BAB VII - 1 - DOCRPIJM 5dbc841988 BAB VII11. BAB VII (fix)

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Pengembangan kawasan permukiman baik di perkotaan/pedesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan/perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

  Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana yang keberadaannya sering menjadi sarana dasar perkotaan/perdesaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan/perdesaan. Adapun penyediaan permukiman tersebut baik dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang sendiri maupun dengan keikutsertaan dari pihak swasta dalam memenuhi kebutuhan pemukiman tersebut.

7.1.1. Kondisi Eksisting

  Kawasan Permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang keberadaanya seringkali mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang dikembang tersebut.

  Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu Permukiman yang berkembang karena faktor historis dan permukiman yang berkembang karena diciptakan. Permukiman jenis pertama adalah permukiman yang telah berkembang sebelum suatu wilayah atau kota berkembang menjadi sangat pesat. Permukiman jenis ini umumnya ditenggarai sebagai titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami pada lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yang digunakan manusia untuk hidup seperti bantaran sungai, /daerah pantai dan pusat- pusat perdagangan. Berkaitan dengan hal tersebut, umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis disekitar tempat tersebut. Untuk permukiman jenis kedua adalah permukiman yang berkembang karena diciptakan oleh pengembang. Permukiman ini dikembangkan pada lokasi-lokasi yang umumnya berada di pinggiran kota untuk mengakomodir pertumbuhan pusat-pusat baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman jenis kedua ini juga dikembangkan untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota serta memenuhi kebutuhan perumahan penduduk. Berkenaan dengan kedua jenis permukiman tersebut, dalam suatu wilayah perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali. Adanya permintaan perumahan yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman ini menjadi salah satu pemberi sumbangan terhadap fenomena urban

  

sprawl. Selain itu berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul

  dari kawasan permukiman yaitu perumahan liar dan permukiman kumuh yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka kriminalitas dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

  Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman merupakan salah satu kawasan yang perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkn dilakukan secara bersamaan. Faktor luas kawasan permukiman yang besar disuatu wilayah dan banyaknya persoalan yang muncul megakibatkan tiap kawasan permukiman memiliki upaya penanganan yang berbeda-beda bahkan bersifat sangat spesifik. Hal ini disebabkan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah, maka beberapa bagian bahkan perlu ditangani terlebih dahulu atau diberikan prioritas penanganan bila dibandingkan dengan kawasan permukiman lainnya. Berdasarkan petimbangan tersebut perlu adanya penanganan didasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim diikenal penanganan kawasan permukiman prioritas.

  Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Kesalahan dalam megantisipasi pola penanganan dan peberian prioritas pada kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan pencapaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan.

  Gambaran Umum Permukiman

  Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan di Indonesia telah diamanatkan dalam RPJPM 2005-2024 yang ditargetkan pada tahun 2020 sudah tidak ada lagi permukiman kumuh di perkotaan. Amanat tersebut dipertegas dalam RPJMN 2015-2019 bidang keCipta-Karyaan menetapkan "Gerakan 100 - 0 - 100". Maksud 100 - 0 - 100 adalah masyarakat di kawasan pemukiman sasaran harus mendapatkan akses air minum 100 persen, mengurangi kawasan kumuh hingga 0 persen, dan menyediakan akses sanitasi layak 100 persen untuk masyarakat Indonesia di akhir 2019.

  Adapun Indikator lingkungan yang termasuk kawasan kumuh, ialah kondisi akses jalan, Kondisi Bangunan, Kondisi Drainase, Kondisi Air Minum (Air Bersih), Kondisi Sanitasi dan pembuangan sampah, Kondisi pengamanan dampak kebakaran. Serta Kondisi Fasilitas umum, fasilitas kesehatan termasuk mata pencaharian setempat. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Tulang Bawang Nomor : B/316/III.2/HK/TB/2014 tanggal 07 Agustus 2014 tentang Penetepan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014, Luas kawasan kumuh di Kabupaten Tulang Bawang Mencapai 244,661 Hektar meliputi kelurahan Menggala Kota, Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya, Medasari, Gedung Karya Jitu, Sungai Nibung, Kekatung, Sungai Burung, Teladas dan Kuala Teladas.

  Data kawasan kumuh di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan SK Bupati selengkapnya dijabarkan pada tabel 7.1 berikut :

  BAB VII - 5 Tabel 7.1

Daftar Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014

No Nama Lokasi Luas Kawasan Kumuh (Ha) Lingkup Administrasi Luas Administrasi

  (Ha) Koordinat Kelurahan/Kampung Kecamatan Lintang Bujur (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  

1. Lingungan Menggala 1,570 Menggala Kota Menggala 4.476 528416 9506889

  

2. Lingkungan Palembang 0,671 Menggala Kota Menggala - 528779 9507335

  

3. Lingkungan Bugis 1,073 Menggala Kota Menggala - 528854 9507619

  

4. Dwi Warga Tunggal Jaya 132,727 Dwi Warga Tunggal Jaya Banjar Agung 1.842 524805 9526668

  

5. Medasari 3,866 Medasari Rawajitu Selatan 1.256 578351 9534576

  

6. Gedung Karya Jitu 4,144 Gedung Karya Jitu Rawajitu Selatan 1.602 581931 9534091

  

7. Sungai Nibung 11,812 Sungai Nibung Dente Teladas 15.909 599510 9502589

  

8. Bunga Indah 5,850 Kekatung Dente Teladas 4.389 595233 9508044

  

9. Sungai Burung 39,487 Sungai Burung Dente Teladas 395 598799 9487614

  

10. Teladas 16,011 Teladas Dente Teladas 3,261 588288 9518799

  

11. Kuala Teladas 27,450 Kuala Teladas Dente Teladas 3.318 593138 9512723

244,661

  36.448 Sumber : Keputusan Bupati Tulang Bawang Nomor : B/316/III.2/HK/TB/2014 tanggal 07 Agustus 2014

  1. Permukiman Perdesaan

  Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tulang Bawang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

  Permukiman perdesaan diarahkan pada sentra pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Pada umumnya perkembangan permukiman perdesaan yang cenderung memanfaatkan lahan pertanian (persawahan), dalam proses perkembangan dan atau pembangunannya perlu mempertahankan areal pertanian yang berpengairan teknis, terutama areal pertanian di seluruh kecamatan di Kabupaten Tulang Bawan. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan pada kawasan pertanian lahan basah diarahkan di wilayah penunjang dengan mengembangkan sistem permukiman pedesaan sebagai pusat produksi pertanian lahan basah, yaitu pada areal yang tidak/belum mempunyai prasarana irigasi teknis. Pengembangan permukiman perdesaan pada kawasan pertanian lahan kering diarahkan di wilayah penunjang dengan mengembangkan sistem pertanian lahan kering pada kawasan-kawasan permukiman yang sudah tumbuh dan berkembang, terutama pada areal-areal yang mempunyai kemiringan 0–5 %.

  2. Permukiman Nelayan Pesisir

  Terdapat kecenderungan yang tinggi pengembangan permukiman bantaran sungai dan kanal di wilayah timur, salah satunya Kecamatan Dente Teladas. Kondisi ini merupakan salah satu respon masyarakat untuk keluar dari keterisolasian wilayah akibat kurangnya pelayanan jaringan jalan yang memadai. Kondisi tersebut salah satunya terlihat di Desa Kuala

  Teladas dan sekitarnya yang terletak di muara Sungai Tulang Bawang. Letak permukiman sekitar pantai Laut Jawa ini juga memungkinkan kegiatan transportasi dengan moda transportasi air lebih mudah dijangkau dan mendukung kegiatan ekonomi setempat. Selain itu, permukiman pesisir juga mendukung kegiatan pemanfaatan sektor perikanan dengan komoditas undangan dan perikanan lainnya. Ada pula kawasan yang menghasilkan komoditas perkebunan.

  Pencitraan fisik kawasan permukiman pesisir ini memperlihatkan kekumuhan. Tatanan bangunan dan lingkungannya terletak pada kawasan yang rentan terhadap genangan air laut. Kawasan ini membutuhkan sarana penyediaan air minum yang sehat, karena upaya individu masyarakat dengan memanfaatkan air baku setempat terhambat oleh kondisi air yang payau dan asin. Sebagian besar jaringan jalan lingkungan setempat masih dengan tanah. Selain itu, diperlukan sarana pengelolaan limbah yang memadai untuk mengurangi dampak limbah pada lingkungan.

3. Rawan Bencana

  Kabupaten Tulang Bawang memiliki dua resiko bencana yaitu bencana banjir dan angin ribut (puting beliung). Bencana banjir adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan ancaman yang serius terhadap penduduk. Banjir yang sering terjadi di Kabupaten Tulang Bawang disebabkan oleh luapan sungai khususnya Way Tulang Bawang. Hal ini dikarenakan kawasan Tulang Bawang merupakan dataran rendah/hilir dari Provinsi Lampung. Tingkat kerawanan bencana banjir dikategorikan menjadi tiga tingkatan meliputi kerawanan tinggi, sedang dan rendah. Tingkat kerawanan banjir tinggi terjadi di kawasan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah rawa yaitu Way Tulang Bawang. Daerah yang rawan becana banjir yaitu Kecamatan Menggala, Menggala Timur, Gedung Meneng, Gedung Aji, Meraksa Aji, Penawar Aji, Rawa Pitu, Rawajitu Selatan, Rawajitu Timur dan Dente Teladas.

  Bencana angin puting beliung adalah angin kencang dan dengan waktu 3 – 5 menit dan berangsur-angsur mereda dengan kecepatan 40 – 50 km/jam. Berdasarkan data dari stasiun klimatologi, diketahui pada bulan Januari sampai Maret angin cenderung ke arah barat, kemudian pada bulan April sampai September angin kearah selatan, sedangkan pada bulan Oktober sampai Desember angin cenderung kearah barat. Dari data bencana, angin puting beliung cenderung sering terjadi pada bulan November dan Maret, karena pada bulan-bulan tersebut angin cenderung bertiup ke arah barat, dengan demikian bulan Nopember dan Maret merupakan kerawanan bencana angin puting beliung. Kejadian angin puting beliung tidak dapat diprediksi secara spesifik namun tanda- tandanya bisa diprediksi setengah sampai satu jam sebelumnya terutama jika memasuki musim pancaroba dipastikan mengalami hujan lebat dan angin kencang yang bersifat lokal. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan di musim hujan akan terjadi angin puting beliung.

  Potensi dan Tantangan

  Berbagai issu, potensi dan pemasalahan kawasan kumuh perkotaan di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat dalam tabel SWOT berikut ini:

Tabel 7.2 Tabel SWOT Kawasan Kumuh Perkotaan di Kab. Tulang Bawang

NO. POTENSI DAN MASALAH STRATEGI POTENSI

  1. Kawasan bantaran sungai, kanal dan pesisir merupakan jalur transportasi air dan kawasan subur untuk pengembangan pertanian

  Revitalisasi permukiman kumuh disepanjang bantaran sungai

  2. Masih luasnya lahan sekitar perkotaan sebagai kawasan pengembangan permukiman baru Pembangunan Perumahan secara Swadaya

  3. Pencemaran lingkungan akibat limbah permukiman secara keseluruhan wilayah masih tinggi Penyuluhan dan kampanye mengenai hidup sehat secara berkesinambungan

  4. Tersedianya lahan untuk pengembangan TPS, TPA dengan sistem sanitary land fill Pemerintah memberi kemudahan akses dan bantuan untuk pengurusan legalisasi lahan

  5. Wilayah perkotaan umumnya dialiri sungai yang dapat menjadi sumber air baku bagi pengembangan sistem air minum secara Penjagaan dan pengelolaan sumber-sumber air bersih yang memiliki potensi

NO. POTENSI DAN MASALAH STRATEGI

  terpadu

  6. Komitmen Pemerintah Pusat untuk pengembangan kawasan kumuh perkotaan dan perdesaan potensial

  • Pengembangan permukiman dengan
  • Peningkatan kerjasama dan peran swasta dalam
  • Dibentuknya organisasi masyarakat pengelola lingkungan setempat
  • Peningkatan kerjasama antara warga untuk

  • Penguatan kelembagaan pembiayaan

  • Kerjasama antara Pemerintah, swasta dan
  • Pengoptimalan pengawasan dan evaluasi hasil
  • Pembangunan Saluran Baru •
  • Perbaikan Saluran Lingkungan • Pembuatan/Perbaikan anggul Sungai
  • Kerjasama antara Pemerintah, swasta dan
  • Penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat

  Peningkatan revitalisasi sarana dan prasarana perumahan dan permukiman untuk memenuhi akses masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana permukiman yang memadai

  7. Permukiman kumuh bantaran sungai sulit di relokasi Mengadakan musyawarah mufakat sebagai langkah awal untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan realisasi perencanaan dapat berjalan lancara

  serta pembekalan dalam rangka cara pengelolaan sampah

  masyarakat untuk membangun infrastruktur yang memadai untuk kawasan permukiman

  6. Minimnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga

  Rehabilitasi Saluran

  5. Kerusakan saluran drainase atau belum terbangunnya saluran secara memadai

  4. Pola pembuangan limbah rumah tangga secara langsung ke badan air sungai, kanal dan pesisir

  3. Indikasi tercemarnya badan air/air tanah akibat pola pembuangan limbah dari permukiman sekitar Penyuluhan dan kampanye mengenai hidup sehat secara berkesinambungan

  program kegiatan penanganan permukiman kumuh dengan melibatkan masyarakat

  2. Masih kurang diperhatikannya pemenuhan kebutuhan sarana hijau/ terbuka, sarana olahraga.

  memanfaatkan potensi lokal/ daerah agar dapat mengakomodasi berkembangnya budaya multi-culture untuk mendukung pelaksanaan Undang–Undang tentang perumahan dan kawasan permukiman

  masyarakat untuk membangun infrastruktur yang memadai untuk kawasan permukiman

  perumahan dan permukiman PERMASALAHAN

  memelihara lingkungan

  10. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman

  9. Pengembangan fungsi kawasan hijau bantaran sungai sebagai penahan alami dari banjir Program penghijauan di sekitar bantaran sungai dengan mmelibatkan masyarakat agar berkesinambungan

  8. Tingginya kebutuhan sarana perumahan yang layak sekitar perkotaan Sinergi Penanganan Kawasan Kumuh dan Penduduk Miskin Perkotaan

  7. Komitmen Pemerintah Daerah untuk mengembangkan fungsi kawasan tradisional bersejarah di Kecamatan Menggala

  penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman secara terpadu, sinergi dan berkelanjutan

  1. Kawasan yang terindikasi kumuh di bantaran sungai, kanal dan pesisir sekitar perkotaan

NO. POTENSI DAN MASALAH STRATEGI

  8. Adanya permukiman yang tanpa legalitas lahan

  

9. Belum adanya peraturan Daerah terkait Adanya kajian tentang rencana kawasan

bangunan tradisional bersejarah permukiman tradisional bersejarah

  10. Ancaman banjir bagi permukiman bantaran Adanya penghijauan di sekitar bantaran sungai sungai

  

11. Pemeliharaan ruang terbuka hijau masih Meningkatkan kesadaran masyakarat dengan cara

rendah sosialiasi akan pentingnya ruang terbuka hijau serta komitmen pemerintah dalam pemeliharaan rutin ruang terbuka hijau

  

12. Minimnya alokasi anggaran pengelolaan Meningkatkan kesadaran pemerintah agar kondisi

sampah permukiman persampahan juga dijadikan prioritas dalam hal perencanaan, sehingga anggara dapat sesuai dengan skala prioritas terutama dalam hal persampahan

  13. Investasi pengelolaan sumber air payau dan asin mahal

14. Rendahnya kemampuan masyarakat

  • Masyarakat diberikan pelatihan untuk

  membayar tarif air minum sistem perpipaan pengelolaan sumber air

  • Pemerintah memberi subsidi untuk pengadaan air

  15. Pelayanan air minum perpipaan masih terbatas untuk masyarakat menengah ke minum atas di perkotaan, sementara pelayanan air minum untuk masyarakat miskin selain belum memadai

  a. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain : Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya :

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial. Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

  6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

7.1.2 Sasaran Program

  • √ √ √ √

  BAB VII - 12

  Setelah mengidentifikasi kondisi eksisting, tahapan selanjutnya menyusun sasaran program yang mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan Bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman selengkapnya dijabarkan pada tabel 7.2 berikut.

Tabel 7.3 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  No URAIAN SASARAN PROGRAM TOTAL LUAS KAWASAN SASARAN PROGRAM KET 2017 2018 2019 2020 2021 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Kawasan Kumuh Perkotaan 3,314 Ha - √ √ √ √

  II Kawasan Permukiman Perdesaan - - - √ √

  III Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan, Perbatasan Pulau Kecil, Rawan Bencana, dsb)

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program

  BAB VII - 13

  Rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman setiap tahunnya dijabarkan pada tabel 7.4 berikut.

Tabel 7.4 Matriks Usulan Kebutuhan Pogram Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  No URAIAN SASARAN PROGRAM TOTAL LUAS KAWASAN RENCANA PROGRAM KET 2017 2018 2019 2020 2021 (1) (2)

  (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  I Kawasan Kumuh Perkotaan 3,314 Ha

  1. Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan Kawasan Kumuh - √ √ √ √

  II Kawasan Permukiman Perdesaan

  1. DED Infrastruktur Perdesaan

  2. DED Pengembangan Kawasan Perdesaan

  III Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan, Perbatasan Pulau Kecil, Rawan Bencana, dsb)

  1. Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) - - √ √ √

  BAB VII - 14 Tabel 7.5 Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman RINCIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  1 PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 2 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Pendampingan Kab/Kota Menyusun RP2KP (Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman) Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Pembinaan dan Fasilitasi Kegiatan Pengembangan Permukiman DED Kawasan Kumuh Nelayan Kec. Dente Taladas 2019 1 Lap 150.000 DED Kawasan Kumuh Nelayan Kec.Gedung Meneng 2019 1 Lap 150.000 DED Infrastruktur Pedesaan Kec. Dente Taladas 2019 1 Lap 200.000 DED Peningkatan Jalan Akses Perumahan PNS Tiuh Tohou Menggala 2019 1 Lap 200.000 DED Kawasan Agropolitan Rawa Pitu 2020 1 Lap 300.000 DED Kawasan Minapolitan Tulang Bawang 2020 1 Lap 300.000 DED Pengembangan Kawasan perdesaan Tulang Bawang 2021 1 Lap 300.000 Masterplan Agropolitan Tulang Bawang 2021 1 Lap 500.000

  Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman 3 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) Desa Teladas 2019 1 Paket 200.000 Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) Kec. Dente Teladas 2019 1 Paket 200.000 Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) Desa Sungai Burung 2020 1 Paket 200.000 Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) Kec. Rawajitu Selatan 2021 1 Paket 200.000 Identifikasi Kawasan Kumuh (Kawasan Nelayan) Desa Kuala Teladas 2021 1 Paket 200.000 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws. Dente Taladas Kec. Dente Teladas 2020 1 Paket 2.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Kws. Menggala Kota, Kec. Menggala 2021 1 Ha 1.600.000 200.000 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kec. Banjar Agung 2021 1 Ha 150.000 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kec. Dente Taladas 2020 1 Ha 150.000 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Kumuh Kec. Gedung Meneng 2020 1 Ha 150.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Medasari Kec. Rawajitu Selatan 2018 1 Paket 6.000.000 750.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Gedung Karya Jitu Kec. Rawajitu Selatan 2018 1 Paket 6.000.000 750.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya Kec. Banjar Agung 2018 1 Paket 4.000.000 400.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Kel Taladas Kec. Dente Taladas 2021 1 Paket 1.500.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Sungai Burung Kec.Dente Taladas 2020 1 Paket 1.500.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Kuala Taladas Kec.Dente Taladas 2021 1 Paket 2.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Sungai Nibung Kec.Dente Taladas 2018 1 Paket 6.000.000 600.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Sungai Nibung Kec.Dente Taladas 2019 1 Paket 1.500.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan dan drainase Kawasan Kumuh Perkotaan Kakatung Kec.Dente Taladas 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 READINESS CRITERIA DED/FS AMDAL/UKL/UPL LAHAN PENGELOLA APBN Sumber Pendanaan x Rp. 1000,-

Satuan

APBD Provinsi APBD Kab/Kota KPS CSR No Lokasi Tahun Volume OUTPUT INDIKATOR OUTPUT

  BAB VII - 15 RINCIAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) Infrastruktur Kawasan Miskin Perkotaan Neighborhood Upgrading Shelter and Sector Project Phase-2 (NUSP-2) 4 PENYEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA 5 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Sentosa Kec. Rawajitu Timur 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Utama Kec. Rawajitu Timur 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Agung Kec. Rawajitu Timur 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Jaya Kec. Rawajitu Timur 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Mulya Kec. Rawajitu Timur 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Sejahtera Kec. Rawajitu Timur 2021 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Makmur Kec. Rawajitu Timur 2021 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Lingkungan Kampung Bumi Dipasena Abadi Kec. Rawajitu Timur 2021 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kec. Dente Telatas 2021 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kec. Dente Telatas 2020 1 Paket 2.000.000 500.000 Pembangunan Jalan Usaha Tani Kawsan Minapolitan Kampung Way Dente Kec. Dente Telatas 2020 1 Paket 1.600.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan Kampung Pendowo Asri Kec. Dente Telatas 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Lingkungan kampung Dente Makmur Kec. Dente Telatas 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Perbaikan / Pembangunan Jalan Desa/ Jalan Poros Desa Desa Batanghari Rawa Pitu 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Perbaikan / Pembangunan Jalan Desa/ Jalan Poros Desa Rawa Pitu Desa Andalas Cermin 2021 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan Jalan Poros Desa Desa Sumber Agung Rawa Pitu 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Desa Medasari Rawa Pitu 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Desa Wono Agung Rawa Jitu Selatan 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Rawa Jitu Selatan Desa Yudha Karya Jitu 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Desa Bumi Ratu Rawa Jitu Selatan 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Rawa Jitu Selatan Desa Karya Jitu Mukti 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kampung Wonorejo Penawar Aji 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Penawar Aji Kampung Karya Makmur 2020 1 Paket 1.000.000 200.000 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Penawar Aji 2021 1 Paket 1.000.000 200.000 READINESS CRITERIA DED/FS AMDAL/UKL/UPL LAHAN PENGELOLA APBN Sumber Pendanaan x Rp. 1000,- Satuan APBD Provinsi APBD Kab/Kota KPS CSR No Lokasi Tahun Volume OUTPUT INDIKATOR OUTPUT

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) No Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kampung Wiratama Penawar Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kampung Sidoharjo Penawar OUTPUT INDIKATOR OUTPUT Lokasi Tahun Volume Satuan RINCIAN Tama 2021 1.000.000 200.000 1 Paket 1 Paket APBN APBD Provinsi APBD Kab/Kota KPS CSR DED/FS AMDAL/UKL/UPL LAHAN PENGELOLA Sumber Pendanaan x Rp. 1000,- READINESS CRITERIA Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kampung Gedung Asri Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Tri Tunggal Jaya Penawar Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan Rawa Pitu 2020 Pembangunan/Peningkatan Jalan Poros Desa Kampung Bogatama Penawar Tama Penawar Tama Tama Tama 2021 1.000.000 200.000 2021 1.000.000 200.000 2021 1.000.000 200.000 2021 1.000.000 200.000 1 Paket 1 Paket 1.600.000 200.000 1 Paket 1 Paket Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan Kecamatan Penawar Tama 2020 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan Kecamatan Penawar Tama 2021 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan Kecamatan Rawajitu Selatan 2021 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan Kec.Penawar Aji 2020 Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Agropolitan KTM Rawa Pitu 2020 1 Paket 2.000.000 1 Paket 1.100.000 200.000 1 Paket 1.100.000 200.000 1 Paket 1.100.000 1 Paket 1.100.000 200.000 200.000 200.000 200.000 Infrastruktur Kawasan Permukiman Berbasis Komunitas Infrastruktur Kawasan Permukiman Khusus Rural Sttlement Infrastructure and Kabupaten Strategic Area Development (RSIKD/RISE II) Pembangunan Jalan Usaha Tani Kawsan Minapolitan Kecamatan Rawajitu Timur 2021 Pembangunan Jalan Usaha Tani Kawsan Minapolitan Kecamatan Rawajitu Timur 2020 1 Ha 1.600.000 1 Ha 1.600.000 200.000 Sub Total 2021 22.000.000 - - - Sub Total 2018 1.500.000 - 1.300.000 - - - - - - 17.850.000 - - - - - 83.900.000 - 2.500.000 - - - - - - - - - - - - Sub Total 2020

  • - Sub Total 2019
  • - Total
  • - 24.800.000 - 5.950.000 - - - - - - 35.600.000 - 8.100.000 - - - - - Sub Total 2017

  BAB VII - 16

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Kondisi Eksisting

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungan. Peraturan Daerah (Perda) tentang Bangunan Gedung (BG) merupakan instrumen penting untuk mengendalikan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah. Perda BG menjadi sangat penting karena pengaturan yang dimuat mengakomodasi berbagai hal yang bersifat administratif dan teknis dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia serta dilengkapi dengan muatan lokal yang spesifik untuk setiap daerah. Bangunan gedung wajib diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya. Aspek keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan, adalah aspek yang setara dan sama kuat, wajib dipenuhi oleh tiap bangunan gedung di Indonesia. Berdasarkan faktor demografi dan meningkatnya tekanan terhadap penggunaan sumber daya alam terutama berkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung, konsumsi energi, air, dan produksi limbah terus meningkat, menyebabkan ketimpangan antara kebutuhan dan produksi, yang pada akhirnya memaksa perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat Sesuai amanah Undang-undang (UU) Nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dan peraturan pemerintah Nmor 36 tahun 2005, tentang bangunan gedung serta UU Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan untuk ditindak lanjuti dengan peraturan di daerah gedung sebagai payung hukum dari semua peraturan yang menyangkut tentang kegiatan pembangunan yang dilaksanakan, maka telah ditetapkan Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: i) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, berjati diri, serasi dan selaras, ii) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Tabel 7.6 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Tulang Bawang

NO KEGIATAN SEKTOR PBL

  1 Penataan Lingkungan

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ; Permukiman b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ; c. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal ; d. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ; e. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2 Penyelenggaraan Bangunan

  a. Pengendalian penyelenggaraan bangunan Gedung dan Rumah Negara gedung dengan perda bangunan gedung di kabupaten.

  b. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

c. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  

3 Pemberdayaan Komunitas Keberlanjutan dan sinergi program bersama

dalam Penanggulangan pemerintah daerah dalam penanggulangan Kemiskinan kemiskinan

  Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain: Penataan Lingkungan Permukiman:

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
  • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
  • Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
  • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :

  • Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
  • Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
  • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
  • Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
  • Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

  • Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
  • Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
  • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah:

  • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
  • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
  • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi : a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

  RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) - RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :

  • Program Bangunan dan Lingkungan;
  • Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
  • Rencana Investasi;
  • Ketentuan Pengendalian Rencana;
  • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
    • RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

  Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

  • Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah: 1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah; 2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; 3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan; 4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
  • Standar Pelayanan Minimal (SPM) Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan

  Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 7.7 SPAM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi :