KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI BANDING DALAM PERKARA PERPAJAKAN

  

KETENTUAN-KETENTUAN

MENGENAI BANDING DALAM PERKARA PERPAJAKAN

(Regeling van het beroep in belastingzaken S. 1927-29 jo. 136)

  Catatan: Dengan Ketentuan-ketentuan ini dicabut S. 1915-707.

  

BAB I

MAJELIS BANDING Pasal 1.

  (1) Majelis untuk banding perkara perpajakan berkedudukan di Jakarta. (2) (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238.) Majelis memutuskan perkara-perkara perpajakan di tingkat banding mengenai perkara banding yang diajukan secara tertulis mengenai:

  a. Pajak negara sejauh itu menyangkut perkara yang berdasarkan perundang-undangan diajukan untuk diurusnya;

  g g

  b. Pajak propinsi, pajak kabupaten dan pajak kotapraja, sejauh hal itu menurut pasal 6 dari Peraturan tentang pemungutan

  or or

  dan penagihan pajak propinsi, kabupaten, kotapraja atau s. s. Badan Persekutuan memang diperkenankan untuk naik banding kepada Majelis;

  lita lita

  c. (Dianggap tidak berlaku lagi karena sudah tidak sesuai lagi

  ga ga dengan keadaan sekarang). le le w. w.

  ww ww

  (1) Majelis terdiri dari satu Ketua dan 4 anggota. (2) (s.d.u. dg. S. 1933-6 jo. 33.) Ketua diangkat oleh Gubernur

  Jenderal (kini dapat disamakan dengan Presiden, dan begitu pula untuk selanjutnya). Gubernur Jenderal menunjuk salah satu dari para anggota selaku Ketua Pengganti. (3) Para anggota diangkat oteh Gubernur Jenderal atas usul

  Hooggerechtshof (Mahkamah Agung) untuk dua orang anggota dan dua orang anggota lainnya alas usul Kamar Dagang dan Kerajinan di Jakarta. (4) Dengan cara yang sama seperti yang disebut pada ayat di atas oleh Gubernur Jenderal diangkat untuk tiap-tiap anggota sedikitnya seorang selaku pengganti. (5) Salah satu dari dua orang yang diajukan untuk diangkat dapat bersamaan diusulkan sebagai penggantinya. (6) Menurutjadwal yang dibuat oleh Majelis, tiap dua tahun dua anggota dan para penggantinya diberhentikan selaku anggota.

  Para anggota yang diberhentikan selaku anggota dapat diangkat kembali. (7) Gubernur Jenderal selama masa itu dapat memberhentikan para anggota dan penggantinya atas permohonan atau tidak atas permohonan mereka, akan tetapi hanya berdasarkan alasan-alasan

  (8) (s.d.u. dg. S. 1928-20.) Oleh Gubernur Jenderal kepada Majelis dipekerjakan seorang pejabat selaku sekretaris dan seorang selaku sekretaris pengganti.

  Pasal 3.

  (1) Para anggota dan penggantinya harus sudah mencapai usia tiga puluh tahun. (2) Antara Ketua Majelis, para anggota dan para penggantinya tidak boleh ada hubungan keluarga atau keluarga semenda sampai pada tingkat (derajat) ketiga. Hubungan keluarga semenda hapus karena kematian yang mengakibatkan putusnya hubungan keluarga tersebut. (3) (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.) Ketua majelis, para anggota dan para penggantinya tidak boleh duduk dalam panitia yang menetapkan pengenaan pajak untuk kepentingan negara. Mengenai pajak-pajak seperti yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 huruf b dan c, mereka tidak boleh memberitahukan hal-hal yang telah diputuskan oleh pengurus harian yang mempunyai otonomi dalam daerah pemerintahan badan yang bersangkutan atau oleh penguasa yang berdasarkan peraturan pemerintah mengenai Pemerintahan Daerah Swapraja mempunyai wewenang dalam hal itu selama dalam jangka waktu di mana mereka

  g g

  masih berwenang untuk mengadakan penitipan itu atau turut bekerja untuk kepentingan itu.

  or or

  (4) Pejabat-pejabat Lingkungan Departemen Keuangan tidak dapat s. s. diangkat selaku Anggota Majelis atau sebagai penggantinya.

  lita lita Pasal 4. ga ga

  (1) (s.d.u. terakhir dg. LN. 1959-13.) Sebelum diangkat dalam jabatan ketua dan para anggota pengganti majelis itu, diambil

  le le

  sumpah jabatan di hadapan Ketua Mahkamah Agung, dan Sekretaris w. w. Pengganti Majelis di hadapan Ketua Majelis yang bunyinya sebagai berikut:

  ww ww

  "Saya bersumpah bahwa saya selaku Ketua (anggota pengganti, sekretaris) dari Majelis Perpajakan di Jakarta akan bekerja secara jujur, tertib dan teliti, dan tidak memihak kepada satu golongan pun dan bahwa saya akan memegang semua rahasia yang harus dirahasiakan. Kiranya, Tuhan Yang Mahakuasa membantu saya, demikianlah janji saya". (2) Dari perbuatan yang dilakukan seperti disebutkan pada ayat di atas itu, dibuat sebuah berita acara (proses verbal). (3) Pada pengangkatan kembali jabatan tersebut, tidak dilakukan pengambilan sumpah lagi.

  Pasal 5.

  (1) Majelis dibagi dalam 2 kamar (bagian), setiap kamar terdiri dari seorang ketua dan dua anggota yang ditunjuk sedemildan rupa sehingga kedua anggota tersebut yang diusulkan oleh majelis tersebut, tidak dapat turut bersidang dalam kamar yang sama. (2) Pembagian kerja pada dua kamar tersebut diatur oleh Ketua Majelis.

  Pasal 6.

  (1) Dua kamar itu mengadakan sidang-sidangnya yang tempat dan waktunya ditentukan oleh Ketua Majelis. (2) Ketua Majelis berwenang untuk mengadakan sidang gabungan dari

  (3) Sidang-sidang yang diadakan tidak terbuka untuk umum. (4) Keputusan-keputusan diambil berdasarkan suara yang terbanyak dalam sidang lengkap, baik yang diadakan oleh satu kamar maupun oleh dua kamar dalam sidang gabungan. (5) Apabila terjadi lebih dari satu usulan untuk diambil keputusannya dan dalam pengambilan suara tidak tercapai suara terbanyak untuk mengadakan putusan, maka Ketua Majelis akan menentukan usulan mana yang dipilihnya.

  (6) Peraturan Tata Tertib Majelis ditetapkan oleh Ketua Majelis.

  (1) Oleh Gubernur Jenderal diberikan kepada Ketua Majelis dan para Anggota Majelis, juga para penggantinya, biaya perjalanan dan penginapan, uang vakasi dan kepada Sekretaris biaya untuk ke kantor dan pengeluaran uang untuk keperluan yang penting.

  

BAB III

TATA CARA MENGAJUKAN BANDING DAN PENANGANANNYA . Pasal 8. g g

  (1) Pengajuan banding mengenai perpajakan dilakukan secara pribadi (perorangan) dan dikirimkan dengan surat tercatat (melalui pos)

  or or

  yang berisikan persoalan yang menadi perkara, kepada Sekretaris s. s. Majelis. (2) Pengajuan banding dapat pula dilakukan secara lisan kepada

  lita lita

  Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan setempat, bagi yang

  ga ga

  kurang menguasai tulis menulis segera setelah itu dibuatkan berita tertulis dan disuruh menandatanganinya serta kemudian

  le le

  dikirimkan kepada Sekretaris Majelis Perpajakan dengan surat w. w. tercatat (melalui pos) ataupun disampaikan secara pribadi. (3) Surat permintaan banding mengenai pengenaan pajak harus disusun

  ww ww

  sedemikian rupa, kecuali kalau pengenaan pajak itu semestinya tidak perlu dilakukan, sehingga darinya dapat disimpulkan berapa jumlah uang sebagai pembayaran pajak yang harus dikenakan kepada pemohon banding yang bersangkutan. (3a)(s.d.t. dg. S. 1936-211; s.d.u. dg. S. 1949-251.) Atas pengajuan banding mengenai perpajakan dikenakan kepada yang berkepentingan biaya perkara sebanyak dua puluh gulden. Apabila pembayaran biaya tersebut pada waktu pengajuannya belum dilunasi, masih diberikan kesempatan oleh Sekretaris Majelis dengan mengirimkan kembali surat banding itu agar memenuhi kewajiban pembayaran biaya perkara tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan itu belum juga dipenuhi, pengajuan surat banding itu dianggap tidak pemah ada. Hak untuk mengajukan banding diperoleh kembali apabila yang berkepentingan tidak memenuhi seluruhnya atau sebagian dari kewajiban itu. (4) Apabila pengajuan banding itu didasarkan atas surat ketetapan yang diberikan kepadanya, salinan surat ketetapan irti harus dilampirkan untuk pemberitahuan. (5) (s.d.t. dg. S. 1927-78jo. 136.) Jangka waktu (terimanya) yang ada dalam perundang-undangan, saat mana dapat diajukan gugat banding mengenai perpajakan, tidak mengikat apabila oleh pemohon dapat secara meyakinkan dikemukakan kepada Majelis bahwa untuk

  Pasal 9.

  (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.) Tiap surat

  banding yang diterima oleh Majelis dikirimkan dalam waktu seminggu setelah penerimaan oleh Sekretaris Majelis kepada Hoofdinspecteur van Financien (kini dapat disamakan dengan Direktur Jenderal Pajak selanjutnya akan ditulis Dirjen Pajak) dan apabila hal itu mengenai pajak seperti yang dimaksudkan pada ayat (2) dari pasal 1 sub b dan

  c, dikirimkan kepada dewan atau Pejabat yang berwenang untuk memberikan keputusan terhadap surat banding itu.

  Pasal 10.

  (1) (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.) Apabila pemohon banding tidak memenuhi kewajiban seperti yang ditentukan dalam pasal 8 ayat (3) dan (4), oleh Dirjen Pajak ataupun oleh Ketua Dewan atau Pejabat, yang dimintakan keputusannya, diberikan kesempatan kepada yang berkepentingan dalam jangka waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajibannya melengkapi kekurangan-kekurangannya. (2) (s.d. u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.) Surat permohonan banding segera dikirimkan kepada Majelis Perpajakan ataupun Dewan atau Pejabat, yang diminta keputusannya tentang surat banding disertai surat pernyataan, apabila permintaan banding itu

  g g

  beralasan, dan surat pernyatakan itu harus dilakukan atas surat banding yang bersangkutan yang dapat dibuktikan dengan

  or or penandatanganan. s. s.

  (3) Majelis Perpajakan dapat menentukanjangka waktu untuk pemasukan pernyataan resmi itu kepada Majelis.

  lita lita Pasal 11. ga ga

  Dalam waktu seminggu setelah pemasukan pernyataan resmi itu

  le le

  Sekretaris Majelis mengirimkan salinannya yang sebunyi dengan w. w. aslinya kepada pemohon dengan disertai nasihatnya dengan pemberitahuan bahwa pemohon mempunyai hak untuk mengurusnya lebih

  ww ww

  lanjut, apabila masih berkeberatan atas dasar-dasar seperti yang dimaksudkan pada pasal 12 ayat (3) dan ayat (6).

  Pasal 12.

  (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.)

  (1) Sebelum menjatuhkan keputusannya Majelis secara lisan harus memperoleh keterangan sepertunya dari Dirjen Pajak, yang dipanggil untuk keperluan itu pada waktu yang tepat. Atas cara yang sama, apabila panggilan itu mengenai urusan pajak seperti yang dimaksudkan pada pasal 1 ayat (2) sub b dan c, diberikan kesempatan kepada Dewan atau Pejabat, yang oleh pemohon diharapkan agar memberikan keputusan atas permohonan bandingnya, untuk mengirimkan wakilnya untuk menyampaikan penjelasan mengenai persoalan yang sedang ditangani, kecuali apabila pihak Dewan atau Pejabat yang bersangkutan memberitahukan bahwa untuk itu tidak perlu lagi penelasan secara lisan. (2) Dirjen Pajak untuk urusannya dapat diwakili atau dibantu oleh seorang Inspektur Pajak. (3) Apabila maksud itu semuanya telah diberitahukan dalam waktu yang tepat atau apabila Majelis menganggap perlu untuk kepentingan itu, Sekretaris Majelis pada waktunya dapat memanggil pemohon agar datang untuk menjelaskan secara lisan mengenai seluk-beluk surat permohonan bandingnya tersebut. atau dibantu oleh orang yang dikuasakan untuk urusan itu. (5) Panggilan seperti yang dimaksudkan pada ayat (1) dan (3) tidak akan dilakukan, selama masih diharapkan adanya pernyataan resmi yang akan dimasukkan, dan apabila pernyataan resmi ini telah dimasukkan (atau telah diterima), panggilan pun tidak akan dilakukan sebelum satinan pernyataan resmi itu dikirimkan kepada yang bersangkutan berdasarkan pasal II.

  (6) (s.d u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238.) Apabila surat permohonan banding itu tidak dapat dijelaskan secara lisan oleh pemohon, setelah la menerima salinan seperti yang dimaksudkan pada ayat di atas, ia dapat menyampaikan surat bantahan kepada Sekretaris Majelis dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh Ketua Majefis. Sekretaris Majelis harus segera mengirimkan salinannya kepada Dirjen Pajak, Dewan atau Pejabat yang dimaksudkan untuk memutuskan permohonan banding itu.

  Pasal 13.

  (1) (s.d. u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94.) Majelis dapat meminta pertimbangan untuk menyuruh mengadakan pemeriksaan buku-buku dan mengadakan penelitian terhadap surat-surat yang penting, kepada ahli, juru bahasa dan pejabat-pejabat yang ditunjuknya atas usul Dirjen Pajak, Dewan atau Pejabat yang

  g g dituju untuk dimintakan keputusan bandingnya.

  (2) Sebelum menjalankan tugasnya, ahli atau juru bahasa melakukan

  or or

  sumpah jabatannya di hadapan Kepala Daerah setempat di mana s. s. inereka bertempat tinggal, dengan janji bahwa dalam melakukan tugas yang diberikan kepadanya akan bertindak secara jujur,

  lita lita

  tertib, dan teliti, dan sesuai dengan kemampuan jiwa dan

  ga ga pikirannya dan akan merahasiakan segala yang harus dirahasiakan.

  (3) Kepada para ahli dan juru bahasa diberikan penggantian biaya

  le le

  untuk kepentingan tugasnya berdasar peraturan yang ditetapkan w. w. oleh Gubernur Jenderal.

  ww ww Pasal 14.

  (1) Keputusan Majelis dilengkapi dengan alasan-alasan yang mendasar. (2) (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238.) Dalam keputusan disebutkan hari dilakukannya penandatanganan oleh Ketua dan Sekretaris Majelis dan oleh Sekretaris Majelis dikirimkan salinan keputusan itu disertai dengan pernyataan resmi kepada pemohon banding, kepada Dirjen Pajak dan kepada Dewan atau Pejabat, yang dituju untuk dimintakan keputusan bandingnya.

  (3) (s.d.u. dg. S. 1930-244; S. 1939-238; S. 1941-94,) Majelis berwenang untuk mengembalikan perkara itu kepada Panitia, Dewan atau Pejabat yang berrsangkutan, yang pada tingkat pertama telah memberikan ketetapan tentang jumlah pajak yang harus dibayar dengan tujuan agar seraya memperhatikan keputusan Majelis dapat menangani kembali perkara perpajakan tersebut.

  Pasal 15.

  (1) (s.d.u. dg. S. 1928-20.) Apabila menurut keputusan Majelis pajak yang terhitung melebihi jumlah seperti yang dimaksudkan pada ayat (3) dari pasal 8, maka pajak yang dibebankan kepada pemohon akan ditambah dengan dua puluh lima persen dari perbedaan jumlah itu. (Kalimat berikutnya dianggap tidak berlaku lagi, sebab ordonansi verponding telah dihapuskan). Perbedaan jumlah uang seperti yang dimaksudkan dalam kalimat pertama akan dari masa pajak yang bersangkutan dan apabila masa pajak tersebut dimulai dari tahun kalender yang sedang berjalan (sedang ditempuh) dan mengenai pajak terhutang dari bagian tahun yang masih tersisa, hal ini akan dibulatkan untuk jumlah pajak setahun. (2) Kenaikan itu pajak tinggi akan berjumlah dua ratus gulden. (3) Apabila perkara banding itu ternyata menyangkut kesalahan penerapan atau pelanggaran atas ketentuan hukum, maka hal demikian itu dianggap tidak ada. (4) (s.d.t. dg. S 1936-211.) Apabila permohonan banding diluluskan dan dalam hal ini tidak akan ada tuntutan pengembalian uang yang telah dibayarkan, maka kenaikan jumlah pajak yang terhutang akan dikurangi.

  Pasal 16. Apabila pemohon banding meninggal dunia, para ahli warisnya

  menggantikan kedudukannya; surat panggilan dan pengiriman surat yang berkenaan dengan hal itu dilakukan apabila ada pemberitahuan tentang kematian itu.

  Pasal 17. Untuk mengajukan permohonan banding dan surat bantahan dan pewelasan g g

  secara lisan di hadapan Majelis, para ahli waris dari yang dibebani pajak atau yang bertanggung-jawab untuk membayar pajak yang telah

  or or

  ditetapkan dapat mewakilkan salah satu dari para ahli waris sebagai s. s. pelaksana pemberesan warisan atau pemimpin pelaksanaan pembagian warisan yang ditinggalkan.

  lita lita Pasal 18. ga ga (Pasal ini tidak berlaku lagi). le le w. w.

  Ordonansi ini mulai berlaku semenjak diumumkannya (tanggal 1 Mei 1927, dengan S. 1927-136.)

  ww ww