Objek Kajian dan Objek Penelitian (1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan peradaban manusia, sebagaimana kita saksikan saat
ini, telah membuktikan manusia bahwa manusia sebagai penguasa bumi
(kholifah). Berbagai penemuan kemajuan ilmu teknologi `berperan besar
terhadap perubahan budaya dan sikap manusia semakin hari kian berganti
semakin begitu cepat. Kemajuan peradaban seperti
itu ternyata tidak
selamanya membuat manusia bahagia, tenang dan aman. Berbagai persoaalan
ikut menyertai kemajuan peradaban manusia itu mulai persoalan lingkungan
hidup, kriminalitas yang semakin merajalela dan beragam bentuk, kekacawan
keluarga, persoalan politik, krisis ekonomi hingga persoalan-persoalan
keamanan yang sulit diperediksi. Persoalan-persoalan demikian, cepat atau
lambat, disadari maupun tidak, telah memengaruhi psikis manusia. Persoalan
psikis sebagai inti dari diri manusia membawa perubahan terhadap pola hidup
dan gaya hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan
sebagai sarana dalam membantu (to help) peserta didik agar tidak salah
langkah dalam menyikapi perkembangan dunia yang semakin canggih. Peserta
didik yang dimaksud disini bukan hanya peserta didik dalam pendidikan
formal (sekolah), tetapi juga dalam pendidikan nonformal (luar sekolah) dan
informal (lingkungan keluarga), bahkan bagi guru, tutor, calon guru, calon
tutor, dan tidak menutup kemungkinan bagi para orang tua serta masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Agama menjadi Bidang Kajian BK Agama Islam?
2. Bagaimana Agama menjadi Objek Penelitian BK Agama Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama menjadi Bidang Kajian BK Agama Islam
Manusia merupakan makhluk religious. Akan tetapi dalam perjalanan
hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. bahkan dalam
kehidupan keagamaan pun kerap kali muncul pula berbagai masalah yang
menimpa dan menyulitkan individu. Dan ini memerlukan penanganan
bimbingan dan konseling Islam1
BK Agama Islam tidak menyelidiki tentang ajaran- ajaran secara
materil, dasar- dasar Agama dan tidak berwenang untuk membenarkan dan
menyalahkan pengertian yang ada dalam agama. Yang menjadi objek dan
lapangan BK Agama Islam adalah menyangkut gejala- gejala kejiwaan dalam
kaitannya dengan realisasi keagamaan (Amaliyah) dan mekanisme antara
keduanya.
Kesadaran agama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam
pikiran dan dapat terlihat gejalanya melalui instropeksi. Sedangkan
pengalaman agama adalah unsure perasaan dan kesadaran beragam, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan
(amaliah). Dengan demikian yang menjadi lapangan kajian BK Agama Islam
adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh
dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan
objek pembahasan BK Agama Islam adalah gejala- gejala psikis manusia yang
berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis
manusia dengan tingkah laku keagamaan nya secara timbale balik dan
hubungan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan
ketaatannya pada agama yang dianutnya. Sikap tersebut muncul karena
adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsure
1Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogyakarta: UII Press,
2001), h. 44-45
2
kognitif. Perasaan terhadap agama sebagai unsure efektif dan prilaku terhadap
agama sebagai unsur konatif, jadi sikap Keagamaan merupakan integrasi
secara kompleks antara pengetahuan, perasaan setidak agamaan dalam diri
seseorang . hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau
berhubungan dengan kejiwaan.
Pada dasarnya BK Agama Islam tidak membahas tentang iman dan
kufur, surga dan neraka, serta hari kiamat dan sebagainya, juga tidak
membahas mengenai definisi dan makna agama secara umum. Namun BK
Agama Islam secara khusus mengkaji tentang proses kejiwaan seseorang
terhadap tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu dalam BK
Agama
Islam
dikenal
adanya
istilah
kesadaran
agama
(religious
consciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Menurut Zakiah Darajat kesadaran agama itu adalah bagian atau hadir
(terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau disebut juga
dengan aspek mental dan aktivitas agama. Sedangkan yang dimaksud
pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran agama, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakannya.
Dengan demikian BK Agama Islam tidak terlibat dalam memberikan
penilaian benar atau salahnya suatu agama, yakni tidak mencampuri dan
membahas keyakinan agama-agama tertentu. Untuk itu BK Agama Islam
mengkaji dan meneliti proses keberagamaan seseorang, perasaan atau
kesadaran beragamanya dalam pola tingkah laku kehidupan sehari-hari.
Sehingga dapat ditemukan sejauh mana pengaruh agama dan keyakinan
tertentu pada dirinya. Dan yang terpenting adalah bagaimana kelakuan atau
tindakan keagamaan yang telah diyakininya. Dengan kata lain bagaimana
pengaruh keberagamaan seseorang terhadap proses dan kehidupan yang
berkaitan dengan keadaan jiwanya, sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah
laku secara fisik dan sikap atau tingkah laku secara bathini yang mana dapat
diketahui cara berpikir, merasa atau emosinya.
Aristoteles, menggambarkan jiwa sebagai potret badan. Menurut al
Farabi, makna jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi fisik adalah bahwa
3
manusia dikatakan menjadi sempurna ketika menjadi makhluk yang bertindak.
Sebab jiwa merupakan kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah dan bukan
bagi fisik buatan. Al-Kindi berpendapat, jiwa akan tetap kekal setelah
kematian. Ia pindah ke alam kebenaran yang di dalamnya terdapat nur Sang
Pencipta. Pentingnya kajian jiwa tersebut, sehingga Ibnu Miskawaih
mengatakan, penyebab senang tidak hidup seseorang dipengaruhi oleh jiwa.
Jika jiwa seseorang baik, mulia dan senang maka ia harus bergaul dengan
orang-orang yang baik.2
BK Agama Islam juga dikenal dengan sebagai ilmu proses serta ilmu
tentang motivasi dan tingkah laku beragama. Proses dalam arti runtunan dan
rangkaian peristiwa (aksi) dalam perkembangan psikologikal manusia
beragama. BK Agama Islam sebagai ilmu proses bertugas mengkaji:3
1. Proses terjadinya pertumbuhan dan perkembangan jiwa keberagamaan
manusia dalam semua tingkat perkembangan dan dengan segala
kemungkinan evolusi keberagamaannya serta hal-hal yang mempengaruhi.
Dalam pengertian ini BK Agama Islam adalah ilmu yang unik, atraktif,
mempesona dna menarik hati serta pedoman yang penting dan bermanfaat
dalam mengembangkan tingkah laku manusia secara sistemik. Psikologi di
mana saja terpakai, walaupun engkau sebagai apa saja di atas dunia ini.
2. Proses terjadinya kedewasaan psikologikal dan kemantapan hidup
beragama manusia, serta perihal kesehatan, kecerdasan dan kebahagiaan.
Dalam pengertian ini BK Agama Islam adalah ilmu yangmenyehatkan,
mencerdaskan dan membahagiakan kehidupan manusia beragama, di
samping mendewasakan dan memantapkan kehidupan psikologikalnya
dalam kaitan dengan spiritualitas, agama dan Tuhan.
3. Proses terjadinya perihal kegoncangan hidup keberagamaan dan
Kegalauan keyakinan spiritual manusia kepada Tuhan yang ditinjau dari
sudut ilmu psikologi modern.
2M. Ustman Najati, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, (Bandung : Pustaka
Hidayah. 2002), h. 32
3Yahya Jaya. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan KE-Tuhanan
Islam. (Padang: IAIN Imam Bonjol, 2015), h. 121
4
4. Proses terjadinya perubahan keyakinan manusia beragama dan ber-Tuhan
dari percaya kepada tidak percaya atau sebaliknya dari tidak percaya
menjadi percaya dan menerima yang disebut dengan konversi agama.
Dengan demikian BK Agama Islam adalah ilmu yang mempelajari dan
meneliti tentang pengaruh dan peran pengalaman agama terhadap eksistensi
diri seseorang berupa sikap, perilaku, tindakan, penampilan yang muncul di
permukaan aktifitas kehidupan secara nyata.
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, BK Agama Islam dikenal juga
dengan Psikologi Agama memiliki obyek kajian tersendiri dari disiplin ilmu
yang mempelajari masalah agama lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya,
Psikologi Agama seperti diungkapkan Robert H. Thouless, memusatkan
kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau
masyarakat. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan
dengan menggunakan pendekatan psikologi (Bambang, 2008: 18).4
B. Agama menjadi Objek Penelitian BK Agama Islam
Bimbingan Konseling yang ada di Indonesia mengarah kepada dua
bentuk, yaitu konseling psikologis dan konseling pendidikan. Konseling
psikologis berakar dari kelemahan konseling yang mengacu kepada ilmu-ilmu
psikologi, profesionalnya adalah psikolog. Sedangkan konseling pendidikan
berakar dari kekuatan konseling yang mengacu pada psikologi konseling,
targetnya adalah perubahan perilaku dan profesionalnya adalah konselor.5
Namun Bimbingan dan Konseling dewasa ini tidak hanya terbatas
hanya kepada lingkungan pendidikan sekolah, melainkan juga dalam setting
luar sekolah dan kemasyarakatan. Kahidupan global dan kemajuan teknologi
informasi menjadi tantangan manusia dalam memilih kecakapan dan
mengambik keputusan yang tepat di dalam kehidupan, sehingga perlu ada
perbaikan kemampuan dan kecakapan dalam berbagai aspek kehidupan
dengan melalui proses belajar. Dalam hal ini, Bimbingan konseling berperan
sebagai proses belajar sepanjang hayat (lifelong learning) dan menyangkut
4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : Pustaka Setia. 2008), h. 26
5Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam; Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2009), hlm. 10
5
seluruh aspek kehidupan (lifewide learning).6 Sehingga pada posisi seperti ini,
Bimbingan Konseling memiliki ruang lingkup seluruh aspek kehidupan dan
sepanjang hayat. Berangkat dari perspektif baru Bimbingan Konseling, maka
orientasi atau ruang lingkup Bimbingan dan Konseling sekarang adalah pada
kemudahan individu dalam (1) mengakses informasi bermutu tentang
kesempatan belajar, (2) memberikan bantuan pribadi untuk mengintegrasikan
hidup, belajar dan bekerja, (3) menumbuhkan individu sebagai pribadi,
profesional dan warga negara yang self motivated.7
Sedangkan Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang ada di Fakultas
Dakwah mengalami kebingungan jika di kaitkan dengan konseling pendidikan
dan konseling psikologis dalam menentukan arah dan corak bimbingan
konseling yang dikembangkan. Yang jelas antara Bimbingan Konseling Islam
yang ada di Fakultas Dakwah dan Fakultas Tarbiyah tidak jauh berbeda
dengan BK pada umumnya, yaitu sama-sama ingin membantu sesama
manusia agar keluar dari berbagai kesulitan dengan kekuatannya sendiri.
Namun ada sedikit perbedaan mendasar antara keduanya yaitu pada nilai dasar
yang mewarnainya, BKI selalu dikaitkan dengan norma agama sehingga
bersifat psiko-teo-antrophosentris.8
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik
bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga(keluarga),
maupun masyarakat pada umumnya.9 Disini Thohari Musnamar menyebutkan
mengenai perbedaan bimbingan dan konseling umun dengan bimbingan dan
konseling islam adalah:
1. Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak
dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan
bimbingan dan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah
keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan
dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu
6 Mamat Supriatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi; Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2011), hlm. 3
7 Ibid, hlm. 4
8 Isep Zainal Arifin, hlm. 12
9Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994),
hlm. 239
6
bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling,
dalam ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.
2. Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah
di dasarkan atas pikiran manusia. Semua teori bimbingan dan konseling
yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu,
sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islam didasarkan atas, yaitu
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas masalah
kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan
konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati
4. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas dan
mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut bimbingan
dan konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah di kerjakan.
Bimbingan konseling Islam sebagai salah satu model dakwah
merupakan bentuk pelayanan terhadap manusia yang berhubungan dengan
diturunkanya Al Qur’an surat Ibrahim [14]: 1. Dalam hal ini, pelayanan
bimbingan dan konseling difokuskan pada manusia yang mempunyai berbagai
masalah, diharapkan manusia dapat mencari pemecahan dari permasalahannya
sebagai bentuk layanan bimbingan konseling menuju ke-Esa-an Tuhan yang
Maha Pencipta (kembali kepada fitrah) serta peningkatan potensi kebaikan
menuju cahaya terang dalam ke-Esa-an Allah SWT.
BK Agama Islam hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa
yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalan kaitannya
dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.
BK Agama Islam mempelajari psikis manusia dalam hubungannya
dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious
consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran
agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman
agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal
keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1)
Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan;
dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku
keagamaannya. Sedangkan menurut istilah BK Agama Islam adalah ilmu yang
7
meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara
berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan
dari
keyakinannya,
karena
keyakinan
kepribadiannya.
8
itu
masuk
dalam
konstruksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang ada di Fakultas Dakwah
mengalami kebingungan jika di kaitkan dengan konseling pendidikan dan
konseling psikologis dalam menentukan arah dan corak bimbingan konseling
yang dikembangkan. Yang jelas antara Bimbingan Konseling Islam yang ada
di Fakultas Dakwah dan Fakultas Tarbiyah tidak jauh berbeda dengan BK
pada umumnya, yaitu sama-sama ingin membantu sesama manusia agar keluar
dari berbagai kesulitan dengan kekuatannya sendiri. Namun ada sedikit
perbedaan mendasar antara keduanya yaitu pada nilai dasar yang
mewarnainya, BKI selalu dikaitkan dengan norma agama sehingga bersifat
psiko-teo-antrophosentris.
Bimbingan konseling Islam sebagai salah satu model dakwah
merupakan bentuk pelayanan terhadap manusia yang berhubungan dengan
diturunkanya Al Qur’an surat Ibrahim [14]: 1. Dalam hal ini, pelayanan
bimbingan dan konseling difokuskan pada manusia yang mempunyai berbagai
masalah, diharapkan manusia dapat mencari pemecahan dari permasalahannya
sebagai bentuk layanan bimbingan konseling menuju ke-Esa-an Tuhan yang
Maha Pencipta (kembali kepada fitrah) serta peningkatan potensi kebaikan
menuju cahaya terang dalam ke-Esa-an Allah SWT.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari terdapat banyak
kesalahan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
dosen pembina dan para pembaca lainnya sangat penulis harapkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bambang Syamsul, 2008. BK Agama Islam, Bandung : Pustaka Setia.
Faqih, Ainur Rahim, 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jogyakarta:
UII Press
Jaya, Yahya. 2015. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan
KE-Tuhanan Islam. Padang: Hafya Press IAIN Imam Bonjol.
Najati, M. Ustman, 2002. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, Bandung:
Pustaka Hidayah.
Prayitno, 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Supriatna, Mamat, 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi;
Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: PT Radja
Grafindo Persada.
10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan peradaban manusia, sebagaimana kita saksikan saat
ini, telah membuktikan manusia bahwa manusia sebagai penguasa bumi
(kholifah). Berbagai penemuan kemajuan ilmu teknologi `berperan besar
terhadap perubahan budaya dan sikap manusia semakin hari kian berganti
semakin begitu cepat. Kemajuan peradaban seperti
itu ternyata tidak
selamanya membuat manusia bahagia, tenang dan aman. Berbagai persoaalan
ikut menyertai kemajuan peradaban manusia itu mulai persoalan lingkungan
hidup, kriminalitas yang semakin merajalela dan beragam bentuk, kekacawan
keluarga, persoalan politik, krisis ekonomi hingga persoalan-persoalan
keamanan yang sulit diperediksi. Persoalan-persoalan demikian, cepat atau
lambat, disadari maupun tidak, telah memengaruhi psikis manusia. Persoalan
psikis sebagai inti dari diri manusia membawa perubahan terhadap pola hidup
dan gaya hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan
sebagai sarana dalam membantu (to help) peserta didik agar tidak salah
langkah dalam menyikapi perkembangan dunia yang semakin canggih. Peserta
didik yang dimaksud disini bukan hanya peserta didik dalam pendidikan
formal (sekolah), tetapi juga dalam pendidikan nonformal (luar sekolah) dan
informal (lingkungan keluarga), bahkan bagi guru, tutor, calon guru, calon
tutor, dan tidak menutup kemungkinan bagi para orang tua serta masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Agama menjadi Bidang Kajian BK Agama Islam?
2. Bagaimana Agama menjadi Objek Penelitian BK Agama Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama menjadi Bidang Kajian BK Agama Islam
Manusia merupakan makhluk religious. Akan tetapi dalam perjalanan
hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. bahkan dalam
kehidupan keagamaan pun kerap kali muncul pula berbagai masalah yang
menimpa dan menyulitkan individu. Dan ini memerlukan penanganan
bimbingan dan konseling Islam1
BK Agama Islam tidak menyelidiki tentang ajaran- ajaran secara
materil, dasar- dasar Agama dan tidak berwenang untuk membenarkan dan
menyalahkan pengertian yang ada dalam agama. Yang menjadi objek dan
lapangan BK Agama Islam adalah menyangkut gejala- gejala kejiwaan dalam
kaitannya dengan realisasi keagamaan (Amaliyah) dan mekanisme antara
keduanya.
Kesadaran agama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam
pikiran dan dapat terlihat gejalanya melalui instropeksi. Sedangkan
pengalaman agama adalah unsure perasaan dan kesadaran beragam, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan
(amaliah). Dengan demikian yang menjadi lapangan kajian BK Agama Islam
adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh
dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan
objek pembahasan BK Agama Islam adalah gejala- gejala psikis manusia yang
berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis
manusia dengan tingkah laku keagamaan nya secara timbale balik dan
hubungan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan
ketaatannya pada agama yang dianutnya. Sikap tersebut muncul karena
adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsure
1Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogyakarta: UII Press,
2001), h. 44-45
2
kognitif. Perasaan terhadap agama sebagai unsure efektif dan prilaku terhadap
agama sebagai unsur konatif, jadi sikap Keagamaan merupakan integrasi
secara kompleks antara pengetahuan, perasaan setidak agamaan dalam diri
seseorang . hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau
berhubungan dengan kejiwaan.
Pada dasarnya BK Agama Islam tidak membahas tentang iman dan
kufur, surga dan neraka, serta hari kiamat dan sebagainya, juga tidak
membahas mengenai definisi dan makna agama secara umum. Namun BK
Agama Islam secara khusus mengkaji tentang proses kejiwaan seseorang
terhadap tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu dalam BK
Agama
Islam
dikenal
adanya
istilah
kesadaran
agama
(religious
consciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Menurut Zakiah Darajat kesadaran agama itu adalah bagian atau hadir
(terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau disebut juga
dengan aspek mental dan aktivitas agama. Sedangkan yang dimaksud
pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran agama, yaitu
perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakannya.
Dengan demikian BK Agama Islam tidak terlibat dalam memberikan
penilaian benar atau salahnya suatu agama, yakni tidak mencampuri dan
membahas keyakinan agama-agama tertentu. Untuk itu BK Agama Islam
mengkaji dan meneliti proses keberagamaan seseorang, perasaan atau
kesadaran beragamanya dalam pola tingkah laku kehidupan sehari-hari.
Sehingga dapat ditemukan sejauh mana pengaruh agama dan keyakinan
tertentu pada dirinya. Dan yang terpenting adalah bagaimana kelakuan atau
tindakan keagamaan yang telah diyakininya. Dengan kata lain bagaimana
pengaruh keberagamaan seseorang terhadap proses dan kehidupan yang
berkaitan dengan keadaan jiwanya, sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah
laku secara fisik dan sikap atau tingkah laku secara bathini yang mana dapat
diketahui cara berpikir, merasa atau emosinya.
Aristoteles, menggambarkan jiwa sebagai potret badan. Menurut al
Farabi, makna jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi fisik adalah bahwa
3
manusia dikatakan menjadi sempurna ketika menjadi makhluk yang bertindak.
Sebab jiwa merupakan kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah dan bukan
bagi fisik buatan. Al-Kindi berpendapat, jiwa akan tetap kekal setelah
kematian. Ia pindah ke alam kebenaran yang di dalamnya terdapat nur Sang
Pencipta. Pentingnya kajian jiwa tersebut, sehingga Ibnu Miskawaih
mengatakan, penyebab senang tidak hidup seseorang dipengaruhi oleh jiwa.
Jika jiwa seseorang baik, mulia dan senang maka ia harus bergaul dengan
orang-orang yang baik.2
BK Agama Islam juga dikenal dengan sebagai ilmu proses serta ilmu
tentang motivasi dan tingkah laku beragama. Proses dalam arti runtunan dan
rangkaian peristiwa (aksi) dalam perkembangan psikologikal manusia
beragama. BK Agama Islam sebagai ilmu proses bertugas mengkaji:3
1. Proses terjadinya pertumbuhan dan perkembangan jiwa keberagamaan
manusia dalam semua tingkat perkembangan dan dengan segala
kemungkinan evolusi keberagamaannya serta hal-hal yang mempengaruhi.
Dalam pengertian ini BK Agama Islam adalah ilmu yang unik, atraktif,
mempesona dna menarik hati serta pedoman yang penting dan bermanfaat
dalam mengembangkan tingkah laku manusia secara sistemik. Psikologi di
mana saja terpakai, walaupun engkau sebagai apa saja di atas dunia ini.
2. Proses terjadinya kedewasaan psikologikal dan kemantapan hidup
beragama manusia, serta perihal kesehatan, kecerdasan dan kebahagiaan.
Dalam pengertian ini BK Agama Islam adalah ilmu yangmenyehatkan,
mencerdaskan dan membahagiakan kehidupan manusia beragama, di
samping mendewasakan dan memantapkan kehidupan psikologikalnya
dalam kaitan dengan spiritualitas, agama dan Tuhan.
3. Proses terjadinya perihal kegoncangan hidup keberagamaan dan
Kegalauan keyakinan spiritual manusia kepada Tuhan yang ditinjau dari
sudut ilmu psikologi modern.
2M. Ustman Najati, Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, (Bandung : Pustaka
Hidayah. 2002), h. 32
3Yahya Jaya. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan KE-Tuhanan
Islam. (Padang: IAIN Imam Bonjol, 2015), h. 121
4
4. Proses terjadinya perubahan keyakinan manusia beragama dan ber-Tuhan
dari percaya kepada tidak percaya atau sebaliknya dari tidak percaya
menjadi percaya dan menerima yang disebut dengan konversi agama.
Dengan demikian BK Agama Islam adalah ilmu yang mempelajari dan
meneliti tentang pengaruh dan peran pengalaman agama terhadap eksistensi
diri seseorang berupa sikap, perilaku, tindakan, penampilan yang muncul di
permukaan aktifitas kehidupan secara nyata.
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, BK Agama Islam dikenal juga
dengan Psikologi Agama memiliki obyek kajian tersendiri dari disiplin ilmu
yang mempelajari masalah agama lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya,
Psikologi Agama seperti diungkapkan Robert H. Thouless, memusatkan
kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau
masyarakat. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan
dengan menggunakan pendekatan psikologi (Bambang, 2008: 18).4
B. Agama menjadi Objek Penelitian BK Agama Islam
Bimbingan Konseling yang ada di Indonesia mengarah kepada dua
bentuk, yaitu konseling psikologis dan konseling pendidikan. Konseling
psikologis berakar dari kelemahan konseling yang mengacu kepada ilmu-ilmu
psikologi, profesionalnya adalah psikolog. Sedangkan konseling pendidikan
berakar dari kekuatan konseling yang mengacu pada psikologi konseling,
targetnya adalah perubahan perilaku dan profesionalnya adalah konselor.5
Namun Bimbingan dan Konseling dewasa ini tidak hanya terbatas
hanya kepada lingkungan pendidikan sekolah, melainkan juga dalam setting
luar sekolah dan kemasyarakatan. Kahidupan global dan kemajuan teknologi
informasi menjadi tantangan manusia dalam memilih kecakapan dan
mengambik keputusan yang tepat di dalam kehidupan, sehingga perlu ada
perbaikan kemampuan dan kecakapan dalam berbagai aspek kehidupan
dengan melalui proses belajar. Dalam hal ini, Bimbingan konseling berperan
sebagai proses belajar sepanjang hayat (lifelong learning) dan menyangkut
4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : Pustaka Setia. 2008), h. 26
5Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam; Pengembangan Dakwah Melalui
Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2009), hlm. 10
5
seluruh aspek kehidupan (lifewide learning).6 Sehingga pada posisi seperti ini,
Bimbingan Konseling memiliki ruang lingkup seluruh aspek kehidupan dan
sepanjang hayat. Berangkat dari perspektif baru Bimbingan Konseling, maka
orientasi atau ruang lingkup Bimbingan dan Konseling sekarang adalah pada
kemudahan individu dalam (1) mengakses informasi bermutu tentang
kesempatan belajar, (2) memberikan bantuan pribadi untuk mengintegrasikan
hidup, belajar dan bekerja, (3) menumbuhkan individu sebagai pribadi,
profesional dan warga negara yang self motivated.7
Sedangkan Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang ada di Fakultas
Dakwah mengalami kebingungan jika di kaitkan dengan konseling pendidikan
dan konseling psikologis dalam menentukan arah dan corak bimbingan
konseling yang dikembangkan. Yang jelas antara Bimbingan Konseling Islam
yang ada di Fakultas Dakwah dan Fakultas Tarbiyah tidak jauh berbeda
dengan BK pada umumnya, yaitu sama-sama ingin membantu sesama
manusia agar keluar dari berbagai kesulitan dengan kekuatannya sendiri.
Namun ada sedikit perbedaan mendasar antara keduanya yaitu pada nilai dasar
yang mewarnainya, BKI selalu dikaitkan dengan norma agama sehingga
bersifat psiko-teo-antrophosentris.8
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik
bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga(keluarga),
maupun masyarakat pada umumnya.9 Disini Thohari Musnamar menyebutkan
mengenai perbedaan bimbingan dan konseling umun dengan bimbingan dan
konseling islam adalah:
1. Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak
dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan
bimbingan dan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah
keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan
dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu
6 Mamat Supriatna, Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi; Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2011), hlm. 3
7 Ibid, hlm. 4
8 Isep Zainal Arifin, hlm. 12
9Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994),
hlm. 239
6
bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling,
dalam ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.
2. Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah
di dasarkan atas pikiran manusia. Semua teori bimbingan dan konseling
yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu,
sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islam didasarkan atas, yaitu
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas masalah
kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan
konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati
4. Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas dan
mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut bimbingan
dan konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah di kerjakan.
Bimbingan konseling Islam sebagai salah satu model dakwah
merupakan bentuk pelayanan terhadap manusia yang berhubungan dengan
diturunkanya Al Qur’an surat Ibrahim [14]: 1. Dalam hal ini, pelayanan
bimbingan dan konseling difokuskan pada manusia yang mempunyai berbagai
masalah, diharapkan manusia dapat mencari pemecahan dari permasalahannya
sebagai bentuk layanan bimbingan konseling menuju ke-Esa-an Tuhan yang
Maha Pencipta (kembali kepada fitrah) serta peningkatan potensi kebaikan
menuju cahaya terang dalam ke-Esa-an Allah SWT.
BK Agama Islam hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa
yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalan kaitannya
dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.
BK Agama Islam mempelajari psikis manusia dalam hubungannya
dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious
consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran
agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman
agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal
keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1)
Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan;
dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku
keagamaannya. Sedangkan menurut istilah BK Agama Islam adalah ilmu yang
7
meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara
berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan
dari
keyakinannya,
karena
keyakinan
kepribadiannya.
8
itu
masuk
dalam
konstruksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling Islam (BKI) yang ada di Fakultas Dakwah
mengalami kebingungan jika di kaitkan dengan konseling pendidikan dan
konseling psikologis dalam menentukan arah dan corak bimbingan konseling
yang dikembangkan. Yang jelas antara Bimbingan Konseling Islam yang ada
di Fakultas Dakwah dan Fakultas Tarbiyah tidak jauh berbeda dengan BK
pada umumnya, yaitu sama-sama ingin membantu sesama manusia agar keluar
dari berbagai kesulitan dengan kekuatannya sendiri. Namun ada sedikit
perbedaan mendasar antara keduanya yaitu pada nilai dasar yang
mewarnainya, BKI selalu dikaitkan dengan norma agama sehingga bersifat
psiko-teo-antrophosentris.
Bimbingan konseling Islam sebagai salah satu model dakwah
merupakan bentuk pelayanan terhadap manusia yang berhubungan dengan
diturunkanya Al Qur’an surat Ibrahim [14]: 1. Dalam hal ini, pelayanan
bimbingan dan konseling difokuskan pada manusia yang mempunyai berbagai
masalah, diharapkan manusia dapat mencari pemecahan dari permasalahannya
sebagai bentuk layanan bimbingan konseling menuju ke-Esa-an Tuhan yang
Maha Pencipta (kembali kepada fitrah) serta peningkatan potensi kebaikan
menuju cahaya terang dalam ke-Esa-an Allah SWT.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari terdapat banyak
kesalahan diluar pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
dosen pembina dan para pembaca lainnya sangat penulis harapkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bambang Syamsul, 2008. BK Agama Islam, Bandung : Pustaka Setia.
Faqih, Ainur Rahim, 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jogyakarta:
UII Press
Jaya, Yahya. 2015. Wawasan Profesional Konseling Spiritual Keagamaan dan
KE-Tuhanan Islam. Padang: Hafya Press IAIN Imam Bonjol.
Najati, M. Ustman, 2002. Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim, Bandung:
Pustaka Hidayah.
Prayitno, 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Supriatna, Mamat, 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi;
Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: PT Radja
Grafindo Persada.
10