kata (word-for-word translation).

  b.

  Metode Penerjemahan Harafiah (Literal Translation) Penggunaan metode penerjemahan ini cukup banyak digunakan pada film tersebut. Dari 487 kali pemunculan hanya 169 ujaran yang efektif diterjemahkan melalui penggunaan metode ini. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode penerjemahan harafiah (literal translation) tersebut. Contoh: Tsu. : Les gens s'en foutent de la qualité.

   Art. Nom Verbe Art. Nom Beberapa orang-orang tidak perduli beberapa kualitas

  Tsa. : Orang tidak peduli dengan kualitas.

  (Comme un Chef: 00: 12: 13, 235 --> 00: 12: 15, 092) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa penggunaan metode penerjemahan harafiah

  (literal translation) terasa efektif. Penggunaan metode ini ditandai oleh pemadanan kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan masih menggunakan makna kata yang terdapat dalam kamus, namun pada umumnya kata sandang seperti „Les‟ atau „de la‟ sudah tidak diterjemahkan lagi. Hal tersebut karena dalam bahasa Prancis setiap kata benda yang digunakan dalam kalimat tidak dapat berdiri sendiri, artinya harus didampingi oleh kata sandang (article). Kata sandang tersebut juga terdiri atas beberapa jenis yakni

  

article defini, article indefini, article contracté dan article partitif. Pada contoh di atas,

  terlihat penggunaan articleles” yang merupakan article define. Kata sandang “les” ini digunakan pada kata benda jamak baik kata benda femina maupun kata benda maskula. Kata sandang ini selalu menyertai kata benda yang sudah jelas atau dikenal. Kemudian kata sandang "de la" article partitif. Kata sandang ini digunakan pada kata benda yang

  Wahyuni Sa‟dah

  tidak dapat dihitung misalnya kata benda yang berhubungan dengan makanan, astrologi, dan kata benda abstrak. Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa kata benda vanila didahului oleh kata sandang partitif tersebut yang menunjukkan kata tersebut memang tidak dapat dihitung. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, kata sandang- kata sandang tersebut bersifat fakultatif sehingga dapat digunakan atau tidak dan sama sekali tidak akan mempengaruhi makna kata yang dikandungnya. Selain hal tersebut penggunaan metode penerjemahan harafiah juga dapat dibuktikan melalui pemadanan seluruh unsur penyusun kalimat pada ujaran film tersebut tanpa adanya pemadanan budaya karena memang kalimat tersebut tidak mengandung unsur budaya.

  c.

  Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation) Jumlah penggunaan metode penerjemahan setia (faithful translation) pada film ini tidak banyak hanya 36 kali saja dengan pemunculan metode penerjemahan efektif sebanyak 5 kali. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode tersebut. Contoh: Tsa. : Vous avez déjà goûté du Cheval Blanc ? Pron. Verbe adv. Verbe Art. Nom Nom Kau mempunyai sudah mencicipi beberapa kuda putih Tsu. : Pernahkah kau mencicipi Cheval Blanc?

  (Comme un Chef : 00: 38: 44, 231 --> 00: 38: 46,747) Penggunaan metode penerjemahan setia pada contoh tersebut ditandai dengan pemadanan kata Cheval Blanc. Cheval Blanc tersebut merupakan merek anggur yang cukup terkenal di Prancis. Penggunaan huruf kapital pada awal kedua kata tersebut tersebut menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan nama sesuatu, sehingga penerjemah tetap menggunakan kata tersebut karena memang konteks dimana kalimat tersebut diujarkan adalah pada saat Alexandre menawarkan Jacky yang sedang lara hatinya untuk sejenak bersantai sambil minum anggur miliknya.

  d.

  Metode Penerjemahan Semantik (Semantic translation) Pada umumnya dapat berupa ekspresi tertentu, idiom atau pribahasa atau klausa dengan makna tertentu. Untuk lebih jelas peneliti akan memberikan beberapa contoh penggunaan penerjemahan semantic tersebut. Contoh: Tsu. : Je connais par cœur les recettes des grands chefs. Pron. Verbe pré. Nom Art. Nom Art. Adj. Nom Aku kenal melalui hati beberapa resep-resep beberapa besar-besar koki-koki Tsa. : Aku tahu semua resep koki-koki besar.

  (Comme un Chef: 00: 03: 41,816 --> 00: 03: 44,270) Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa metode penerjemahan semantik digunakan untuk menerjemahkan kata, frasa, kalimat atau ekspresi dengan makna tertentu maka pada contoh di atas dapat diketahui bahwa frasa „connais par cœur‟ tersebut memiliki makna khusus yakni „tahu‟. Penggunaan metode ini juga kerap kali dipengaruhi oleh konteks penggunaannya sehingga pada saat komunikasi berlangsung biasanya makna yang tidak terdapat dalam bahasa sumber muncul dalam bahasa sasaran.

  Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

  Konteks komunikasi kalimat ini diujarkan adalah pada saat Jacky Bonnot sedang melamar pekerjaan sebagai koki pada sebuah retoran sederhana namun untuk meyakinkan pemilik restoran tersebut Jakcy menyebutkan kelebihannya yakni mengetahui semua resep-resep dari koki ternama.

  e.

  Metode Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation) Pada umumnya pemadanan ini dapat dilakukan karena terdapatnya kesamaan identik antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya. Contoh dari penerapan metode tersebut adalah: Tsu. : Une entrecôte-frites, un bœuf carottes-frites.

   Art. Nom Art. Nom Nom

  Sebuah steak-kentang goreng sebuah daging Wortel-wortel kentang goreng Tsa. : Steak dan kentang goreng, rebusan daging dan kentang goreng.

  Makanan merupakan salah satu istilah budaya yang pada umumnya sulit untuk dipadankan. Pada contoh di atas, semua jenis makanan yang disebutkan, seperti „une

  

entrecôtes-frites ‟ dan „carrotes-frites‟ merupakan makanan khas Prancis yang dikenal

  dengan istilah makanan cepat saji. Namun semua jenis makanan tersebut dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga istilah dalam bahasa sumbernya tidak perlu digunakan. Menurut para ahli penerjemahan penerjemahan istilah budaya yang dapat dipadankan dengan menggunakan kata yang bermakna sama dengan bahasa sumbernya adalah merupakan ciri metode penerjemahan adaptasi.

  f.

  Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation) Pada penerjemahan bebas (free translation) ini, penerjemah biasanya hanya mementingkan makna yang dikandung oleh bahasa sumber tanpa memperhatikan realisasi bahasa baik bentuk, unsur, dan gaya bahasa sumbernya. Contoh: Tsu. : Oui.

   Adv.

  Ya. Tsa. : Aku mau.

  (Comme un Chef: 01: 18: 46, 104 --> 01: 18: 47, 572) Contoh kalimat di atas merupakan salah satu contoh penerapan metode penerjemahan bebas (free translation). Hal tersebut dapat dilihat melalui pemunculan dua buah kata „aku‟ dan „mau‟ dalam bahasa sasaran yang sudah jelas tidak ditemukan dalam bahasa sumber. Pemunculan dua kata tersebut merupakan wujud penambahan kata yang dilakukan oleh penerjemah. Kalimat „aku mau‟ tersebut merupakan penerjemahan makna kata „oui‟ yang diucapkan oleh Beatrice ketika menerima lamaran dari Jacky. Sehingga penerjemahan kata „aku mau‟ tersebut merupakan wujud penerjemahan makna „aku mau menikah denganmu, yang dalam bahasa sumbernya hanya dinyatakan dengan 1 kata saja.

  Wahyuni Sa‟dah g.

  Metode Penerjemahan Idiomatik (idiomatic translation) Penggunaan metode penerjemahan ini merupakan metode yang paling sedikit ditemukan dalam subtitle film „Comme un Chef‟ tersebut yakni hanya 1 kali pemunculan saja. Penggunaan metode ini terdapat pada ujaran nomor 778. Contoh: Tsu.: Bas- droit.

   Adj. Adj.

  Bawah kanan Tsa. : Tangan Kanan.

  (Comme un Chef: 00: 40: 35,219 --> 00: 40: 35, 331 ) Seperti yang dikemukakan oleh para ahli linguistik, bahwa idiom adalah perpaduan dua kata yang mengandung makna lain atau secara matematis dapat dirumuskan menjadi a+b = c, dan bukan a+b = ab. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas yakni idiom yang berupa penggabungan dua kata sifat „bas‟ berarti „bawah‟, dan „droit‟ berarti