FINAL media dan partai 08

  

“SILENT REVOLUTION”:

KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN

KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

  

Summary

  • Dalam empat tahun terakhir terekam kecenderungan yang mengarah pada perubahan peta kekuatan partai politik. Kekuatan elektoral partai

    lama cenderung stagnan atau menurun. PDIP dan Golkar cenderung

    stagnan atau tidak mengalami kemajuan elektoral secara berarti. Sementara PKB, PPP, dan PAN adalah partai lama yang cenderung mengalami penurunan. Sebaliknya, Demokrat dan PKS cenderung mengalami kemajuan.
  • Sementara di antara partai-partai baru, hanya Gerindra yang tampil sebagai kekuatan elektoral baru yang berarti dan muncul dalam waktu

    yang relatif cepat. Kalau tidak ada perubahan strategi dan intensitas

  

Summary

  • Survey ini menemukan bahwa stagnasi, penurunan, dan peningkatan

    kekuatan elektoral berbagai partai tersebut terkait erat dengan gejala

    menguatnya peran media massa menggantikan fungsi organisasi partai politik dalam menjangkau calon pemilih. Inilah “silent revolution”, revolusi diam-diam, yang sedang terjadi dalam kompetisi antar partai di

    Indonesia, yang dicerminkan oleh munculnya televisi sebagai medium

    utama penyebaran informasi politik dan sebagai medium persuasi paling massif. Organisasi partai semakin kehilangan relevansi sebagai saluran sosialisasi politik.
  • Akibatnya, hanya partai yang mampu mengakses media secara

  

Latar Belakang

  • Pada tahun 1950an, partai politik mengandalkan penetrasi organisasi partai di tingkat cabang dan ranting untuk menjangkau pemilih potensial yang tinggal di perkotaan dan pojok-pojok daerah. Kini, menjelang pemilu 2009, fungsi organisasi partai itu digantikan oleh iklan politik di televisi, radio, suratkabar dan majalah, yang mana media massa ini menjanjikan cara yang lebih efisien sebagai alat penyebaran informasi dan alat persuasi. Gejala perubahan ini

    menandai terjadinya “silent revolution”, revolusi diam-diam, yang mengubah

    wajah persaingan antar partai belakangan ini. Silent revolution ini, disadari atau tidak, juga berdampak pada metode seleksi •

    calon legislative di sejumlah partai. PAN, Golkar, PD, PDIP, dan partai lainnya

    merekrut artis-artis yang populer melalui media (terutama televisi) dan memasukkan mereka ke dalam daftar calegnya.

  Latar Belakang Dengan munculnya trend baru perekrutan caleg berdasar popularitas di media • massa, dilema antara popularitas dan kompetensi caleg mengemuka. Artis yang populer belum tentu memiliki kompetensi untuk menjadi legislator. Sebaliknya, politisi yang kompeten belum tentu populer sehingga peluang mereka memenangkan kursi di sebuah dapil pun mengecil secara drastis. Untuk jangka panjang, jika trend ini terus menguat, ia akan mempengaruhi kualitas dan kinerja lembaga legislative.

  • Dengan mengandaikan kompetisi bebas, bagaimanakah peluang politisi profesional melawan artis populer dalam memenangkan pemilu legislative?

    Sejauh mana peluang Ferry Mursyidan Baldan, misalnya, jika dikompetisikan

    dengan Eko Patrio? Kompetisi yang berbasis media massa akan berpengaruh juga terhadap •

  

Pengukuran

Untuk menjawab serangkaian pertanyaan itu, prospek kemenangan partai politik • di pemilu legislative 2009 diukur melalui pertanyaan kepada pemilih: “Jika pemilu legislative diadakan hari ini, partai manakah yang anda pilih?”

  • iklan politik didefinisikan sebagai paket informasi yang dirancang oleh partai atau kandidat politik dan disebarkan melalui media massa dengan imbalan pembayaran. Partai-partai yang memasang iklan dalam tiga bulan masa soft campaign ini • adalah partai lama, termasuk Golkar, PD, PDIP, PAN, PKB, PPP, PKS, dan partai baru termasuk, antara lain, Hanura dan Gerindra.

  

Pengukuran

Keberhasilan sebuah iklan politik dilihat berdasar kemampuan calon pemilih • untuk mengidentifikasi partai mana yang beriklan, serta pesan apa yang disampaikan melalui iklan. Pengukuran kemampuan identifikasi ini menunjukkan

tingkat kesadaran atau awareness calon pemilih terhadap partai yang sedang

beriklan. Selanjutnya, untuk mengetahui efektifitas iklan, survey LSI melihat sejauh mana • pemilih menganggap bahwa informasi yang diperoleh dari iklan bisa dipercaya. Artinya, pemilih bisa memperlakukan iklan sebagai sumber informasi yang kredibel untuk mengevaluasi partai dan kandidat, atau sebaliknya, menganggap bahwa iklan bukanlah sumber informasi politik yang patut diperhatikan. Kredibilitas iklan sebagai sumber informasi juga dipengaruhi oleh sikap •

partisanship dari calon pemilih. Pemilih yang sudah menentukan pilihan partai

jauh sebelumnya akan cenderung melihat iklan partai tersebut dan

  

Pengukuran

Untuk mengetahui apakah faktor popularitas artis lebih menentukan pilihan •

pemilih dibandingkan dengan faktor kompetensi politisi, survey ini menjalankan

“eksperimentasi” dengan memasang 10 artis dan 10 politisi dalam daftar pilihan

caleg. Pemilih diminta untuk menentukan satu pilihan yang diambil dari daftar

tersebut. Aspek lain yang dilacak adalah sifat partai yang ideal di benak pemilih, yakni • sifat yang ikut menentukan pilihan partai. Sifat ideal ini mencakup empati, kompetensi, dan integritas. Empati adalah anggapan bahwa partai peduli dengan

persoalan yang dirasakan pemilih; kompetensi adalah anggapan bahwa partai

politik memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan; dan integritas

  

Metode dan Data

• Survei nasional terakhir dilakukan 8-20 September 2008.

  • Populasi survei: warga Indonesia berumur 17 tahun atau lebih secara nasional (dari Sabang sampai Merauke)
  • Sampel: nasional, dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling: proporsional atas populasi provinsi, desa-kota, dan jender.
  • Jumlah sampel : 1249

  Methodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional

  Prop.k Desa/kelurahan di tingkat

  Prop.1 Propinsi dipilih secara random dengan jumlah

   proporsional

   Ds 1 … Ds m Ds 1 … Ds n Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT

  RT1 RT2 RT3 …. RT5 dengan cara random Di masing-masing RT/Lingkungan

DEMOGRAFI KATEGORI LSI BPS KATEGORI LSI BPS JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN

  LAKI-LAKI

  50.1 50.0 <= SD 52.5*

  60.0 PEREMPUAN

  49.9

  50.0 SLTP

  20.3

  19.0 DESA-KOTA SLTA

  20.4

  18.0 DESA

  60.9

  59.0 Universitas

  6.8

  4.0 KOTA

  39.1

  41.0 AGAMA KELOMPOK USIA Islam

  89.0

  87.0 <= 19 tahun 3.6*

  15.1 Kristen

  8.7

  10.0 20 - 29 tahun

  20.8

  27.1 Hindu

  2.2

  2.0 30 - 39 tahun

  29.4

  22.4 Lainnya

  0.2

  1 40 - 49 tahun

  22.6

  15.8 ETNIS >= 50 tahun

  23.5

  19.6 Jawa

  39.8

  41.6 PENDAPATAN Sunda

  14.6

  15.4 < 400 ribu

  37.1

  42.0 Melayu

  7.4

  3.4 400 - 999 ribu

  36.3

  38.0 Madura

  4.0

  3.4 >= 1juta

  26.6

  20.0 Bugis

  1.4

  2.5

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS

  0.8

  1.4 LAMPUNG

  3.1

  

3.4 SULUT

  1.5

  1.0 BABEL

  0.8

  0.5 SULTENG

  0.8

  1.1 KEPRI

  0.6 SULSEL

  0.8 KALTIM

  3.1

  3.5 DKI

  3.9

  3.5 SULTRA

  0.8

  0.9 JABAR

  15.3

  17.4 GORONTALO

  0.8

  0.4 PROPINSI PROPINSI

  1.5

  NAD

  2.3

  2.0 RIAU

  

1.9 BALI

  2.3

  1.5 SUMUT

  4.6

  

5.3 NTB

  2.3

  2.0 SUMBAR

  3.1

  

2.1 NTT

  2.3

  2.3

  1.5 BENGKULU

  2.2 KALBAR

  2.3

  1.9 JAMBI

  0.8

  1.3 KALTENG

  1.5

  0.9 SUMSEL

  3.1

  3.2 KALSEL

  2.3

  0.8 TEMUAN

  

KECENDERUNGAN

KEKUATAN PARTAI

  

Partai yang dipilih bila pemilihan angota DPR diadakan

sekarang, Sep 2008, dibanding hasil pemilu 2004 (%)

  30

  25

  25

  21.6

  18.6

  18.5

  18.5

  20

  15

  12.1

  11

  10

  8.2

  7.4

  7.2

  6.4

  6.3

  5.7

  5

  3.2

  2.7

  2.4

  1.2

  1 Partai yang dipilih bila pemilihan angota DPR

diadakan sekarang, Sep 2008 (%)

30 KL I

  25

  25

  18.6

  20

18.5 KL II

  15

12.1 KL III

10 KL IV

  6.3

  5.7

  5

  3.2

  2.7

  2.4 Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%)

  14

  19.5 17.5 17.5

  12.1

  20.5

  20

  21.1

  12

  11

  11.5

  11

  18.5

  11

  12

  19.7

  12

  14

  22

  13

  20

  21

  18.5

  8.7

  9

  13

  5

  10

  15

  20

  25 PDIP Golkar PD

  12.7

  10

  13

  15

  13.5

  17

  18

  20

  18

  16

  24.2

  18.6

  14

  13

  18

  18

  17.5

  17

  12

  15

  17

  18

  7

  24

  16 14.5 14

  14

  19

  18

  16

  16

  13

  10

  

Aliran? Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%)

  7

  3

  4

  3

  2

  8

  3

  4

  3

  3

  3

  4

  4

  4

  3

  3

  4

  3

  4

  3

  3

  6

  3

  4

  10

  8

  6

  4

  2

  4.5

  2.4

  5.1

  4.8

  4

  4

  3

  3

  3.5

  4

  3

  4.5

  4

  2

  2

  9

  5.5

  6.3

  7.6

  7

  4.2

  4

  4

  5

  6

  4

  7

  4.5

  4

  5

  3

  4

  2

  2.5

  2

  11

  6

  3

  7

  6

  3

  5

  5

  8

  7

  4

  6

  6

  6

  7

  7

  5

  5

  7

  7

  6

  6

  12 PKS PKB Gerindra PAN PPP

  

TEMUAN

Studi ini menemukan kecenderungan perubahan kekuatan partai politik dalam • empat tahun terakhir.

  Partai lama cenderung stagnan atau menurun secara signifikan kecuali Partai •

Demokrat, yang tidak pernah mendapat dukungan di bawah perolehan suara

pemilu 2004. Partai Golkar dan PDIP untuk sementara masih berada pada posisi di atas tetapi • tidak mengalami kemajuan berarti dibanding hasil pemilu 2004. PPP, PKB, dan

PAN cenderung mengalami penurunan. Sedangkan PKS menunjukkan tanda-

tanda kemajuan.

  Sementara partai-partai baru gagal menampilkan diri sebagai kekuatan yang •

  KAMPANYE

  Memori terhadap Iklan di TV dari partai … (%)

  60

  51

  50

  42

  40

  31

  27

  27

  30

  22.6

  20

  12

  11

  10

  5 Gerindra PD Golkar PDIP PAN Hanura PKS PKB PPP

  

Memori terhadap Iklan di Surat Kabar dari partai … (%)

  25

  20

  15

  12

  12

  12

  9

  10

  7

  7

  6

  5

  5

  2

  2 PD Golkar PDIP Gerindra PAN Hanura PKS PKB PPP PBB

  

Memori terhadap Iklan Di Radio dari partai … (%)

  10

  8

  6

  5

  5

  5

  4

  4

  3

  3

  2

  2

  2

  1

  1

  

Memori terhadap Iklan di Spanduk, Poster, baliho, stiker,

dll., dari partai … (%)

  50

  40

  39

  40

  30

  29

  30

  23

  20

  18

  20

  15

  13

  10

  6 PDIP Golkar PD PAN PKS PKB Gerindra Hanura PPP PBB

VIEWERSHIP IKLAN PARTAI POLITIK DI TV (%)

  Seberapa sering melihat iklan partai ….. Di TV (%) Base: seluruh responden 100%

  34

  38 80% Tidak pernah

  58

  61

  63 melihat

  9 77 60%

11 Sekali 40%

  36

  12

  7

  12

  41 20%

  8

  26

27 Beberapa kali

  22

  21

  14

  10

  6

  4

  4 0%

  2 Hampir tiap hari A A N R

  IP R R AT A A ketika ditayangkan D R P NU LK PD K

  IN C A

  C O O ER H TV G TV EM C C G D C TV TV C

DI TV (%)

  18

  10

  4

  15

  13

  11

  33

  38

  29

  29

  48

  39

  33

  Tidak dekat dgn parpol manapun 39 Gerindra PKS PAN GOLKAR PDIP DEMOKRAT LAINNYA TT/TJ

  VIEWERSHIP IKLAN PARTAI DEMOKRAT

  Crossed by Party ID Seberapa sering melihat iklan partai DEMOKRAT Di TV (%)

  12

  17

  18

  33

  9

  13

  7

  10

  10

  10

  45

  17

  71

  41

  48

  41

  36

  45

  40

  18

DI TV (%)

  11

  Crossed by Party ID Seberapa sering melihat iklan partai PDIP Di TV (%)

  VIEWERSHIP IKLAN PDIP

  Tidak dekat dgn parpol manapun 78 Hanura Gerindra PKS PAN GOLKAR PDIP DEMOKRAT LAINNYA TT/TJ

  75

  64

  81

  67

  68

  57

  73

  83

  8 100

  8

  12

  9

  3

  

12

  14

  12

  18

  20

  7

  21

  18

  29

  18

  17

  1

  3

  4

  8

DI TV (%)

  35

  7

  10

  5

  9

  18

  14

  29

  10

  41

  27

  48

  Tidak dekat dgn parpol manapun 35 Hanura Gerindra PKS PAN GOLKAR PDIP DEMOKRAT LAINNYA TT/TJ

  VIEWERSHIP IKLAN GERINDRA

  Crossed by Party ID Seberapa sering melihat iklan partai GERINDRA Di TV (%)

  17

  

33

  36

  20 100

  29

  22

  25

  26

  24

  13

  67

  37

  45

  43

  32

  29

  26

  39

  35

  14

  

Lembaga yang paling bisa menyuarakan keinginan rakyat

(%)

  50

  40

  31

  30

  24

  23

  20

  11

  11

  10

  1

  

TEMUAN

Memori pemilih secara umum dibentuk oleh iklan televisi ketimbang oleh iklan •

radio dan suratkabar. Secara berurutan, iklan televisi jauh lebih berpengaruh

pada memori pemilih; diikuti kemudian oleh alat sosialisasi non-media (spanduk, poster, dll); baru kemudian oleh suratkabar dan akhirnya radio.

  Di samping itu, kredibilitas media massa juga lebih tinggi dibandingkan dengan •

lembaga-lembaga politik. Dengan demikian, informasi yang datang dari iklan

politik di media bisa pula dianggap pemilih sebagai informasi yang patut dipercaya.

  Partai-partai baru gagal memanfaatkan potensi media massa ini. Akibatnya, • mereka tidak dikenal oleh pemilih.

  TEMUAN Setelah hampir tiga bulan masa kampanye, sangat sedikit di antara partai baru •

yang mampu melakukan sosialisasi diri sehingga publik pada umumnya tidak

tahu partai-partai tersebut. Karena itu, jangankan dipilih, dikenalpun tidak. Partai-partai baru ini bisa • dikatakan kurang bertanggung jawab, dan hanya memperumit sistem kepartaian. Mereka tak mampu memanfaatkan media massa untuk menyebarkan informasi. • Lebih parah lagi, mereka pun tak mampu mengenalkan partai ke khalayak

melalui jaringan organisasinya meskipun telah lolos verifikasi dan memenuhi

  

Eksperimen:

Popularitas vs. Kompetensi

  Eksperimen: Bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang siapa yang akan dipilih

dari nama-nama berikut? 10 politisi dan 10 artis (%)

  Agung Laksono

  18.5 Eko Patrio

  5.6 Marisa Haque

  5.2 Adji Masaid

  4.5 Ikang Fauzie

  3.4 Muhamimin Iskandar

  2.9 Pramono Anung

  2.5 Angelina Sondakh

  2.4 Dedi Gumelar

  2.3 Nurul Arifin

  2.2 Anas U

  1.9 Tifatul S.

1.5 SISANYA (49%) MENJAWAB “TIDAK TAHU”. Lukman S.

  1

  TEMUAN Ada kecenderungan calon dipilih karena alasan yang sangat minimal, yakni • aware dengan calon legislatif bersangkutan. Bukan karena track record calon atau alasan kompetensi lainnya.

  Satu eksperimen menunjukan bahwa politisi yang secara kualitatif dinilai jauh • lebih berpengalaman dan kompeten seperti Ferry Mursidan tidak akan menang

kalau harus bersaing bebas dengan calon-calon lain yang jauh lebih dikenal

seperti Eko Patrio.

  Temuan ini menunjukkan bahwa popularitas bisa menjadi faktor yang lebih • penting ketimbang kompetensi (profesionalitas) dalam mengarahkan perilaku

pemilih. Bahwa Agung Laksono berada pada pilihan teratas juga berkaitan

EFEK PADA CITRA KARAKTERISTIK PARTAI

CITRA KARAKTER IDEAL PARTAI

  • Empati: Peduli pada persoalan yang dirasakan rakyat
  • • Kompeten: Memiliki program yang masuk akal dan dianggap

    bisa menyelesaikan persoalan yang dirasakan rakyat
  • Integritas: Bersih dari korupsi

  Sifat paling penting bagi partai sehinggi pemilih mau memilihnya (%)

  50

  40

  32

  29

  29

  30

  20

  12

  10

  

Partai paling punya program-program bagus untuk rakyat (%)

  50

  42

  40

  30

  20

  16

  14

  9

  10

  5

  4

  4

  2

  2

  2

  Partai paling bersih dari korupsi (%)

  70

  63

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  7

  

Partai paling peduli pada kepentingan rakyat (%)

  50

  40

  40

  30

  20

  16

  15

  10

  10

  6

  4

  3

  2

  2

  2

  

Temuan

Golkar, PDIP, dan PD dianggap pemilih sebagai partai yang paling peduli dengan •

rakyat (empati) serta dianggap sebagai partai yang punya program paling baik

(kompetensi). Sementara citra partai yang paling bersih dari korupsi (integritas), berurutan PKS, PD, PDIP, dan Golkar.

  Namun demikian, jauh lebih banyak pemilih yang mempunyai persepsi bahwa • semua partai politik itu tidak memiliki empati (40%), tak memiliki program yang

baik (42%), dan tidak ada yang bersih dari korupsi (63%). Dengan kata lain,

lebih banyak pemilih yang tidak mampu menilai secara positif tentang partai politik. Apa artinya ini? Iklan dan sosialisasi yang selama ini secara gencar dilakukan •

  

Kesimpulan

Dalam empat tahun terakhir terlihat kecenderungan yang mengarah pada • perubahan peta kekuatan partai politik. PDIP dan Golkar cenderung tidak mengalami kemajuan elektoral secara berarti. Sementara PKB, PPP, dan

PAN cenderung mengalami penurunan. Demokrat dan PKS cenderung

mengalami kemajuan. Dari partai-partai baru, hanya Gerindra yang

menunjukkan kekuatan elektoral secara berarti dan dalam waktu yang

relatif cepat. Kalau tidak ada perubahan strategi dan intensitas sosialisasi dari partai-partai di atas, maka kecenderungan ini akan berlanjut hingga Pemilu 2009.

  

Kesimpulan

Studi ini menemukan sebuah gejala yang kami sebut “silent revolution”, • dengan sifat-sifat sebagai berikut : Media massa, terutama televisi, menggantikan fungsi organisasi partai • politik untuk menjangkau calon pemilih. Inilah “silent revolution” yang sedang terjadi dalam kompetisi antar partai di Indonesia, yang dicerminkan oleh munculnya televisi sebagai medium utama penyebaran informasi politik dan sebagai medium persuasi paling massif.

  Namun kekuatan media massa ini tidak secara merata mampu diakses • oleh partai politik. Akibatnya, hanya partai yang mampu dan secara

  

Kesimpulan

Dampak “silent revolution” ini juga muncul dalam proses rekrutmen caleg •

oleh partai politik dimana mereka mencomot artis-artis yang populer di

televisi dalam daftar calegnya. Kesimpulan berikutnya, faktor popularitas caleg bisa lebih berpengaruh terhadap perilaku pemilih ketimbang kompetensi mereka. Artis populer di televisi, dalam eksperimentasi kompetisi bebas, bisa mengalahkan politisi berpengalaman secara telak. Akibatnya, popularitas bisa mengalahkan kompetensi.

  Berikutnya, dampak silent revolution juga menimpa partai-partai baru. •

Kegagalan mereka memanfaatkan media massa memangkas peluang