349008089 Klasifikasi Bloom Ranah Kognitif Beserta Contoh

Klasifikasi Bloom Ranah Kognitif Beserta
Contoh C1-C6
Filed under: Penelitian — 3 Komentar
Maret 17, 2013

13 Votes

Pada tahun 1950-an Benyamin Bloom memimpin suatu tim yang terdiri atas para ahli
psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini dikenal
dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar
dan saling melengkapi (overlapping).
Bloom mengklasifikasi lebih lanjut kognitif menjadi 6. Keenam klasifikasi ranah kognitif bloom
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintesis
6. Penilaian

Gambar untuk klasifikasi taksonomi bloom ranah kognitif


berikut contoh keenam klasifikasi yang selanjutnya di singkat C1, C2, C3, C4, C5, C6

Contoh soal Hafalan/Ingatan (Recall) C1 atau pengetahuan
Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
telah dipelajari oleh siswa.
Kata “komputer” berasal dari kata “computare” yang artinya…………………
Contoh soal Pemahaman (Comprehension) C2
Pada jenjang ini siswa diharapkan kemampuannya untuk mengerti makna dari informasi yang
diperoleh baik berupa fakta, konsep, dan prinsip.
Berdasarkan kegunaan nya, perangkat keras digolongkan dalam tiga bagian utama yaitu……
Contoh soal Penerapan (Application) C3
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, atau
metode yang telah diketahuinya dalam situasi baru atau situasi kongkrit.
Saat mengakhiri pemakaian windows, prosedur mematikan computer yang benar adalah……
Contoh soal Analisis (Analysis) C4
Yang dimaksud jenjang analisis adalah kemampuan menguraikan suatu informasi yang
dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga struktur informasi serta hubungan antar
komponeninformasi tersebut menjadi jelas.
Tuliskan secara singkat langkah-langkah membuat surat dengan Mailings

Contoh soal Sintesis (Synthesis) C5
Yang dimaksud jenjang sintesis adalah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian
terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan
merencanakan eksperimen, karya tulis (laporan, artikel), menyusun cara baru untuk
mengklarifikasikan obyek, peristiwa, dan informasi-informasi lainnya.
Ada 2 syarat utama dalam pembuatan mail merge yaitu……
Contoh soal Evaluasi (Evaluation) C6
Yang dimaksud jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu
pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Misalnya
memilih rumusan yang didukung oleh data.
Software yang digunakan untuk keperluan mengetik naskah, dokumen atau yang lebih dikenal
sebagai software pengolah kata adalah……………

DESKRIPSI TINGKAT KESULITAN SOAL ( C1, C2, C3, C4, C5, C6)
27 May 2012mirza faishalLeave a commentGo to comments

Prestasi belajar biologi
Belajar pada hakekatnya merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan individu untuk
memebuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan
pada diri sendiri yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Istilah prestasi menurut Winkel dalam Nirsam (2005:20), diartikan sebagai bukti keberhasilan
yang dicapai dari kegiatan yang telah dikerjakan. Usman menjelaskan dalam Nirsam
(2005:20) bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai siswa yang dilakukan melalui tes prestasi
belajar, yang bertujuan untuk megetahui gambaran tentang daya serap siswa, untuk
menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap suatu bahasan. Berdasarkan taksonomi,

tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Nirsam (2005:21)
meliputi kognitif, afektif dan psikomotik. Dalam penelitian ini ranah yang diamati adalah
ranah kognitif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran
yang meliputi enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
1.

Pengetahuan atau knowledge (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang
telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau
istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode

1.


Pemahaman atau comprehensioan (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah
dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang
dipelajari.
Kemapuan memahami terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:

1.

Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model
simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
2.
Mengintepretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu
komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik
3.
Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulanberdasarkan
hasil terjemahan dan interpretasi.
4.
Penerapan atau aplication (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam
kegiatan pembelajra untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari

1.

Analisis atau analysis (C4)
Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan mejadi komponen-komponen/unsurunsur bagian, sehingga jelas hierarkinya/eksplisit unsur-unsurnya, meliputi unsur-unsur,
analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisi.

1.

Sintesis atau syntesis (C5)
Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan
yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatukan unsur-unsur baru, sehingga menyatukan unsurunsur dari hasil analisis tidak dapat disebut sinteis

1.

Evaluasi atau evaluation (c6)
Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan
dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi.
Penellitian ini hanya menggunakan evaluasi ranah kognitif dengan aspek pengetahuan,
pemahaman, aplikasi dan analisis. Jadi, pengertian prestasi belajar dalam penelitian ini adalah
suatu hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar biologi

dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yang meliputi kemampuan kognitif pada
jenajang penetahuan (C1) samapai analisis (C4) yang dinyatakan dalam bentuk skor.

Prestasi belajar biologi adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan usaha
(belajar), atau dapat diartikan sebagai hasil belajar biologi yang dinyatakan dalam nilai
setelah siswa mengikuti pelajaran biologi.

Aspek pengetahuan merupakan kemampuan berfikir yang mana mampu melihat dan
menghafal apa yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa dapat
menyerap sejumlah informasi tertentu dan keadaan tingkah laku yang diharapkan dalam
menginagat informasi tersebut.
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makana dan arti dlam bahan yang
dipelajari, pada aspek ini siswa dapat menguraikan ini pokok bacaan. Dlam pemahaman ini
memiliki tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengetahuan.
Menurut sistematika Gagne (dalam winkel, 1987:318) kemampuan-kemampuan digolongkan
atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan
kognitif, keterampilan motorik dan sikap kemampuan itu dihasilkan karerna usaha belajar
nemun menciptakan kemampuan internal yang harus dinyatakan dan di buktikan dalam suatu
prestasi. Prestasi belajar yang dicapai siswa berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh.
Aspek aplikasi merupakan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh

dalam proses belajar mengajar untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Pada tingkatan ini dapat diukur kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori
dan metode untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Asperk analisis mencakup kemampuan siswa untuk merinsi suatu kesatuan dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat difahami dengan baik. Pada aspek ini siswa
dapat menganalisis bagian-bagian dasar yang menghubungkan antara bagian-baigan
tersebut. Analisis mencakup pemahaman dan aplikasi.
Sistesis merupakan proses pemahaman terhadap unsur-unsur yang kemudian
mengkombinasikan dengan suatu cara sebagai pola yang sebelumnya tidak tampak maka
akan menjadi jelas. Siswa dituntut untuk memahami konsep, prinsip, teori dan hukum
sehingga memberikan pemahaman yang baru.
Evaluasi diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dengan mempertimbangkan masalah
nilai, tujuan, ide, metode penyelesaian, termasuk di dalamnya pertimbangan efektifitas dan
ketepatan.
Berdasarkan uraian ditas, hasil belajar adalah prestasi belajar yang menyangkut ranah
kognitif, keterampilan motorik dan sikap yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, sintesis, evaluasi dan prestasi belajar. Ranah kognitif tersebut dapat dilihat dari hasil
tes siswa pada mata pelajaran biologi dengan pokok bahasan tertentu

Prestasi belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan individu untuk

memebuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan
pada diri sendiri yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Istilah prestasi
menurut winkel dalam nirsam (2005:20), diartikan sebagai bukti keberhasilan yang dicapai
dari kegiatan yang telah dikerjakan. Usman menjelaskan dalam Nirsam (2005:20) bahwa
prestasi adalah hasil yang dicapai siswa yang dilakukan melalui tes prestasi belajar, yang
bertujuan untuk megetahui gambaran tentang daya serap siswa, untuk menentukan tingkat
prestasi belajar siswa terhadap suatu bahasan. Berdasarkan taksonomi, tujuan pendidikan
yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Nirsam (2005:21) meliputi kognitif, afektif
dan psikomotik. Dalam penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah kognitif. Kemampuan

kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek,
yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
1.

Pengetahuan atau knowledge (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang
telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau
istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode

1.


Pemahaman atau comprehensioan (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal-hal yang telah
dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang
dipelajari.
Kemapuan memahami terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:

1.

Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model
simbolik untuk mempermudah orang memahaminya.
2.
Mengintepretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu
komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik
3.
Mengeksplorasi adalah kemampuan menafsirkan, menarik kesimpulanberdasarkan
hasil terjemahan dan interpretasi.
4.
Penerapan atau aplication (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam

kegiatan pembelajra untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari
1.

Analisis atau analysis (C4)
Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan mejadi komponen-komponen/unsurunsur bagian, sehingga jelas hierarkinya/eksplisit unsur-unsurnya, meliputi unsur-unsur,
analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisi.

1.

Sintesis atau syntesis (C5)
Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan
yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatukan unsur-unsur baru, sehingga menyatukan unsurunsur dari hasil analisis tidak dapat disebut sinteis

1.

Evaluasi atau evaluation (c6)
Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan
dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi.
Penellitian ini hanya menggunakan evaluasi ranah kognitif dengan aspek pengetahuan,
pemahaman, aplikasi dan analisis. Jadi, pengertian prestasi belajar dalam penelitian ini adalah

suatu hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar biologi
dengan menggunakan model pembelajaran TGT, yang meliputi kemampuan kognitif pada
jenajang penetahuan (C1) samapai analisis (C4) yang dinyatakan dalam bentuk skor.

Pengertian C1, C2, C3, C4, C5, dan C6
by Ayunda Putry on 19:07 in pendidikan, Penelitian, Pengertian, Pengetahuan

Pengertian C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 
1. Pengetahuan (C1)

Pengetahuan   adalah   aspek yang paling   dasar   dalam   taksonomi Bloom.   Pengetahuan
hafalan   yang   perlu   diingat   seperti   rumus,   batasan   definisi,   istilah   pasal   dalam   undang­
undang,   nama   dan   tokoh,   nama­nama   kota   dan   lain­lain.   Hafal   menjadi   prasyarat   bagi
pemahaman, misalnya hafal suatu rumus maka kita akan paham bagaimana menggunakan
rumus tersebut atau hafatl kata­kata akan memudahkan membuat kalimat.

2. Pemaharnan (C2)
Pemahaman   dapat   dibedakan   menjadi   tiga   yaitu   tingkat   rendah   seperti   menterjemah.
Tingkat kedua yaitu pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian­bagian terdahulu
dengan   yang   diketahui   berikutrya,   atau   menghubungkan   beberapa   bagian   dari   grafik
dengan   kejadian.   Pemahaman   tingkat   ketiga,   yaitu   pemahaman   ektrapolasi   yang
mengharapkan   seseorang   mampu   melihat   dibalik   yang   tertulis,   dapat   membuat   ramalan
tentang   konsekuensi   atau   dapat   memperluas.persepsi   dalam   arti   waktu,   dimensi,   kasus,
ataupun masalahnya.

3. Aplikasi (C3)
Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.
Pada aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu
abseksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan
dalam situasi baru dan menerapkannya secara benar.

4. Analisis (C4)
Dalam   analisis,   seseorang  dituntut  untuk  dapat   menguraikan  suatu  situasi  atau  keadaan
tertentu ke dalam unsur­unsur atau komponen­komponen pembentuknya.

5. Sintesis (C5)
Pada jenjang ini seserang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan
jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.

6. Evaluasi (C6)

Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep
berdasarkam suatu kriteria tertentu.

Home
Biologi
Sistem Saraf
Pengelompokan Saraf leher dan Fungsinya

Pengelompokan Saraf leher
dan Fungsinya
Diperbaharui pada : 5 March, 2016

Saraf di leher, secara medis disebut sebagai tulang
belakang leher, membantu mengirimkan informasi

sepanjang jalur dari sistem saraf pusat dan perifer,
termasuk proses keterampilan sensorik dan motorik.
Tulang belakang leher terdiri dari delapan set saraf yang
berbeda.
Beberapa saraf di leher termasuk saraf oksipital besar dan kecil,
saraf supraklavikularis dan nervus frenikus. Pengelompokan saraf
dalam tulang belakang leher diberi nama setelah mencocokkan
cakram serviks. Cakram atau (disk) ini diwakili oleh huruf “C” dan
angka sesuai dengan lokasi cakram antara vertebra lainnya yang
membentuk tulang belakang leher, dimulai dengan C1 di bagian
atas dan bekerja turun ke C8. Saraf di leher mengontrol berbagai
fungsi tubuh manusia.
Saraf Serviks C1 dan C2 bertanggung jawab untuk pergerakan
kepala. Sering disebut sebagai saraf suboksipital, C1 juga terkait
ke saraf lainnya berjalan melalui leher, seperti saraf vagus dan
saraf hypoglossal. Saraf C1 dan C2 milik pleksus serviks, bersama
dengan C3 dan C4.
C3, C4 dan C5 saraf serviks berada langsung di bawah C1 dan C2.
Saraf leher ini dalam bentuk saraf frenikus, yang membantu
mengontrol diafragma dan mengatur pernapasan. Cedera pada
saraf frenikus dapat menyebabkan masalah pernapasan dan
bahkan kematian.
Bersama-sama, saraf C1-C4 bekerja untuk melengkapi fungsi dari
pleksus serviks. Kelompok saraf memungkinkan untuk gerakan
seperti menekuk leher dan menelan. Semakin besar aurikularis
saraf, saraf oksipital inferior, dan saraf supravlavicular juga
berkontribusi terhadap fungsi pleksus serviks.
Saraf Serviks C5 merupakan awal dari pleksus brakialis.
Pengelompokan saraf ini menangani berbagai tanggung jawab,
termasuk mengendalikan otot tubuh bagian atas. Saraf C5-C8 dan
saraf toraks pertama, T1, termasuk dalam pleksus brakialis.
Beberapa kelompok otot mengontrol pleksus brakialis termasuk
deltoids, bisep dan otot-otot dada.

Secara khusus, saraf C5 mengontrol deltoids dan bisep. Saraf C6
mengontrol pergerakan di pergelangan tangan dan C7
mengontrol trisep. Serviks saraf C8 bekerja untuk mengontrol
tangan. Fungsi-fungsi dibantu melalui percabangan saraf dari
pleksus brakialis ke daerah yang mereka kuasai. Saraf pleksus
brakialis yang bercabang termasuk saraf radial, median dan ulnar
bertanggung jawab untuk gerakan dan sensasi menyampaikan ke
dan dari lengan, lengan bawah dan tangan.

Bersama-sama, saraf di leher bekerja untuk mengontrol gerakan
tubuh bagian atas dan ekstremitas atas. Saraf lainnya yang
berada di leher termasuk dorsal skapularis dan saraf aksila. Pada
saraf dorsal skapularis membantu mengontrol otot rhomboid,
sedangkan saraf aksilaris memberikan kontrol motorik dan
sensorik dari daerah lengan bahu dan atas.

Taksonomi Teori Bloom Kata Kerjanya itu ada 3 RANAH 
1.  KOGNITIF (C1 – C6),
2.  AFEKTIF (A1­A5), 
3.  PSIKOMOTOR (P1­P4)
Nah teman-teman selamat datang di blog Wisnu Gilang Ramadhan, artikel ini akan
membahas mengenai kata kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotor. Sebelumnya kita
bahas dulu pengertiannya
a. Kecakapan Kognitif

Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap
koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan
koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusu oleh guru yaitu:



Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap
pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.

Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya
yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan belajar.
Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan
prinsip-prinsip tersebut.
Ada dua prefensi koqnitif


Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar
hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang
dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus
atau naik kelas semata



Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan
materi-materi yang disajikan gurunya.

Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang
terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
b. Kecakapan Afektif
Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan
tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting
materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan
kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa
kesadaran beragama yang mantap
c. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan koqnitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor.
Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik
kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan
pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu
berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada
tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a)

Ranah proses berfikir (cognitive domain)

b)

Ranah nilai atau sikap (affective domain)

c)

Ranah keterampilan (psychomotor domain)

CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)

Pengetahuan
(Cl)
Mengutip

Pemahaman
(C2)

Penerapan
(C3)

Memperkirak
Menugaskan
an

Menyebutkan Menjelaskan

Mengkategori
Menentukan
kan
Menggambar Mencirikan
Menerapkan
Merinci

Menamai
Menandai
Membaca

Menegaskan

Mencegah

Penilaian (C6)
Membanding
kan
Menyimpulka
n
Menilai

Mengumpulkan Mengarahkan
Mengkategorika
Mengkritik
n

Mendiagnosis Mengkode

Menimbang

Menyeleksi

Mengkombinasi
Memutuskan
kan

Memerinci

Menyusun

Memisahkan

Mengarang

Memprediksi

Membangun

Memperjelas

Menominasik
an
Mendiagramk
an
Mengkorelasi
kan
Merasionalka
Menguraikan Membiasakan
n
Menjalin

Mengatur

Memecahkan Menganimasi

Menyesuaikan Mendeteksi

Mengidentifl Mengasosiasi Mengkalkulas
kasi
kan
i
Membandingk
Mendaftar
Memodifikasi
an
Mengklasifika
Menunjukkan Menghitung
si
Memberi
Mengkontrasi
Menghitung
label
kan
Memberi
Mengubah
Membangun
indek
Memasangka Mempertahan
Mengurutkan
n
kan

Sintesis (C5)

Menganalisis Mengabstraksi

Mengurutkan Mengaudit

Menjelaskan

Membilang

Analisis (C4)

Menanggulangi Menugaskan

Menghubungka
Menafsirkan
n
Mempertahan
Menguji
Menciptakan
kan
Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci

Membedakan Menentukan
Mendiskusika Menggambark
Menyadap
Menjelajah
n
an
Membaganka
Menghafal
Menggali
Menggunakan
n
Mencontohka
Menyimpulka
Menim
Menilai
n
n
Mencatat
Menerangkan Melatih
Menemukan
Mengemukak
Mengulang
Menggali
Menelaah
an
Mengemukak Memaksimalk
Mereproduksi Mempolakan
an
an
Memerintahk
Meninjau
Memperluas Mengadaptasi
an

Mengoreksi

Mengukur

Merancang

Merangkum

Merencanakan

Membuktikan

Mendikte

Memvalidasi

Meningkatkan

Mengetes

Memperjelas

Mendukung

Memfasilitasi

Memilih

Menyimpulka
Memproyeksi
Menyelidiki Mengedit
Membentuk
n
kan
Mengoperasik
Menyatakan Meramalkan
Mengaitkan Merumuskan
an
Mempersoalk
Menggeneralisa
Mempelajari Merangkum
Memilih
an
si
Mengkonsepk
Menggabungka
Mentabulasi Menjabarkan
Mengukur
an
n
Memberi
Melaksanakan Melatih
Memadukan
kode
Menelusuri
Meramalkan Mentransfer Membatasi
Menulis
Memproduksi
Mereparasi
Memproses
Mengaitkan
Menampilkan
Mensuimulasi
Menyiapkan
kan
Memecahkan
Memproduksi
Mel.akukan
Merangkum
Mentabulasi
Merekonstruksi
Menyusun
Memproses
meramalkan
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
Memilih



Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu
materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.


Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.


Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.


Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengahtengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.


Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu
jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan
tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.


Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)

Menerima (Al)
Memilih

Menanggapi (A2)
Menjawab

Menilai (A3)

Mengelola (A4)

Mengasumsikan Menganut

Menghayati
(A5)
Mengubah
prilaku

Mempertanyaka
Mem bantu
Meyakini
n
Mengikuti
Mengajukan
Melengkapi
Mengkompromika
Memberi
Meyakinkan
n
Menganut

Menyenangi

Memperjelas

Mematuhi
Meminati

Menyambut
Mendukung

Memprakarsai
Mengimani

Mendukung

Mengundang

Menyetujui

Menggabungka
n
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang

Mengubah
Menata

Berakhlak
mulia
Mempengaruhi

Mengklasifikasikan Mendengarkan
Mengkombinasika
n
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
pendapat

Mengkualifikas
i
Melayani
Menunjukkan

Memadukan

memecahkan

Membuktikan

Menampilkan
Mengelola
Melaporkan
Menegosiasi
Memilih
Merembuk
Mengatakan
Memilah
Menolak
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuantujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal,
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa

CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)

PENIRUAN (PI) MANIPULASI (P2) KETETAPAN (P3) ARTIKULASI (P4)
Mengaktifkan
Mengoreksi
Mengalihkan
Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan
Mempertajam
Menggabungkan Merancang
Memutar
Membentuk
Melamar
Memilah
Mengirim
Memadankan
Mengatur
Melatih
Memindahkan
Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki
Mendorong
Memulai
Menimbang
Mengidentifikasikan Menarik
Menyetir
Memperkecil
Mengisi
Memproduksi
Menjelaskan
Membangun
Menempatkan
Mencampur
Menempel
Mengubah
Membuat
Mengoperasikan
Menskestsa
Membersihkan Memanipulasi
Mengemas
Mendengarkan
Memposisikan Mereparasi
Membungkus
Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakangerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik

Kata Kerja untuk Ranah Afektif (A1 - A5)
CONTOH KATA KERJA UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)

Menerima
(A1)

Menanggapi
(A2)

Menilai (A3)

Mengelola (A4)

Menghayati
(A5)

Memilih

Menjawab

Mengasumsik
an

Menganut

Mengubah prilaku

Mempertanyak
an

Membantu

Meyakini

Mengubah

Berakhlak mulia

Mengikuti

Mengajukan

Melengkapi

Menata

Mempengaruhi

Memberi

Mengkompromik
an

Meyakinkan

Mengklasifikasikan

Mendengarkan

Menganut

Menyenangi

Memperjelas

Mengkombinasikan

Mengkualifikasi

Mematuhi

Menyambut

Memprakarsai

Mempertahankan

Melayani

Meminati

Mendukung

Mengimani

Membangun

Menunjukkan

Mendukung

Mengundang

Membentuk
pendapat

Membuktikan

Menyetujui

Menggabungk
an

Memadukan

Memecahkan

Menampilkan

Memperjelas

Mengelola

Melaporkan

Mengusulkan

Menegosiasi

Memilih

Menekankan

Merembuk

Mengatakan

Menyumbang

Memilah
Menolak

Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Labels: pbm
Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif

Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian kognitif atau
penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah
afektif juga sangat perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih
menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding penilaian kognitif
maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah
melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.
Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model-model
pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.
Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting
ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran.
Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa
juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan
minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang
positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa
yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi
pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan
pembelajaran.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif

Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif,
maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian
afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat
terhadap suatu materi pelajaran.
2.
Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran

3.
Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase
kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif
memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan,
seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan
kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
4.
Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert,
berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4)
berminat; dan (5) sangat berminat.
5.
Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner)
berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
6.
Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft
instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7.
Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan
sejawat, bila memang diperlukan
8.
Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri
yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9.

Pemberian skor inventori kepada siswa

10.

Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif

Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh,
pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item
(berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5),
berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1)
dan skor paling tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita
dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita
membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30
termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori
sangat berminat.
Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi pelajaran
evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX

Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :

Prinsip-Prinsip Penilaian
Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif

Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja
operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan
psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5
tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4)
A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja
operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.
A1 – Menerima

Contoh kata kerja operasional:


Memilih








Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Mematuhi
Meminati
menganut

A2 – menanggapi

Contoh kata kerja operasional:















Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengkompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Memilah
Mengatakan
Menolak

A3 – menilai

Contoh kata kerja operasional:













Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Memperjelas
Mengusulkan
Menyumbang

A4 – mengelola

Contoh kata kerja operasional:




Menganut
Mengubah
Menata










Mengklasifikasikan
Mengkombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Memadukan
Mengelola
Menegosiasikan
Merembukkan

A4 – menghayati

Contoh kata kerja operasional:










Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan

Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor
Tuesday, June 21st, 2011 - Pendidikan

Evaluasi Pembelajaran : Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor

Berikut ini salah satu contoh makalah singkat membahas tentang pengukuran ranah afektif dan
psikomotor. Makalah ini cukup menarik uuntuk dibaca khususnya bagi tenaga pendidik, agar lebih
memperdalam pengetahuan dalam evaluasi pembelajaran.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemampuan berfikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghapal, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensistensis dan mengefaluasi. Kemampuan psikomotor, yaitu
keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari,

melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif
berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
komitmen, percaya diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di
sekolah, yang akan dicapai melalui pembelajaran yang tepat.

Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini
di sebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran
kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar
tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah
afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu
dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil
pengukurannya.

Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti
bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang
berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah
kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah
afektif dan psikomotor.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengertian pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotorik?

2.

ciri-ciri ranah penilaianafektif dan psikomotorik?

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN RANAH AFEKTIF
1. Pengertian Pengukuran Ranah Afektif
Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara
operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik.
Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi,
konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.

Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup watak
prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi.

Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :

1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah : kesadaran dan keinginan
untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang datang
dari luar.

2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran
islam tentang kedisiplinan.

3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak

dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat
afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar
mengajar, peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang
telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya.
Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang
valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik
disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai
sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai
yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung
penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan
hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai),
yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi
dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya.

secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah dikemukakan diatas, menurut A.J Nitko
(1983) dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.
Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi
anak didiknya.

2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan
sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan
penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek
diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. sikap pada hakekatnya adalah kecendrungan berprilaku kepada seseorang.

Ada tiga komponen sikap :
1)

Kognisi, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapi.

2)

Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.

3)

Konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut

2.

Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif
(Andersen, 1981:4). Pertama : prilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua : prilaku
harus tipikal prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, ranah dan
target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari pada yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang dari suka atau senang.

Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

1)

Sikap

Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui
penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses
pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap sesuatu. Penilaian
sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pelajaran, pendidik dan sebagainya.

Menurut fishbein dan ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Sikap peserta didik
terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau mata pelajaran.

2)

Minat

Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yanh
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang
memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk :
a. Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan dalam pembelajaran,
b. Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
c. Memepertimbangkan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
d. Menggambarkan keadaan langsung dilapangan/kelas

3)

Konsep Diri

Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif
yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri

bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerahkontinum, mulai dari
rendah sampai tinggi.

Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah
sebagai berikut:
a.

Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik

b.

Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai

c.

Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

4)

Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan atau prilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada
suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu
pada keyakinan.

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan prilaku.
Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau
rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

5)

Moral

Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Moral berkaitan
dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap tindakan
yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau mukai orang
lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai
dan keyakinan seseorang.

Rana afektif lain yang penting adalah :

Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dala berinteraksi dengan orng


lain.


Integritas : peserta didik harus meningkatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.



Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama



dalam memperoleh pendidikan
Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan
yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa
dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu :



Laporan diri oleh siswayang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,



Pengamatan sistematis oleh guru tethadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan
yang diukur adalah :
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,




kerelaan, mengarahkan perhatian
Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas