PEMILU PARLEMEN DAN PRESIDEN DI AMERIKA SERIKAT, VENEZUELA, PHILIPINA DAN KOREA SELATAN Oleh: Ade Priangani Abstrak - Ade Priangani 2013 (PEMILU PARLEMEN DAN PRESIDEN DI AMERIKA SERIKAT, VENEZUELA, PHILIPINA DAN KOREA SELATAN)

  PEMILU PARLEMEN DAN PRESIDEN DI AMERIKA SERIKAT, VENEZUELA, PHILIPINA DAN KOREA SELATAN Oleh: Ade Priangani Abstrak Fenomena menarik untuk mencermati pemilihan umum parlemen dan presiden di Amerika Serikat, Venezuela, Philipina dan Korea Selatan. Keempat negara ini menganut sistem pemerintahan Presidential, namun dalam penerapannya memiliki kelainan, termasuk cara memilih parlemen dan Presiden. Sistem parlemen di AS dan Philipina bikameral, sedangkan Venezuela dan Korea Selatan menerapkan Unikameral. Sedangkan dalam pemilu presiden AS pemilihan perwakilan melalui

electoral college, sedangkan tiga negara lainnya menerapkan pemilihan langsung, -

Venezuela dan Philipina menerapkan langsung sederhana- dan di Korea Selatan ada Perdana Menteri, meskipun sebagai Wakil Presiden.

  Kata Kunci: Pemilihan Umum Pendahuluan

  Pemilihan umum adalah proses substansial dalam penyegaran suatu pemerintahan. Andrew Reynolds menyatakan bahwa Pemilihan Umum adalah metode yang di dalamnya suara- suara yang diperoleh dalam pemilihan diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang dimenangkan dalam parlemen oleh partai- partai dan para kandidat. Pemilihan umum merupakan sarana penting untuk memilih wakil-wakil rakyat yang benar-benar akan bekerja mewakili mereka dalam proses pembuatan kebijakan negara. Pemilihan umum diikuti oleh partai-partai politik. Partai-partai politik mewakili kepentingan spesifik warganegara. Kepentingan-kepentingan seperti nilai-nilai agama, keadilan, kesejahteraan, nasionalisme, antikorupsi, dan sejenisnya kerap dibawakan partai politik tatkala mereka berkampanye. Sebab itu, sistem pemilihan umum yang baik adalah sistem yang mampu mengakomodasi kepentingan- kepentingan yang berbeda di tingkat masyarakat, agar terwakili dalam proses pembuatan kebijakan negara di parlemen.

  Dieter Nohlen mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam 2 (dua) pengertian, dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, sistem pemilihan umum adalah “…. segala proses yang berhubungan dengan hak pilih, administrasi pemilihan dan perilaku pemilih." Lebih lanjut Nohlen menyebutkan pengertian sempit sistem pemilihan umum adalah “…cara dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihan politiknya melalui pemberian suara, di mana suara tersebut ditransformasikan menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik." Definisi lain diberikan oleh Matias Laryczower and Andrea Mattozzi dari

  Institute of Technology

  California . Menurut mereka, yang dimaksud dengan sistem pemilihan umum adalah “…menterjemahkan suara yang diberikan saat Pemilu menjadi sejumlah kursi yang dimenangkan oleh setiap partai di dewan legislatif nasional. Dengan memastikan bagaimana pilihan pemilih terpetakan secara baik dalam tiap kebijakan yang dihasilkan, menjadikan sistem pemilihan umum sebagai lembaga penting dalam demokrasi perwakilan."

  Melalui dua definisi sistem pemilihan umum yang ada, dapat ditarik konsep- konsep dasar sistem pemilihan umum seperti: Transformasi suara menjadi kursi parlemen atau pejabat publik, memetakan kepentingan masyarakat, dan keberadaan partai politik. Sistem pemilihan umum yang baik harus mempertimbangkan konsep- konsep dasar tersebut.

  Setiap negara memiliki sistem pemilihan umum yang berbeda. Perbedaan itu diakibatkan oleh berbedanya sistem kepartaian, kondisi sosial dan politik masyarakat, jumlah penduduk, jenis sistem politik, dan lain sebagainya. Sebab itu, pilihan atas sebuah sistem pemilihan umum menjadi perdebatan sengit di kalangan partai politik.

  Namun, apapun dasar pertimbangannya, sistem pemilihan umum yang ditetapkan harus memperhatikan serangkaian kondisi. Kondisi ini yang membimbing pemerintah dan partai politik guna menetapkan sistem pemilihan umum yang akan dipakai.

  Pentingnya sistem petanggungjawaban Presiden dalam sebuah negara yang berbentuk republik didasarkan kepada beberapa teori yang saling berkaitan. Teori kedaulatan rakyat timbul sebagai reaksi dari kedaulatannya yang diprakarsai oleh Jean Jacques Rousseau yang mengajarkan bahwa dengan perjanjian masyarakat

  Du Contract Social

  ( ) maka orang menyerahkan kebebasan hak-hak sertanwewenangnya pada rakyat seluruhnya, yaitu natural liberty dalam suasana bernegara kembali sebagai “Civil Liberty”. Sehingga kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat yang diselenggarakan dengan melalui perwakilan yang berdasarkan suara

  volonte generale terbanyak ( ).

  Pembahasan Pemilu Amerika Serikat

  Pemilihan legislatif, digelar pada setiap tahun genap di wilayah federal dan sebagian besar negara bagian serta lokal untuk berbagai jabatan pemerintahan di AS. Beberapa negara bagian dan wilayah lokal mengadakan pemilihan setiap tahun ganjil. Setiap empat tahun, warga Amerika memilih seorang presiden dan wakilnya. Sedangkan setiap dua tahun, warga Amerika memilih ke 435 anggota DPR AS dan kira-kira sepertiga dari 100 anggota Senat Amerika Serikat. Masa bakti setiap senator enam tahun.

  Ada dua ragam dasar pemilu AS: pemilihan pendahuluan dan pemilihan umum. Pemilihan pendahuluan dilakukan sebelum pemilihan umum untuk menentukan calon-calon dari partai yang akan maju untuk pemilihan umum. Para calon yang menang dalam pemilihan pendahuluan selanjutnya mewakili partainya dalam pemilu.

  Pada masa lalu, pemilihan Kongres cenderung menjadi terpusat ke partai, dimana banyak pemilih yang loyal kepada satu partai politik dan cenderung memilih anggota Kongres dari partai yang bersangkutan. Namun sejak 1960-an, pemilihan anggota Kongres semakin berpusat kepada si calon. Pertumbuhan media dan internet, pentingnya penggalangan dana kampanye yang agresif, jajak pendapat yang konstan dan aspek-aspek kampanya modern lainnya telah membuat pemilih lebih cenderung memberi bobot kepada kekuatan dan kelemahan calon sebagai individu, bukan sebagai anggota partai tertentu.

  Kongres terdiri atas dua badan: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat. Anggota dari masing-masing badan dipilih dengan cara berbeda. DPR dimaksudkan untuk menjadi badan yang paling dekat dengan rakyat, dipilih dari distrik yang relatif kecil dengan pemilihan yang lebih sering (dua tahun sekali). Setiap negara bagian dijamin akan mendapat satu kursi di DPR. Negara bagian yang jumlah penduduknya besar, akan memperoleh lebih banyak kursi di DPR.

  Senat dibentuk untuk mencerminkan kepentingan negara bagian. Tiap negara bagian, tanpa mengindahkan jumlah penduduknya, akan diwakili oleh 2 senator. Dengan demikian negara-negara bagian kecil mempunyai pengaruh yang sama besarnya di Senat seperti halnya negara-negara bagian besar.

  popular vote

  Presiden Amerika Serikat tidak terpilih berdasarkan seperti pada Pemilihan Presiden di Indonesia. Presiden Amerika Serikat terpilih berdasarkan

  Electoral college

  mayoritas penguasaan electoral college. berjumlah 538 yang berdasarkan jumlah anggota Kongres Amerika Serikat (435 anggota Dewan

  District of Columbia

  Perwakilan Rakyat dan 100 senator) serta tiga suara dari , Ibukota Amerika Serikat. Dari jumlah itu, maka suara yang harus diperoleh seorang calon untuk menjadi Presiden AS adalah minimal 270 electoral college.

  Jumlah anggota DPR ini berbeda di masing-masing negara bagian, yang ditentukan berdasarkan populasi penduduk. Jadi, jika satu negara bagian memiliki 5 anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan 2 senator (karena setiap negara bagian diwakili 2 senator), jumlah electoral college yang dimiliki negara bagian tersebut

  electoral

  adalah 7. California merupakan negara bagian terbesar, memiliki 55 college .

  popular

  Selanjutnya, di tingkat negara bagian ini, pemilihan dilakukan secara

  vote electoral college

  . Jika yang menang calon dari partai A, semua di negara

  The winner takes all

  bagian tersebut dikuasai partai A. " ," Bagi rakyat AS, pemilihan anggota Kongres sama penting dan kompetitifnya seperti pemilihan presiden. Ini karena peranan penting yang Kongres mainkan dalam membuat undang-undang. Kongres secara hukum dan politik bersifat independen dari keinginan presiden.

  Setiap empat tahun, pemilu untuk presiden AS digelar pada Selasa pertama setelah Senin pertama bulan November. Berikut adalah tahapan pemilu presiden Amerika Serikat:

I. Nominasi

  Nominasi adalah dukungan resmi parpol kepada calon presiden. Proses nominasi yang sesungguhnya akan berakhir dalam konvensi nasional partai (biasanya pada musim panas atau tepatnya pada akhir Juli atau awal Agustus menjelang pilpres pada bulan November). Ada 2 tradisi model nominasi yang

  Primary Election

  dilakukan di Amerika, melalui sistem Caucus dan . Caucus dan primary memiliki fungsi sama. Setiap negara bagian memiliki otonomi penuh, maka setiap negara bagian berhak menentukan model electoral mereka masing-masing.

1. Caucus

  Sistem Caucus ini memberi legitimasi bagi elite-elite (ketua) partai. Bos partai menetukan siapa yang akan dikirim sebagai delegasi dalam konvensi partai nasional. wakil partai/elite partai bertemu untuk memilih kandidat presiden menurut suara mayoritas. Dalam sistem ini, dominasi bos partai terhadap penentuan anggota delegasi memudahkan bos partai untuk mengendalikan para delegasi dalam konvensi nasional untuk menentukan calon presiden dari partai. Tetapi, akhir-akhir ini penggunaan sistem caucus dalam menentukan para delegasi mulai berkurang

  presidential primary dibandingkan dengan sistem .

2. Primary Election

  Alrnatif lain sebagai tahap awal penentuan presiden adalah melalui pemilihan

  primary election

  primary ( ). Dalam proses ini para pemilih memberikan suara kepada para calon delegasi dalam konvensi partai. Primary election tidak hanya memilih delegasi namun juga merupakan indikasi awal apakah seorang calon dapat memenangkan pemilihan.

  primary election primary election primary

  Ada dua model , yaitu terbuka dan

  election

  tertutup. Di setiap negara bagian memiliki sistem yang berbeda: a. Primary

  ElectionTerbuka. Contoh model terbuka ini seperti di Michigan, South Carolina,

  Virginia dsb. Pada sistem ini setiap calon pemilih, baik anggota atau pendukung partai demokrat, republik atau independen, boleh memilih calon dari partai manapun.

b. Primary Election Tertutup. Namun untuk di beberapa negara bagian lain, seperti

  primary election

  di California dan NY, dilakukan dalam sistem tertutup. Artinya, hanya anggota Partai Republik yg boleh ikut pemilihan primary calon presiden dari

  primary

  republik dan anggota Partai Demokrat yang ikut calon presiden dari demokrat. Karena setiap negara bagian memiliki otonomi penuh, maka setiap negara bagian berhak menentukan model electoral mereka masing-masing.

II. Konvensi Nasional

  Konvensi nasional merupakan tahap akhir dari penentuan calon presiden dari partai. Konvensi nasional ini biasanya berlangsung selama 4 hari. Tetapi pada umumnya para delegasi di konvensi nasional telah mengetahui siapa yang bakal

  primary election dinominasi sebagai calon presiden (didapatkan dari dan caucus).

  Para kandidat sudah terseleksi dalam pemilihan primer. Konvensi partai hanya mengukuhkan, tidak memilih, kandidat. Karena itu, semuanya dapat diatur dengan seksama.

  Setelah konvensi nasional masing-masing partai menetapkan calon presidennya masing-masing, maka mereka akan bertarung dalam pemilu bulan Nopember.

  electors

  Pada pemilu Nopember itu, rakyat AS memilih dari masing-masing distrik yang kemudian akan menetapkan siapa presiden AS dalam suatu mekanisme atau lembaga yang disebut electoral college. Dengan kata lain, dalam tahap inipun rakyat AS tidak memilih langsung presidennya tetapi melalui perwakilan. Setelah national primary, The real national election mempresentasikan pemenang Democrat dan Republican. Round ini disebut sebagai run off. Pemenang dari kompetisi election ini adalah pemenang mutlak sebagai president.

  Electoral College

III. Pemilihan Nasional ( )

  Electoral College System adalah sistem pemilihan presiden di Amerika.

  Meskipun pemilihan presiden Amerika sering disebut sistem pemilihan langsung, namun sesungguhnya pemilihan tidak dilakukan secara langsung. Pemilihan dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap I. Dilakukan oleh rakyat Amerika secara langsung untuk mendapatkan population votes. Pemilihan langsung ini tidak memilih nama presiden namun memilih para electors di masing-masing negara bagian. Tahap II. Tahapan kedua adalah pemilihan presiden oleh para electors. Para pemilih presiden atau presidential electors di tiap negara bagian merupakan gabungan dari jumlah Senator negara bagian (semua negara bagian sama yaitu 2 (dua) orang senator) ditambah dengan jumlah anggota House yang berbeda jumlahnya antara satu negara bagian dengan negara bagian lainnya.

  Pemilu 2012

  Pada dasarnya Pemilihan Umum di Amerika dilaksanakan tiap dua tahun sekali di bulan Nopember pada tahun genap. Dan pemilu selalu jatuh pada hari Selasa yang jatuh setelah Senin pertama pada bulan tersebut. Meskipun demikian, hanya 4 tahun sekali posisi Presiden Amerika diperebutkan. Dan proses pemilihan presiden inilah yang paling menarik perhatian dari seluruh dunia. Dan di tahun 2012, Barrack Obama terpilih kembali dengan mengalahkan Willard Mitt Romney.

  Pemilu Amerika pada 2010, yang tidak memperebutkan jabatan Presiden.

  midterm election

  Pemilu seperti ini disebut juga pemilu paruh waktu ( ), karena terjadinya persis pada separuh masa jabatan Presiden yang sedang berkuasa, dan hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai evaluasi, dukungan, ataupun penolakan rakyat atas kebijakan-kebijakan Presiden.

  Pemilihan digelar pada setiap tahun genap di wilayah federal dan sebagian besar negara bagian serta lokal untuk berbagai jabatan pemerintahan di AS. Beberapa negara bagian dan wilayah lokal mengadakan pemilihan setiap tahun ganjil. Setiap empat tahun, warga Amerika memilih seorang presiden dan wakilnya. Sedangkan setiap dua tahun, warga Amerika memilih ke 435 anggota DPR AS dan kira-kira sepertiga dari 100 anggota Senat Amerika Serikat. Masa bakti setiap senator enam tahun.

  Ada dua ragam dasar pemilu AS: pemilihan pendahuluan dan pemilihan umum. Pemilihan pendahuluan dilakukan sebelum pemilihan umum untuk menentukan calon-calon dari partai yang akan maju untuk pemilihan umum. Para calon yang menang dalam pemilihan pendahuluan selanjutnya mewakili partainya dalam pemilu. (wikipedia).

  Bagi Indonesia, mungkin sistem pemilu di Amerika ini hampir mirip dengan sistem pemilu jaman dulu. Dimana presiden dipilih oleh anggota DPR RI. Namun keduanya tidak dapat disamakan. Kedewasaan dan kematangan sistem pemilu Amerika dan rakyatnya harus dapat diambil oleh seluruh pihak yang berkaitan dengan pemilihan umum atau pun oleh seluruh rakyat Indonesia.

  Pemilu di Venezuela

  Sistem pemilihan umum (Pemilu) di Venezuela menganut sistem campuran

  mixed member proportional

  ( /MMP) yang merupakan model campuran antara proporsional terbuka dan proporsional tertutup. Untuk Parlemen, Venezuela

  Asamblea Nacional

  menerapkan Unikameral (National Assembly/ ) dengan jumlah kursi yang tersedia adalah 165 dengan 3 kursi khusus jatah bagi perwakilan etnis asli Venezuela. Tiga posisi legislatif disediakan untuk masyarakat adat. 1 dipilih berasal dari Fundation untuk Integrasi dan Dignfication, 1 adalah Gerakan Otonom Zulia, dan 1 berasal dari CONIVE.

  Masa bakti adalah 5 tahun dan dipilih lewat Pemilu proporsional. Usia pemilih adalah 18 tahun. Sejak pemilu1998 di Venezuela telah sangat otomatis

  Verified

  (menggunakan layar sentuh DRE mesin voting yang memberikan Pemilih

  Paper Audit Trail ), dan dikelola olehDewan Pemilihan Nasional non-partisan.

  Kelebihan dari sistem ini adalah akan terjaring calon-calon anggota parlemen yang memang populer di masyarakat, sehingga anggota parlemen adalah cerminan keinginan dari masyarakat.

  Namun pemilihan jenis ini memiliki kekurangan, yaitu mahalnya biaya untuk menjadi legislator (politik biaya tinggi). Dalam kampanye legislatif biaya yang terbesar bukan di kaos dan baliho, tapi pengerahan massa, alat peraga, dan pertemuan antara calon dengan masyarakat pemilih. Disamping itu, para caleg harus siap bertarung secara terbuka termasuk dengan kader internal partai sendiri.

  Pada Pemilu legislatif tahun 2010, Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) dilaporkan memenangkan mayoritas kursi parlemen, namun gagal meraih dua-pertiga kursi di parlemen. PSUV meraih 95 kursi dari 165 kursi yang diperebutkan di majelis nasional, sementara oposisi mendapat 60 kursi, dan 7 kursi belum teridentifikasi. (Berdikari Online, Sosialis Venezuela Menangkan Mayoritas Kursi Legislatif Dalam Pemilu Parlemen, 27 September 2010).Di parlemen Venezuela, PSUV menempatkan 5 orang wakilnya dengan perolehan suara 46,62%, sementara oposisi juga menempatkan 5 wakil dengan perolehan suara 45,1%.

  Perwakilan masyarakat adat yang terpilih adalah dari CONIVE dengan 11.204.679 suara rakyat. Tiga posisi legislatif juga disediakan untuk masyarakat adat. 1 dipilih berasal dari Fundation untuk Integrasi dan Dignfication, 1 adalah Gerakan Otonom Zulia, dan 1 berasal dari CONIVE.

  Sebelumnya, dalam pemilu tahun 2005, kaum oposisi memboikot pemilu dan menyebabkan legislator pro-pemerintah (PSUV, PPT, dan PCV) menguasai 147 kursi. Pada bulan Juni 2009, kaum oposisi membentuk “Koalisi untuk Persatuan Demokratik (MUD)”, gabungan dari sedikitnya 50 partai politik oposisi. Sosialis menang di beberapa daerah, diantaranya, Aragua, Barinas, Bolivar, Carabobo, Cojedes, Delta Amacuro, Distrito Capital, Falcon, Guarico, Merida, Monagas, Lara, Portuguesa, Trujillo, Vargas, dan Yaracuy. Semetara dua daerah hasil perolehan berimbang, yaitu Miranda dan Sucre.

  Sistem pemerintahan yang diterapkan adalah presidensial yang telah berhasil menciptakan pemerintah yang efektif dan stabil. Presiden Venezuela dipilih untuk masa jabatan enam tahun melalui pemungutan suara pluralitas pemilihan langsung, dan memenuhi syarat untuk pemilihan kembali. Sistem yang diterapkan dalam menetapkan pemenang pemilu Presiden, mensyaratkan mayoritas sederhana dalam pemilihan presiden satu putaran. Artinya tidak ada prasyarat tentang presentase suara yang memenangkan pemilu. Yang ditetapkan menjadi pemenang adalah mereka yang mendapatkan suara terbanyak.

  Masa bakti Presiden adalah 6 tahun, namun tidak ada batasan berapa kali bisa terpilih lagi (Indonesia 2 (dua) periode kepemimpinan), seperti halnya Hugo Chavez yang terpilih sejak tahun 1998 sampai tahun 2018 (namun tahun 2013 meninggal, dan pada tahun 2013 diselenggarakan Pemilu untuk memilih presiden pengganti Hugo Chavez yang menempatkan Madoro sebagai Presiden).

  Pemilu Venezuela juga menggunakan "sistem pemungutan suara otomatis pertama di dunia, yang menampilkan jaringan elektronik terpadu tunggal untuk mengirimkan hasil dari TPS ke markas pusat dalam beberapa menit." Sejak pemilu1998 di Venezuela telah sangat otomatis, dan dikelola oleh Dewan Pemilihan Nasional non-partisan, dengan petugas TPS disusun melalui lotre pemilih terdaftar. TPS dilengkapi dengan beberapa layar sentuh DRE mesin suara berteknologi tinggi, satu sampai "masa pemilihan", atau suara"meja".

  Setelah pemungutan suarad ilaksanakan, setiap mesin akan mencetak surat suara kertas, atau VVPAT, yang diperiksa oleh pemilih dan disimpan dalam kotak suara milik meja mesin. Mesin-mesin voting tampil dalam mode berdiri sendiri, terputus dari jaringan sampai pemungutan suara ditutup. Voting sesi penutupan dimasing-masing stasiun pemungutan suara ditempat pemungutan suara yang diberikan ditentukan baik oleh kurangnya pemilih lebih lanjut setelah garis telah dikosongkan, atau per jam, pada kebijaksanaan presiden.

  Ketika pemilu presiden pada 7 Oktober 2012. Hugo Chavez, yang sudah memastikan pencalonannya, mengajak berbagai organisasi politik dan gerakan sosial untuk membentuk koalisi. Chaves pun membentuk koalisi bernama “Kutub Patriotik Besar”/ Gran Polo Patriótico (GPP). Koalisi ini, sangat terbuka kepada partai, organisasi sosial, maupun individu yang setuju untuk melanjutkan revolusi Bolivarian. Ia mengajak seluruh gerakan sosial, politik, kaum patriotik, nasionalis, sosialis, humanis, dan gerakan Kristen untuk bergabung dalam koalisi tersebut. Chavez sendiri sudah punya kendaraan politik, yaitu Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV).

  Meskipun organisasi ini beranggotakan sedikitnya 7 juta orang, tetapi Chavez tetap berharap adanya sebuah front persatuan. Tetapi, ia tetap berharap bahwa PSUV akan memainkan peran paling signifikan dalam Kutub Patriotik Besar (GPP).

  (Berdikari Online, Chavez Gagas Koalisi Lebar untuk Pemilu Presiden, 18 Oktober 2011).

  Sementara partai politik yang mendukung Kutub Patritik baru tiga: PSUV, Partai Komunis Venezuela, dan pecahan Patria Para Todos (PPT). Chavez berharap bahwa kutub patriotik juga akan menjadi ruang untuk mendiskusikan masa depan revolusi.

  Pemilu 2013

  Sepeninggal Hugo Chavez, Venezuela menyelenggarakan Pemilu dan menempatkan Maduro sebagai “presiden terpilih Venezuela” melalui pemilihan ketat menghadapi pemimpin oposisi Henrique Capriles. Maduro menang dengan 50,75 persen suara dibandingkan dengan 48,97 persen untuk Capriles – hanya selisih sekitar 265.000 suara.

  Maduro, calon dari Partai Sosialis Bersatu –yang berkuasa, akan menyelesaikan sisa waktu enam tahun yang ditinggalkan mendiang presiden Hugo Chavez mulai Januari. Pemilu Venezuela dilakukan secara bebas dan adil, dan sistem pengambilan suara sangat mudah diakses. Pemilu ini telah diratifikasi di beberapa pemilu oleh institusi yang tidak bercuriga pada kecenderungan revolusioner seperti Carter Centre. Pemilu ini diteliti oleh badan internasional, termasuk UNASUR dan OAS, semuanya telah memberikan penilaian bahwa sistem pemilu di Venezuela bersih dan demokratik. Bahkan, pemerintah sayap kanan seperti Mexico, Colombia, dan Chile, tidak mengetahui simpati yang muncul terhadap revolusi Bolivaria yang telah mengakui hasil pemilu. Capriles sendiri menerima hasil pemilu presidensial pada 7 Oktober , yang diorganisir oleh insitusi yang sama, yaitu CNE, dengan siste pemilu yang sama.

  Pemilu di Philipina

  Pemerintah Filipina mengikuti Pemerintah Amerika Serikat. Dia ditata sebagai sebuah republik, di mana Presiden berfungsi sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, dan Panglima Tertinggi angkatan bersenjata. Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih serta mengepalai kabinet.

  Dewan Legislatif Filipina mempunyai dua kamar: Kongres terdiri dari Senat dan Dewan Perwakilan; anggota keduanya dipilih oleh pemilu. Ada 24 senator yang menjabat selama 6 tahun di Senat, sedangkan Dewan Perwakilan terdiri dari tidak lebih dari 250 anggota kongres yang melayani selama 3 tahun.

  Senat Filipina (Filipino: Senado ng Pilipinas) adalah majelis tinggi dari Dewan Legislatif dua kamar Filipina, yaitu Kongres Filipina. Berbeda dengan Senat AS, Senat Filipina terdiri atas 24 senator yang tidak dipilih dari suatu distrik atau wilayah tertentu. Mereka dipilih dalam sebuah pemilihan umum di seluruh negeri. Para senator menjabat untuk masa 6 tahun, dengan setengah dari para senator dipilih setiap tiga tahun, melalui pemilu sela. Pemilu sela Filipina dilakukan di sekolah- sekolah diseluruh pelosok negara itu. TPS dibuka pukul 7 pagi dan ditutup pukul 7 petang. Guru sekolah negeri akan bertugas sebagai anggota Dewan Inspektur Pemilu.

  Dengan cara ini, Senat menjadi sebuah lembaga yang sinambung. Ketika Senat dipulihkan oleh Konstitusi 1987 ke-24 senator yang terpilih pada 1987 menjabat hingga 1992. Pada 1992 para kandidat untuk Senat yang memperoleh 12 jumlah suara tertinggi menjabat hingga 1998, sementara yang 12 lainnya hanya menjabat hingga 1995. Setelah itu, masing-masing senator terpilih menjabat selama 6 tahun penuh.

  Sistem ini memiliki keungulan adanya kesinambungan dari senat, sehingga sistem akan terus mengawal kebijakan-kebijakan yang tetlah ditetapkan sebelumnya, karena ada sebagian yang terlibat dalam penyusunan, sehingga kerja dewan tidak bertolak dari titik nol.

  Kelemahannya, akan mengalami kesulitan untuk melakukan perubahan yang radikal atas kelemahan dari kebijakan sebelumnya. Dalam Pemilu tahun 1997, Philipina menggunakan sistem Block Vote – Sistem ini adalah penerapan pluralitas suara dalam distrik dengan lebih dari 1 wakil. Pemilih punya banyak suara sebanding dengan kursi yang harus dipenuhi di distriknya, juga mereka bebas memilih calon terlepas dari afiliasi partai politiknya. Mereka boleh menggunakan banyak pilihan atau sedikit pilihan, sesuai kemauan pemilih sendiri.

  BV biasa digunakan di negara dengan partai politik yang lemah atau tidak ada. Tahun 2004, Kepulauan Cayman, Kepulauan Falkland, Guernsey, Kuwait, Laos, Libanon, Maldives, Palestina, Suriah, Tonga, dan Tuvalu menggunakan sistem pemilu ini. Sistem ini juga pernah digunakan di Yordania (1989) Mongolia (1992), dan Thailand hingga tahun 1997.

  Kelebihan sistem ini adalah, memberikan keleluasaan bagi pemilih untuk menentukan pilihannya. Sistem ini juga menguntungkan partai-partai yang punya basis koherensi anggota dan organisasi yang kuat. Kekurangannya adalah, sistem ini bisa menunjukkan hasil yang sulit diprediksi. Misalnya, saat pemilih memberikan semua suara kepada semua calon dari satu partai yang sama, maka ini membuat kelemahan FPTP tampak: Partai atau kepentingan selain partai tersebut menjadi terabaikan. Selain itu, oleh sebab setiap partai boleh mencalonkan lebih dari 1 calon, maka terdapat kompetisi internal partai dari masing-masing calon untuk memperoleh dukungan pemilih.

  Untuk pemilihan umum presiden, Presiden dipilih dalam pemilu untuk masa jabatan 6 tahun, dan memilih serta mengepalai kabinet. Untuk wakil Presiden bukan merupakan sebuah paket, tapi dipilih sendiri. Pemilihan presiden/wakil presiden di Filipina dilakukan secara sederhana. Setiap kandidat yang memenangkan pemilu, berapa pun perolehan suara, dapat langsung ditetapkan sebagai presiden.

  Oleh karena itu, Joseph Ejertico Estrada boleh menjadi presiden ketiga belas Filipina, sekalipun dalam pemilihan presiden dia hanya meraih 10,722 juta pemilih atau sekitar 39,9 persen dari sekitar 34 juta pemilih. Filipina memang mengembangkan demokrasi yang sederhana. Hampir tak ada batasan terhadap siapa pun yang mencalonkan presiden serta tidak ada batasan minimal suara yang diraih seorang calon presiden untuk bisa melenggang ke Istana Malacanang. Asalkan meraih suara terbesar, walau tak memenuhi syarat mayoritas sederhana lebih dari setengah jumlah pemilih, seorang calon presiden di negara tetangga kita itu bisa ditetapkan sebagai presiden.

  Walaupun tak mempunyai dukungan mayoritas rakyat, bukan berarti presiden di Filipina bisa dengan mudah dijatuhkan maupun di-impeach. Kalau Estrada akhirnya terguling, itu bukan karena dukungan rakyat yang minoritas, tetapi karena kelakuannya yang membuat rakyat marah, terutama terkait dengan dugaan melakukan tindak pidana korupsi.

  Dalam pemilihan umum terakhir digelar pada 10 Mei 2010. Benigno (Noynoy) Aquino terpilih menjadi Presiden Filipina ke-15, menggantikan Presiden Gloria Macapagal-Arroyo, yang dilarang mencalonkan kembali menjadi presiden karena adanya pembatasan masa jabatan.

  Pemilu di Filipina sedikit lebih maju karena terkomputerisasi, mereka sudah tidak mencoblos kertas suara lagi melainkan mengisi salah satu dari sejumlah kolom nama kandidat presiden dan anggota parlemen yang tercetak kertas khusus. Setelah diisi, kertas di scan oleh perangkat komputer, yang langsung mendata pilihan ke dalam bank data.

  Precinct Count Optical Scan

  Mesin Pemilu itu bernama (PCOS). Dengan mesin ini hasil bisa diketahui lebih cepat, kecurangan bisa diminimalkan. Komisi Pemilu Filipina menempatkan lebih dari 70.000 unit PCOS di semua tempat pemungutan suara (TPS). Perangkat tersebut disuplai oleh perusahaan patungan

  Smartmatic dan Total Information management (TIM).

  Pemilu 2010 diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum sesuai dengan Undang- Undang Republik No. 9369, yang dikenal sebagai Amandemen Undang-Undang Komputerisasi tahun 2007. Pemilu ini menjadi pemilu nasional pertama dalam sejarah yang menggunakan komputerisasi di Filipina. Meskipun ada kasus- kasus kerusakan mesin PCOS, namun sebagian besar diganti tepat waktu. Hasilnya adalah sebagai berikut:

  Presiden

  Hasil Kandidat Partai Jumlah suara % 15,208,678 42.08% 5,573,835 15.42% 1,125,878 3.12% 54,575 0.15% 44,244 0.12%

  Jumlah suara yang sah 36,139,102 99.50% Jumlah Pemilih 51,292,465 100.00% Laporan 278 dari 278 100.00%

  Wakil Presiden

  Hasil Kandidat Partai Jumlah suara %

[v 1]

   PDP-Laban 14,645,574 41.65% 13,918,490 39.58%

   1,017,631 2.89% 364,652 1.04% 52,562 0.15%

  Jumlah suara yang sah 35,165,531 68.56% Jumlah Pemilih 51,292,465 100.00% Laporan 278 dari 278 100.00%

  Kelebihan dari tidak adanya paket Presiden dan Wapres, memungkinkan orang-orang yang memiliki kualifikasi lebih baik meskipun berbeda partai akan menduduki jabatan wakil presiden, sedang kelemahannya adalah didalam efektivitas pemerintahan yang dibangun.

  Keuntungan sistem pemilihan presiden langsung antara lain adalah mempertebal legitimasi sepasang kandidat presiden dan wapres yang terpilih. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah relatif sangat banyak menguras biaya, waktu dan tentu saja energi jika dibandingkan dengan sistem pemilihan umum tidak langsung (baik sistem distrik maupun proporsional).

  Pemilu di Korea Selatan

  Secara garis besar kondisi dan sistem politik yang diterapkan di Korea Selatan dipengaruhi oleh negara-negara yang dulu pernah menjajah atau menduduki wilayah tersebut. Korea Selatan menganut sistem pemerintahan Presidensial campuran.

  Pemerintahan Pusat dan DPR Nasional yang bertugas menjalankan pemerintahan negara dipusat Ibukota Seoul, dan juga di Kotamadya Kwochon. Sedangkan jawatan lebih di pusatkan pada daerah tingkat I, yaitu DKI, DI dan Provinsi. Kalau mau kita telusuri lebih dalam, hubungan antara daerah dan pusat yang tadinya bersifat unilateral.

  Ruang lingkup DPR Korea Selatan yang bersifat terlalu transparan ternyata menjadi masalah besar juga. Seperti contoh kasus di tahun 2000, dimana partai Liberal Demokrat yang notabene sebagai salah satu partai oposisi yang cukup berpengaruh di Korea Selatan justru mengalami kekalahan dalam pemilihan umum. Hal ini disebabkan adanya gerakan yang disinyalir dilakukan oleh organisasi non- pemerintah, dan munculnya organisasi sipil dalam masyarakat Korea menunjukkan adanya kekuatan masyarakat sipil yang dalam bidang politik semakin meningkat. Maka dari fenomena tersebut dapat kita simpulkan bagaimana birokrasi di Korea juga tak luput dari nepotisme dan campur tangan pihak lain.

  Peran DPR masih dipertanyakan karena saat pemilihan ternyata campur tangan organisasi non-pemerintah membuat tidak adanya pemilihan yang seharusnya tertutup dan tidak mendapat campur tangan pihak manapun. Dan ketika praktik pemilu dan kegiatan negara lain masih belum luber maka akan sulit menciptakan keadaan yang signifikan sebagai negara yang demokratis. Tak hanya itu, pengambilan keputusan yang ada di masyarakat monokultur seperti di Korea Selatan juga sangat dikhawatirkan menjadi sebuah keputusan yang otoriter walaupun kita tahu memang kepentingan yang satu tapi tetap saja akan cenderung absolute jika pemerintah atau kepala negaranya menentukan suatu keputusan.

  Dan uniknya, presidennya tidak mempunyai hak memerintah, karena hanya sebagai kepala negara, bukan kepala pemerintahan, padahal ia yang dipilih oleh rakyat korea selatan, bersifat 5 tahun, dan presiden pula lah yang memilih perdana menterinya, namun rakyat dapat menurunkan presidennya, seperti yang tertulis di atas, yaitu presiden dari partai demokrat, yang biasanya terpilih dari partai grand national party, dengan demikian membuat tuduhan dan semacamnya kepada presiden itu, akhirnya rakyatpun mempercayainya, dan menyuruhnya lengser. Sehingga sangat riskan sebenarnya demokrasi di Korea Selatan, apalagi ditambah parlemen yang kurang kuat dibanding eksekutifnya.

  Korea Selatan yang dikenal sebagai Negara demokrasi yang besar, justru membuat konflik yang lebih besar, dimana masalah-masalah internal, yang juga dirasakan oleh China, telah menyebabkan peningkatan konflik partisipan di Korea Selatan menjadi sebuah komposisi-polarisasi partisipan, aturan-aturan partai yang ketat, peran juru bicara, kurangnya otonomi dari komite, sampai pelaksanaan aturan formal yang mengontrol tindakan, serta juga kurangnya norma-norma informal yang ada dalam resolusi politik.

  Majelis Nasional (MN) merupakan badan pemegang kekuasaan legislatif satu-satunya di Korsel, sesuai dengan sistem satu kamar (unikameral) yang dijalankannya. MN dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 orang Wakil Ketua yang dipilih oleh para anggota MN. Sesuai dengan UUD 1987, anggota MN tidak boleh kurang dari 200 orang. Sejak terbentuknya Republik Korea tahun 1948, MN yang sedang berjalan saat ini adalah yang ke-18 sebagai hasil Pemilu tanggal 9 April 2008 yang terdiri dari 299 kursi, masa kerja parlemen adalah empat tahun.

  Korea selatan menerapkan sistem unikameral, dimana tidak ada pemisahan antara DPR dan senat, ataupun Majelis Tinggi dan Mejelis rendah di parlemen. Majelis nasional adalah anggota legislatif yang menguasai parlemen di Korea selatan dengan kedaulatannya. Maka dengan penerapan sistem unikameral ini tidak akan terjadi tumpah tindih di parlemen Korea selatan.

  Korea selatan adalah negara yang menganut sistem multi partai. Ada 9 partai di korea selatan, diantaranya adalah Grand National Party, Democratic Party, The Liberty Forward Party, Future Hope Alliance, Democratic Labor Party , dan lain sebagainnya. Namun secara tidak langsung sistem kepartaian di korea Selatan adalah 2 partai besar, yaitu Partai Besar Nasional (57,3) dan partai Demokrasi Baru Bersatu (29.10%). Dua partai inilah yang berkuasa di parlemen.

  Summary of the 11 April 2012 South Korean Turnout 54.3% Local Block Constituency PR block Total Parties ± ± % % ± seats seats votes votes seats

   (새누리당) 127 -10 1 25 -5 9,324,911 43.3% 9,130,651 42.8% 152 -15 (NFP)

   106 +40 21 +6 8,156,045 37.9% 7,777,123 36.5% 127 +46 (민주통합당)

  (DUP)

   7 +5 6 +3 1,291,306 6.0% 2,198,405 10.3% 13 +8 (통합진보당)

  (UPP)

  

  3 -11 2 -2 474,001 2.2% 690,754 3.2% 5 -13 (자유선진당) (LFP)

  

  ±0 ±0 101,614 0.5% 243,065 1.1% ±0 (진보신당) (NPP)

   ±0 ±0 44,379 0.2% 156,241 0.7% ±0 (국민생각)

  (KVP)

  • 1 -2 3,624 0.0% 91,935 0.4% -3 (창조한국당) (CKP) Other parties ±0 ±0 132,709 0.6% 1,043,887 5.0% ±0

   3 -22 — — 2,016,737 9.4% — — 3 -22 Total 246 54 21,545,326 100.0% 21,332,061 100.0% 300

  Kepartaian di korea selatan bersifat satu dimensi yaitu berfungsi untuk menyampaikan aspirasi masyarakat di Korea Selatan. Pembagian berdasarkan isu sosial ekonomi dan idiologi masing- masing individu di Korea Selatan.

  Partai-partai demokratis di Korea Selatan bertindak menurut prinsip-prinsip pluralisme dan interaksi sosial. Untuk mengamankan basis dukungan di seluruh negeri, partai- partai demokratis harus melakukan lebih banyak kegiatan daripada hanya memobilisasi dukungan personal untuk kepemimpinan dan kebijakan partainya. Basis massa yang dianggap dapat mendukung partai adalah dengan adanya keanekaragaman yang ada di Korea selatan.

  Korea selatan menerapkan sistem distrik Secara singkat, dalam sistem distrik, sebuah daerah pemilihan hanya bisa memiliki seorang wakil terpilih. artinya, dalam sistem distrik, akan terjadi situasi di mana calon yang mendapatkan suara terbanyak akan mewakili daerah pemilihan tersebut, dan hanya dia yang mewakili daerah pemilihan tersebut, meskipun selisih suara dengan peringkat dua hanya satu suara.

  Pemilu untuk memilih anggota Majelis Nasional diadakan setiap 4 tahun

  electoral district

  sekali di seluruh 226 daerah pemilihan ( ), ditambah dengan 46 kursi tambahan ( additional Seat ) yang dibagikan kepada partai politik dalam proporsi suara yang diperoleh. Namun pada tanggal 9 Maret 2004, Majelis Nasional menyetujui untuk menambah jumlah wakil yang dipilih berdasar daerah pemilihan

  electoral district

  ( ) menjadi 242 dan proporsional menjadi 57 kursi pada Pemilu 15 April 2004 (Majelis Nasional ke-17). Dengan demikian, jumlah keseluruhan jumlah anggota Majelis Nasional ke-17 menjadi 299 kursi. Pada Pemilu legislatif 9 April 2008, dari 299 kursi parlemen sebanyak 245 kursi diperebutkan melalui pemilihan langsung ( direct voting ) di seluruh daerah pemilihan. Sedangkan 54 kursi yang tersisa diperebutkan melalui sistem perwakilan secara proposional. Pemilih dapat memberikan dua suara: satu untuk calon dari daerah pemilihan mereka dan satu lagi untuk parpol yang dipilihnya.

  Keuntungan Sistem Distrik: -Integrasi parpol karena kursi yang diperebutkan dlm setiap distrik pemilihan hanya satu; -Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung; malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami tanpa paksaan. Sistem ini di Inggris dan Amerika menunjang bertahannya sistem dwi partai; -Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat; -Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memeroleh kedudukan mayoritas. Dengan demikian partai pemenang sedikit banyak dapat mengendalikan parlemen; -Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain. Hal ini mendukung stabilitas nasional; -Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

  Kelemahan Sistem Distrik: a.Sistem ini kurang memerhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik; b.Kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yg telah mendukungnya; c.Kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini; d.Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memerhatikan kepentingan distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.

  Untuk pemilihan Presiden, mendasarkan pada UUD 1987, kedudukan Presiden selain sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan serta Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata. Dalam melaksanakan pemerintahan,

  State Council

  Presiden dibantu oleh Perdana Menteri (PM) dan Dewan Negara ( ) yang lazim disebut Kabinet. Kabinet diketuai oleh Presiden dan PM sebagai Wakilnya. Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung untuk masa jabatan 5 tahun dan hanya untuk satu periode saja (tidak dapat dipilih kembali).

  Partai utama di Korea adalah GNP, yang satu basis pemikiran dengan UNDP. Dan walaupun kebanyakan warga Korea Selatan adalah buruh, namun tetap ada GNP yang menjadi partai dominant disana. Memang sistem multi-partai yang dianut Korea Selatan, namun tetap ada korelasi atau hubungan antar partai yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya beberapa partai di Korea Selatan, berarti sudah menunjukkan sistem yang Demokrasi dan jumlahnya relatif normal dengan satu partai dominant yang bisa merepresentasikan aspirasi rakyatnya.

  Namun berbeda saat kondisinya adalah multi partai yang tidak terkontrol, dalam artian, kondisi dimana partai teralalu banyak dengan kepentingan yang terlalu banyak dan spesifik sehingga akan mengalami benturan dengan kepentingan berbagai etnis, budaya, golongan sampai beberapa pemeluk agama, seperti yang terjadi di Indonesia. Sedangkan status quo yang terjadi di Korea Selatan bahwa msyarakatnya yang memang monokultur dan partai yang kebanyakan satu platform ditambah hampir 46 % sebagai atheis, sehingga mudah untuk merepresentasikan keinginan rakyat. Dan juga dipercaya Korea Selatan dapat menjadi contoh Negara demokratis yang besar dalam artian mampu menyaring hampir seluruh kebaikan dari sistem demokrasi itu sendiri.

  Pemilu 2012

  Pemilihan Umum Presiden Korea Selatan pada tanggal 19 Desember 2012 merupakan pemilihan umum keenam sejak demokratisasi dan pendirian Republik. Pemilihan kali ini dinilai bersejarah karena bisa menghasilkan pemimpin perempuan pertama.Pemilih menghadapi pilihan yang jelas antara calon dari partai konservatif yang berkuasa Park Geun-Hye dan saingan liberalnya dari partai oposisi utama, Moon Jae-In.

  Park Geun-hye terpilih sebagai presiden Korea Selatan. Anggota dewan legislatif dari partai konservatif yang dikenal publik sebagai putri penguasa militer pembawa modernisasi di negeri itu merupakan presiden perempuan pertama dalam sejarah politik Korsel. Park, 60, membuat sejarah dengan menjadi presiden wanita pertama di negara yang masih didominasi laki-laki dan yang pertama berhubungan dengan mantan pemimpin.Dia adalah putri dari salah satu tokoh modern Korea yang paling populer, yakni mendiang diktator Park Chung-Hee, yang sangat dikagumi. (suaramerdeka.com, Korea Selatan Gelar Pemilu, 19 Desember 2012).

  Hasil pemilu Korea Selatan membawa kandidat dari kubu konservatif Park Geun Hye (60) berhasil mengungguli saingannya Moon Jae In dari kubu liberal. Park berhasil memperoleh 51,6 persen suara. Saingannya dari kubu liberal Moon Jae In hanya berhasil meraih 48 persen suara.

  

Summary of the 19 December 201

Candidate Party Votes %

15,773,128

  51.55

   14,692,632

  48.02 Kang Ji-won 53,303

  0.17 Kim Soon-ja 46,017

  0.15 Kim So-yeon 16,687

  0.05 Park Jong-sun 12,854

  0.04 126,838 – Invalid/blank votes

  Total 30,721,459 100

  Registered voters/turnout 40,507,842

  75.84 Park adalah anak perempuan dari diktator Korea Selatan Park Chung-Hee, pria yang dicintai warga karena kemajuan ekonomi yang dicapainya. Namun, ia juga dibenci oleh warga karena gaya pemerintahannya yang otokratis selama 18 tahun. Ia dibunuh oleh pimpinan dinas rahasianya sendiri tahun 1979.

  Penutup

  Pemilihan Presiden di Amerika Serikat dilakukan secara tidak langsung, tidak berarti kadar demokrasinya lebih lemah dibanding pemilihan secara langsung. Sedangkan di Venezuela, Pemilihan Presiden langsung kerapkali menghasilkan pemerintahan yang lemah, apabila apa yang dijanjikan dalam pemilu tidak mampu diwujudkan. Pelaksanaan di Korea Selatan bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi posisi DPD dalam parlemen Indonesia. Sedangkan pelaksanaan di Philipina adalah potret pelaksanaan pemilu di Indonesia.

  Referensi Andrew Reynolds, “Merancang Sistem Pemilihan Umum” dalam Juan J.

  Linz, et.al., Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat: Belajar dari Kekeliruan Negara- negara Lain, (Bandung: Mizan, 2001) p.102.

  Andrew Reynolds, et.al., Electoral System Design: The New International

  IDEA Handbook, (Stockholm: International Institute for Democracy and Electoral Assistance, 2005) p.9-14.

  Dieter Nohlen, "Electoral Systems" dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia of political communication, (California: Sage Publications, 2008)

  Donald L. Horowitz, Electoral Systems and Their Goals: A Primer for Decision-Makers, Paper on James B. Duke Professor of Law and Political Science, Duke University, Durham, North California, January 2003.

  Matias Iaryczower and Andrea Mattozzi, “Ideology and Competence in Alternative Electoral Systems”, Paper, Division of Humanities and Social Sciences, California Institute of Technology, Pasadena, California, July 9, 2008.

  Seung-Yoon, Yang dan Mochtar Mas’oed. 2005. Memahami Politik Korea. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

  Seta Basri, Pemilihan Umum dan Sistem-sistem Pemilu, http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/pemilihan-umum.html.

  Media Massa:

  1. diakses

  13 Oktober 12:15 WIB 2. diakses 13 Oktober 2011, 12: 20 WIB 3. 4. suaramerdeka.com, Korea Selatan Gelar Pemilu, 19 Desember 2012

  5. KOMPAS, 29 September 2000

Dokumen yang terkait

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENDERITA DIARE PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Rita Yuniati, Nur Mita, Arsyik Ibrahim

0 0 13

KARAKTERISTIK DAN POLA PENGGUNAAN OBAT ANALGESIK NSAID PADA PASIEN PASCA OPERASI DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Kurnia Rizki Ramadani

0 0 11

KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE Marsanti

0 0 8

AKTIVITAS PENGHAMBATAN XANTHINE OXIDASE EKSTRAK ETANOL DAN AIR DARI HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida L.) Yunahara Farida 1,2 , Rifaldi Agustian Firmansyah1

0 0 6

UJI FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI DARI AKAR MANGROVE RHIZOPORA APICULATA TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS Evi Ratna Oktavianti Dewi 1, , Usman2

0 1 11

UJI BIOAKTIVITAS DAN PENELURUSAN METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK SPONS DI PERAIRAN KAMPUNG MALAHING KOTA BONTANG Choirun Nisa, Muhammad Amir Masruhim, Riski Sulistiarini

0 0 5

TEMPAT TUMBUH DAN KANDUNGAN FLAVONOID TOTAL DAUN TABAT BARITO (Ficus deltoidea Jack.) Siswoyo 1,2 , Irmanida Batubara 1,3, , Devi Aristyanti2

0 0 9

Abstrak Pasteurization is a heating process performed on fresh milk so that it becomes a product that has a longer

0 0 6

Ade Priangani 2014 (DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA)

0 0 25

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA PADA MASA TRANSISI DEMOKRASI: PEMILU 2004 DAN 2009 Oleh Ade Priangani Abstrak - Ade Priangani 2013 (PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA PADA MASA TRANSISI DEMOKRASIPEMILU 2004 DAN 2009)

0 0 45