BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 4bc7c44a14 BAB VIIBAB 7 lapkir ok

  

B A B V I I

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

  Kawasan permukiman di Kota Blitar pada tahun 2015 mempunyai luas sekitar 1.236,24 Ha. Dari sisi kualitas, diatas 97 persen rumah penduduk Kota Blitar masuk dalam kategori layak huni.

Tabel 7.1 Prosentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah No Uraian 2012 2013 2014

  1 Prosentase rumah yang 98,87 99,35 99,14 lantainya bukan tanah

  2 Prosentase rumah yang 99,09 97,49 97,36 atapnya genteng/beton

  3 Prosentase rumah yang 98,26 97,64 97,58 dinding terluarnya tembok

  Sumber Data : Statistik Daerah Kota Blitar Tahun 2015

  Dari data tersebut diketahui bahwa masih ada rumah-rumah penduduk yang termasuk dalam kategori rumah semi permanen dan non permanen namun rumah- rumah tersebut menempati lahan ilegal seperti di bantaran Sungai Lahar dan sempadan kereta api. Kawasan permukiman kumuh di Kota Blitar belum dilegalkan melalui SK Kumuh. Namun ada beberapa kawasan permukiman kumuh di Kota Blitar yang secara profil lengkapnya disajikan sebagai berikut :

  1. Permukiman bantaran sungai di Kota Blitar yang ada kecenderungan menuju kekumuhan terdapat di wilayah Krantil. Permukiman bantaran sungai di Jalan Krantil tepatnya berlokasi di Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo (yang mencakup RT 1 hingga RT 4 RW III serta RT 1 dan RT 2 RW VI). Luas wilayah sebesar 7,7 Ha dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Kali Lahar, sebelah Selatan dengan Jalan Mayang, sebelah Timur dengan Jalan Mawar dan sebelah Barat denganKali Lahar.

Gambar 7.1 OrientasiLokasi Permukiman Bantaran Sungai di Krantil terhadap Kota Blitar

  Kondisi permukiman di Jl Krantil memiliki tingkat kerapatan rumah yang tinggi dan banyak terdapat sampah di lingkungan permukiman serta pembuangan limah rumah tangga di sungai. Kondisi permukiman juga memiliki keterbatasan infrastruktur. Permukiman pada kawasan Krantil diprediksikan memiliki kecenderungan peningkatan kepadatan bangunan dan peningkatan kakumuhan kawasan akibat kegiatan masyarakatnya. Pada kondisi di lapangan ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan arahan rencana dan hampir seluruh persil bangunan tidak memiliki RTH (taman). Sempadan sungai yang merupakan salah satu komponen RTH luasnya semakin menyempit karena banyak penduduk yang membangun rumah di pinggir sungai. Apabila tidak ada pengendalian, kondisi sempadan sungai akan semakin habis ditempati bangunan- bangunan liar baik oleh penduduk setempat maupun oleh pendatang.

Gambar 7.2 Kondisi Permukiman Bantaran Sungai di Krantil

  2. Di Kota Blitar terdapat permukiman yang termasuk dalam katagori permukiman liar yaitu permukiman di sekitar bantaran sungai dan permukiman di sekitar bantaran rel kereta api. Karakteristik permukiman dekat bantaran sungai di Kota Blitar dapat dilihat pada permukiman sungai di sekitar Jl. Bakung dan Jl. Melati, dengan karakteristik yang menonjol adalah kerapatan tinggi serta melakukan pembuangan sampah dan sanitasi cenderung di sungai. Sedangkan kawasan permukiman dekat bantaran kereta api di Kota Blitar kondisinya masih cukup teratur, hal yang mengganggu adalah jaraknya yang dekat dengan keberadaan rel kereta api, dapat dilihat pada kawasan bantaran rel KA yang melewati Kelurahan Sananwetan hingga Kelaurahan Kepanjenkidul di dekat Stasiun Blitar. Perkembangan tumbuhnya permukiman liar di kawasan bantaran rel KA perlu segera dikendalikan agar tidak semakin kompleks yang akan menjadi beban kota, membahayakan perjalanan kereta api dan membahayakan para penghuni rumah di bantaran rel kereta api itu sendiri.

Gambar 7.3 Kondisi Permukiman Liar di Kota Blitar

  Lokasi Permukiman Liar sepanjang bantaran rel KA

Gambar 7.4 Orientasi Lokasi Permukiman Liar terhadap Kota BlitarTabel 7.2 Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Permukiman Masalah Kebijakan Strategi Program/Kegiatan Lokasi

  • Permukiman - Menyelenggarakan - Lingkungan perumahan padat

  Penataan dan rehabilitasi Kawasan kumuh pembangunan dan kumuh perlu ditempuh kawasan Krantil dibantaran perumahan baru dengan program rumah susun sungai dan yang layak dan sederhana sewa (rusunawa)

  • Penataan sempadan rel terjangkau. sanitasi di kereta api - Peningkatan perumahan penduduk dengan kualitas dan penyediaan sarana air bersih, jangkauan air limbah dan drainase yang pelayanan sarana sehat. dan prasarana lingkungan permukiman Sumber : Hasil Analisa.

  VII- 5

7.1.2 Sasaran Program

Tabel 7.3 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman TOTAL SASARAN PROGRAM

NO URAIAN SASARAN PROGRAM LUAS 2017 2018 2019 2020 2021 KET KAWASAN

  1,21 0,62 1,03 0,38

  1 Kawasan Krantil 7,7 Ha

  • 1,1 Ha Ha Ha Ha Ha

  VII- 6

7.1.3 Usulan Program

  VII- 7

Tabel 7.4 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman NO

  Kawasan Permukiman Total Luas kawasan Rencana Program 2017 2018 2019 2020 2021 KET

  I Kawasan Krantil 7,7 Ha Penataan dan rehabilitasi kawasan RT

  01 RW 03 Penataan dan rehabilitasi kawasan RT

  02 RW 03 Penataan dan rehabilitasi kawasan RT

  03 RW 03 Penataan dan rehabilitasi kawasan RT

  04 RW 03 Penataan dan rehabilitasi kawasan RT

  02 RW 06

7.1.4 Usulan Pembiayaan

Tabel 7.5 Matriks Usulan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Output

  Sumber Dana Readiness Criteria NO Indikator Output LOKASI TAHUN VOL SAT. APBD APBD DED/ AMDAL/ APBN KPS CSR LAHAN PENGELOLA PROV KOTA FS UKL/UPL Rincian

  Penataan dan

  √

  DPU dan 1 rehabilitasi kawasan Kel. 2017 1 kaw 8.000

  Perumahan krantil RT 01 RW 03 Sukorejo Penataan dan Kel. kaw

  DPU dan

  √

  Sukorejo Perumahan 2 rehabilitasi kawasan 2018

  1 8.000 krantil RT 02 RW 03 Penataan dan Kel. kaw

  DPU dan

  √

  Sukorejo Perumahan 3 rehabilitasi kawasan 2019

  1 8.000 krantil RT 03 RW 03 Penataan dan Kel. kaw

  DPU dan

  √

  Sukorejo Perumahan 4 rehabilitasi kawasan 2020

  1 8.000 krantil RT 04 RW 03 Penataan dan Kel. kaw

  DPU dan

  √

  Sukorejo Perumahan 5 rehabilitasi kawasan 2021

  1 8.000 krantil RT 02 RW 06

  TOTAL 40.000

  VII- 8

7.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Kondisi Eksisting

  Di Kota Blitar terdapat kawasan yang telah dan akan dijadikan kawasan konservasi budaya dan sejarah yakni : a. Stasiun kereta api (didirikan pada tanggal 16 Juni 1884)

  b. Gedung-gedung perkantoran antara lain :  Kantor Pos pertama (berada dalam satu kawasan dengan stasiun kereta api)  Kantor telkom (Telefoon kantoor)  Kantor Walikota (bekas asisten residen), Gedung DPRD Kota Blitar, Rumah Dinas Kepala Yonif.

  c. Bekas Hotel yang dibangun di masa kolonial seperti :

  d. Pengembangan pola kerjasama Pemerintah Daerah, Koperasi dan masyarakat Tempat peribadatan yang dibangun masa kolonial, seperti : Masjid Jami’, Klenteng, Gereja Yohanes Gabriel.

  e. Tempat Pendidikan seperti :  Gedung bekas Sekolah MULO/OSVIA (Asrama PETA)  Gedung bekas Noormal School I (sekarang SMA 1  Gedung bekas Noormal School II (sekarang PGSD)  Gedung bekas HIS (sekarang SMP I)

  f. Cagar Budaya dalam konteks permukiman dan kawasan situs Kota Blitar, seperti :  Makam Proklamator RI Bung Karno (Jalan Mayjen Sungkono)  Rumah Kartawibawa (Jl. Kalimantan)  Rumah Bu Wardoyo (jalan Sultan Agung)  Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya (jalan Sodanco Supriadi)  Makam Aryo Blitar (jalan Pamungkur)  Kompleks Pendopo Kabupaten Blitar.

  Kawasan sebagaimana tersebut di atas diantaranya sudah dikukuhkan secara terperinci sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Walikota Blitar nomor 24 tahun 2001 tentang Penetapan lokasi benda cagar budaya di Wilayah Kota Blitar sebagai obyek wisata daerah, sedangkan yang belum dikukuhkan merupakan kawasan yang masih dalam pengkajian menyangkut struktur dan jejak kesejarahannya.

  Dalam kurun 5 tahun ke depan Pemerintah Kota Blitar yang telah bertekad menjadikan Kota Blitar sebagai pusat pengembangan nilai-nilai kepahlawanan, akan berkonsentrasi untuk merevitalisasi kawasan eks asrama PETA. Mengingat bahwa kondisi kawasan bersejarah itu saat ini menjadi tidak optimal pemanfaatannya. Nilai kesejarahannya menjadi hilang karena dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat rutinitas yaitu tempat pendidikan.

  Dalam perjalanan kefungsian kawasan tersebut sebagai kawasan pendidikan juga tidak bisa optimal karena bangunan eks asrama berdasarkan Perda Cagar Budaya tidak diperbolehkan untuk dirubah apalagi dipugar, sehingga jika sekolah membutuhkan ruang tertentu harus membangun baru di sekitar kawasan, sehingga kemudian situasinya tidak nyaman untuk belajar. Adapun kondisi kawasan eks asrama PETA saat ini adalah sebagai berikut: a. Kondisi Gedung Asrama dan Rumah Sakit PETA Blitar saat ini 80% dipergunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, seperti Ruang Tidur

  SudancoSupriadi untuk ruang kelas 1E SMK 3 Blitar, Gedung Asrama Blitar untuk Ruang Kelas SMK 3, Lorong asrama PETA dipergunakan sebagai tempat parkir, Ruang disiplin PETA dipergunakan sebagai Kantin, Rumah Sakit PETA dipergunakan sebagai Aula SMPN 6, salah satu ruang saksi pertempuran PETA dipergunakan sebagai ruang koperasi, Gedung Aula Asrama PETA dipergunakan sebagai tempat parkir, Gedung Bekas kantor komando Daidancho PETA Blitar dipergunakan sebagai kantor TU SMPN6 dan sebagainya. Adapun bangunan yang tidak dimanfaatkan adalah bekas dapur dan Kantor Pusat Kyodo Boui Cyu Gun Blitar.

  b. Bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk mendukung kegiatan sekolah atau sebesar 80% masih terawat dengan baik, sedangkan 20 % tidak terawat yaitu bangunan Dapur dan Kantor Pusat Kyodo Boui Cyu Gun Blitar

  c. Pihak sekolah pengguna lahan sangat membutuhkan lahan untuk pengembangan dan peningkatan fasilitas sekolah seiring dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

  d. Sampai saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Daerah untuk melakukan perlindungan terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Blitar.

  e. Salah satu situs yang berkaitan dengan Perjuangan PETA Blitar adalah Monumen Potlot terletak di Taman Makam Pahlawan.

  Sedangkan kondisi ruang terbuka hijau, Kota Blitar memenuhi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik 10% atau seluas 330 Ha. Sedangkan untuk RTH Privat, Kota Blitar memiliki luasan sebesar 332,6 Ha atau 10,21% dari total luasan Kota Blitar.

  

Tabel 7. 6 Jenis dan Lokasi Ruang Terbuka Hijau Kota Blitar Tahun 2011

No Lokasi Luas (Ha) RTH Publik

   322,9488

  1 RTH Pada Jalur Jalan Kota

  1. RTH Koridor jalan 41,0000

  2 RTH Taman Persimpangan Jalan Monumen

  2. Taman perempatan plosokerep 0,0036

  3. Taman pulau timur stadion 0,0028

  4. Taman tugu wahana Jl. Jend. Sudirman 0,0005

  5. Taman Tugu Pancasila 0,0120

  6. Taman pintu masuk Jl. S. Supratman 0,0375

  7. Taman patung Ir. Sukarno 0,0025

  3 RTH Taman Median Jalan

  1. Taman median jalan Merdeka 0,0010

  2. Taman median jalan Ir. Sukarno 0,0070

  4 RTH Taman

  1. Taman selatan penjara 0,0038

  2. Taman selatan es mini Jl. Merdeka 0,0014

  3. Taman Tugu Adipura Jl, Mawar 0,0015

  4. Taman patung Koi Sangut 0,0040

  5. Taman timur jembatan Sangut 0,0005

  6. Taman pojok stadion 2 unit 0,0020

  7. Taman barat Pos Polisi Bleret 0,0020

  8. Taman timur SPBU Kebon Rojo 0,0015

  9. Taman TMP Supriyadi 0,0200

  10. Taman kantor DKP 0,0750

  11. Taman Aloon-aloon 3,4000

  12. Taman di lingkungan sekolah 3,0000

  13. Taman Green Park/Jaten 0,5221

  14. Taman Sentul 0,9321

  15. Taman Istana Gebang 0,3000

  16. Taman IPLT Kel.Blitar 0,4000

  5 RTH Lapangan Olahraga dan Makam

  1. Sebaran makam di Kota Blitar 18,0100

  2. Sebaran lapangan di Kota Blitar 18,0000

  3. Lapangan sekolah 3,0000

  4. Stadion Supriadi 0,0300

  6 RTH Hutan Kota

  1. Hutan Kota Kebon Rojo 2,9400

  2. Agrowisata Blimbing 5,0000

  3. Hutan Kota Tanjung Sari 0,5288

  4. Hutan Kota Kel. Gedog 1,2500 RTH Pengaman Jalur KA, SUTT, Sungai dan

  7 Bufferzone

  1. Taman lintasan KA di Jl. Tanjung 0,0050

  No Lokasi Luas (Ha)

  2. Sempadan rel KA 16,4800

  3. Sempadan SUTET 15,9500

  4. Sempadan sungai 31,4500

  5. Taman bis beton timur lintasan KA Jl. Tanjung 0,0015

  6. Kawasan konservasi di TPA 0,5000

  7. Konservasi sumur PDAM 0,5000

  8. Sempadan mata air 26,0000

  8 Tanah Bengkok berupa sawah yang disewakan 111,2000

  9 RTH Batalyon Infanteri 511 20,0700

  10 Taman Pramuka Kwarcab 1,1000

  11 Kebun Bibit Dinas Pertanian 1,2000

  RTH Privat 332,6000

  1 Taman lingkungan permukiman, kantor, gedung komersial 332,6000

  JUMLAH RTH 655,5488 Sumber : Masterplan RTH Upscaling, 2014.

  Sedangkan berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang maupun berdasarkan Perda Kota Blitar No 12 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Blitar Tahun 2011-2030, kebutuhan RTH untuk kota dan kawasan perkotaan adalah sebesar 30% meliputi RTH public 20% dan RTH privat 10%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di Kota Blitar memerlukan penambahan luasan RTH khusunya untuk RTH publik sebesar 10%.

7.2.2 Sasaran Program

Tabel 7.7 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman TOTAL SASARAN PROGRAM

NO URAIAN SASARAN PROGRAM LUAS 2017 2018 2019 2020 2021 KET KAWASAN

  325 328 331

  1 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

  • 322 Ha 334 Ha 337 Ha Ha Ha Ha

  2 Perda Bangunan Gedung Ada Ada Ada Ada Ada Ada

  VII- 13

7.2.3 Usulan Program

  • Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kawasan Agrowisata Belimbing Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kawasan Agrowisata Belimbing - -

  VII- 14

Tabel 7.8 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman NO

  Kawasan Permukiman Total Luas kawasan Rencana Program 2017 2018 2019 2020 2021 KET

  I Kawasan Istana Gebang

  Penataan Kawasan Istana Gebang

  2 Kawasan Agrowisata Belimbing

  5 Ha

  3 Kawasan PETA

  Revitalisasi Kawasan Wisata Perjuangan PETA

  Revitalisasi Kawasan Wisata Perjuangan PETA

  4 Kota Blitar

  15 Ha Pembangunan taman kota

  Pembangunan taman kota Pembangunan taman kota

  Pembangunan taman kota Pembangunan taman kota

7.2.4 Usulan Pembiayaan

Tabel 7.9 Matriks Usulan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Output

  Sumber Dana Readiness Criteria NO Indikator Output LOKASI TAHUN VOL SAT. APBD APBD DED/ AMDAL/ APBN KPS CSR LAHAN PENGELOLA PROV KOTA FS UKL/UPL Rincian Penataan Kawasan Kel.

  DPU dan √ 1 2017

  1 kaw 75.000 Istana Gebang Sananwetan

  Perumahan Pembangunan Sarana

  DPU dan √

  Perumahan dan Prasarana Kel. 2018-

  2 1 kaw 10.000

  Penunjang Kawasan Karangsari 2019 Agrowisata Belimbing Revitalisasi Kawasan

  DPU dan √

  Kel. 2020- Perumahan

  3 Wisata Perjuangan 1 kaw 5.000 Bendogerit 2021

  PETA Pembangunan taman 2017-

  DPU dan

  4 Kota Blitar 5 paket 5.000 Perumahan

  √

  kota 2021

  TOTAL 95.000

  VII- 15

7.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.3.1 Sub Sektor Air Limbah

7.3.1.1 Kondisi Eksisting

  Sistem pengolahan air limbah domestik yang telah dilakukan di Kota Blitar meliputi: a. Sistem on site individual dilakukan dengan pembangunan tangki septik rumahan di tiap-tiap rumah tangga. Pada tahun 2014 tercatat kepemilikan fasilitas tempat buang air besar sebanyak 97,88% dari total se-Kota Blitar. Fasilitas tersebut didominasi oleh jenis septitank sebanyak 94,57%.

Tabel 7.10 Prosentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Sanitasi No Uraian 2012 2013 2014

  1 Fasilitas Tempat Buang Air Besar Ada 97,28 95,77 97,88 Tidak Ada 2,72 4,23 2,12

  2 Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki/Septitank 95,64 95,64 94,57 Lainnya 4,36 4,36 5,43

  Sumber Data : Statistik Daerah Kota Blitar Tahun 2015

  b. Sistem off site komunal dilakukan dengan pembangunan tangki septik secara komunal yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh beberapa rumah tangga. Sampai dengan 2014 ada 50 IPAL komunal yang mencakup 3.109 SR dengan jumlah penduduk terlayani + 9.327 jiwa. IPAL Komunal tersebut 99% direncanakan dan dibangun oleh masyarakat. Pengelolaan IPAL komunal ini dijalankan oleh KSM setempat yang pengurusnya diserahterimakan kepada penduduk di tempat IPAL berada, sehingga memudahkan teknis operasional dan perencanaannya.

  

Tabel 7. 11 Data IPAL Komunal di Kota Blitar

  VII- 17

  VII- 18

  VII- 19

  VII- 20 Permasalahan utama terkait dengan pengelolaan air limbah adalah pada tahun 2014 tercatat kepemilikan fasilitas tempat buang air besar sebanyak 97,88% dari total se-Kota Blitar. Fasilitas tersebut didominasi oleh jenis septitank sebanyak 94,57%. Hal ini menunjukkan masih ada 5,5% penduduk yang belum terlayani oleh fasilitas buang air besar yang memadai.

  Hal tersebut ditambah dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Kota Blitar dari tahun ke tahun sehingga menghasilkan produksi limbah yang semakin besar pula. Perkiraan produksi air limbah domestik Kota Blitar ditunjukkan sebagai tabel berikut :

  

Tabel 7. 12 Perkiraan Produksi Air Limbah Domestik Kota Blitar

  2017 2018 2019 2020 2021 jumlah penduduk 150.493 152.147 153.823 155.519 157.238 jumlah KK 37.623 38.037 38.456 38.880 39.309 debit konsumsi air bersih 18.811.587 19.018.419 19.227.856 19.439.935 19.654.691

  (liter/hari) debit limbah domestik 15.049.270 15.214.735 15.382.285 15.551.948 15.723.752

  (liter/hari)

   Sumber : Hasil Analisa

  Oleh karena itu guna meningkatkan cakupan pelayanan air limbah bagi masyarakat Kota Blitar diperlukan investasi program dan kegiatan sebagai berikut :

  VII- 21

  Tabel 7. 13 Kebijakan, Strategi dan Program Pengelolaan Air Limbah di Kota Blitar Masalah Kebijakan Strategi Program/Kegiatan Lokasi

   Pencemaran  Peningkatan  Meningkatkan Pembangunan IPAL Komunal Kel. Kepanjenkidul, Kel. air karena kualitas dan prasarana Tanjungsari dan Kel. limbah jangkauan pengelolaan air

  Pakunden kegiatan pelayanan limbah rumah Pembangunan IPAL Ternak Komunal dan Kel. Pakunden, Kel. industri tahu sarana dan tangga yang

  Biogas Ngadirejo, Kel tempe dan prasarana berbasis Tanjungsari, kel. batik serta lingkungan komunal.

  Klampok kegiatan permukiman peternakan

   Tingkat pelayanan air limbah kota blitar pada saat ini 94,57%

  Sumber : Hasil Analisa

  VII- 22

7.3.2 Sub Sektor Persampahan

7.3.2.1 Kondisi Eksisting

  a. Sumber Sampah dan Komposisi Sampah Jumlah penduduk Kota Blitar Tahun 2014 adalah 145.111 jiwa. Dengan asumsi sisa aktivitas domestik berupa sampah rumah tangga per orang adalah 2,5 liter/hari, maka timbulan sampah penduduk Kota Blitar dalam satu hari bisa mencapai 362 m3/hari atau selama satu bulan menjadi total 10.883 m3/bulan atau 130.596 m3/tahun.

  Volume sampah yang terangkut menuju TPA per Hari adalah ± 294 m3/hari atau capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Blitar baru mencapai 80% dari total timbulan sampah per hari.

  

Tabel 7. 14 Jumlah Sampah di Masing-Masing Sumber Sampah

Sampah No Sampah anorganik kg / bulan kg / bulan organik

  1 Plastik 197250,75 Sampah basah 1.592.557

  2 Logam 19901,25 Kertas 119.864

  3 Kaca / gelas 69295,5 Kayu 47.894

  4 Kain 56637 Karet/kulit 23.947

  5 Lain-lain 169519,5 Kain 56.637 Sumber : Buku Putih Sanitasi, 2012.

  b. Pewadahan Sampah Sampah yang dihasilkan belum seluruhnya ditangani oleh masyarakat maupun pemerintah kota. Pewadahan sampah merupakan tanggungjawab masyarakat dan pemerintah kota. Berdasarkan data studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang dilakukan pada tahun 2012 keluarga yang memiliki tempat (wadah) sampah adalah sekitar 42,5%. Wadah (tong) sampah yang disediakan pemerintah kota pada tahun 2004 adalah 209 buah digunakan untuk pewadahan sampah di jalan umum dan fasilitas umum. Sedangkan pewadahan dari rumah tangga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Wadah yang digunakan terdiri atas jenis permanen yang terbuat dari tembok, logam, atau material lain dan jenis gerak yang terbuat dari kayu, bambo, atau material lain.

  c. Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah dilaksanakan oleh keluarga masing-masing, petugas pribadi, petugas kelompok, petugas RT/RW, dan petugas pemerintah kota.

  Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong, gerobak motor,

  • – atau kendaraan lainnya. Pengumpulan dilaksanakan secara swakelola oleh RW masing masing. Pengadaan sarana gerobak, penunjukan petugas pengumpul sampah dan
sebagainya menjadi tanggung jawab RW yang bersangkutan dan ada juga yang di sediakan oleh Pemerintah Kota.

  d. Pengangkutan Pengangkutan dilaksanakan oleh petugas pemerintah kota dan swasta. Pengangkutan oleh petugas pemerintah kota dilakukan dengan menggunakan dump- truck dan arm-roll truck. Pemerintah kota sampai tahun 2012 memiliki 3 buah dump- truck berdaya angkut 10 m3 dan 3 buah arm-roll truck berdaya angkut 8 m3. Guna memperlancar pengangkutan sampah, pemerintah kota telah menyediakan 21 lokasi TPS dengan 28 kontainer.

NO LOKASI TPS

  1 Kel. Turi Kontainer

  9 Ponpes Mamnu

  8 Kelurahan Kepanjenkidul dan Pasar Templek

  5 Jl. Melati II Kontainer

  8 Kelurahan Kepanjenkidul dan Pasar Templek

  6 Pasar Pon I Kontainer

  8 Pasar Pon dan Kelurahan Kepanjenlor

  7 Pasar Pon II Kontainer

  8 Pasar Pon dan Kelurahan Kepanjenlor

  8 Jl. Kelud Kontainer

  8 Kelurahan Kepanjenlor

  Kontainer

  8 Kelurahan Kepanjenkidul

  8 Ponpes Mamnu

  10 Kel Kepanjen Lor

  Transfer depo

  6 Kelurahan Kepanjenlor

  11 Jl. Kaca Piring

  Transfer depo

  6 Kel. Kepanjenlor

  12 Parkiran MBK

  Kontainer

  8 Kel. Kepanjenkidul, Kel. Kepanjenlor

  4 Jl. Melati I Kontainer

  Kontainer

  8 Kelurahan Sukorejo dan Kelurahan Turi

  8 Kelurahan Pakunden (BTN) 7 RS. Syuhada' Haji

  2 Kel Turi Transfer depo

  6 Kelurahan Sukorejo dan Kelurahan Turi 3 Kel. Karangsari

  Kontainer

  8 Kel. Karangsari, Kel. Kepanjenkidul

  4 Pasar Legi I Kontainer

  8 Pasar Legi dan Kelurahan Sukorejo

  5 Pasar Legi II Kontainer

  8 Pasar Legi dan Kelurahan Sukorejo

  6 BTN Pakunden

  Kontainer

  Kontainer

  Kecamatan Sukorejo

  8 R.S Syuhada' Haji, Kelurahan Pakunden, sekolah yang ada di Kelurahan Pakunden

  8 Pasar Legi Transfer depo

  6 Pasar Legi dan Kelurahan Sukorejo

  9 Perum Pakunden

  Transfer depo

  6 Kelurahan Pakunden (BTN) Kecamatan Kepanjenkidul

  1 Stasiun I Kontainer

  8 Kel.Kauman, Kel. Kepanjenkidul, LAPAS Kota Blitar, dan Pasar Wage

  2 Stasiun II Kontainer

  8 Kel.Kauman, Kel. Kepanjenkidul, LAPAS Kota Blitar, dan Pasar Wage

  3 Perum Melati Indah

NO LOKASI TPS

  8 Kelurahan Gedog

  Pada tahun 2012 Kota Blitar mendapatkan bantuan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sanitary Landfill yang terletak di Lingkungan Ngegong Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan.

  f. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jumlah sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir sekitar ± 220 m3/hari dengan capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Blitar baru mencapai 61,7% dari total timbulan sampah per hari.

  e. Daur Ulang Kegiatan daur ulang sampah telah dilaksanakan baik oleh pemerintah kota maupun swasta. Untuk mengurangi timbulan sampah yang masuk ke TPA, Pemerintah kota memiliki sarana pengolahan sampah yang disebut Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Instalasi tersebut terletak di Kelurahan Klampok, Kelurahan Gedog, Kelurahan Tanggung, Kelurahan Tanjungsari dan Kelurahan Blitar. Sampai dengan tahun 2012, TPST yang operasional adalah Kelurahan Gedog dan Kelurahan Blitar dengan kapasitas masing – masing instalasi adalah 8m³/hari. Sedangkan untuk TPST yang lain, tahun 2013 Pemerintah Kota Blitar akan melakukan pengadaan mesin – mesin pengolah yang dibutuhkan.

  8 Yonif 511 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Blitar.

  10 Yonif 511 Kontainer

  8 Kel.Bendogerit,Kel.Sentul,Kel.Sananwetan,R.S Mardi Waluyo, instansi dan perkatoran di sekitarnya

  II Kontainer

  9 Jl. Pramuka

  I Mardi Waluyo, instansi dan perkatoran di sekitarnya

  8 Kel. Gedog

  Kontainer

  7 Terminal Patria

  Kecamatan Sananwetan

  1 Kebon Rojo

  Karangtengah

  Kontainer 8 Kel. Plosokerep, Kel. Sananwetan, Kel.

  5 Karang Tengah

  8 Kelurahan Karangtengah

  4 Karanglo Kontainer

  8 Kelurahan Bendogerit

  3 Kantor DKP Kontainer

  8 Kelurahan Bendogerit

  II Kontainer

  2 Kebon Rojo

  8 Kelurahan Bendogerit

  I Kontainer

  6 BTN Gedog Kontainer

  Sumber : DKP Kota Blitar 2012

Gambar 7. 5 Peta cakupan layanan Persampahan

  Permasalahan sampah dikhususkan pada permasalahan utama saja, yang bertujuan untuk mendapatkan kegiatan prioritas antara lain sebagai berikut :  Jumlah TPS di Kota Blitar belum mampu melayani seluruh timbulan sampah.

  Pengangkutan sampah masih berkisar pada pusat kota, sedangkan daerah pinggiran belum terlayani. Kelurahan yang sebagian wilayahnya terlayani adalah Sukorejo, Turi, Karangsari, Kepanjenkidul, Pakunden, Kauman, Kepanjenlor, Bendogerit, Gedog, Plosokerep, Sananwetan dan Karangtengah sedangkan kelurahan yang lain, belum terlayani. Masih berkaitan dengan TPS, permasalahan lainnya adalah belum seluruh TPS yang ada di Kota Blitar memenuhi kriteria standar pengelolaan 3R.  Pengelolaan persampahan di Kota Blitar baru mencapai 80% dari total timbulan sampah per hari sehingga ada 20% sampah di Kota Blitar belum mendapatkan pengelolaan yang tepat.

   Peningkatan jumlah sampah di Kota Blitar tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan untuk TPA (jangka panjang) Berdasarkan perkiraan timbulan sampah sampai tahun 2021 Kota Blitar akan menghasilkan 393 m3/hari yang dihitung berdasarkan perkiraan jumlah penduduk. Jumlah yang cukup besar untuk Kota Blitar yang bahkan saat ini sampah yang ada di Kota Blitar hanya terolah 80%. Oleh karena itu Pemerintah Kota Blitar memprioritaskan pembangunan TPA baru dengan sistem sanitary landfill di Lingkungan Ngegong, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan seluas 4 Ha yang dibangun pada tahun 2013. Umur TPA tersebut direncanakan selama 5 tahun. Oleh karena keterbatasan lahan dan umur TPA maka pemerintah Kota Blitar akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Blitar untuk Pembangunan TPA Regional. Sebagaimana disebutkan dalam RTRWP Jawa Timur, Kota dan Kabupaten Blitar menjadi salah satu target cluster pengembangan TPA Regional di wilayah Jawa Timur.

  Tidak hanya TPA yang menjadi prioritas pengelolaan sampah di Kota Blitar, pengembangan TPS dan TPST ikut mendukung sistem pengelolaan sampah di Kota Blitar. Arah pengembangannya difokuskan pada peningkatan kualitas sarana dan prasarana sampah yang mendukung 3R bagi TPS dan TPST yang sudah tersedia namun juga diupayakan sistem 3R tersebut akan berkembang di semua TPS dan TPST di Kota Blitar. Sasarannya adalah untuk mereduksi timbunan sampah yang masuk di TPA.

  Rencana pengelolaan sampah juga diarahkan dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat. Sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke TPS, TPST dan TPA, sebelumnya telah dipilah oleh masyarakat/rumah tangga menjadi sampah organik (yang dapat didaur ulang) dan sampah non organik. Sampah organik yang diproduksi selanjutnya akan diolah bekerjasama dengan masyarakat untuk menghasilkan kompos atau produk olahan organik lainnya yang bermanfaat. Sedangkan untuk sampah non organik akan dilakukan kerjasama dengan para pemulung dan pengusaha untuk pemanfaatannya. Dengan melibatkan peran aktif masyarakat ini diharapkan permasalahan persampahan yang selalu menjadi masalah pelik di perkotaan, akan teratasi.

  Tabel 7. 16 Kebijakan, Strategi dan Program Pengelolaan Sampah di Kota Blitar Masalah Kebijakan Strategi Program/Kegiatan Lokasi 1.

   Pelayanan pengangkutan  peningkatan  meningkatkan Pengembangan TPST - Kel. Tanggung sampah terbatas kualitas dan sistem  Pembangunan baru TPST - Kel. Gedog  Pengadaan peralatan - Kel. Tanjungsari jangkauan pengelolaan  TPS yang belum memenuhi pelayanan sarana persampahan - Kel. Klampok 2. kriteria standar 3R dan prasarana dengan teknik- TPA dengan sistem sanitary lingkungan teknik yang

  landfill

   Pengelolaan persampahan di permukiman berwawasan  Pengadaan alat berat Kel. Gedog

  Kota Blitar baru mencapai 80% lingkungan  Perluasan TPA 3. dari total timbulan sampah per

  Pengembangan TPA Regional hari dengan Kabupaten Blitar  Diawali dengan

   Peningkatan jumlah sampah penyusunan studi Kabupaten Blitar tidak diimbangi dengan kelayakan, AMDAL dan ketersediaan lahan untuk TPA DED.

  Sumber : Hasil Analisa

  VII- 28

7.3.3 Sub Sektor Drainase

7.3.3.1 Kondisi Eksisting

  Kota Blitar dialiri oleh beberapa sungai besar dengan pola aliran kurang lebih sejajar dari utara ke selatan, yang utama yaitu kali Lahar dengan anak-anak sungainya, dan kali Cari. Pola drainase kota sesuai dengan pola jalan, yang umumnya arah utara selatan dan arah barat timur atau sebaliknya. Saluran-saluran drainase Barat – timur dan sebaliknya ini lalu dimasukkan ke kali Lahar dan kali-kali lainnya seperti kali Cari, kali Tugu dan lain-lain.

  Mengingat kondisi topografinya yang miring ke selatan, dengan kemiringan yang cukup besar, kerapatan rumah yang belum terlalu tinggi, serta tata guna lahan yang masih teratur, maka drainase belum menimbulkan permasalahan yang berat di kota Blitar. Kondisi drainase di Kota Blitar masih merupakan drainase Gabungan dimana pembuangan air limbah dan air hujan serta air kotor disalurkan dalam satu saluran. Hal ini disebabkan anara lain karena keterbatasan lahan untuk saluran drainase dapat dipilah –pilah disamping keterbatasan dana untuk pengadaannya.

  Seperti yang telah diuraikan sebelumnya jika dilihat dari kondisi fisik kota yang merupakan dataran rendah dengan aliran utama berupa sungai maka saluran yang terdapat di Kota Blitar dapa dibagi dalam dua saluran drainase yaitu drainase makro dan mikro. Adapun wilayah drainase makro meliputi ;  Daerah pengaliran sungai Lahar yang melayani tangkapan air hujan di Blitar Utara, Tengah dan Barat.  Daerah pengaliran sungai Cari yang melayani tangkapan air hujan di Blitar Utara, dan Timur.  Daerah pengaliran sungai Sumber Nanas yang melayani tangkapan air hujan di Blitar Utara, dan Barat.

  Secara umum sistem drainase di Kota Blitar masih menggunakan sistem drainase gabungan (mix drain) dimana pembuangan air limbah/air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran. Hal tersebut disebabkan karena terbatasnya lahan untuk saluran drainase. Sistem drainase gabungan memiliki beberapa kekurangan, yaitu dalam perencanaannya menggunakan debit maksimum antara air limbah domestik dan air hujan maka seringkali dalam musim kemarau dimana intensitas hujan sangat kecil maka air limbah saja yang melintas saluran. Sehingga dengan debit yang rendah ini tentu saja saluran drainase rata-rata cukup landai, mengingat keadaan topografi Kota Blitar datar.

  Untuk mengantisipasi peningkatan volume air limpasan dan air limbah, maka pengembangan sistem drainase adalah sebagai berikut :

  1. Perbaikan / normalisasi jaringan yang telah ada secara berkala. Adapun yang dimaksud dengan perbaikan / normalisasi adalah ;

  Peningkatan mutu konstruksi saluran drainase, khususnya pada saluran drainase - di jalan – jalan utama lingkungan permukiman. Membersihkan saluran drainase dari sampah dan timbunan tanah dengan - pengerukan.

  2. Pembangunan Saluran Drainase yang Baru Pembangunan ini ditujukan pada lingkungan yang belum memiliki saluran drainase.

  Hal ini penting agar air limpasan cepat dialirkan sehingga meminimalisasi terjadinya genangan yang berpotensial mempercepat rusaknya perkerasan jalan.

7.3.4 Sasaran Program

Tabel 7.17 Matriks Sasaran Program Sektor PLP SASARAN PROGRAM

KONDISI NO URAIAN SASARAN PROGRAM EKSISTING 2017 2018 2019 2020 2021 KET

  1. Sistem Pengolahan Air Limbah 94,57% 95% 95,5% 96% 96,5% 97%

  Cakupan Pelayanan SPAL

  2. Pengelolaan Persampahan 80% 81% 82% 83% 84% 85%

  Cakupan Pelayanan Persampahan 3.

  Drainase Permukiman

  0.9

  0.7

  1 Ha

  0.8 Ha

  0.6 Ha

  0.5 Ha Luas genangan di permukiman

  Ha Ha

  VII- 31

7.3.5 Usulan Program

Tabel 7.18 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor PLP Rencana Program Kegiatan NO Satuan Pengembangan PLP 2017 2018 2019 2020 2021 KET

  Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan

  IPAL Komunal

  IPAL Komunal

  IPAL Komunal

  IPAL Komunal

  IPAL Komunal Sistem Pengolahan Air 1.

  7 Paket Limbah Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan

  IPAL Ternak

  IPAL Ternak

  IPAL Ternak

  IPAL Ternak dan Biogas dan Biogas dan Biogas dan Biogas Peningkatan Peningkatan Kinerja TPA Kinerja TPA Sanitary Sanitary Landfill Landfill

  Pengelolaan 2. 8 paket

  Persampahan Pembangunan

  Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan TPST 3 R TPST 3 R TPST 3 R TPST 3 R TPST 3 R AMDAL dan DED TPA Regional

  Revitalisasi Revitalisasi Revitalisasi Revitalisasi Revitalisasi

  3. Drainase Permukiman 5 paket drainase drainase drainase drainase drainase

  VII- 32

7.3.6 Usulan Pembiayaan

Tabel 7.19 Matriks Usulan Pembiayaan Sektor PLP Output

  Sumber Dana Readiness Criteria NO Indikator Output LOKASI TAHUN VOL SAT. APBD APBD DED/ AMDAL/ APBN KPS CSR LAHAN PENGELOLA PROV KOTA FS UKL/UPL Rincian

  Pembangunan IPLT BLH Kota

  1 Kel. Blitar 2017

  1 Paket 8.000 √

  Blitar Kel. Pakunden, Kel. Pembangunan IPAL

  • – Ngadirejo, 2017

  BLH Kota 2 ternak Komunal +

  4 Paket 2.000 √

  Kel 2020 Blitar

  Biogas Tanjungsari, kel.

  Klampok Peningkatan Kinerja

  • – 2017

  BLH Kota

  3 TPA Sanitary Kel. Gedog

  1 Kaw 8.000 √

  2018 Blitar

  Landfill Kel.

  Tanggung, Kel. Pembangunan TPST 2017 -

  BLH Kota

  4 Klampok,

  5 Paket 3.000 √

  3 R 2021 Blitar Kel.

  Tanjungsari, Kel. Gedog

  VII- 33

  Output Sumber Dana Readiness Criteria NO Indikator Output LOKASI TAHUN VOL SAT. APBD APBD DED/ AMDAL/ APBN KPS CSR LAHAN PENGELOLA PROV KOTA FS UKL/UPL Rincian

  Kel. Bendo, Kel.

  • – 2017

  DPU dan

  5 Revitalisasi drainase Tanjungsari,

  3 Paket 1.500 √

  2021 Perumahan Kel.

  Pakunden

  TOTAL

23.000 3.500

  VII- 34

7.4 Sistem Penyediaan Air Minum

7.4.1 Kondisi Eksisting

  4. Kapasitas Terpasang Lt/detik 114

  6 Sumber : PDAM Kota Blitar, 2015.

  8. Hidran umum Unit

  7. Kehilangan Air (UFW) % 46,67 Kehilangan air m3 68.116

  Unit 939

  Unit 4.193

  6. Jumlah Sambungan Rumah

  5. Produksi air M3 156.929

  79

  Secara garis besar sumber air minum di Kota Blitar dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

  3. Kapasitas Produksi Lt/detik

  2. Cakupan pelayanan jiwa 40.712

  1. Tingkat Pelayanan % 27,86

  

Tabel 7. 20 Data Pelayanan Air Oleh PDAM Kota Blitar

No Uraian Satuan Sistem Perpipaan

  Penyediaannya air minum dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan cakupan pelayanan mencapai 27,86 % dari total penduduk Kota Blitar. Kapasitas produksi saat ini sebesar 79 liter/detik diperoleh dari 7 sumur dalam yang aktif dan mencakup wilayah pelayanan dari 21 kelurahan yang berada di wilayah Kota Blitar.

  3. Sumur-sumur gali milik penduduk 4. Sumber mata air yang tersebar di wilayah Kota Blitar.

  2. SPAM dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Blitar

  1. Penyediaan air minum oleh PDAM Kota Blitar

  • Terpasang Unit 11.210
  • Non Aktif (cabut)
  • Pasif (segel)
  • Aktif Unit 6.078

Tabel 7.21 Data Sumur/Sumber Air PDAM Kota Blitar Debit Debit

  Terpasang Terpakai

No. Lokasi Kecamatan Jenis Tahun Keterangan

(liter/dtk) (liter/dtk)

  Jl. Bengawan Solo Kelurahan

  1 Pekunden Sukorejo Sumur dalam 20 2008

  25

  15 Berfungsi Jl. D.I Panjaitan Kelurahan

  2 Ngadirejo Kepanjenkidul Sumur dalam 14 1999

  25

  10 Berfungsi Jl. I.r. Sukarno Kel. Sentul

  3 Jatimalang Kepanjenkidul Sumur dalam 17 2007

  25

  15 Berfungsi Jl. Brigjen Katamso Kelurahan

  4 Gedog Sananwetan Sumur dalam 10 1998

  25

  7 Berfungsi Jl. Cut Nya Dien Kel. Sentul

  5 Jatimalang Kepanjenkidul Sumur dalam 12 1999

  25

  10 Berfungsi Jl. Cut Nya Dien Kel. Sentul

  6 Jatimalang Kepanjenkidul Sumur dalam 5 1995

  30

  10 Berfungsi Jl. Kalimantan Kelurahan

  7 Sananwetan Sananwetan Sumur dalam 2007

  25

  14 Berfungsi

  Sumber : RISPAM Kota Blitar

  VII- 36

Tabel 7.22 Data SPAM Dinas PU dan Perumahan Jumlah

  Debit Kedalaman

No. Lokasi Kecamatan Layanan Tahun Keterangan

(m)

  (KK) (liter/dtk) Kecamatan Sukorejo

  1 Jl. Bengawan Solo Kel.Pekunden Sukorejo

  30 50 0,07 Berfungsi

  2 Kelurahan Pekunden Sukorejo

  30 33 2012 0,0462 Berfungsi

  3 Kelurahan Pekunden Sukorejo

  30 6 2013 0,0084 Berfungsi

  4 Kelurahan Turi Sukorejo

  30 15 2012 0,021 Berfungsi

  Kecamatan Sananwetan

  1 Dusun Ngrebo Kelurahan Gedog Sananwetan

  26 22 2012 0,0308 Berfungsi

  2 Dusun Ngegong Kelurahan Gedog Sananwetan

  30 14 2013 0,0196 Berfungsi

  3 Jl. Kenari kelurahan Plosokarep Sananwetan 30 100 2015 0,14 Berfungsi

  Kecamatan Kepanjenkidul

  1 Kelurahan Tanggung Kepanjenkidul

  30 42 2012 0,0588 Berfungsi Berfungsi

  2 Kelurahan Tanggung Kepanjenkidul

  30 25 2015 0,035 Berfungsi

  3 Dusun Bendo Kel. Tanggung Kepanjenkidul

  30 24 2015 0,0336 Berfungsi

  4 Kelurahan Tanggung Kepanjenkidul

  30 32 2015 0,0448

  5 Kelurahan Ngadirejo Kepanjenkidul

  30 25 2012 0,035 Berfungsi

  Sumber : RISPAM Kota Blitar

  VII- 37 VII- 38

Tabel 7.23 Data Sumber Mata Air Kota Blitar No.

  24 22 mati

  Kecamatan Sukorejo

  16 Ngadirejo Jajar Bangsongan 243 960 50,6 -

  20 Mati 5,00

  15. Kepanjenkidul Bentis Kep. Kidul 169

  14. Sentul Kucur Jurang Sembot 230 143 1,2 -

  13. Sentul Mbah Judel Jati Malang 253 200 1,9 tersumbat

  12. Sentul Saman Jurang Sembot 240 285 11 -

  Kecamatan Kepanjenkidul

  11. Plosokerep Mbah Bawuk 170 13 42,7 -

  10. Plosokerep Aren 167

  Kecamatan/ Kelurahan Nama Mata Air/Sumber Lingkungan Elevasi Luas Q (eks) Q survey ( m ) ( m² ) ( lt / dt ) ( lt / dt ) Kecamatan Sananwetan

  9. Klampok Ubalan Sawahan 153 150 6,9 -

  8. Klampok Gempur Sawahan 151 50 0,6 -

  7. Sananwetan Nglobong Sanan Wetan 170 100 33 -

  6. Sananwetan Kotes Bendil 198 50 4,2 10,00

  5. Gedog Gedok Gedok 248 100 0,5 2,00

  4. Gedog Ngegong Ngegong 211 60 9,9 2,00

  3. Gedog Ngrebo Ngrebo 193 12 9,95 1,00

  2. Bendogerit Urung - Urung 198 150 Mati 5,00

  1. Bendogerit Sendang Sendang 193 180 16,5 -

  17. Pakunden Wayuh Kundi 189 506 15,5 -

  VII- 39 No.

  Kecamatan/ Kelurahan Nama Mata Air/Sumber Lingkungan Elevasi Luas Q (eks) Q survey ( m ) ( m² ) ( lt / dt ) ( lt / dt )

  18. Pakunden Jaran Kundi 175.5 300 15,4 -

  19. Pakunden Patihan/BelikPitek Tambak Boyo 178 150 1,2 kecil sekali

  20. Pakunden Tanjung Sari Tanjung Sari 191 100 3,4 tersumbat

  21. Pakunden Lumbu/ Udel 174.5 200 12 -

  22. Sukorejo Dimoro Dimoro 180 75 3,8 -

  23. Sukorejo Kerantil Kerantil 176

  16 20 16,00

  24. Tlumpu Rondo Kuning/Corah Ki Ageng 153 100 0,5 -

  25. Blitar Tengis / Tiloro Aryo Blitar 162 300 5 -

  26. Turi Jati 157

  15 1 -

  Sumber : RISPAM Kota Blitar

  Permasalahan penyediaan air minum di Kota Blitar antara lain sebagai berikut

  1. Ada kapasitas menganggur (idle capacity) sebesar 35 lt/det karena kapasitas terpasang belum terpakai secara optimal 114 lt/detik sedangkan kapasitas produksi air sebesar 79 lt/detik.

  2. Prosentase kehilangan air yang besar mencapai 46,67% akibat pipa PDAM yang sudah cukup tua, kerusakan water meter dan ada pencurian air.