IbPE PADA INDUSTRI TENUN TROSO, KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH Muhammad Asrori

  

IbPE PADA INDUSTRI TENUN TROSO, KABUPATEN JEPARA,

JAWA TENGAH

1) 2) 3)

Muhammad Asrori , Zaenal Abidin , Noor Suroija

  1 Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof Sudarto SH , Semarang, 6199/SMG

  2 Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof Sudarto SH , Semarang,

  6199/SMG

  6199/SMG E-mail :

  

Abstract

Raise of products made by from another country, in an age of globalization when it made

products an artificial product in land shall face the huge challenges, especially the product

of industrial small..In the proposal was taken the title ibpe on industrial woven troso,

kabupaten jepara, central java. Problems smes partner is: a). Aspects human resources:

limited skills weaving , skills will increase as time passes, there has been no special training

  

b). Aspects production: limited provision of raw materials, still limited the creation of

design, the limited instrument to weave all manual), not of concern handling waste

production. C). Aspects marketing: promotion is not yet optimal (including product

displays did not yet have organized ) and coverage of marketing is still limited (limited

java) range to inter-island or to warmly the country still not optimal and still use a party to

  

3. D). Aspects administration financial management / accounting, taxation, eksport import,

law business, hki: the lack of understanding and the application of management good

financial, including budget problems, taxation, banking. The lack of understanding the

process business licensing and patent. The solution offered to smes according priority

partner is: a). Aspects of human resources: with assistance or training weaver a junior

power by the energy of the weavers senior b). The aspect of the production of: adding the

procurement / the building / otomasisasi the application of the technology right to, c) . The

aspect of marketing: promotional activities with the arrangement showrooms a and n

association, ecomerce and follow exhibition d). The aspect of the administration of

financial management and accounting, taxation, eksport import business law, hki: with

assistance or training governance the administration of finance and accounting, taxation,

eksport import , business law and hki. A method of which are applied in the program: a)

.Training, b) assistance, c). Engineering / making / instrument design, d). Monitoring and

feeds back. Planned activity in the year 1 is: a). The addition of / procurement / the building

/ the application of / otomasisasi the technology right to (a machine an oven thread,

computer), b). Training / assistance management human resources, marketing, accounting,

tax, financial / credits, c). Follow exhibition local, regional.Outer produced the year 1 is: a).

Increase in quantity and quality products through assistance and repair processes production

with application of technology appropriate (i) b ) of governance good management through

training financial management / accounting / taxation, manejemen marketing. C) the market

by promotion and arrangement show room, follow exhibition of the local, regional). D). An

increase in market share as many as a minimum of 10 % than ever e). Scientific article, in

the journal of scientific ( the outer covering of year to ii and iii are presented in the contents

of proposals ) Keywords: woven troso, efficient technology, governance

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  Abstrak Membanjirnya produk-produk buatan dari negara lain, dalam era globalisasi saat ini menjadikan produk produk buatan dalam negeri harus menghadapi tantangan besar, terutama produk industri kecil Dalam program ini diambil judul IbPE pada industri tenun troso, kabupaten jepara, Jawa Tengah. Permasalahan UKM mitra adalah : a). Aspek sumber daya manusia : keterbatasan ketrampilan menenun, ketrampilan akan meningkat dengan berjalannya waktu , belum ada pelatihan khusus b). Aspek produksi : terbatasnya penyediaan bahan baku, masih terbatasnya penciptaan desain, terbatasnya alat untuk menenun (semua manual), belum seriusnya penanganan limbah produksi. c). Aspek pemasaran : promosi masih belum optimal (termasuk display produk yang masih kurang tertata) dan jangkauan pemasaran masih terbatas (terbatas pulau jawa) jangkauan ke antar pulau atau ke manca negara masih belum optimal dan masih menggunakan pihak ke 3. d). Aspek administrasi manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import, hukum usaha, HKI : Masih minimnya pemahaman dan penerapan penataan manajemen keuangan yang baik, termasuk masalah anggaran, perpajakan, perbankan. masih minimnya pemahaman proses perijinan usaha dan patent. Solusi yang ditawarkan untuk UKM mitra sesuai prioritas adalah : a). aspek sumber daya manusia : melakukan pendampingan/pelatihan tenaga penenun yunior oleh tenaga penenun senior b). aspek produksi : melakukan Penambahan/ pengadaan/ pembuatan/ penerapan/ otomasisasi alat teknologi tepat guna, c). Aspek pemasaran : melakukan promosi dengan penataan

showroom a/n asosiasi, ecomerce dan mengikuti pameran d). Aspek administrasi

manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import hukum usaha, HKI : melakukan pendampingan/pelatihan tata kelola administrasi keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import, hukum usaha dan HKI. Metode yang diterapkan dalam program ini : a). Pelatihan, b) Pendampingan , c). Rekayasa /pembuatan alat/ desain, d). Monitoring dan feed back. Kegiatan yang direncanakan pada tahun 1 adalah : a). Penambahan/ pengadaan/ pembuatan/ penerapan/ otomasisasi alat teknologi tepat guna (mesin oven benang, , computer), b). Pelatihan /pendampingan manajemen sumberdaya manusia , pemasaran, akuntansi, pajak, keuangan/ kredit , c). Mengikuti pameran lokal, regional. Luaran yang dihasilkan tahun 1 adalah : a). Peningkatan kuantitas dan kualitas produk

melalui pendampingan dan perbaikan proses produksi dengan penerapan teknologi tepat (I)

b)Terlaksananya tata kelola manajemen yang baik melalui pelatihan manajemen keuangan/

akuntansi/ perpajakan, manejemen pemasaran. c) Melakukan perluasan pasar melalui promosi dan penataan show room, mengikuti pameran (lokal, regional). d). Peningkatan pangsa pasar sebanyak minimal 10 % dibanding sebelumnya e). Artikel ilmiah, di jurnal ilmiah (luaran tahun ke II dan III tersaji dalam isi proposal) Kata kunci : Tenun troso, teknologi tepat, tata kelola

  PENDAHULUAN

  Membanjirnya produk-produk buatan dari negara lain, dalam era globalisasi saat ini menjadikan produk produk buatan dalam negeri harus menghadapi tantangan besar, terutama produk industri kecil. Hal ini tent un ya merupakan ancaman bagi industri kecil dalam negeri, apalagi industri kecil yang tidak mampu mengisi peluang dengan menciptakan produk unggulan sehingga perlu inovasi dan perbaikan produk yang terus menerus. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah menyadari bahwa strategi pembangunan yang bertumpu pada kemampuan sendiri merupakan pilihan strategis sebagai antisipasi kecenderungan global agar propinsi Jawa Tengah mampu bertahan bahkan mengambil kesempatan dari peluang yang muncul dari pengaruh globalisasi (Miyasto, 2005 dalam eva yuli purwanti,2011). Salah satu klaster unggulan industri berbasis ekspor dalam bentuk tekstil adalah industri tenun Troso di Jepara.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  Tenun ikat ini dimiliki warga desa troso sejak tahun 1935 yang bermula dari tenun

  

Gendong warisan turun-temurun,tahun 1943 mulai berkembang tenun pancal dan

  kemudian tahun 1946 beralih lagi menjadi alat tenun bukan mesin (ATBM),keterampilan ini juga terus berkembang seiring berjalalannya waktu atau zaman,dan produk yang di hasilkan juga semakin bagus. Keunggulan dari kreasi tenun tenun troso ini adalah memiliki motif yang bagus, cocok dipakai untuk semua kalangan, tahan lama, asli buatan alat tenun. Mengutip hasil penelitian dari eva yulia purwanti (2011), bahwa Karakteristik dan permasalahan industri tenun ikat Troso dapat dilihat dari berbagai aspek , antara lain aspek pemasaran, permodalan, promosi dan sumber daya manusia dan aspek produksi adalah sbb :

  Dari penelitian yang dilakukan oleh Endah Utami dan Ali Imron (2012), yang mengambil objek salah satu UKM industri tenun, menyebutkan bahwa kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh UKM adalah kesulitan dalam permodalan, promosi yang terbatas , system administrasi yang belum tertata dan masih manual, belum mempunyai distribusi yang baik, belum mempunyai system penjualan online, persaingan yang ketat antar pengrajin, munculnya sentra sentra tenun ikat didaerah lain.

  Dari hasil penelitian eva yulia purwanti (2011), dan endah utami dan Ali Imron (2012) tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak permasalahan yang masih menjadi kendala bagi UKM industri tenun troso ditinjau dari aspek pemasaran, a s p e k permodalan, aspek promosi , aspek sumber daya manusia, aspek produksi, aspek tata kelola manajemen administrasi. Melalui program pengabdian masyarakat Ipteks bagi produk eksport (IbPE) diharapkan bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut.

  Gambaran umum Kluster yang tergabung dalam ASTTIKA UKM Tenun Troso

  Klaster Troso merupakan salah satu klaster unggulan di Jawa Tengah namun pada perkembangannya klaster ini stagnan dan klaster seakan tidak berfungsi. Hasil temuan lapang menunjukan Linkage yang dibangun industri di klaster Troso masih relatif lemah, karena keterbatasan pelaku usaha terutama pengrajin kecil sub contract dalam membangun jejaring pemasaran dan masih tergantung pada pengrajin besar, kelemahan ini sangat dipengaruhi oleh keterbatasan social capital yang dimiliki industri kecil, harga produk sangat fluktuatif karena tidak ada standar jaminan mutu, keterkaitan horizontal maupun vertikal yang baik akan melindungi pelaku usaha dari ketidakpastian pasar . (Evi Yulia Purwanti , 2011)

  Salah satu kluster yang eksis dan sedang berkembang saat ini adalah Asosiasi Tenun troso dan Konveksi Jepara yang disingkat ASTTIKA yang didirikan pada tanggal 2 Desember 2013 di Jepara. Asosiasi ini melingkupi para pengusaha kecil yang punya semangat untuk mengembangkan diri. Visi : Menjadi salah satu asosiasi industri tenun dan konveksi terkemuka , mandiri, efisien dan terpercaya di Jepara khususnya dan di Indonesia umumnya. Misi : Mempererat kerjasama antar anggota asosiasi dalam bidang teknik produksi , pengembangan dan riset, pemasaran dan penyediaan bahan baku. Mendorong terciptanya situasi bisnis kearah persaingan usaha yang baik melalui penemuan baru dalam kualitas , teknologi , sumberdaya manusia, jasa pelayanan dan pengembangan pasar.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  Aspek produksi.

  Jenis produk

  Produk yang dihasilkan dibagi menjadi 2 jenis yaitu : kain tenun polos dan tenun lurik dengan berbagai desain/motif baik kreasi dari pengusaha tenun maupun desain/motif dari pemesan. Jumlah desain/ motif yang diciptakan masih terbatas . Desain motif terkadang menunggu desain/ motif dari pemesan. Untuk kepentingan pameran dan peragaan di show room perlu diciptakan inovasi motif/ desain baru yang dapat menarik minat konsumen.

  Proses pembuatan tenun troso Tabel 1 : Proses pembuatan tenun troso.

  Tahapan Aktivitas Pokok

  1 Pengetengan

  Tahap ini adalah tahap awal dalam proses produksi kain tenun Troso Jepara, pada tahap ini dilakukan pengeraian benang dari kelos-kelos aslinya. Pekerjaan ini disebut ngeteng

  2 Pembuatan Pola

  Setelah proses pengetengan, benang yang masih dalam bentuk gulungan diurai dalam bingkai kayu (plankan). Plankan tersebut di beri gambar sesuai dengan motif yang diinginkan.

  3 Pengikatan benang

  Pada tahap ini, pengrajin biasanya mengikatnya dengan menggunakan tali rafia.

  4 Pencelupan Warna (nyelup)

  Setelah benang diikat, tahap selanjutnya adalah tahap pencelupan warna pada benang katun.

  5 Penjemuran

  Setelah benang diwarnai kemudian dilakukan tahap penjemuran di bawah sinar matahari

  6 Mbatil

  Mbatil adalah tahap membuka atau melepas ikatan pada benang setelah benang dijemur dan dikeringkan

  7 Malet

  Malet adalah tahap kegiatan menggulung kembali benang-benang sehabis diwarna, dijemur, dan di batil dalam kletek yang akan disekir.

  8 Nyekir

  Nyekir adalah proses yang sama seperti menyiapkan pola yang akan ditenun nantinya.

  9 Menenun

  Menenun adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan kegiatan lanjutan dari tahap kegiatan sebelumnya, tahap ini merupakan tahap terakhir dari keseluruhan tahapan yang begitu panjang. Menenun prinsipnya menyatukan benang yang membujur disebut lungsi, dengan benang yang melintang yang disebut pakan. Sumber : ASTTIKA (2015).

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  Dari proses tersebut tampak bahwa pembuatan tenun memerlukan proses yang cukup panjang. Setiap tahapan proses memerlukan waktu tertentu. Khusus untuk pengeringan benang memerlukan waktu yang cukup lama , apalagi bila cuaca mendung , maka harus menunggu benang tersebut kering sebelum proses berikutnya dilaksanakan. Saat ini tahapan proses pengeringan benang tersebut masih menggunakan cara manual.

  Bahan bahan dan peralatan yang dibutuhkan

  Bahan baku yang dibutuhkan dibeli dari Surabaya, kudus, dan tengkulak dari torso oleh masing masing UKM. Kluster/ asosiasi belum bisa memfasilitasi pembelian bahan baku kepada para anggotanya. Peralatan u t a m a yang digunakan dalam proses produksi masih bersifat tradisional (Alat Tenun Bukan Mesin/ATBM). Bila ada pemesanan yang besar dan diberi batas waktu yang cukup pendek , maka akan menyulitkan pengusaha untuk memenuhi target waktu dari pemesan. Belum ada upaya otomasisasi peralatan pendukung untuk mempercepat/ meringankan proses dengan tetap masih menjaga ke khasan produk tenun yakni dengan ATBM

  Limbah produksi dari hasil proses produksi dibuang langsung disekitar lokasi usaha. Walaupun limbah cairnya debit per harinya tidak terlalu banyak untuk ukuran industry kecil, namun dalam jangka panjang akan sangat menganggu lingkungan, khususnya bila terjadi musim hujan.

  Aspek Manajemen (Sumber Daya Manusia, Keuangan/Akuntansi, Perpajakan, HKI), Sumber daya manusia

  Komposisi sumber daya manusia (pekerja) yang ada saat ini jumlah tenaga kerja di kluster ASTTIKA ini berkisar 287 orang. Dari jumlah tenaga kerja tersebut , komposisi jumlah tenaga kerja wanita dan pria berbanding 70% : 30%, sedangkan usia tenaga kerja berusia antara usia 17 -45 tahun. Pendidikan mereka paling tinggi rata rata lulusan SLTA. Kecepatan, ketrampilan dan kerapihan seorang tenaga kerja untuk membuat selembar kain tenun akan terasah seiring berjalannya waktu. Ketrampilan tenaga kerja tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan tingkat pendidikan formal.

  Keuangan/akuntansi, perpajakan

  Penataan keuangan dan pencatatan keuangan dari UKM Tenun troso masih dilakukan dengan cara sederhana layaknya usaha keluarga. Belum ada program/ soft ware akuntansi/ keuangan yang digunakan untuk mencatat cash inflow dan cash

  

outflow dan penyusunan anggaran.. Kewajiban perpajakan sudah ditunaikan oleh UKM,

  namun kadang menjadi kendala tersendiri dikarenakan minimnya pemahaman prosedur perpajakan. Sebagian modal yang dioperasikan mayoritas adalah modal sendiri. Sebagian besar UKM tidak memahami prosedur peminjaman ke bank. Sebagian besar UKM tenun Troso menghadapi kesulitan modal untuk pembiayaan produksi tenun ikat. Sebab kekuatan modal secara mandiri tidak bisa menutupi besamya kebutuhan biaya produksi. Besamya biaya produksi yang dibutuhkan tidak sebatas satu bulan saja, namun untuk 3 bulan. lni terjadi karena sistem pembayaran produksi yang bersifat jatuh tempo tiga bulan. Ini merupakan dilema bagi pengusaha. Suntikan modal bagi perusahaan besar relative mudah dibandingkan dengan bagi perusahaan kecil, sebab perusahaan besar memiliki kredibilitas dan kemampuan untuk

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 menenuhi berbagai syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan bantuan modal dari lembaga keuangan yang dimaksud.

  Hukum usaha, Patent dan HKI

  Saat ini dari produk tenun troso sudah sekitar 30 motif tenun yang diciptakan oleh pengrajin maupun motif pesanan. Dari motif yang ada belum ada yang dipatentkan. Proses patent belum mereka pahami dan para pengusaha menganggap bahwa proses patent memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.Mereka belum memahami aspek hukum usaha, paten dan HKI Aspek Pemasaran.

  Pemasaran tenun troso meliputi pasar domestik dan pasar eksport. Pemasaran untuk pasar domestik mempunyai porsi yang lebih besar dibanding pasar eksport. Pasar konsumen domestik menempati porsi lebih kurang 90 % sedangkan sisanya 10 % adalah untuk pangsa konsumen eksport.

  Pemasaran tenun troso di luar negeri antara lain ke Australia, Jepang, Singapura, Korea, Swiss, Perancis, dll. Kegiatan eksport masih dilakukan oleh pihak ketiga. Untuk pasar domestic pemasaran tenun ikat Troso hampir melingkupi semua kota-kota besar di nusantara, seperti Bali, NTT, NTB, NAD, Papua, Sulawesi Utara dll termasuk tentu saja kota-kota di Pulau Jawa sendiri, diantaranya, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Cirebon, Kudus dll

  Upaya pengusaha dalam mendorong penjualan dilakukan melalui mengikuti pameran, menyediakan show room untuk kluster ASTTIKA dalam rangka untuk menjaring langsung konsumen akhir, yakni pendatang, wisatawan atau pembeli lokal. Penyediaan showroom untuk masing masing pengusaha kecil seperti mereka masih dirasakan belum mampu. Penyediaan katalog produk sampai saat ini belum semua pengusaha mempunyai. Belum semua pengusaha mempunyai system penjualan online,

  Profil Mitra dan kondisi existing mitraUKM:

  UKM yang akan bermitra dalam program IbPE dipilih dari 3 anggota kluster/ asosiasi dari 19 anggota asosiasi.

  Tabel 2 : Profil dan kondisi existing mitraUKM

  Spesifikasi dan Nama UKM kondisi existing Alam sejati De Onx Shima mitra

  Nama pemilik Muhlisin Ihrom Faiz Amin Fahrudin Pengalaman 9 tahun 7 tahun 3 tahun usaha

  Bahan Baku Suply bahan baku Suply bahan baku . Suply bahan baku (Suplai, Mutu, diusahakan sendiri diusahakan sendiri diusahakan sendiri Alternatif oleh UKM berasal oleh UKM berasal oleh UKM berasal sumber) dari surabaya, Kudus dari surabaya, Kudus dari surabaya, Kudus dan tengkulak dari dan tengkulak dari dan tengkulak dari troso , Jepara. Mutu troso , Jepara. Mutu troso , Jepara. Mutu bahan standart, bahan standart, bahan standart, alternative sumber alternative sumber alternative sumber lain belum ada lain belum ada lain belum ada

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  tebel 3 ).Nilai

  Perencanaan produksi (pengembangan

  Perencanaan produksi (pengembangan

  planning ,

  Manajemen (Production

  Jenis produk yang dihasilkan berupa kain tenun dg berbagai motif dan bentuk dg jumlah produksi berkisar 250 potong / bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas

  Jenis produk yang dihasilkan berupa kain tenun dg berbagai motif dan bentuk dg jumlah produksi berkisar 400 potong / bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas

  Jenis produk yang dihasilkan berupa kain tenun dg berbagai motif dan bentuk , dg jumlah produksi berkisar 500 potong /bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas

  Layout produksi masih belum tertata. Pewarnaan menggunakan bahan kimia dan alam. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik (belum ada komplain dari lingkungan). Mutu produk tenun akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi . Produk (Jenis, Jumlah, Spesifikasi)

  Layout produksi masih belum tertata. Pewarnaan menggunakan bahan kimia dan alam. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik (belum ada komplain dari lingkungan). Mutu produk tenun akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi.

  Layout produksi masih belum tertata. Pewarnaan menggunakan bahan kimia dan alam. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik (belum ada komplain dari lingkungan). Mutu produk tenun akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi .

  Proses (Lay-out, Jaminan mutu produk)

  investasi lebih kurang Rp 125.000.000,-

  peralatan utama yang dimiliki saat ini ATBM (4 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 250 potong . Dengan proses (lihat

  alternatif alternatif alternatif Produksi (Peralatan, Kapasitas, In

  tabel 5) Jumlah

  Peralatan yang digunakan (lihat

  investasi lebih kurang Rp 300.000.000,-

  tebel 3 ).Nilai

  peralatan utama yang dimiliki saat ini ATBM (6 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 400 potong. Dengan proses (lihat

  tabel 5) Jumlah

  Peralatan yang digunakan (lihat

  investasi lebih kurang Rp 450.000.000,-

  tebel 3 ). Nilai

  peralatan utama yang dimiliki saat ini ATBM (8 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 500 potong. Dengan proses (lihat

  tabel 5) . Jumlah

  Nilai investasi) Peralatan yang digunakan (lihat

  process control ,

  Perencanaan produksi (pengembangan PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 Accounting- Bookkeeping , Auditing ,

  Perpajakan, Pola manaje- men, HKI,

  Inventory)

  desain/ motif dilakukan oleh pemilik dengan kemampuan yang terbatas), akuntansi/pembukua n dilakukan secara sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. desain/ motif dilakukan oleh pemilik dengan kemampuan yang terbatas),, akuntansi/pembukua n dilakukan secara sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. desain/ motif dilakukan oleh pemilik dengan kemampuan yang terbatas),, akuntansi/pembukua n dilakukan secara sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. Pemasaran (Pasar, Teknik pemasaran, Harga jual produk, Konsumen)

  Pasarnya meliputi konsumen domestic dan luar negeri. Teknik pemasaran masih sederhana. Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna.

  Pasarnya meliputi konsumen domestic dan lua negeri. Teknik pemasaran masih sederhana. Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna.

  Pasarnya meliputi konsumen domestic dan luar negeri. Teknik pemasaran masih sederhana. Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna. SDM (Kualifikasi dan jumlah, Peluang training)

  Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 40 TK (70% wanita). Training belum pernah ada .

  Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 35 TK (70% wanita). Training belum pernah ada.

  Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 10 TK (65 % wanita). Training belum pernah ada. Fasilitas (Ruang administrasi, Ruang produksi, Ruang penyimpanan, Show room, Akses ke Jalan raya, Listrik, Telekomunikasi )

  Ruang administrasi belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Belum ada show room UKM (showroom bersama asosiasi) dengan layout yang belum tertata. Akses jalan raya relative mudah (jalan kampung).

  Ruang administrasi belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Belum ada show room UKM (showroom bersama asosiasi) dengan lay out yang belum tertata. Akses jalan raya relative mudah (jalan kampung) .

  Ruang administrasi belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Belum ada show room UKM (showroom bersama asosiasi) dengan lay out yang belum tertata. Akses jalan raya relative mudah (jalan kampung) . Masih minimnya pemahaman dan penerapan penataan manajemen keuangan/akuntansi yang baik, termasuk masalah anggaran, perpajakan, perbankan. masih minimnya pemahaman proses perijinan usaha dan patent.

  Aspek administrasi manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import, hukum usaha, HKI

  Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan.

  Aspek produksi Terbatasnya penyediaan bahan baku, masih terbatasnya penciptaan desain, terbatasnya alat untuk menenun (semua manual). Belum ada upaya otomatisasi. Belum seriusnya penanganan limbah produksi. Aspek pemasaran Promosi masih belum optimal (termasuk display produk, showroom belum tertata

  Aspek sumber daya manusia Terbatasnya SDM (baik kuantitas/ kualitas) ketrampilan menenun. keterbatasan ketrampilan menenun (khusus bagi pemula), belum ada pelatihan khusus

  Bidang /aspek Permasalahan

  Dari kondisi existing UKM mitra dapat kita ketahui permasalahan di UKM Mitra sbb Tabel 3 . Permasalahan UKM Mitra (rangkuman)

  Skim permasalahan UKM Mitra :

  Pola hubungan kerja antar kelompok UKM yang akan bermitra adalah merupakan anggota kluster / Asosiasi ASTTIKA dengan lokasi RT dan RW yang berbeda dan UKM yang dipilih dipandang dapat mewakili anggota kluster dan dipandang dapat sebagai motivator bagi anggota kelompok kluster yang lain.

  Catatan : Kondisi existing masing masing UKM.

  Pemodalan sekitar 100% adalah modal sendiri, Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan. .

  Pemodalan sekitar 95% adalah modal sendiri dan sisanya 5% dari pinjaman bank/ koperasi , Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas.

  Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan.

  Pemodalan sekitar 90% adalah modal sendiri dan sisanya 10 % dari pinjaman bank/koperasi, Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas.

  Finansial (Modal, Cash- flow, IRR)

  Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah

  Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah

  Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah.

  • – showroom ada di asosiasi ASTTIKA) dan jangkauan pemasaran masih terbatas (terbatas pulau jawa) jangkauan ke antar pulau atau ke manca negara masih belum optimal dan masih menggunakan pihak ke 3.

  1.2.3 Aspek pemasaran : Promosi

  a). Mesin oven benang , b) Komputer

  Tabel 4 : Permasalahan dan Solusi yang ditawarkan tahun 1 Permasalahan Solusi Tahun 1

  Keterangan (UKM) Aspek SDM : Terbatasnya SDM

  (baik kuantitas/ kualitas) ketrampilan menenun. keterbatasan ketrampilan menenun, belum ada pelatihan khusus

  Melakukan pendampingan/pelatihan tenaga penenun yunior oleh tenaga penenun senior

  1.2.3 Aspek Produksi : Terbatasnya

  penyediaan bahan baku, masih terbatasnya penciptaan desain, terbatasnya alat untuk menenun (semua manual). Belum ada upaya otomatisasi. Belum seriusnya penanganan limbah produksi.

  Melakukan Penambahan/ pengadaan/ pembuatan/ penerapan/ otomasisasi alat teknologi tepat guna.

  • – (untuk persiapan tata kelola manajemen dan penerapan soft ware)

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 Permasalahan prioritas yang ditangani.

  masih belum optimal (termasuk display produk, showroom belum tertata) dan jangkauan pemasaran masih terbatas (terbatas pulau jawa) jangkauan ke antar pulau atau ke manca negara masih belum optimal dan masih menggunakan pihak ke 3.

  a). Pelatihan tata kelola manajemen pemasaran b).Pembuatan layout show room

  c). Mengikuti Pameran

  1.2.3 Aspek administrasi manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import : Masih minimnya

  pemahaman dan penerapan penataan manajemen keuangan yang baik, termasuk masalah anggaran, perpajakan, perbankan. masih minimnya pemahaman proses perijinan usaha dan patent a).Pelatihan pembuatan proposal pengajuan kredit ke bank b).Pelatihan tata kelola manajemen keuangan , akuntansi dan pajak

  1.2.3 METODE PELAKSANAAN

  Metode pelaksanaan yang dilaksanakan adalah dengan cara : 1.

Pendampingan / pelatihan :

  Metode ini dilakukan dalam rangka untuk tercapainya tujuan pemahaman terhadap suatu materi sesuai permasalahan di UKM. Metode ini dilaksanakan dengan tahapan sesuai dengan output dan out come yang akan dicapai. Catatan : Untuk pelatihan/ pendampingan diupayakan akan melibatkan seluruh anggota kluster/ asosiasi ASTTIKA demi kemanfaatan yang lebih luas. Untuk tahun pertama pendampingan / pelatihan dilakukan dalam rangka memecahkan permasalahan tata kelola manajemen.

  2. Rancang bangun/ Rekayasa

  Untuk tahun pertama rancang bangun yang dilaksnakan adalah membuat mesin oven pengering benang. Mesin ini dibuat dalam rangka untuk mempercepat proses produksi apabila cuaca mendung terjadi dan mengantisipasi pemesanan tenun yang mendadak dan dalam jumlah besar yang tidk mungkin hanya mengandalkan pengeringan melalui sinar matahari. Struktur bahan secara umum dapat didasarkan pada kadar air yang biasanya ditunjukkan dalam persentase kadar air basis basah atau basis kering. Perhitungan dalam penentuan kadar air adalah sebagai berikut :

  Mdb = Berat sampel sebelum dikeringkan dikurangi berat sampel setelah dikeringkan dibagi berat sampel setelah dikeringkan.

  Metode penentuan kadar air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menerapkan metode oven dan metode destilasi. Pada metode oven, sampel bahan diletakkan ke dalam oven hingga diperoleh berat konstan pada bahan. Penentuan kadar air pada metode oven didasarkan pada banyaknya air yang hilang dari produk. Adapun pada metode destilasi, kadar air dihilangkan dengan memanaskan biji ke dalam air dan selanjutnya menentukan volume atau massa air yang hilang pada biji dalam uap yang terkondensasi atau dengan pengurangan berat sampel (Brooker dan Donald,1974). Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan di lapangan didapatkan hasil bahwa benang dalam kondisi basah (sebelum dikeringkan) mempunyai berat 17,5 kg, maka setelah melalui proses pengeringan selama 4 jam mempunyai berat 12,25 kg. Kadar air yang berhasil dikurangi yaitu 42,8%. Prosentase angka tersebut adalah kondisi ideal untuk proses benang yang akan diproses berikutnya. Sedangkan bila dikeringkan secara alami di bawah terik matahari secara kontinyu, maka diperlukan waktu selama 5 jam.

  Catatan sendiri: berat benang 17,5 kg tsb di atas terdiri dari 35

  gendel/kolongan sesuai kapasitas lemari pengering. Data tsb diperoleh pada proses ikat lusi. Redaksi kalimat mohon disesuaikan.

  3. Pengadaan / pembelian .

  Pengadaan/ pembelian ini dilakukan dalam rangka untuk menjawab permasalahan tata kelola keuangan yakni pembuatan program/ soft ware dan tata kelola administrasi yang akan dibuat pada tahapan berikutnya

  Tabel 6 : Kondisi yang diharapkan setelah IbPE dilaksanakan

  Kondisi saat ini (teknologi, Sentuhan teknologi Kondisi yang manajemen, lingkungan, dan manajemen yang diharapkan (teknologi, pemasaran) akan diberikan manajemen, lingkungan,pemasaran)

   Belum ada otomasisasi  Ada otomasisasi  Teknologi produksi peralatan pendukung dalam peralatan pendukung yang digunakan produksi (mesin oven, mesin dihapakan lebih efisien

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  • –e comerce)
  • – penataan layout/showroom, memperluas jaringan pasar
  • web / e-

  Peningkatan tata kelola manajemen Sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan, akuntansi, perpajakan.

  pasar sekitar 5-10 % dari tahun sebelumnya Mengikuti pameran Telah terlaksana

  b.

  Peningkatan kuantitas dan kualitas produk melalui penerapan teknologi tepat.

  pembuatan soft ware) a.

   Komputer (sarana

  Mesin oven benang b.

  Telah terlaksana pembuatan/ pengadaan alat teknologi tepat guna yaitu a.

  b) Komputer –> (untuk persiapan tata kelola manajemen dan penerapan soft ware)

  Penambahan/ pengadaan/ pembuatan/ penerapan/ otomasisasi alat teknologi tepat guna : a). Mesin oven benang ,

  Telah terlaksana pendampingan/ pelatihan Tata kelola manajemen Sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan, akuntansi, perpajakan

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 bekerjasama dengan dinas terkait Menyusun artikel ilmiah Dilaksanakan Artikel dalam sentrinov

  Pendampingan/pelatihan :Tata kelola manajemen Sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan, akuntansi, perpajakan

  Program/ Kegiatan Tahun 1 Hasil Luaran yang dicapai

  Sesuai dengan pelaksanaan program pada tahun pertama (2016) adalah sebagai berikut : Tabel : 7 Hasil dan Luaran

  manajemen eksport import dan perlindungan HKI)

  comerce dan

   Manajemen pemasaran menjadi lebih baik (kualitas dan kuantitas jaringan pemasaran lebih baik dan luas - promosi

   Teknologi pengelolaan limbah agar lebih baik (aman bagi kesehatan dan lingkungan)  Manajemen internal lebih tertata dan modern (keuangan/akuntansi melalui system yang baik).

   Penataan manajemen eksport-import melalui pembekalan dan pendampingan  Penataan manajemen perijinan dan HKI melalui pelatihan dan pendampingan dan berkembang

   Teknologi pengelolaan limbah  Penataan manajemen keuangan dan akuntansi melalui penerapan system keuangan dan akuntansi  Penataan manajemen pemasaran melalui promosi yang baik (layout/showroom, pameran, web site

   Manajemen lingkungan yang belum baik.  Manajemen pengelolaan masih belum professional (keuangan/akuntansi/perpaja kan)  Manajemen pemasaran belum optimal (layout dan showroom belum baik dan belum tertata)- pemasaran belum progresif (belum ada inisiatif optimal dari UKM)  Pemahaman tentang eksport import dan hokum bisnis, HKI belum difahami dengan baik sekir, mesin ketheng)

Peningkatan pangsa

  SIMPULAN

  Dari kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa rencana program yang telah disusun dalam tahun 1 telah dilaksanakan sesuai rencana. Namun demikian ada beberapa catatan yang timbul dalam pelaksanaan program ini yaitu : UKM masih melaksanakan kegiatan usahanya dengan alur uasaha keluarga, sehingga dalam tata manajemen dan administrasinya belum profesional sehingga perlu merubah mind set para pemiliknya. Adapun saran yang dapat disampaikan adalah bahwa a) perlu pendampingan lebih intens dalam pelaksanaan program dalam merubah tata manajemen dan administrasi menuju perusahaan yang modern b). perlu koordinasi dengan instansi terkait lebih intens dalam mendukung implementasi program dan keberlanjutan program Daftar Pustaka.

  Evi Yulia Purwanti, 2011, Kajian pola keterkaitan aktivitas klaster industry tenun torso dalam upaya pengembangan ekonomi local, Media Ekonomi dan Manajemen, Vol 23 no 1 , Januari 2011. Endah Utami dan Ali Imron,2012, Perumusan strategi perusahaan berdasarkan competitive advantage, Jurnal ilmiah teknik industri, vol 11, no 2 desember 2012 Kumpulan data, Asosiasi ASTTIKA, 2015

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477