pengertian dan program asuransi kesehata

Pengertian Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin
biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan
perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (outpatient treatment).
Program Asuransi Kesehatan
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Pengertian
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita,
remaja, dan Lansia



Target Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Target program adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program
gizi serta kesehatan ibu dan anak yaitu :

2. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
3. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
4. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
5. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90%
dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
6. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.
7. Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S)
sebesar 85%).
8. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
9. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.
10. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59 bulan
mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak 85%.
11. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90 %.
12. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (GAIN)
UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat mencapai Universal Child Immunization
(UCI) sebanyak 100%.
13. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung
terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%




Strategi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Strategi Promosi Peningkatan KIA serta percepatan penurunan AKI dan AKB adalah
melalui Advokasi, Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat yang didukung oleh
Kemitraan.

a. Advokasi
Advokasi merupakan upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari para pengambil keputusan dan pihak terkait (stakeholders) dalam
pelayanan KIA.
b. Bina Suasana
Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini publik atau lingkungan sosial, baik
fisik maupun non fisik, yang mendorong individu, keluarga dan kelompok untuk mau

melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait dengan upaya peningkatan
KIA serta mempercepat penurunan AKI dan AKB. Bina suasana salah satunya dapat
dilakukan melalui sosialisasi kepada kelompok-kelompok potensial, seperti organisasi
kemasyarakatan, kelompok opini dan media massa. Bina suasana perlu dilakukan untuk
mendukung pencapaian target program KIA.
c. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran, kemauan,
kemampuan masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah KIA. Melalui kegiatan
ini, masyarakat diharapkan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan
berperan serta dalam pemberdayaan masyarakat di bidang KIA.
d. Kemitraan
Kemitraan dalam penanganan masalah KIA adalah kerjasama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok peduli KIA atau organisasi-organisasi kemasyarakatan,
media massa dan swasta/dunia usaha untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan KIA
di masyarakat.
Sumber:
Kementerian Kesehatan RI.(2010).Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak.
Available from www.promkes.depkes.go.id (accesed 11 February 2013)
Tujuan Program KIA
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA
adalah :
 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya

pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di
sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, dan ibu meneteki.
 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
 Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dan keluarganya.
Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :








Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang
baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan
oleh tenaga professional secara berangsur.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus
menerus.
Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

ASKES

Askes merupakan sebuah asuransi kesehatan untuk mengatasi risiko dan
ketidakpastian peristiwa sakit serta implikasi biaya-biaya yang diakibatkannya. Asuransi
kesehatan mengubah peristiwa tak pasti dan sulit diramalkan menjadi peristiwa yang pasti
dan terencana. Asuransi membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok
orang dengan cara perangkuman risiko (risk poling). Untuk mengubah peristiwa yang tidak
dapat diprediksi, anggota membayar sejumlah uang yang relative kecil namun teratur (disebut

premi) kepada lembaga asuransi. Program asuransi kesehatan social bagi pegawai negeri sipil
(PNS) merupakan usaha penugasan pemerintah kepada PT. Askes (Persero) dan dalam usaha
perasuransiaan dikenal sebagai Government Captive Health Insurance, bukan merupakan
bentuk monopoli. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, PT. Askes juga akan
menaikkan kelas perawatan bagi peserta untuk PNS.
Peserta Askes untuk PNS adalah :
1. PNS golongan I, II, III, Penerima pensiunan, Veteran dan Perintis Kemerdekaan yang
membayar iuran untuk jaminan pemeliharaan kesehatan (PP No. 69 tahun 1991).
2. Dokter pegawai tidak tetap (Kepres No. 37 thn 91).
3. Bidan Pegawai tidak tetap (Kepres No. 23 thn 94)
PNS Golongan I, II, III akan mendapat perawatan di kelas II, sedangkan Golongan IV di
kelas I di rumah sakit.
Adapun anggota keluarga dari peserta askes sendiri adalah :
1. Isteri atau suami dari peserta askes dan anak yang sah atau anak angkat dari peserta sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Anak yang sah atau anak angkat dari peserta yang mendapat tunjangan keluarga
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan ketentuan

belum mencapai usia 21 tahun, belum menikah, belum berpenghasilan dan masih
tanggungan peserta atau sampai usia 25 tahun yang masih mengikuti pendidikan formal.

Hak peserta Askes dan anggota keluarga :
1. Memperoleh kartu askes.
2. Memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Memperoleh penjelasan / informasi tentang hak dan kewajiban serta tata cara pelayanan
kesehatan.
4. Menyampaikan keluhan baik secara lisan / (telepon/dating langsung) atau tertulis/surat,
kantor PT. Askes.
Kewajiban peserta askes :
1. Membayar premi.
2. Memberikan data identitas diri untuk penerbitan kartu askes.
3. Berperan aktif mengetahui dan menaati semua ketentuan dan prosedur pelayanan
kesehatan yang berlaku.
4. Menjaga kartu askes agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatakan oleh yang tidak berhak.
Pengertian Kartu Askes
1. Identitas/ bukti sah sebagai peserta, yang wajib dimiliki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta Anggota Keluarganya dan
berlaku nasional.
2. Ditunjukkan pada setiap kali berobat di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk PT.
Askes

3. Masing-masing peserta dan keluarga memiliki 1 (satu) Kartu Askes.
Proses Untuk Memperoleh Kartu Askes
1. Dibuat di PT. Askes Cabang/ PT. Askes Kabupaten/Kota setempat sesuai domisili peserta.
2. Mengisi Daftar Isian Peserta dan melampirkan:
a. Foto copy SK terakhir atau SK Pensiun, Surat Nikah, Akte Kelahiran Anak/
Keterangan Lahir, Kartu Tanda Penduduk (KTP).
b. Surat Keterangan dari Sekolah / Perguruan Tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21
tahun).
c. Daftar Gaji (bagi PNS aktif) atau Surat Tanda Bukti Penerima Pensiun (STBPP) bagi
Pensiunan.
d. Pasfoto 2 (lembar) ukuran 2x3 Cm, kecuali bagi anak usia balita.
Kewajiban Peserta
1. Membayar premi.
2. Memberikan data identitas diri untuk penerbitan Kartu Askes.
3. Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan prosedur yang berlaku.
4. Menggunakan haknya secara wajar.
5. Menjaga agar Kartu Askes tidak dimanfaatkan oleh yang tidak berhak.
Hak Peserta
1. Memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.


2. Memperoleh penjelasan/ informasi tentang hak, kewajiban serta tata cxara pelayanan
kesehatan bagi dirinya dan anggota keluarganya.
3. Menyampaikan keluhan baik secara lisan (telepon/datang langsung) atau tertulis/surat, ke
Kantor PT. Askes.
4. Identitas/ bukti sah sebagai peserta, yang wajib dimiliki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun, Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta Anggota Keluarganya dan
berlaku nasional.
5. Ditunjukkan pada setiap kali berobat di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk PT.
Askes
6. Masing-masing peserta dan keluarga memiliki 1 (satu) Kartu Askes.
Prosedur Penggantian Kartu Askes
Peserta melapor ke PT Askes setempat sesuai domisili peserta, dan melengkapi persyaratan
antara lain:
1. Pindah Puskesmas:
a. Mengisi daftar isian peserta.
b. Menyerahkan pas foto 2 lembar ukuran 2x3 Cm.
c. Menyerahkan Kartu Askes yang lama.
2. Pindah Tugas dan Pisah Domisili:
a. (Persyaratan sama dengan butir 1 di atas).

b. Menyerahkan surat pindah tugas.
3. Naik Golongan:
a. Persyaratan sama dengan butir di atas).
b. Menunjukkan Surat Keputusan Pengangkatan.
4. Kartu Askes Hilang:
a. Menyerahkan surat laporan kehilangan dari kepolisian setempat.
b. Menyerahkan pas foto 2 lembar ukuran 2x3Cm.
c. Menunjukkan Kartu Pegawai (Karpeg) atau KARIP (Kartu Identitas Pensiun).
5. Kartu Askes Rusak:
a. Menyerahkan Kartu Askes yang rusak.
b. Menyerahkan pas foto 2 lermbar ukuran 2x3Cm.
6. Kesalahan Administarsi/ Redaksional:
Menyerahkan Kartu Askes yang tidak sesuai
Fasilitas Kesehatan apa Saja yang Melayani Peserta Askes?
1. Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya.
2. Rumah Sakit Pemerintah.
3. Rumah Sakit TNI/POLRI/Swasta.
4. Apotik.
5. Optikal.
Di seluruh Indonesia, yang ditunjuk PT. Askes

Pelayananan Kesehatan Yang Dijamin PT. Askes
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Rawat Inap
Tingkat Pertama).
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (Rawat Jalan Tingkat Lanjutan dan Gawat Darurat/
Emergency.
3. Rawat Inap.
4. Persalinan.
5. Pelayanan Obat sesuai Daftar & Plafon Harga Obat (DPHO) PT. Askes.

6. Alat Kesehatan meliputi:
a. Kacamata.
b. Gigi Tiruan.
c. Alat Bantu Dengar.
d. Kaki/ Tangan Tiruan.
e. Implant.
7. Operasi, termasuk operasi jantung, paru.
8. Haemodialisis (cuci darah).
9. Cangkok ginjal.
10. Penunjang diagnostik termasuk USG, CT Scan, MRI.
Prosedur dan Ruang Lingkup dari Tiap Jenis Pelayanan
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama:
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP).
1). Dilakukan di Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan Tingakat Pertama lainnya yang ditunjuk,
dimana Kartu Askes terdaftar, meliputi pelayanan:
(a) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan
(b) Pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis kecil oleh dokter umum atau paramedis.
(c) Penunjang diagnostik.
(d) Pemeriksaan, pengobatan gigi termasuk pencabutan dan tambal gigi.
(e) Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta imunisasi dasar.
(f) Penyembuhan efek samping keluarga berencana (kontrasepsi).
(g) Pemberian obat-obatan.
(h) Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit.
2). Menunjukkan Kartu Askes.
3). Bila bepergian / cuti / dinas, dapat berobat ke Puskesmas setempat dengan terlebih dahulu
lapor ke PT. Askes setempat dan menunjukkan surat cuti/ dinas atau surat lapor diri dari
RT/RW setempat.
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
1) Dilakukan di Puskesmas dengan tempat tidur, meliputi pelayanan:
(a) Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum.
(b) Perawatan dan penunjang diagnostik.
(c) Pemberian obat serta bahan dan alat kesehatan habis pakai.
(d) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan
(e) Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit.
2). Menunjukkan Kartu Askes serta menyerahkan surat perintah rawat dari dokter Puskesmas.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL).
1). Dilakukan di Rumah Sakit, meliputi pelayanan:
(a) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan.
(b) Pemeriksaan dan pengobatan oleh Dokter Spesialis.
(c) Penunjang diagnostik.
(d) Tindakan medis dan rehabilitasi medis.
(e) Pemberian obat-obatan.
(f) Pemberian surat rujukan.
2). Menunjukkan Kartu Askes serta menyerahkan surat rujukan dari Puskesmas.
b. Pelayanan Gawat Darurat:

1). Dilakukan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat, yang harus diberikan secepatnya
untuk menghindari/ mengurangi resiko kematian atau cacat.
2). Menunjukkan Kartu Askes dan tidak perlu rujukan dari Puskesmas.
3). Bila dilakukan di Rumah Sakit yang tidak ditunjuk PT. Askes, peserta membayar terlebih
dahulu kemudian mengajukan penggantian biaya ke PT. Askes.
3. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
a. Dilakukan di Rumah Sakit, meliputi pelayanan:
1) Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan oleh dokter spesialis atau subspesialis.
2) Penunjang diagnostik.
3) Tindakan medis operatip dan non operatip.
4) Perawatan intensif (ICU / ICCU).
5) Pelayanan rehabilitasi medis.
6) Pemberian obat-obatan.
b. Akomodasi di ruang perawatan sesuai hak peserta (beserta anggota keluarganya) yakni:
1) Di Rumah Sakit Pemerintah.
(a) PNS Gol. I dan II, di ruang kelas III
(b) PNS Gol. III, di ruang kelas II
(c) PNS Gol. IV, di ruang kelas I
(d) Pensiunan Sipil Di ruang kelas sesuai dengan golongan pada saat pensiun.
(e) Pensiunan TNI/POLRI, di ruang kelas sesuai dengan golongan terakhir yaitu:
(1) Prajurit dua s/d Pembantu Letnan Satu, di ruang kelas III
(2) Letnan dua s/d Kapten, di ruang kelas II
(3) Mayor s/d Jenderal, di ruang kelas I
2) Di RS. TNI/POLRI/ Swasta yang di tunjuk (tertentu):
(a) Semua golongan di ruang kelas III
(b) Menunjukkan Kartu Askes dan menyerahkan surat perintah rawt inap.
(c) Bila Di rawat di kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya, selisih biaya pelayanan
yang timbul menjadi beban peserta.
(d) Dalam waktu 3 x 24 jam hari kerja, mengurus Surat Jaminan Perawatan di Tim
Pengendali RS. Atau PT. Askes
(e) Bila memerlukan perawatan diluar wilayah propinsi, diperlukan surat rujukan dari Rumah
Sakit yang merawat dan dilegalisasi oleh Tim Pengendali RS. Serta surat pengantar dari
Kantor PT. Askes setempat.
7. Persalinan
a. Sesuai dengan prosedur pelayanan Rawat Inap.
b. Dilakukan di Puskesmas dengan tempat tidur, Rumah Sakit, Rumah bersalin baik yang
ditunjuk maupun yang tidak ditunjuk PT. Askes atau oleh Bidan/Dukun.
c. Bila dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak ditunjuk PT. Askes peserta
membayar terlebih dahulu, kemudian mengajukan penggantian biaya ke PT. Askes.
d. Jaminan pelayanan hanya untuk sampai kelahiran anak ke 2 (dua) yang hidup.
8. Pelayanan Obat:
a. Obat yang diberikan mengacu kepada DPHO*) PT Askes.
b. Pada pelayanan RJTP dan RITP, obat diperoleh langsung di Puskesmas tersebut.
c. Pada pelayanan RJTL dan RITL, obat diambil di apotik atau Instalasi Farmasi di Rumah

Sakit.
d. Untuk Obat Khusus:
1). Obat antibiotik di luar DPHO.
Dilengkapi dengan hasil resistensi dan telah disetujui oleh pimpinan Rumah Sakit serta harus
dilegalisasi oleh PT. Askes.
2). Obat sitostatika untuk penyakit kanker.
Dilengkapi dengan keterangan medis dan protokol terapi khusus dari tim onkologi yang
merawat, yang telah disetujui oleh Pimpinan Rumah Sakit serta harus dilegalisasi oleh PT.
askes.
3). Obat khusus lainnya (antara lain cairan nutrisi, antibiotika tertentu dan obat life saving),
dilengkapi dengan keterangan medis khusus dari dokter/tim dokter yang merawat dan telah
disetujui oleh Pimpinan RS serta harus dilegalisasi oleh PT. Askes.
e. Menunjukkan Kartu Askes.
9. Pelayanan alat Kesehatan :
a. Kaca Mata, Gigi Tiruan, Alat Bantu Dengar, Kaki/Tangan Tiruan:
1) Diberikan hanya kepada peserta tidak termasuk keluarga
2) Pembuatan resep /surat keterangan mengenai:
(a) Kaca mata, dibuat oleh dokter spesialis mata dengan ukuran lensa spheris minimal 0,5 D
dan cylindris minimal 0,25 D.
(b) Pembuatan Gigi tiruan, dibuat oleh dokter gigi.
(c) Alat bantu dengar, dibuat oleh dokter ahli THT.
(d) Kaki/ Tangan tiruan, dibuat oleh dokter ahli bedah tulang.
3) Jangka waktu penggantian:
(a) Kaca mata, gigi tiruan (untuk gigi yang sama) dan Kaki/Tangan tiruan, adalah 1(satu) kali
dalam 2 (dua) tahun.
(b) Alat bantu dengar, adalah 1(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
4) Peserta membayar terlebih dahulu, penggantian biaya diajukan ke PT. askes di wilayah
domisili peserta, dengan menyerahkan: kwitansi asli, foto copy Resep / Surat keterangan dari
dokter yang merawat dan telah dilegalisasi oleh PT Askes.
b. Implant, meliputi: Pen, plate, screw, IOL dan Implant lainnya
1). Diberikan kepada pesertatermasuk keluarga.
2). Surat keterangan untuk mendapat implant dibuat oleh dokter ahli dan dilegalisasi oleh PT.
askes.
3). Peserta membayar terlebih dahulu kemudian mengajukan penggantian biaya ke PT. Askes
sesuai domisili peserta, dengan menyerahkan: kwitansi asli, surat keterangan dari dokter ahli
yang telah dilegalisasi oleh PT. askes.
7. Operasi Haemodialisis, Cangkok Ginjal dan Penunjang Diagnotik
a. Diberikan kepada peserta termasuk keluarganya.
b. Dilakukan di Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas operasi (termasuk operasi jantung,
paru, ginjal), cuci darah, cangkok ginjal penunjang diagnostik (termasuk USG, CT Scan dan
MRI)
c. Menunjukkan Kartu Askes dan menyerahkan surat rujukan.

JAMKESMAS

Jamkesmas ( akronim dari Jaminan Kesehatan Masyarakat ) adalah sebuah
program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial
dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya
dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat
terpenuhi.Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008. Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial.
Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk : 1) mewujudkan
portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas
dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah; 2) agar terjadi subsidi silang dalam
rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin
Pada tahun 2009 program ini mendanai biaya kesehatan untuk 76,4 juta penduduk,
jumlah ini termasuk sekitar 2,650 juta anak terlantar, penghuni panti jompo, tunawisma dan
penduduk yang tidak memiliki kartu tanda penduduk
Data Jamkesmas
200
4
Jumlah
Penduduk
sasaran (juta)
Anggaran ( Rp
Triliun )

2005
36,1
4
2,23

200
6
60

2007

2008

76,4

76,4

2,6

3,526
(2,8)

4,7
(3,6)

200
9
76,4

201
0
76,4

3,6

5,1

Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi :
a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota mengacu pada:
(2) Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan alamat yang jelas
(by name by address).

(3) Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota setempat yang
ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap dengan nama dan alamat (by
name by address) yang jelas.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki
identitas.
c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu Jamkesmas.
d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti
Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban
Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis
(juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi
Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan
Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara
e. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari) yang tidak
memiliki jaminan kesehatan
f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan Thalassaemia
Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah mendapat surat keterangan
Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan
Thalassaemia.
Fasilitas Kesehatan/Pemberi Pelayanan Kesehatan yang telah memberi pelayanan
kesehatan kepada peserta Jamkesmas membuat pertanggungjawaban Dana pelayanan
kesehatan dengan menggunakan Software INA-CBG’s dan selanjutnya diverifikasi oleh
Verifikator Independen Jamkesmas

DAMPAK POSITIF PROGRAM JAMKESMAS

Program Jamkesmas Berhasil menghemat Uang Negara

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ( Jamkesmas ) tahun 2008 yang dilakukan
antara lain dengan mengirimkan tagihan (klaim) langsung dari kas negara ke rumah sakit
ternyata berhasil menghemat (mengefisienkan) uang negara sebesar 1,464 trilyun rupiah.
Oleh karena itu program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu
dengan sasaran 76,4 juta jiwa ini akan dilanjutkan pada tahun 2009 dengan menggunakan
manajemen yang sama seperti manajemen tahun 2008. Jamkesmas tahun 2009 dianggarkan
dari APBN dengan jumlah yang sama tahun 2008.

Hal itu disampaikan Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) yang didampingi para
pejabat eselon I dan II saat jumpa pers awal tahun di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2009.

Dana Jamkesmas yang dikirim Depkes ke rumah-rumah sakit daerah yang melayani
masyarakat miskin dan tidak mampu adalah dana bantuan sosial (Bansos), bukan pendapatan
rumah sakit. Seharusnya dana Bansos itu digunakan langsung oleh rumah sakit untuk
melayani masyarakat miskin dan tidak mampu. Jadi tidak benar bila Bansos dianggap sebagai
pendapatan asli daerah (PAD), ujar Dr. Siti Fadilah Supari.
Masyarakat miskin di daerah yang tidak mempunyai Kartu Jamkesmas (di luar kuota
Nasional) menjadi tanggungan pemerintah daerah. Masyarakat miskin tersebut mempunyai
hak yang sama dalam pelayanan kesehatan dengan masyarakat miskin yang memiliki Kartu
Jamkesmas. Namun dengan pembiayaan dari pemerintah daerah melalui APBD, tutur
Menkes.
Obat Bersubsidi
Selain melanjutkan Jamkesmas, menurut Menkes, untuk menjamin ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan obat selama tahun 2009, pemerintah akan memberikan
subsidi Rp 280 milyar. Dana itu akan digunakan untuk pembelian bahan baku obat, karena
obat merupakan komponen yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan yang harus
diantisipasi dalam situasi apa pun, ujar Menkes.
Pengadaan bahan baku obat bersubsidi akan dilakukan oleh badan hukum sesuai Peraturan
Presiden No. 94 Tahun 2007. Penunjukan badan hukum sebagai pelaksana pengadaan bahan
baku obat bersubsidi dilakukan Menteri Kesehatan. Industri farmasi yang akan membeli
bahan baku obat bersubsidi, harus mendapat persetujuan Menkes berdasarkan rekomendasi
Badan POM, ujar Dr. Siti Fadilah Supari.
Ditambahkan, industri farmasi yang memproduksi obat generik menggunakan bahan baku
yang disubsidi pemerintah, harganya ditentukan oleh Menkes. Program ini disebut program
obat generik bersubsidi (OGS) dan obat generik bersubsidi bermerk (OGSM). Harga obat
OGSM, kata Menkes, maksimum 3 kali harga OGS. Selain itu, obat generik bersubsidi dan
obat generik bersubsidi bermerk harus mencantumkan label OGS/OGSM, papar Menkes.

Menurut Menkes, tujuan program OGS/OGSM adalah menjamin ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan obat di seluruh wilayah nusantara sebagai antisipasi bila
terjadi resesi ekonomi. Menstabilkan harga obat generik maupun obat generik bermerek
meskipun terjadi fluktuasi nilai tukar dolar di tahun 2009. Selain itu, program ini juga untuk
merevitalisasi/empowering kemampuan industri farmasi menengah kebawah dalam
memenuhi kebutuhan obat dalam negeri.

Obat-obatan yang dilindungi untuk menjaga kestabilan harga, ketersediaan dan
keterjangkauannya adalah obat fast moving (paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat),
obat-obatan life saving ( yang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa/emergency),
obat-obatan yang termasuk obat esensial, obat program kesehatan dan obat yang tidak
bernilai ekonomis namun sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat, kata
Menkes.

Agar seluruh masyarakat dapat menikmati obat bersubsidi, apotik diwajibkan menyediakan
OGS dan OGSM. Apabila apotik tidak menyediakan obat-obat tersebut, akan dilakukan
penegakan hukum secara tegas sesuai peraturan perundangan yang berlaku, ujar Menkes.
Selain obat bersubsidi, pemerintah juga akan melanjutkan Apotik Rakyat. Selama tahun 2008,
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) telah memberikan sertifikasi sebanyak 18.000
apoteker untuk persiapan menjalankan program apotek rakyat yang sudah dicanangkan
Depkes satu tahun lalu. Pada tahun 2009 akan diresmikan 100 buah apotik rakyat dengan
dukungan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari BRI di 5 provinsi (Jakarta, Bali, Yogyakarta,
Jatim dan Sumatra Utara). Diharapkan dengan adanya apotik rakyat ini akan meningkatkan
keterjangkauan obat pada masyarakat lebih luas lagi, tandas Menkes.

Revitalisasi UKS
Terobosan lain yang akan dilakukan pada tahun 2009 adalah perbaikan gizi anak sekolah
melalui revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS) di Indonesia bagian timur. Hal ini
dilakukan, karena menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, kekurangan gizi
kronis lebih banyak terjadi di Papua, Papua Barat, NTT, Maluku Utara, Maluku dan Sulawesi
Barat, daripada Indonesia bagian barat. Untuk itu, pemerintah akan melakukan intervensi gizi
terhadap 2 juta anak sekolah dasar umur 6-12 tahun berupa pemberian susu 150 CC yang
akan diberikan 3 kali dalam seminggu selama tahun 2009. Dana untuk program ini
dianggarkan dari APBN Tahun 2009 sebesar Rp. 200 Milyar. Intervensi ini akan dimulai pada
bulan Maret 2009. Selain pemberian makanan tambahan, akan diintensifkan juga
penanggulangan kecacingan di sekolah dasar, kata Menkes.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah
lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT
Askes dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT Jamsostek. Transformasi PT Askes
dan PT Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan
menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan.
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa
memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.
Kepesertaan Wajib
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. [3]

Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang
atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan
kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui
program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja
informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014 dan
pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk
menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.[4]
Dasar hukum
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52.
Sejarah pembentukan
Sejumlah fraksi di DPR dan pemerintah menginginkan agar BPJS II (BPJS Ketenagakerjaan)
bisa beroperasi selambat-lambatnya dilakukan 2016. Sebagian menginginkan 2014. Akhirnya
disepakati jalan tengah, BPJS II berlaku mulai Juli 2015. Rancangan Undang-undang tentang
BPJS pun akhirnya disahkan di DPR pada 28 Oktober 2011.
Menteri Keuangan (saat itu) Agus Martowardojo mengatakan, pengelolaan dana sosial pada
kedua BPJS tetap perlu memerhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, pemerintah
mengusulkan dibuat katup pengaman jika terjadi krisis keuangan maupun kondisi tertentu
yang memberatkan kondisi perekonomian.
Besaran iuran
Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 15,9
triliun dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin.
Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22
ribu per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali
warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerinta.
Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran BPJS
menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara.
Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI
Jakarta menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai
pengobatan warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat

melaksanakan program Kartu Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan
menjadi Rp23 ribu rupiah per orang per bulan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin menilai bahwa iuran untuk Penerima
Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu belumlah angka
yang ideal untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang layak. IDI telah mengkaji besaran
iuran yang ideal berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana untuk golongan satu
sebesar Rp38.000.
Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerinta agar menaikkan pagu iuran BPJS
menjadi sekitar Rp27 ribu per orang per bulan.
Proses transformasi
Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang
berlaku pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.
Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014 diperkirakan
terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit kelas III yang
masih kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit kelas III saat ini tidak bisa
menampung 29 juta orang miskin. Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap
beroperasi pada 2014 mendatang.

10 Asuransi Kesehatan Terbaik
1. PT. Prudential Life Assurance

Pada tahun 2011, unit asuransi jiwa dari Prudential dinobatkan sebagai perusahaan
asuransi terbaik oleh majalah investor untuk perusahaan dengan aset diatas 10 trilyun.
PRUDENTIAL selalu menyabet penghargaan sebagai perusahaan asuransi terbaik di
Indonesia setiap tahun sebagai the best insurance company 2006, 2007, 2008, 2009,
2010, 2011 dan 2012.

2. PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG

Asuransi Sinar Mas (ASM) merupakan anak perusahaan dari perusahaan Sinar Mas
Group yang didirikan pada tanggal 27 Mei 1985. Pada pertama kali berdiri,
dinamakan PT. Asuransi Kerugian Sinar Mas Dipta. Kemudian pada tahun 1991 baru
berubah menjadi PT. Asuransi Sinar Mas.
3. PT.Asuransi Allianz Life Indonesia

Merupakan cabang dari Allianz SE Jerman, yang merupakan salah satu perusahaan
asuransi terbesar di dunia. Masuk di Indonesia sejak tahun 1981. Bergerak pada
bidang asuransi jiwa, kesehatan, employee benefit, serta dana pensiun dan saving.
4. PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

Perusahaan asuransi ini menawarkan produk dan jasa yang paling lengkap dalam
industri jasa finansial di Indonesia melalui produk asuransi jiwa dan employee

benefits serta melalui layanan reksa dana dan manajemen aset dari perusahaan
afiliasinya, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
5. PT. AIA Financial

Salah satu perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia, dan anggota dari AIA
Group. AIA Financial menawarkan berbagai produk asuransi mulai dari asuransi jiwa,
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, asuransi yang dikaitkan dengan
investasi, termasuk asuransi dengan prinsip Syariah, maupun program kesejahteraan
karyawan, program pesangon, dan program Dana Pensiun (DPLK).
6. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

Didirikan seabad yang lalu untuk memenuhi kebutuhan spesifik masyarakat
Indonesia, AJB Bumiputera 1912 telah berkembang untuk mengikuti perubahan
kebutuhan masyarakat. Pendekatan modern, produk yang beragam, serta teknologi
mutakhir yang ditawarkan didukung oleh nilai-nilai tradisional yang melandasi
pendirian AJB Bumiputera 1912
7. PT. AXA Mandiri Financial Services

Perusahaan patungan (joint venture) antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (51%
saham) dan AXA (49% saham) yang melakukan kegiatan pemasaran produk asuransi

melalui kerjasama dengan Bank (bancassurance) yang beroperasi sejak Desember
2003.
8. PT. Indolife Pensiontama

Perusahaan yang bergerak dibidang asuransi jiwa dan dana pensiun, memulai
bisnisnya pada tahun 1991 melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
KEP 585/KM.13/1991. Sebagai anggota kelompok usaha Salim Grup yang berpusat
di Jakarta, PT. Indolife Pensiontama dikenal memiliki kondisi keuangan yang kuat
dan komitmen pelayanan yang prima bagi nasabahnya.
9. PT. Panin Life

Perusahaan asuransi jiwa dengan pengalaman melayani nasabah lebih dari 3 dekade.
Berdiri pada tahun 1974 dan mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1983
sebagai perusahaan public pertama di sektor asuransi jiwa.
10. PT. Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha

Berdiri sejak 17 Mei 1974 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Kep.
789/DMJ/II/.5/7/1974. Sempat mengalami dua kali pergantian nama dari PT.Asuransi
Jiwa Mahkota Abadi (1978-1983) menjadi PT.Asuransi Jiwa Mahkota Sahid (19831988) hingga PT.Asuransi Jiwa Adisarana WanaArtha(1998 – sekarang), perusahaan
yang lebih dikenal dengan merek dagang WanaArtha Life tumbuh seiring dengan
perkembangan dunia usaha asuransi di Indonesia.

Itulah 10 asuransi kesehatan terbaik yang bisa AelovebeL informasikan dan bisa menjadi
pilihan terbaik untuk anda. Jangan sepelekan masalah kesehatan, pertimbangkanlah kesehatan
anda dan keluarga untuk bergabung pada asuransi kesehatan terbaik.
UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TAHUN 2009
Dalam undang-undang kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, banyak memberikan peluang bagi
peningkatan pembangunan kesehatan karena dalam pasal 170 dan 171 telah dijelaskan
bahwa:
Pasal 170
(1) Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
(2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.
(3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
swasta dan sumber lain.
Pasal 171
(1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen)
dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji.
(2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan
minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.
(3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Menyikapi pasal 170 dan 171 pada undang-undang kesehatan no. 36 tahun 2009, maka
pemerintah pusat wajib untuk mengalokasikan 5% APBN untuk pembiayaan kesehatan begitu
pula pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota wajib untuk menyediakan 10%
APBD untuk pembiayaan kesehatan.
Dengan demikian maka pemerintah pusat dan daerah minimal harus mengalokasikan
anggaran 30% untuk pendidikan dan kesehatan, jika hal ini dapat terpenuhi maka harus
diimbangi dengan peningkatan status pendidikan dan kesehatan yang optimal.

Pendapatn negara sekitar Rp. 1529,70 T
Alokasi anggaran untuk meningkatkan kualitas, meningkat lebih dari 2x lipat dari sebesar
Rp.24,5 T pada tahun 2007 dan Rp. 55,9 T pada tahun 2013.
Anggaran tersebut diprioitaskan antara lain untuk :
 Peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di puskesmas dan kelas III rumah
sakit pemerintah untuk masyarakat miskin melalui program jamkesmas bagi 86,4 juta
jiwa
 Pemberian pelayanan persalinan (jampersal) bagi sekitar 2,7 juta orang ibu hamil
 Peningkatan jumlah puskesmas di daerah-daerah perbatasan dan pulau pulau kecil
terluar yang berpenduduk sekitar 91 puskesmas
 Peningkatan persentase perawatan balita yang bergizi buruk hingga mencapai 100
persen
 Peningkatan persentase rumah sakit yang melayani pasien penduduk miskin peserta
program jamkesmas hingga 90 persen

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT UMUM (PJKMU)

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) adalah program jaminan
kesehatan bagi masyarakat dari Pemerintah Daerah yang dalam pelaksanaanya
menugaskan PT Askes (Persero) untuk mengelola bedasarkan mekanisme asuransi
sosial.

Apa Dasar Hukum Penyelenggaraan PJKMU ?
Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) adalah :
a. UU nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
b. UU nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Pasal 66 ayat (1) “ Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk
menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan
tujuan kegiatan BUMN.
c. UU nomor 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian
Pasal 14 ayat 1 : Program Asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh BUMN
Berdasarkan landasan hukum tersebut di atas, manajemen PT Askes (Persero) menetapkan :



SK Direksi Nomor : 494/Kep/1207 tanggal 28 Desember 2007 tentang Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Umum.



SK Direksi Nomor : 09/Kep/0108 tanggal 24 Januari 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum.



SK Direksi Nomor : 321/Kep/0709 tanggal 21 Juli 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum.



SK Direksi Nomor : 182/Kep/0310 tanggal 31 Maret 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum.

Apa Tujuan Pelaksanaan PJKMU ?
Tujuan pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Umum adalah:


Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat di wilayah
Propinsi atau Kabupaten/Kota, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.



Terjaminnya penyelenggaraan jaminan kesehatan dengan prinsip asuransi sosial berdasarkan
prinsip managed care yaitu tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu dengan
pembiayaan yang terkendali.



Menjadi bagian dari program Pemerintah untuk menuju terselenggaranya jaminan kesehatan
nasional yang mencakup semua penduduk (Universal coverage).

Bagaimana Pokok – pokok Penyelenggaraan PJKMU ?
Program ini diselenggarakan dalam rangka mewujudkan jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi masyarakat umum di Propinsi/Kabupaten/Kota, dengan pokok – pokok penyelenggaraan
:


Penugasan dari Pemerintah Daerah yang dilanjutkan dengan Perjanjian Kerjasama antara PT
Askes (Persero) dengan Pemerintah Daerah, yang antara lain memuat tentang manajemen
kepesertaan, pelayanan kesehatan dan keuangan



Pengelolaan dana amanat dan Nirlaba dengan pemanfaatn untuk semata-mata peningkatan
kesejahteraan masyarakat umum.



Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh (komprehensif) sesuai standar pelayanan medik
yang cost effective dan rasional.



Pelayanan kesehatan dilakukan berstruktur dan berjenjang.



Mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial



Tranparansi dan akuntabilitas.



Sumber dana berasal dari APBD dengan pengelompokan peruntukan untuk:

o

Biaya pelayanan kesehatan langsung

o

Biaya pelayanan kesehatan tidak langsung

o

Biaya operasional untuk penyelenggaraan program



Apabila ada sisa dana Pelayanan Kesehatan Langsung dan Tidak Langsung pada akhir
pernjian, maka sisa dana tersebut dikembalikan kepada Pemerintah Daerah.



Apabila terjadi defisit dana Pelayanan Kesehatan Langsung dan Tidak Langsung, maka
menjadi tangguangjawab Pemerintah Daerah untuk memenuhinya.

Bagaimana Perkembangan Kepesertaan Pemda PJKMU ?
Sejak diluncurkan tahun 2008; Perkembangan kepesertaan pemda PJKMU adalah sebagai
berikut :


Tahun 2008 : 32 kabupaten/kota PKS



Tahun 2009 : 72 kabupaten/kota PKS



Tahun 2010 : 149 kabupaten/kota PKS



Potensi tahun 2011 sebanyak 340 Kabupaten/Kota.

Siapakah Peserta PJKMU ?
Peserta PJKMU adalah masyarakat umum di wilayah kabupaten / kota di seluruh Indonesia
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota yang melakukan
pengikatan kerjasama dengan PT. Askes (Persero) dalam pengelolaan manajemen jaminan
kesehatan masyarakat daerah setempat melalui program PJKMU PT. Askes (Persero).
Identitas peserta tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan disampaikan kepada PT
Askes (Persero) setempat yang selanjutnya dilakukan perekaman data peserta, penerbitan
kartu peserta dan pendistribusian kartu peserta.
Apa Identitas Peserta PJKMU ?
Setiap peserta (kepala keluarga dan anggota keluarga) berhak untuk mendapatkan kartu
dengan nomor identitas unik yang ditetapkan oleh PT Askes (Persero). Kartu peserta
merupakan identitas yang sah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kartu peserta
dapat ditampilkan logo dari Pemerintah Daerah.
Hal – hal Apa Saja Yang Menjadi Hak Peserta PJKMU ?
Peserta PJKMU berhak untuk :


Mendapatkan kartu peserta.



Mendapatkan informasi dan sosialisasi tentang hak, kewajiban dan prosedur untuk
mendapatkan pelayanan.



Mendapatkan pelayanan administrasi dan pelayanan kesehatan.



Menyampaikan keluhan, kritik, saran dan pujian

Hal – hal Apa Saja Yang Menjadi Kewajiban Peserta PJKMU ?
Peserta Mempunyai Kewajiban untuk :


Memberikan informasi yang benar dan akurat tentang identitas peserta.



Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang dan dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak
berhak.



Melaporkan apabila ada anggota keluarganya yang menjadi peserta PJKMU telah meninggal.



Mengetahui dan mentaati semua ketentuan dan tatacara pelayanan administrasi dan
pelayanan kesehatan yang berlaku.

Bagaimana dengan Iuran PJKMU ?
a. Besaran
Besarnya iuran PJKMU sesuai dengan perhitungan aktuarial. Besaran tersebut dapat
bervariasi tergantung kepada jumlah peserta, akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan, luasnya cakupan manfaat (Nasional, Propinsi atau setempat).
b. Sumber Pendanaan (Iuran)


Iuran PJKMU bersumber dari APBD Propinsi, Kabupaten/Kota



Pembayaran iuran menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah

Apa Benefit Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PJKMU ?
Benefit yang didapat peserta bervariasi, tergantung penugasan pemda kepada PT Askes
(Persero), yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Pada umumnya benefit/manfaat
pelayanan kesehatannya meliputi :
a. Pelayanan Dasar


Konsultasi, penyuluhan, pemeriksaan medis dan pengobatan.



Pemeriksaan dan pengobatan gigi.



Tindakan medis kecil/sederhana.



Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana



Pengobatan efek samping kontrasepsi



Pemberian obat pelayanan dasar dan bahan kesehatan habis pakai.



Pemeriksaan kehamilan dan persalinan sampai anak kedua hidup.



Pelayanan imunisasi dasar.



Rawat Inap di Puskesmas Perawatan/Puskesmas dengan Tempat Tidur.

b. Rawat Inap


Rawat Inap di ruang perawatan sesuai hak Peserta.



Pemeriksaan, pengobatan oleh dokter spesialis.



Pemeriksaan Penunjang Diagnostik : Laboratorium, Rontgen/ Radiodiagnostik, Elektromedik
dan pemeriksaan alat kesehatan canggih



Tindakan medis operatif



Perawatan intensif (ICU, ICCU,HCU, NICU, PICU).



Pelayanan rehabilitasi medis.



Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO)

c. Pemeriksaan kehamilan, gangguan kehamilan dan persalinan
d. Pelayanan Transfusi Darah dan Cuci Darah.
e. Pelayanan Canggih
f. Pelayanan Alat Kesehatan
.