PENGARUH TEH HERBAL BERBASIS DAUN CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia Merr.) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PROFIL LIPID TIKUS HIPERGLIKEMIA Effect of Herbal Tea Based Green Grass Leaf for the Level of Blood and Lipid Profile of Rat Wistar Hiperglikemia

  

PENGARUH TEH HERBAL BERBASIS DAUN CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia Merr.)

TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PROFIL LIPID TIKUS HIPERGLIKEMIA

Effect of Herbal Tea Based Green Grass Leaf for the Level of Blood and Lipid

Profile of Rat Wistar Hiperglikemia

  1*

  1

  1 Prajwalita Rukmakharisma Rizki , Rizca Dwi Jayanti , Tri Dewanti Widyaningsih

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email :

  

ABSTRAK

  Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Penyakit ini ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) dan abormalitas metabolisme lemak (dislipidemia). Daun cincau hijau dan kulit buah naga merah memiliki senyawa bioaktif yang dapat memperbaiki abnormalitas tersebut sehingga dipilihlah teh herbal sebagai minuman fungsional yang memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa teh herbal berbasis daun cincau hijau mengandung antioksidan sebesar 68.63%, nilai IC50 182 ppm, flavonoid 392.67 µg CEQ/ml, serat kasar 0.15% dan pH 7.63. Hasil perlakuan teh herbal berbasis daun cincau hijau dan kulit buah naga merah memberikan pengaruh nyata (

  α=0.05) terhadap penurunan kadar glukosa darah dan profil lipid tikus wistar jantan. Kata Kunci : Antioksidan, Daun cincau, Glukosa darah, Kulit buah naga, Profil lipid

  

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of group of metabolic diseases that occir due to abnormalities

insulin secretion, resistence of insulin or both. The diseases usually preceded by the presence

of hyperglycemia and abnormalities lipid metabolism (dyslipidemia). Green grass leaf and

dragon fruit peel compounds bioactive that can repair abnormalities, therefore it choosen herbal

tea that has positive benefits for the body. The result of the research showed that herbal tea

based green grass leaf had antioxidant 68.63%, IC50 value of 182 ppm, flavonoid 392.67 µg

CEQ/ml, crude fiber 0.15% and pH 7.63. Treatment of herbal tea based green grass leaf has

significant effect (

  α = 0.05) to decrease the level of glucose and lipid profile male wistar rat. Keywords : Antioxidants, Dragon fruit peel, Glucose, Green grass leaf, Lipid profile

  

PENDAHULUAN

  Badan Kesehatan Dunia (WHO, World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa. Penderita diabetes mellitus dapat dikarenakan resistensi insulin, biasanya memiliki ciri-ciri mengalami kenaikan glukosa melebihi batas normal (hiperglikemia) dan juga mengalami abnormalitas metabolisme lemak. Aktivitas pemecahan lemak (lipolisis) tidak terkendali, menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas, trigliserida (hipertrigliseridaemia) dan kolesterol (hiperkolesterolemia) [1]. Daun cincau hijau dan kulit buah naga merah dipercaya memiliki kadar antioksidan dan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Apabila metabolisme glukosa didalam darah normal makan akan dapat memperbaiki abnormalitas profil lipid didalam tubuh. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap minuman fungsional teh herbal yang terbuat dari ekstrak daun cincau hijau dan kulit buah naga merah sebagai antihiperglikemia dan menurunkan profil lipid pada hewan coba tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini : daun cincau hijau, kulit buah naga merah, kayu manis, gula stevia didapatkan dari pasar besar Kota Malang. Tikus wistar jantan dewasa umur 2-3 bulan dengan berat 150-200 gram diperoleh dari Mondoroko, Singosari. DPPH, NaOh, AlCl , Na-nitrit, glucose kit, kolesterol kit, trigliserid kit dan HDL presipitant yang

  3

  didapatkan dari Laboraturium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang

  Alat

  Gelas ukur (pyrex), timbangan analitik (Denver Instrument), panci, sendok, thermometer

  

(pyrex), refrigerator (SHARP), pisau, baskom, cup plastik, kertas saring. Alat untuk pengujian

  aktivitas antioksidan metode DPPH, IC . Sedangkan alat uji in vivo yaitu kandang tikus, botol

  50

  air minum, timbangan, baskom, jarum sonde, sentrifus “JOVAN A 14”, microtube dan spektrofotometer “20 D Plus”.

  Desain Penelitian

  Tahap 1 adalah pembuatan teh herbal dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor, masing-masing faktor terdiri dari 3 level dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor 1 adalah formulasi filtrate daun cincau hijau dan kulit buah naga merah (70:30 (v/v), 80:20 (v/v), 90:10 (v/v)). Faktor 2 adalah formulasi penambahan filtrate kayu manis (0.5% (b/v), 1% (b/v), 1.5% (b/v)). Data yang didapatkan dianalisis menggunakan ANOVA dan dilakukan uji lanjut BNT dengan selang kepercayaan 5%. Penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny. Penelitian tahap 2 yaitu in vivo menggunakan metode tersarang (nested) dengan 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok normal, hiperglikemia, obat gibenklamid, teh herbal dosis 1 (2.7ml/150g BB) dan kelompok teh herbal dosis 2 (5.4ml/150g BB).

  Metode Penelitian

  Daun cincau dipotong kecil dengan ukuran 3x1.5 cm. Kulit buah naga dipotong 2x2 dan dilakukan pengeringan dengan suhu 50 C selama 18 jam. Bahan yang sudah dikeringkan, ditimbang, diekstraksi. Perbandingan bahan dengan pelarut yaitu 1:20. Untuk metode infusa dilakukan pelarut air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Setelah itu disaring dan diremas untuk mendapatkan cairan ekstrak bahan. Teh herbal dibuat berdasarkan kombinasi proporsi perlakuan dan penambahan gula stevia 0.5%. Selama proses pencampuran dilakukan pengadukan agar homogen. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan aktivitas antioksidan metode DPPH, total flavonoid dan dilakukan uji in vivo

  Prosedur Analisis Uji Aktifitas Antioksidan [3]

  Pengujian aktvitas antioksidan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 0.1 ml lalu ditambahkan etanol sebanyak 5 ml,divortex dan diambil sebanyak 4 ml. Selanjutnya ditambahkan DPPH 1 ml 0.2 mM larutan 1,1-diphenyl-2-pycrilhidrazil (DPPH) dalam etanol, divortex kemudian diinkubasi di tempat gelap selama 30 menit dan diabsorbansi pada panjang gelombang 517nm.

  Uji Total Flavonoid [4]

  Menyiapkan sampel larutan kemudian diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan aquades 4 ml, kemudian ditambahkan larutan 5% sodium nitrit 0.3 ml dan larutan 10% AlCl 0.3 ml. diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit, ditam2ml 1M NaOH

  3

  dalam campuran, ditambahkan aquades hingga 10ml, divortex dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510nm.

  Uji pH [5] Elektroda dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer pH 4, dibilas dengan aquades.

  Dipindahkan kedalam larutan buffer pH 7, dibilas dengan aquades kembali. Elektrode dibilas dengan menggunakan aquades dan dikeringkan dengan kertas tissue. Elektroda pH meter dicelupkan pada larutan sampel kemudian ditunggu hingga menunjukan angka yang stabil dan catat hasil pH sampel.

  Uji Fisik [6]

  Analisis warna dilakukan menggunakan color reader dengan menentukan target pembacaan L* a* b* color space dan memulai pengukuran warna. Untuk bahan cair, dimana diperlukan tempat untuk pengujian, gelas yang digunakan harus sama, baik dalam hal ketebalan, bentuk, maupun kebersihan gelas tersebut.

  Uji Kadar Glukosa Darah [7]

  Sampel berupa serum darah diambil sebanyak 10 μl dan dicampurkan dengan 1000 μl pereaksi kit. Kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan dengan cara

  o o divortex. Campuran diinkubasi pada suhu 37 C selama 10 menit atau 30 C selama 20 menit.

  Kemudian dibaca absorbansi pada λ = 500nm. Kadar glukosa darah (mg/dl) dapat dihitung

  Absorbansi Sampel

  dengan rumus berikut : x 100

  Absorbansi Standar Uji Profil Lipid [8]

  Profil lipid diuji dengan mengambil serum darah sebanyak 10 μl dan ditambahkan dengan 1ml reagen kemudian divortex. Diinkubasi pada suhu 20 C selama 20menit. Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 500nm. Sedangkan untuk analisis HDL dilakukan tahap persiapan sampel yaitu dengan mencampurkan 0.2ml serum dengan 0.5ml reagen HDL presipitant. Diinkubasi pada suhu kamar selama 15menit , kemudian disentrifuse kecepatan 2500rpm selama 15menit. Supernatant yang didapatkan diambil 0.1ml dan ditambahkan 1ml reagen, divortex. Larutan diinkubasi pada suhu 20 C selama 20 menit. Dibaca absorbansinya pada λ = 500nm.

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Bahan Baku

  Bahan baku yang digunakan adalah daun cincau hijau, kulit buah naga merah dan kayu manis. Hasil yang didapat dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 1. Hasil Analisis Bahan Baku Awal Teh Herbal Berbasis Daun Cincau

  Parameter Bahan Baku Aktivitas antioksidan (%) Total flavonoid (µml CEQ /ml)

  Maserasi infusa Maserasi infusa Daun cincau hijau

  86.26 74.98 1867.00 399.3 Kulit buah naga merah

  84.79 35.74 1065.89 526 Kayu manis

  86.80 76.44 2067 507.11 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan bahan baku yang paling tinggi pada metode maserasi. Dibandingkan dengan bahan baku yang diekstrak dengan cara diinfusa, bahan baku yang diekstrak menggunakan maserasi memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan proses pemanasan pada ekstraksi dengan perebusan dapat merusak antioksidan.

  Nilai flavonoid tertinggi pada metode maserasi terdapat pada daun cincau hijau sebesar 1867.00 µml CEQ /ml dan pada metode perebusan terdapat pada kulit buah naga merah yaitu sebesar 526 µml CEQ /ml. Flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol. Sehingga ekstraksi dengan menggunakan air kurang dapat mengeluarkan senyawa flavonoid dari bahan. Sehingga dapat dilihat pada tabel diatas, bahan yang diekstrak menggunakan air menunjukkan penurunan yang signifikan.

  Analisis Produk Teh Herbal

  1. Analisis Aktivitas Antioksidan

  Prinsip dari uji ini adalah adanya donasi atom hidrogen dari substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non radikal. Perubahan warna yang akan terjadi adalah perubahan dari larutan yang berwarna ungu menjadi berwarna kuning.

  Tabel 2. Pengaruh Proporsi Filtrat Daun Cincau Hijau dan Kulit Buah Naga Terhadap Antioksidan Teh Herbal

  Proporsi Rata-rata Nilai Total Antioksidan (%)

  Daun Cincau Hijau 70 % : Kulit Buah Naga 30 % 52.42 a Daun Cincau Hijau 80 % : Kulit Buah Naga 20 % 61.66 b Daun Cincau Hijau 90 % : Kulit Buah Naga 10 % 66.18 c

Tabel 2 menunjukk an bahwa ada pengaruh nyata (α = 0.05) perlakuan proporsi filtrate

  daun cincau hijau dan kulit buah naga merah. Semakin banyak penambahan filtrate daun cincau hijau akan meningkatkan nilai dari total antioksidan. Warna hijau yang terdapat pada daun cincau hijau berasal dari adanya zat hijau daun (klorofil) yang dapat berperan sebagai antioksidan. Selain itu sesuai dengan tabel 1 yang menampilkan bahwa antioksidan cincau hijau adalah sebesar 74.98% dan kulit buah naga sebesar 35.74%. Selain itu juga ada pengaruh nyata untuk penambahan kayu manis pada teh herbal, sedangkan untuk interaksi diantara keduanya tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap nilai antioksidan teh herbal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 dibawah.

  Tabel 3. Pengaruh Penambahan Filtrat Kayu Manis Terhadap Antioksidan Teh Herbal

  Konsentrasi Rata-rata Nilai Total Antioksidan (%)

  0.5% 55.69 a 1%

  60.63 b 1.5% 63.93 b

  Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan kayu manis juga akan meningkatkan total antioksidan produk. Hasil rata-rata antioksidan tertinggi ada pada penambahan kayu manis sebanyak 1.5% yaitu sebesar 63.93%.

  2. Analisis Total Flavonoid

  Prinsip dari analisis total flavonoid adalah menggunakan AlCl (asam Lewis) yang akan

  3

  membentuk ikatan kompleks dengan gugus hidroksil dari senyawa flavonoid. Perubahan yang terjadi akan diidentifikasi melalui absorbansi pada daerah sinar tampak melalui spektrofotometer. Semakin banyak kandungan senyawa flavonoid dalam satu produk maka akan terlihat warna kuning yang semakin pekat apabila dilihat secara visual. Kandungan total flavonoid dinyatakan dalam RE (rutin equivalent) dan biasanya menggunakan larutan standar kuersetin sebagai standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar total flavonoid teh herbal berbasis cincau hijau dengan penambahan kulit buah naga merah dan kayu manis berkisar antara 236.79

  • – 392.67 mikroml CEQ/ml. Tabel 4.Pengaruh Proporsi Daun Cincau Hijau dan Kulit Buah Naga Merah terhadap Total Flavonoid Teh Herbal

  Proporsi Rata-rata Nilai Total Antioksidan (%)

  Daun Cincau Hijau 70 % : Kulit Buah Naga 30 % 257.25 a Daun Cincau Hijau 80 % : Kulit Buah Naga 20 % 291.35 b Daun Cincau Hijau 90 % : Kulit Buah Naga 10 % 361.06 c

  Tabel 5. Pengaruh Penambahan Filtrat Kayu Manis Terhadap Total Flavonoid Teh Herbal

  Konsentrasi Rata-rata Nilai Total Antioksidan (%)

  0.5% 279.31 a 1% 298.51 a

  1.5% 331.84 b Berdasarkan sidik ragam tabel 4 dan tabel 5 dapat dilihat bahwa perbedaan proporsi filtrate daun cincau hijau dan kulit buah naga serta penambahan filtrate kayu manis masing- masing memberikan pengaruh nyata terhadap total flavonoid. Hasil tertinggi dari proporsi daun cincau hijau dan kulit buah naga terdapat pada proporsi 90:10 sebesar 361.06 µml CEQ /ml. Penambahan kayu manis hasil tertinggi terdapat pada 1.5% yaitu sebesar 331.84 µml CEQ /ml. Namun interaksi dari keduanya tidak memberikan perbedaan yang nyata.

  Analisis warna dilakukan dengan alat yang bernama colour reader dan menghasilkan nilai L, a dan b. Nilai L merupakan atribut nilai yang menunjukkan tingkat kecerahan suatu sampel dengan nilai kisaran 0 (hitam)

  • – 100 (putih). Tabel 6. Pengaruh Proporsi Filtrat Daun Cincau Hijau dan Kulit Buah Naga Terhadap Nilai Kecerahan (L) Teh Herbal

  Proporsi Rata-rata Nilai L

  Daun Cincau Hijau 70 % : Kulit Buah Naga 30 % 20.937 a Daun Cincau Hijau 80 % : Kulit Buah Naga 20 % 21.719 b Daun Cincau Hijau 90 % : Kulit Buah Naga 10 % 21.796 b

  Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan proporsi filtrate cincau hijau : kulit buah naga merah memberikan pengaruh nyata terhadap nilai L teh herbal (α = 0,05). Proporsi 80:20 dan 90:10 menunjukkan perbedaan yang tidak begitu mencolok. Hasil warna yang paling cerah terdapat pada proporsi 90:10 sebesar 21.796. Pada penambahan kayu manis juga menunjukkan beda nyata seperi pada tabel 6 namun untuk perlakuan interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai L teh herbal.

  Tabel 7. Pengaruh Penambahan Filtrat Kayu Manis Terhadap Kecerahan (L) Teh Herbal

  Proporsi Rata-rata Nilai L

  0.5% 21.1556 a 1% 21.1481 a

  1.5% 22.1481 b

  • – 14 dan mengindikasikan keasaman atau kebasahan. Pengukuran pH biasa dilakuan menggunakan pH meter. Nilai pH teh herbal berbasis daun cincau hijau cenderung netral yaitu pada kisaran 6.97
  • – 7.29 di semua perlakuan. Pada tabel 8 dibawah ini dapat kita lihat bahwa proporsi pemberian filtrate cincau hijau dan kulit buah naga memberikan pengaruh nyata.

  3.00

  3.45

  3.25 CN3K1

  3.30

  3.05

  3.25

  2.80 CN3K2

  3.35

  3.40

  3.30

  2.50 CN3K3

  3.25

  3.15

  2.90 Nilai tertinggi

  3.30

  3.50

  3.40

  3.50

  3.25 Nilai terendah

  3.20

  2.75

  2.80

  2.20 Analisis Perlakuan Terbaik Diperoleh perlakuan terbaik dengan proporsi filtrate daun cincau hijau 90%:kulit buah naga merah 10% dengan penambahan filtrate kayu manis sebanyak 1.5 %. Tabel 10. Analisis Perlakuan Terbaik Minuman Teh Herbal Berbasis Daun Cincau Hijau

  Parameter Perlakuan Terbaik

  kecerahan

  22.89 PH

  7.63 Antioksidan 68.63 % Flavonoid

  392.67 μg CEQ/ml

  3.40

  2.90 CN2K3

  Semakin sedikit jumlah filtrate kulit buah naga yang ditambahkan pada produk teh herbal akan membuat warna dari produk menjadi semakin cerah dan semakin banyak kulit buah naga yang ditambahkan akan menjadikan warna produk menjadi semakin gelap, karena warna dari filtrate kulit buah naga yaitu merah pekat.

  2.20 CN1K2

  4. Analisis pH

  pH adalah konsenterasi ion hidrogen yang dinyatakan dalam mo/liter. Kisaran pH adalah anatar 0

  Tabel 8. Pengaruh Proporsi Daun Cincau Hijau Dan Kulit Buah Naga Terhadap pH Teh Herbal

  Proporsi Rata-rata Nilai L

  Daun Cincau Hijau 70 % : Kulit Buah Naga 30 % Daun Cincau Hijau 80 % : Kulit Buah Naga 20 % Daun Cincau Hijau 90 % : Kulit Buah Naga 10 %

  7.00 a 7.17 b 7.25 c

  5. Analisis Organoleptik

  Uji hedonik yang digunakan dalam pengujian jelly drink kulit buah naga merah dan rosella dengan jumlah panelis sebanyak 20 orang. Skor skala hedonik berkisar dari 1 (tidak menyukai) dan 5 ( menyukai). Berikut ini adalah hasil analisis organoleptic Tabel 9. Rerata Hasil Analisis Organoleptik Uji Hedonik Teh Herbal Berbasis Daun Cincau Hijau

  Perlakuan Parameter Warna Aroma Kenampakan Rasa

  CN1K1

  3.25

  2.80

  2.80

  3.50

  3.50

  3.05

  3.15

  2.20 CN1K3

  3.25

  2.75

  3.00

  2.50 CN2K1

  3.20

  3.35

  3.35

  2.90 CN2K2

  3.45

  2.90

  IC50 182 ppm Serat Kasar 0.15 %

  Analisis Kadar Glukosa Darah

  Nilai kadar glukosa darah diketahui dengan pemberian reagen glucose kit GOD-FS pada serum darah. Serum darah didapatkan dari sampel darah yang sebelumnya disrntrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Data kadar glukosa darah tikus selama perlakuan tiga minggu tersaji pada gambar dibawah ini.

  Gambar 1. Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah Semua Perlakuan Selama Tiga Minggu Tabel 11. Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Tikus Wistar Hiperglikemia

  Selama 3 Minggu

  

Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Penurunan Kadar Kelompok

  Glukosa Darah (%)

minggu 0 minggu 1 minggu 2 minggu 3

Kontrol negative

94.35±4.97 94.32±2.73 92.45±6.74 93.88±5.75

  0.50 a Kontrol positif 191.80±4.67 185.51±3.94 182.41±5.61 190.27±5.57 0.80 a Gibenklamid 198.12±7.51 147.59±1.09 130.21±2.92 95.31±4.85 51.90 d Teh herbal dosis 1 191.30±10,7 157.61±1.53 148.66±5.28 121.59±6.23 36.44 b Teh herbal dosis 2 190.17±9.13 155.99±3.20 137.52±5.67 108.00±6.29 43.21 c

  Berdasarkan Tabel 11. Menunjukkan penurunan kadar glukosa darah paling tinggi terjadi pada kelompok hiperglikemia dengan terapi gibenklamid yaitu sebesar 51.90 %. Selanjutnya penurunan pada tikus kelompok perlakuan hiperglikemia dengan terapi teh herbal dosis 2 yaitu sebesar 43.21 % dan pada tikus kelompok perlakuan hiperglikemia dengan terapi teh herbal dosis 1 sebesar 36.44 %. Pada kelompok tikus perlakuan normal dan kelompok tikus hiperglikemia mengalami penurunan kadar glukosa darah berturut

  • – turut sebesar 0.50 % dan 0.80 %. Penurunan kadar glukosa darah pada tikus hiperglikemia masih menunjukkan tikus dalam kondisi hiperglikemia melebihi batas normal.

  Penurunan kadar glukosa akibat pemberian obat gibenklamid masih yang terbaik dikarenakan gibenklamid merupakan salah satu obat turunan sulfonylurea dengan potensi penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi dibanding sulfonylurea lain . Namun pemberian teh herbal juga cukup memberi pengaruh besar terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid dan polifenol.

  Alkaloid bekerja dengan cara menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan sekresi

  

Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH), sehingga sekresi Growth Hormone pada

  hipofase meningkat. Kadar GH yang tinggi akan menstimulasi hati untuk mensekresi insulin-like growth factor-1 (IGF-1). IGF-1 mempunyai efek dalam menginduksi hipoglikemia dan menurunkan gluconeogenesis sehingga kadar glukosa darah dan kebutuhan insulin menurun.

  IGF-1 melalui negative feed back system akan menormalkan kembali kadar GH [11].

  Analisis Total Kolesterol

  Kolesterol termasuk golongan lipid (lemak), berkomponen alkohol steroid dan sebagian besar berfungsi sebagai sumber kalori. Di dalam tubuh kolesterol memiliki fungsi sebagai prekursor pemebentuk asam lemak empedu yang dibutuhkan untuk mengemulsikan lemak pada usus halus. Keberadaan kolesterol akan berbahaya di dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan di dalam darah dan dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penyempitan.

  Gambar 2. Rerata Kadar Total Kolesterol Darah Tikus Percobaan Pada Setiap Perlakuan Hasil penurunan total kolesterol paling signifikan terdapat pada perlakuan gibenklamid yang merupakan salah satu obat oral penderita diabetes. Pada perlakuan diabetes dengan dosis 1 sebanyak 2.7 ml/150g BB dan juga dosis 2 sebanyak 5.4 ml/150g BB juga terjadi penurunan kadar kolesterol. Pada tikus yang diinduksi aloksan terjadi abnormalitas pada total kolesterol karena tubuh kekurangan insulin. Kadar penurunan total kolesterol tikus percobaan selama 3 minggu dapat dilihat pada Tabel 12

  Tabel 12. Pengaruh Perlakuan terhadap Penurunan Kadar Total Kolesterol Tikus Percobaan Selama 3 Minggu

  Kelompok Kadar Kolesterol Darah (mg/dl) perlakuan Minggu ke-0 Minggu ke-3 Presentase Penurunan (%)

  Kontrol negative 73.61 ± 5.19 72.51 ± 6.31 1.49 a Kontrol positif 130.03 ± 21.31 130.20 ± 20.74 +0.13 a Gibenklamid 136.94 ± 6.63 71.38 ± 2.46 47.87 c Teh herbal dosis 1 136.61 ± 9.33 87.22 ± 4.42 36.16 b Teh herbal dosis 2 142.01 ± 7.82 74.32 ± 7.21 47.67 c

Kolesterol dika takan abnormal ketika kadarnya ≥ 130 mg/dl. Abnormalitas akibat induksi

  aloksan ini disebut hiperkolesterolemia. Pada perlakuan kontrol positif diabetes total kolesterolnya meningkat mencapai 130.03 mg/dl. Penurunan total kolesterol yang paling besar terdapat pada perlakuan obat yaitu sebesar 47.87% dan dilanjutkan dengan pemberian teh herbal dosis 2 yaitu sebesar 47.67%. Pemberian teh herbal dosis 1 juga dapat menurunkan total kolesterol namun hanya sebanyak 36.16%. Dapat disimpulkan bahwa pemberian teh herbal dosis 2 lebih efektif untuk menurunkan kadar total kolesterol dibandingkan dengan obat atau teh herbal dosis 1. Efek antidiabetik senyawa flavon telah dibuktikan pada tikus dan memberikan hasil positif. Flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung yaitu dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui beberapa mekanisme. Salah satu mekanisme peningkatan ekspresi gen antioksidan adalah melalui aktivasi nuclear factor

  

erythroid sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan

endogen seperti misalnya gen SOD.

  Analisis Kadar Trigliserida

  Pada penderita hiperglikemia biasanya juga akan mengalami abnormalitas metabolisme lemak. Aktifitas pemecahan lemak (lipolisis) tidak terkontrol. Hal itu menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas, trigliserida (hipertrigliseridemia) dan kolesterol (kolesterolemia) yang dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskuler seperti hipertensi dan serangan jantung [20]. Berikut adalah Gambar rerata kadar trigliserida tikus setelah perlakuan induksi dan setelah hari ke-21

  Gambar 3. Rerata Kadar Trigliserida Darah Tikus Percobaan Pada Setiap Perlakuan Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kadar trigliserida dari setiap perlakuan mengalami peningkatan daripada kontrol negatif setelah diberikan induksi aloksan. Pada perlakuan kontrol positif trigliserida yang tercatat adalah sebesar 112.02 mg/dl, pada perlakuan gibenklamid sebesar 120.90 ml/dl, perlakuan teh herbal dosis 1 (2.7 ml/dl) kadar trigliseridanya sebesar 113.15 ml/dl dan pada teh herbal dosis 2 (5.4 ml/dl) sebesar 111.84 ml/dl. Setelah 3 minggu perlakuan penyondean gibenklamid dan teh herbal terjadi penurunan kadar trigliserida.

  Penurunan paling besar terdapat pada perlakuan gibenklamid yaitu sebesar 43.23% dan untuk perlakuan penyondean teh herbal ada pada pemberian dosis 2 (5.4 ml/150g BB) yaitu sebesar 40.84%. Apabila dibandingkan dengan pemberian obat gibenklamid, perlakuan teh herbal dosis 2 juga lebih efektif karena dapat menurunkan kadar trigliserida tikus hiperglikemia hingga mendekati normal. Tabel 13. Pengaruh Perlakuan terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Tikus Percobaan Selama

  3 Minggu

  Kelompok Kadar Trigliserida (mg/dl) perlakuan Minggu ke-0 Minggu ke-3 Presentase Penurunan (%)

  Kontrol negative 45.11 ± 3.09 45.15 ± 3.42 +0.09 a Kontrol positif 112.02 ± 15.16 114.52 ± 16.48 +2.24 a Gibenklamid 120.90 ± 12.41 68.64 ± 9.05 43.23 d Teh herbal dosis 1 113.15 ± 14.47 83.56 ± 8.37 26.15 b Teh herbal dosis 2 111.84 ± 10.95 66.16 ± 3.73 40.84 c

  Hewan dengan hiperkolesterolemia akan mengalami adanya peningkatan kadar trigliserida (TG) karena adanya penumpukan visceral fat dan penurunan aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) yang dipicu oleh karena adanya radikal bebas yang akan mengganggu hidrolisis trigliserida, sehingga kadar trigliserida meningkat. Penurunan aktivitas enzim LPL juga akan menyebakan perubahan VLDL menjadi IDL menjadi terhambat, sehingga VLDL akan mengendap di dalam hepar dan menyebabkan perlemakan hepar berupa akumulasi lemak pada sinusoid dan sekitar sel-sel hepar. Produk teh ini mengandung senyawa antioksidan, flavonoid dan sedikit tannin yang berasal dari kayu manis. Penurunan kadar trigliserida darah pada kelompok perlakuan dosis 1 dan dosis 2 dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas LPL, ini dikarenakan efek dari antioksidan yang terdapat pada bahan baku yang digunakan bekerja dengan menghambat terjadinya radikal bebas sehingga berpengaruh terhadap kadar trigliserida serum darah.

  Analisis Kadar HDL

  HDL merupakan lipoprotein berdensitas tinggi dan memiliki sifat tidak stabil serta diproduksi di dalam hati dan usus halus. Fungsi HDL berkebalikan dengan fungsi lipoprotein lain yang berdensitas rendah. HDL sering disebut sebagai kolesterol baik karena membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri kembali ke hati untuk diuraikan menjadi asam empedu. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri sehingga dapat mencegah terjadinya arterosklerosis. Perubahan gaya hidup mempengaruhi kadar HDL, misalnya dengan olahraga dapat meningkatkan kadar HDL, sedangkan kegemukan dan merokok dapat menurunkan kadar HDL. Berikut adalah grafik rerata kadar HDL tikus pada masing-masing perlakuan

  Gambar 4. Rerata Kadar HDL Darah Tikus Percobaan Pada Setiap Perlakuan Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap rerata kadar

  HDL setelah induksi aloksan dan pasca pemberian perlakuan. Berikut merupakan kadar HDL seluruh perlakuan ditunjukkan pada tabel dibawah ini Tabel 14. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar HDL Tikus Percobaan Selama 3 Minggu

  Kelompok Kadar HDL (mg/dl) perlakuan Minggu ke-0 Minggu ke-3 Presentase Kenaikan (%)

  Kontrol negative 38.53 ± 4.41 38.69 ± 4.28 0.41 a Kontrol positif 24.35 ± 5.42 25.54 ± 2.98 4.89 b Gibenklamid 29.56 ± 4.91 41.26 ± 3.39 3.57 e Teh herbal dosis 1 28.96 ± 2.25 38.47 ± 1.19 32.82 d Teh herbal dosis 2 29.92 ± 0.75 40.72 ± 1.09 36.08 c

K adar kolesterol HDL tikus normal yakni ≥35 mg/dl dan perlakuan pemberian induksi

  aloksan memberikan pengaruh nyata pada HDL tikus karena dapat menurunkan jumlah HDL dibawah normal. Kadar HDL mengalami peningkatan setelah dilakukan perlakuan. Kadar HDL yang paling tinggi terdapat pada perlakuan obat gibenklamid sebesar 39.57%. Untuk perlakuan pemberian teh herbal kenaikan yang tertinggi ada pada pemberian dosis 2 (5.4 ml/150g BB) yaitu sebesar 36.08% dan dosis 1(2.7 ml/150g BB) sebesar 32.82%. Dengan begitu pemberian teh herbal berbasis daun cincau dosis 2 lebih efektif dibandingkan perlakuan dosis 1 dan sudah dapat menaikkan dan menormalkan kadar HDL tikus selama pemberian 3 minggu.

  Flavonoid meningkatkan kadar HDL disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain penghambatan penyerapan kolesterol dan peningkatan ekskresi empedu. Adanya antioksidan yang terdapat pada teh herbal berfungsi menaikkan kadar HDL dalam darah. Adanya antioksidan akan meningkatkan kadar HDL dengan cara meningkatkan mRNA Apolipoprotein A (Apo-A) hati yang berperan untuk menginisiasi sintesis Apo-A di mana Apo-A merupakan komponen utama penyusun HDL. Apo-A juga berfungsi menekan perbanyakan LDL sehingga tidak terjadi oksidasi LDL [12].

  Analisis Kadar LDL

  LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat merugikan. LDL mudah melekat pada dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri apabila terkandung dalam jumlah yang tinggi karena memiliki berat jenis yang rendah. Kadar LDL yang berlebih di dalam darah akan menyebabkan dinding pembuluh darah mengalami penebalan dan menimbulkan resiko penyakit jantung. LDL memiliki fungsi untuk mengangkut kolesterol dari hati untuk diedarkan ke seluruh tubuh sehingga jika terjadi peningkatan kadar trigliserida di dalam darah LDL juga akan mengalami peningkatan.

  Gambar 5. Rerata Kadar LDL Darah Tikus Percobaan Pada Setiap Perlakuan Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui adanya peningkatan kadar LDL pada tiap-tiap perlakuan setelah induksi aloksan. Setelah pemberian perlakuan teh herbal dosis 1 (2.7ml/150g

  BB) dan 2 (5.4ml/150g BB) dan pemberian glibenklamid dengan cara disonde, kadar LDL menunjukkan penurunan yang signifikan di akhir perlakuan. Teh herbal dosis 2 di akhir perlakuan menunjukkan kadar LDL sebesar 25.29 mg/dl, pada gambar dapat dilihat bahwa kelompok tikus dengan pemberian teh herbal dosis 2 menunjukkan kadar LDL yang hampir mendekati nilai normal pada tikus kontrol negatif. Kondisi diabetik akan menjadikan aktivitas enzim lipoprotein lipase menurun sehingga terjadi peningkatan kadar lipoprotein dalam darah. Lipoprotein yang kaya akan trigliserida mengalami proses katabolisme untuk menghambat produksi VLDL oleh hati. LDL merupakan produk akhir dsri VLDL, apabila produksi VLDL tidak dapat dikontrol kemungkinan kan terjadi peningkatan kadar LDL di dalam tubuh [12]. Hasil analisis sidik ragam pada kadar LDL dapat dilihat pada Tabel 15

  Tabel 15. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar LDL Tikus Percobaan Selama 3 Minggu

  Kelompok Kadar LDL (mg/dl) perlakuan Minggu ke-0 Minggu ke-3 Presentase Penurunan (%)

  Kontrol negative 24.04 ± 5.02 24.11 ± 4.69 +0.29 a Kontrol positif 80.37 ± 7.44 81.39 ± 6.03 +1.27 a Gibenklamid 76.83 ± 3.98 24.89 ± 5.29 67.60 c Teh herbal dosis 1 73.99 ± 9.78 38.17 ± 8.27 48.42 b Teh herbal dosis 2 71.89 ± 11.31 25.29 ± 4.17 64.81 c

  Berdasarkan hasil analisis uji BNT 5% pada tabel di atas dapat diketahui perlakuan tikus normal dengan tikus kontrol positif terhadap kadar LDL berbeda nyata yang ditunjukkan dengan perbedaan notasi. Perlakuan pemberian gibenklamid, teh herbal dosis1 dan teh herbal dosis 2 masing-masing juga memberikan beda nyata. Presentase penurunan LDL paling tinggi ada pada perlakuan gibenklamid yang dapat menormalkan kadar LDL dengan menyumbangkan penurunan sebesar 67.60%. Pada perlakuan teh herbal, dosis 2 menunjukkan kemampuan yang hampir menyamai obat, dimana selama 3 minggu dapat menurunkan kadar LDL sebanyak 64.81%. Kadar LDL tikus normal yakni 7-27.2 mg/dl. Adanya kayu manis yang juga digunakan dalam pembuatan teh herbal ini ikut menyumbangkan senyawa bioaktif berupa senyawa tanin.

  Tanin dapat mencegah oksidasi reseptor kolesterol LDL di dalam darah sehingga dapat mengurangi risiko stroke. Selain itu komponen utama pada tanin diduga menekan kadar kolestrol LDL plasma melalui mekanisme peningkatan aktifitas reseptor LDL.

  

SIMPULAN

  Formulasi terbaik dari pembuatan teh herbal adalah pada formulasi filtrate daun daun cincau hijau : kulit buah naga sebesar 90:10 dengan penambahan kayu manis sebesar 1.5%. Didapatkan hasil antioksidan sebesar 68.63% nilai IC50 sebesar 182 ppm, flavonoid 392.67 µg CEQ/ml, serat kasar sebesar 0.15% dan pH 7.63. Pada penelitian in vivo menunjukkan bahwa perlakuan pemberian teh herbal berbasis daun cincau hijau formulasi terbaik memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan glukosa darah dan profil lipid. Hasil uji menunjukkan bahwa pemberian teh herbal dosis 2 (5.4 ml/150 gr BB) memberikan pengaruh penurunan paling besar dibandingkan pemberian teh herbal dosis 1. Penurunan kadar glukosa sebanyak 43.21%, total kolestero lsebesar 47.67%, trigliserida sebesar 40.84%, kadar LDL sebesar 64.81% dan kenaikan HDL sebesar 36.08%.

  1) Feranose, P. 2010. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (H. Polyrhizus) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih yang diinduksi Aloksan. chem. 121: 820-825

  2) Kim,D., Chun, Y.Kim, H.Moon and C.Lee. 2003. Quatification Of Phenolic And Their Antioxidantcapacity In Fresh Plums. J.Agric. Food Chem., 51 : 6509-6515 3) Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Ed. ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB.

  Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods Hayati EK. 2005 4) Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih

  Padmawinata,15. Bandung : ITB 5) Zeleny, M. 1984. Multiple Criteria Decision Making. New York : Mc Graw Hill. 6) Bunting, K., J.K. Wang and M.F. Shannan. 2006. Control of Intrrleukin-2-gene Transcription: a Paradigm For Inducible, Tissue Specific Gene Expressions. Interleukins, eds. G. Litwack.

  74 : Elsevier Academic Press Inc pp 105-145 7) Zhao, R. et al., 2007. Anti DM Type 2 Activity Of Flavone From Ipome batatas Leave in Non Insulin Dependent DM type 2 Rats. International Journal Food Science, 42, pp.80-85.

  8) Wresdiyati, T; M. Astawan; Y.H. Lusia. 2006. Profil Imunohistokimia Super Oksida Dismutase (SOD) pada Jaringan Hati Tikus dengan Kondisi Hiperkolesterolemia. Hayati J Biosci 13: 85-89.

  9) Schaefer, E.J. et al., 2004. Effects Of an Inhibitor Cholesteroyl Ester transfer Protein on HDL Cholesterol. Eng J Med, 350, pp.1505-15. 10)

  Djam’an, Qhaturannada. 2008. Pengaruh Air Perasan Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata

  miers) Terhadap Konsentrasi HCL Lambung Dan Gambaran Histopatologi Lambung Tikus

  Galur Wistar Yang Diinduksi Acetyl Salicylic Acid. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang 11) Feranose, P. 2010. Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (H. Polyrhizus) terhadap Kadar

  Glukosa Darah Tikus Putih yang diinduksi Aloksan. chem. 121: 820-825 12) Fatmawati. 2008. Pengaruh Lama Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Kadar

  Kolesterol, LDL, HDL Dan Trigliserida Darah Tikus Diabetes. Skripsi. Malang : Universitas Islam Negeri Malang

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN LESITIN DAN CMC TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK MARGARIN SARI APEL MANALAGI (Malus sylfertris Mill) TERSUPLEMENTASI MINYAK KACANG TANAH The Effect of Lecithin and CMC Against Physical, Chemical and Organoleptic Apple Mana

0 0 11

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

0 0 11

PENGARUH PENAMBAHAN PANDAN WANGI DAN KAYU MANIS PADA TEH HERBAL KULIT SALAK BAGI PENDERITA DIABETES Effect of Addition of Fragant Pandannus and Cinnamon in Herbal Tea by Peel of Snake Fruit for Diabetic

0 0 12

PENGARUH BASA NaOH DAN KANDUNGAN ALB CPO TERHADAP KUALITAS MINYAK KELAPA SAWIT PASCA NETRALISASI The Effect of NaOH and Content of Free Fatty Acid (FFA) on CPO To The Quality of Palm Oil Post Neutralization

0 0 11

FORMULASI PEMBUATAN MIE INSTAN BEKATUL (KAJIAN PENAMBAHAN TEPUNG BEKATUL TERHADAP KARAKTERISTIK MIE INSTAN) Formulations of Rice Bran Instant Noodles Making (Study of Flour Bran Addition on the Characteristics of Instant Noodles)

0 0 12

SUPLEMEN CINCAU HITAM DAN DAUN BUNGUR UNTUK KOLESTEROL, HIPERTENSI DAN DIABETES Supplements of Black Grass Jelly and Banaba Leaves to Treatment Cholesterol, Hypertension, and Diabetes

0 0 8

PENDUGAAN UMUR SIMPAN MENGGUNAKAN METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING (ASLT) DENGAN PENDEKATAN ARRHENIUS PADA PRODUK TAPE KETAN HITAM KHAS MOJOKERTO HASIL STERILISASI Shelf- Life Prediction of Sterilized Mojokerto’s Fermented Black Glutinous Rice Using

0 1 10

PENGARUH KONSENTRASI PASTA SINGKONG (Manihot esculenta) DAN LAMA FERMENTASI PADA PROSES PEMBUATAN MINUMAN WINE SINGKONG The Effect of Concentration of Cassava Paste (Manihot esculenta) and Fermentation Time for Wine Production

0 0 9

PENGARUH PROPORSI PETIS DAN GULA MERAH DENGAN LAMA PEMANASAN TERHADAP BUMBU RUJAK CINGUR SELAMA PENYIMPANAN Effect of Proportion of Petis and Brown Sugar and Heating Time on Characteristics of Rujak Cingur Seasoning During Storage

0 0 11

ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK KASAR DAUN GAMBIR (Uncaria gambir var Cubadak) METODE MICROWAVE-ASSISTED EXTRACTION TERHADAP BAKTERI PATOGEN Antibacterial from Gambier Leaves Crude Extract (Uncaria gambir var Cubadak) Microwave-Assisted Extraction Method against

0 0 12