Pengaruh Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK TERHADAP

HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA KONSEP SISTEM

PENCERNAAN MAKANAN

(Penelitian Quasi Experiment di SMAN 5 Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SITI MASITHOH NIM. 107016100958

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

SITI MASITHOH (107016100958),"Pengaruh Penggunaan media komik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada konsep sistem pencernaan makanan".Skripsi Prodi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada konsep sistem pencernaan makanan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Tangerang Selatan pada tahun ajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi experiment dengan desain pretest-posttest control group design.

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Jumlah siswa pada kelas eksperimen dan kontrol masing masing sebanyak 30 siswa. Instrumen penelitian yang diberikan berupa tes yang terdiri dari 22 soal bentuk pilihan ganda. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Hasil Penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif biologi yang diberi media pembelajaran berupa komik lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kognitif biologi yang diberi pembelajaran konvensional. Dengan demikian penggunaan media komik berpengaruh terhadap hasil kognitif siswa. Kata kunci: Media Komik, Hasil Belajar, Sistem Pencernaan Makanan.


(6)

ii

SITI MASITHOH (107016100958),"The Influence of Comic Media to the Students' Cognitive Study Result in a Concept of Food Digestion System". A) Skripsi (Scientific Paper) of Biology Study, Science Education Department , Tarbiyah and Teachers Training Faculty, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, May 2012.

The Purpose of this research is to know influences of using the comic media to the students' cognitive study result in a concept of food digestion system. This research was dine at SMAN 5 South Tangerang of 2011/2012 Academic year. The research uses the Quasi Experiment method with the pretest-posttest control group design. The Technique used in sample taking is random sampling. The number of students in experiment class and the control of each classes is 30 students. The Instrument which given is a test consists of 22 numbers of multiple choice questions. The technique of data analysis used in the research is T-test. The result gained from the average of the result in Biology cognitive study that given the higher comic media than the average of media of the result in Biology conventional study . In other words, using the comic media influences to the students' cognitive result.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridha-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhai Allah SWT. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing II yang tak henti-hentinya membimbing, memberikan saran, masukan serta motivasinya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Dosen Pembimbing Akademik (PA) Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan IPA.

7. Ibu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd, selaku kepala SMAN 5 Tangerang Selatan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. 8. Ibu Susi Indrayani, S.Pd, selaku guru pamong mata pelajaran Biologi yang

telah membantu dan memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.


(8)

iv

dan Ibunda Maimunah tercinta, yang senantiasa tiada henti memberikan dukungan, semangat, perhatian, do’a dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak-Kakaku (Susi, Iis, Irfan) tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11.Ketiga Keponakanku (Nabil, Fathir, Aqilla) yang selalu memberikan

canda tawa dan menjadi tempat pengusir kejenuhan penulis selama penulisan skripsi ini.

12.Teman teristimewa, Abdurachman Syafiih yang telah menemani hari-hariku, memberikan semangat, Harapan dan do’a terbaik untukku.

13.Teman-temanku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan IPA Prodi Biologi angkatan 2007 semoga kebersamaan kita menjadi pelajaran-pelajaran yang terindah dan tak terlupakan untuk menggapai kesuksesan dimasa depan.

14.Teman-teman seperjuanganku, Fuji, Sofa, Alin dan Hanny yang selalu memberikan semangat, dukungan, berbagi dalam suka dan duka dan telah melewati hari-hari yang penuh perjuangan yang tidak akan terlupakan. 15.Semua pihak yang ikut terlibat dan berpartisipasi memberikan bantuan,

informasi dan dukungan kepada penulis yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat penulis gunakan untuk menyempurnakan laporan yang akan datang. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya.

Jakarta, Juli 2012 Penulis


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan penelitian ... 9

F. Manfaat penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESA. A. Deskripsi Teoritis ... 10

1. Hakekat Media Pembelajaran ... 10

a. Definisi Media Pembelajaran ... 10

b. Fungsi Media ... 14

c. Manfaat Media ... 15

B. Pengertian Media Komik ... 16

1. Definisi Komik ... 16

a. Sejarah Komik ... 17

b. Unsur-unsur komik ... 19

c. Macam-macam komik ... 20

d. Kelebihan dan kekurangan komik ... 21


(10)

vi

1. Hasil Belajar kognitif Biologi ... 24

a. Pengertian Belajar ... 24

b. Hasil belajar kognitif ... 29

D. Hakikat Biologi ... 31

E. Hasil penelitian yang relevan ... 33

F. Kerangka Berfikir ... 34

G. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 36

C. Metode Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Tenik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 39

G. Kalibrasi Instrumen ... 41

1. Daya pembeda ... 41

2. Tingkat kesukaran ... 42

3. Validasi ... 43

4. Reliabilitas ... 43

H. Tehnik Analisis Data ... 44

1. Uji peningkatan hasil belajar N-Gain ... 44

2. Uji beda ... 44

a. Uji normalitas ... 44

b. Uji homogenitas ... 46

I. Uji hipotesis penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48


(11)

vii

3. Perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen

dan kelas kontrol... 49

B. Deskripsi Data Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) ... 50

C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Homogenitas ... 52

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(12)

viii

Halaman

Tabel 3.1. Desain Penelitian... 36

Tabel 3.2.Variabel Penelitian ... 38

Tabel 3.3.Kisi-Kisi Instrumen ... 40

Tabel 3.4.Klasifikasi Daya Pembeda ... 42

Tabel 3.5.Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 43

Tabel 4.1.Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.2.Data Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.3.Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.4.Presentase Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) ... 50

Tabel 4.5.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51 Tabel 4.6.Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51 Tabel 4.7.Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 52 Tabel 4.8.Hasil Uji Homogenitas Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53 Tabel 4.9.Hasil Uji-t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Proses terjadinya komunikasi melalui penggunaan media


(14)

x

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 65

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen ... 89

Lampiran 3 Jenjang kogitif tiap butir soal ... 90

Lampiran 4 Instrumen penelitian ... 105

Lampiran 5 Kunci Jawaban ... 110

Lampiran 6 Perhitungan Skor data dibobot ... 111

Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas ... 112

Lampiran 8 Perhitungan Kelompok Atas dan Kelompok Bawah ... 113

Lampiran 9 Daya Pembeda ... 117

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran ... 119

Lampiran 11Korelasi Skor Butir denagn Skor Total ... 120

Lampiran 12 Kualitas Pengecoh ... 122

Lampiran 13 Validasi Butir Soal ... 124

Lampiran 14 Nilai Pretest dan Posttest Eksperimen dan Kontrol ... 126

Lampiran 15 Cara Mengitung Standar Deviasi ... 127

Lampiran 16 Data Analisis N-gain Kelas Eksperimen ... 129

Lampiran 17 Data Analisis N-gain Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Eksperimen ... 131

Lampiran 19 Perhitungan Ui Normalitas Posttest Eksperimen ... 132

Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kontrol ... 133

Lampiran 21 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kontrol ... 134

Lampiran 22 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest ... 135

Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas Posttest ... 136

Lampiran 24 Perhitungan Uji-t Pretest ... 137

Lampiran 25 Perhitungan Uji-t Posttest ... 140

Lampiran 26 Dokumentasi Proses Penelitian ... 143

Lampiran 27 Latihan Soal dan Jawaban ... 145

Lampiran 28 Tabel Krisis untuk Uji Liliefors... 152


(15)

xi

Lampiran 30 Tabel Nilai Frekuensi ... 154 Lampiran 31 Tabel Nilai Uji “t” ... 155 Media Komik ... 156


(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang telah diberkati akal dan fikiran. Pengertian konsep pendidikan dirumuskan dengan jelas dan tegas tercantum pada UU.R.I. No.2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa “Pendidikan sendiri merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan , pengajaran, dan latihan bagi perannya dimasa yang akan datang”. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan tertentu. Sebagaimana yang tercantum dalam UU.R.I.Bab II, Pasal 3 dan 4 tentang fungsi dan tujuan pendidikan Nasional, yaitu :1

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Tujuan sistem pendidikan nasional juga berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya, meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri-sendiri, namun itu semua tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional yang ada.

Pendidikan terkait dengan pembelajaran adalah situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan

1


(17)

2

ilmu yang diberikan kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan tujuan yang ingin dicapai.

Meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang tertera dalam tujuan pendidikan dapat ditempuh melalui banyak cara, salah satunya dengan peningkatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.2 Proses pembelajaran juga merupakan suatu komunikasi yang harus diciptakan oleh guru dan siswa.

Selain pembelajaran, Proses Belajar Mengajar (PMB) juga sangat penting, karena proses belajar mengajar adalah kesatuan dua proses antara siswa yang belajar dengan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini terjalin interaksi yang sangat menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal lewat proses belajar mengajar itu.3 Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.4 Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Winarno dan Anita E.Woolflok dalam Usman Melayu terlihat ada kesamaan, karena belajar dipahami sebagai suatu proses kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada pengalaman dan perilaku seseorang terhadap sesuatu yang dipelajari.5 Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). Dalam pendidikan, proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang mengandung interaksi antara guru dan

2

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.2.

3

Nuryani R., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 5

4

Arief S.Sadiman. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h.1.

5

Usman Melayu.Hakikat Minat dan Hasil Belajar. (Berita STMT TRISAKTI: Edisi 084, Januari 1999), h. 55.


(18)

siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar, interaksi edukatif ini juga tidak hanya penyampaian materi pelajaran saja oleh guru, melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa.

Guru memegang peranan penting dalam soal sukses tidaknya proses pembelajaran. Selama ini masih ada guru-guru yang menerapkan pengajaran yang berpusat pada guru dengan keterlibatan murid yang sangat terbatas. Keadaan ini tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran biologi yang tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi biologi mengandung hal lain. Cain dan Evans menyatakan bahwa biologi mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

Betapapun baiknya program pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, apabila guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pelaksanaan dan hasil belajarnya akan menyimpang dari tujuan. Menurut Washton diantara banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran biologi seperti guru, jumlah siswa dalam kelas, peralatan laboratorium, dan staf administrasi, ternyata gurulah yang merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran biologi. Demikian juga Klopfer menyatakan bahwa bagaimanapun biologi diajarkan gurulah yang terutama menentukan apa yang dipelajari siswa.6

Dalam proses belajar mengajar peranan guru sebagai pembimbing adalah membuat suasana belajar mengajar menjadi hidup penuh dengan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan guru serta antara siswa dengan siswa lainnya, serta memotivasi.

Proses pembelajaran yang tidak menarik dan tidak bermakna dapat menurunkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sains di Indonesia masih rendah. Sedangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola fikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

6


(19)

4

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Karena guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa, akibatnya kegiatan belajar-mengajar menjadi pasif dan kurang efektif karena lebih menekankan pada pengajaran bukan pembelajaran. Selain itu dalam proses belajar mengajar sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga proses belajar mengajar tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan peserta didik, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media secara integerasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.

Biologi sebagai bagian dari sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Namun, dalam kenyataan saat ini siswa cenderung menghafal daripada memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi pengasaan selanjutnya.7

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengembangan pengajaran dan pembelajaran biologi, diantaranya dengan memusatkan pembelajaran pada kebutuhan dan minat siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Dengan demikian tercapailah fungsi pendidikan yang diantaranya mengembangkan kecerdasan dan kreativitas siswa.

7


(20)

Ada banyak faktor yang memperngarui keberhasilan siswa dalam belajar, baik dari dalam diri siwa itu sendiri maupun faktor dari luar. Salah satu faktor yang mermengaruhi keberhasilan siswa yaitu cara penyajian materi.

Cara penyajian materi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjadi penentu keberhasilan siswa. Apakah materi yang disajikan membuat siswa tertarik, termotivasi, kemudian timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi dan adanya kebutuhan terhadap materi tersebut atau sebaliknya. Seorang guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik kepada anak didiknya. Selain itu, seorang guru juga harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Hakikat proses belajar mengajar menurut Sadiman dalam Maifalinda Fatra adalah proses komunikasi yang merupakan proses menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. 8 kegiatan belajar mengajar di kelas juga merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Oleh sebab itu, komunikasi memegang peranan penting dalam pembelajaran. Agar komunikasi antara siswa dan guru berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa, maka dalam kegiatan belajar mengajar perlu menggunakan media pembelajaran.

Berbagai media dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti tertarik pada media komik karena komik merupakan bacaan yang sangat familiar. Dalam pembelajaran biologi, komik merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Sifat komik yang menghibur dan ringan membuat siswa cenderung lebih menyenangi bacaan tersebut dibandingkan dengan menggunakan waktu mereka untuk membaca buku pelajaran sekolah. Dibandingkan dengan buku

8

Maifalinda Fatra, Penggunaan KOMAT (Komik Matematika) Pada Pembelajaran Matematika di MI, (Jurnal ALGORITMA Vol. 3 No. 1, Juni 2008), h. 60-61.


(21)

6

pelajaran sekolah pada umumnya, komik mempunyai beberapa kelebihan sehingga lebih memikat siswa untuk mau membacanya.

Menurut Sugiharta, kegiatan membaca komik dan cerita bergambar merupakan kegiatan yang menghibur dan menyenangkan dengan gambar-gambar dan tulisan yang ringan serta dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar membuat informasi mudah diserap. Teksnya membuatnya lebih dimengerti dan alur membuatnya mudah untuk diikuti dan diingat, sehingga dari penampilannya akan membuat anak tertarik untuk melihat dan membacanya. Hal tersebut menggambarkan bahwa bagi anak-anak sebagus apapun isi buku yang diberikan, bila tidak dikemas dengan penampilan yang menarik dan menyenangkan, mereka tidak akan menyentuhnya.

Selain itu, komik disajikan penuh dengan ilustrasi gambar membuat orang yang membacanya tidak akan cepat merasa bosan. Sementara, buku pelajaran sekolah hanya menyajikan ilustrasi gambar dalam jumlah yang terbatas. Komik diduga dapat meningkatkan hasil belajar yang sejalan dengan minat siswa pun meningkat. Seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Hadi, bahwa siswa menunjukkan respon positif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media komik. Hal ini ditunjukkan dengan ; (1) siswa merasa senang dengan cara pembelajaran yang dilakukan; (2) siswa merasa lebih santai dalam belajar (tidak tegang); (3) siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya; dan (4) siswa lebih memahami soal yang disajikan dalam bentuk komik.9 Dengan demikian respon positif dari siswa menjadi modal yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pelaksanaan pembelajaran di kelas menjadi lebih terarah untuk membantu siswa memahami materi.

Komik jelas mudah menarik perhatian anak karena tampilannya yang penuh dengan gambar. Hal ini dapat membuat anak lebih mudah memahami isi dari suatu materi. Perpaduan gambar dengan sedikit teks juga tidak membutuhkan konsentrasi tinggi untuk memahami jalan ceritanya. Tak heran

9

Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi Bermain Peran pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik,( diaskes 9 September 2011.http :


(22)

bila komik menjadi bacaan yang populer, terutama di kalangan anak-anak. Tidak sedikit anak-anak yang rela menghabiskan waktunya untuk berkutat dengan jenis bacaan yang satu ini. Komik begitu sederhana namun sangat menarik.10

Selain itu, isinya diselingi dengan unsur humor juga merupakan keunggulan komik sehingga membacanya menjadi sangat menyenangkan dan dapat meghilangkan stres. Komik juga merupakan media komunikasi visual dan lebih dari pada sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Sebagai media komunikasi visual, komik dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan dan mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. 11 Jika keunggulan ini dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, maka komik dapat membantu menciptakan suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar biologi. Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media komik sangat cocok diterapkan pada siswa khususnya remaja, karena pada masa ini mereka memiliki kemampuan daya imajinasi yang tinggi dan positif yang akan membantu cara proses berfikir mereka dalam belajar, khususnya dalam mempelajari konsep sistem pencernaan makanan. Pada konsep sistem pencernaan makanan banyak didapatkan istilah-istilah yang sulit dipergunakan yang terkait dengan proses-prosesnya sehingga dibutuhkan proses berfikir dan pemahaman yang tinggi.

Komik adalah bacaan yang banyak digemari oleh banyak orang. Dalam tingkatan usia maupun tingkatan pendidikan yang berbeda. Isi dari komik diselingi dengan unsur humor sehingga membacanya menjadi sangat menyenangkan dan dapat meghilangkan stress. Sehingga, berdasarkan hasil survei di Philipina yang dikemukakan oleh Andre Rinanto menunjukkan bahwa sebagian besar data yang menyukai komik pada usia 17 sampai 19

10

Majalah Kidia, Komik Sahabat Anak?, (Yayasan Pengembangan Media Anak, Edisi April-Mei 2009), h.3.

11

Heru Dwi Waluyanto, Komik Sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran,(diaskes dari http://www.petra.ac.id/~puslit/jounals/dir.php?DepartmentID=DKV , Februari 2011), h. 51.


(23)

8

tahun dengan jenjang pendidikan sekolah lanjutan. Namun, penelitian serupa belum dilakukan di Indonesia.12

Berdasarkan latar belakang tersebutlah masih kurangnya penelitian yang terkait dengan penggunaan media komik dalam pembelajaran biologi, khususnya di sekolah lanjutan. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan pengkajian teoritis maupun praktis berdasarkan permasalahan yang berjudul : “Pengaruh Penggunaan Media Komik terhadap Hasil Belajar Kognitif pada Konsep Sistem Pencernaan Makanan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul antara lain:

1. Kurangnya variasi media pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar biologi.

2. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang masih sedikit. 3. Konsep sistem pencernaan makanan pada pembelajaran Biologi banyak

menggunakan istilah yang sulit dipergunakan khususnya pada materi yang menjelaskan tentang sistem pencernaan dengan kata-kata yang bersifat naratif tanpa adanya gambaran, sehingga siswa sulit memahami konsep tersebut.

4. Siswa senang membaca komik daripada buku pelajaran biologi.

5. Potensi komik sebagai media pembelajaran masih kurang dimanfaatkan.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu meluas dan menyimpang, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas XI tahun ajaran 2011/2012.

2. Media yang digunakan adalah Media gambar komik yang menekankan

12

Asnawir - M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran ,(Ciputat Pers; Cet.1- Jakarta, Juni 2002), h. 55-56.


(24)

siswa untuk ikut terlibat lebih aktif dalam proses belajar dan memahami materi. Media komik yang penulis gunakan bersumber dari sebuah buku yang berjudul “Why?The Human Body”yang ditulis oleh Song, Heo-Seok yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo.

3. Pada materi pembahasan sistem pencernaan pada manusia.

4. Hanya mengukur hasil belajar kognitif siswa (C1-C3) karena pada

pembelajaran tentang sistem pencernaan hanya menekankan pada kemampuan berfikir pada ketiga jenjang tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah media komik berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kognitif biologi siswa pada konsep sistem pencernaan makanan.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, terutama bagi :

1. Manfaat bagi guru

Menjadi masukan yang positif bagi guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat, agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan mencapai tujuan pembelajaran yang semestinya.

2. Manfaat bagi siswa

Bagi siswa, penelitian ini dapat mendorong siswa agar menyenangi pelajaran biologi


(25)

10

3. Manfaat bagi peneliti

Penulisan ini dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran pengaruh komik terhadap hasil belajar kognitif siswa. Serta dapat pula dijadikan bahan literatur guna mengadakan penelitian lebih lanjut.


(26)

11

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN

PERUMUSAN HIPOTESA

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakekat Media Pembelajaran a. Definisi Media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata-kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.1 Media pembelajaran adalah penyampaian pesan (the carriers of massages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan. Dalam suatu proses belajar mengajar, media pengajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.

Association fof Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.2

Media pengajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam proses belajar mengajar terdapat dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Karena merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai teknik untuk mengantarkan bahan pengajaran agar sampai tujuan. Dalam proses belajar

1

Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wancana Prima, 2007), h. 5.

2

Asnawir - M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran ,(Ciputat Pers; Cet.1- Jakarta, Juni 2002), h. 11.


(27)

12

mengajar media yang dipergunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan (joyfull learning), Aspek penting lainnya penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan pembelajaran. Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami sepenuhnya oleh siswa, terlebih apabila guru kurang cakap dalam menjelaskan materi. Disinilah peran media, sebagai alat bantu memperjelas pesan pembelajaran.3

Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar.4 Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.5 Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh hamalik, dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.6 Menurut oemar hamalik dalam bukunya mengatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan kounikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.7

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian perlu sekali kita ketahui, bahwa media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang

3

Rudi Susilana dan Cepi Riyana, op.cit., h. 24.

4

Azhar arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 2

5

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 7.

6

Azhar arsyad, op.cit., h. 4.

7


(28)

terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut. Peralatan lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.8 Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Selain itu dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak dan memahami dengan baik apa yang dipelajarinya. Sedangkan menurut penulis media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima baik berupa alat-alat atau benda yang bersifat fisik, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk merangsang pikiran, perasaan, minat serta perhatian siswa didalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimanapun akan membantu kelancaran, efektifitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pengajaran yang menjadikan si anak seolah-olah bermain, asyik dan bekerja dengan suatu media itu akan lebih bermakna (meaningful). Apabila media tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan maka ia tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada sasaran. Proses belajar mengajar yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media ke penerima pesan.9 Situasi belajar dengan menggunakan media akan terjadi apabila

8

Rudi Susilana dan Cepi Riyana, op.cit., h. 6

9

Arief S.Sadiman. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 11.


(29)

14

terdapat komunikasi antara sasaran atau penerima pesan dengan sumber penyalurnya lewat media tersebut.

Proses terjadinya komunikasi melalui penggunaan media dalam pembelajaran divisualisasikan oleh Berto yang dikutip dari R.Raharjo dalam Saimon Ar, yaitu sebagai berikut 10 :

SU

Sa

B

Gambar 2.1. Proses Terjadinya Komunikasi Melalui Penggunaan Media Dalam Pembelajaran

Dalam visualisasi diatas terlihat, bahwa pesan yang disampaikan lewat media (M) oleh sumber penyalur (SU) akan dapat dikomunikasikan kepada sasaran pesan (Sa) apabila terdapat daerah lingkup pengalaman yang sama antara si sumber dengan si penerima. Pada lingkup pengalaman pada visualisasi ditandai dengan berbagai arsiran, namun proses komunikasi itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi balikan yang disimbolkan dengan (B). dalam hal ini sasaran (Sa) berubah fungsinya menjadi sumber (SU). Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya “dialog internal” dalam diri siswa. Maka kita dapat mengatakan bahwa proses kegiatan belajar terjadi, media berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.

10

Saimon Ar, Hubungan pemanfaatan media dengan hasil belajar IPS siswa di madrasah ibtidaiyah Nahdatul Ulama (MINU) III Pontianak, (Mimbar Pendidikan dalam Jurnal Pendidikan No.3 Tahun 2006) h. 76.


(30)

b. Fungsi Media

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang diyakini berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami.

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.11

Pada saat ini media pengajaran mempunyai fungsi 12:

1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa/ mahasiswa dan memudahkan mengajar bagi guru/ dosen.

2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit)

3. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).

4. Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan suatu indera dapat diimbangi oleh kekuatan indera lainnya.

5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

6. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita

Selain membangkitkan motivasi, fungsi media tidak hanya lagi sebagai alat peraga/alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pengajaran terhadap siswa. Di dalam kegiatan belajar mengajar, media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta

11

Azhar Arsyad, op.cit., h.15.

12

Asnawir - M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran ,(Ciputat Pers; Cet.1- Jakarta, Juni 2002)., h. 24-25.


(31)

16

mempersatukan pengamatan mereka.13 Media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Dengan demikian media dapat mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pelajaran, sehingga memudahkan guru dalam mengajar. Media juga dapat berfungsi menarik perhatian dan minat siswa sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

c. Manfaat Media

Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu 14 :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2. Bahan pembelajarannya yang lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

3. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

4. Siswa dapat lebih melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Selain itu manfaat media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan infomasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, lalu media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya.

13

Ibid, h. 24.

14


(32)

B. Pengertian Media Komik 1. Definisi Komik

Kata komik berasal dari bahasa perancis yaitu comique, yang sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau badut. Comique sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu

komukos. Dalam bahasa inggris, komik sekali muat atau bersambung dalam penerbitan pers disebut comic strip atau strip cartoon. Komik yang diterbitkan dalam bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum seluruhnya disebut comics

Media komik menurut Rohani merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami dan lebih bersifat personal sehingga berfungsi informatif dan edukatif.15 komik juga merupakan suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar membuat informasi lebih mudah diserap.16 Selain itu komik dapat didefinisikan suatu kartun yang mengungkapkan suatu karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat, dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembacanya.

Menurut Masdiono komik umumnya berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang keseluruhannya merupakan rentetan satu cerita.17 Gambar-gambar itu biasanya dilengkapi dengan balon-balon yang berisi ucapan dan ada kalanya masih disertai dengan narasi sebagai penjelasan. Komik dimuat secara tetap sebagai cerita bersambung dalam majalah atau surat kabar atau diterbitkan sebagai buku.

15

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 21.

16

Heru Dwi Waluyanto, Komik sebagai Media Komunikasi Visual Pembelajaran, (Jurnal NIRMANA Vol.7 No.1, Januari 2005), h. 1.

17


(33)

18

Pada umumnya orang membaca komik sebagai hiburan semata, tetapi karena semakin luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru bereksperimen dengan medium ini untuk media pembelajaran. Selain itu komik juga dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berfikir kreatif. Komik juga dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berfikir kognitif, ungkapan perasaan dan meningkatkan kepekaan seni. Di Indonesia sendiri sudah ada yang memanfaatkan komik sebagai media pembelajaran, walaupun belum banyak yang mengenalnya. Komik ini dapat digunakan dalam pelajaran fisika, matematika, agama, bahkan seni rupa juga pelajaran lainnya.

Komik merupakan suatu bacaan dimana peserta didik membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca.18 Selain itu, Komik sebagai media berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pembelajar (siswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran). Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut, dan menarik. Selain itu peranan pokok dari komik dalam pembelajaran adalah kemampuan dalam menciptakan minat siswa dalam belajar agar tercipta tujuan belajar yang optimal serta hasil belajar siswa pun meningkat. penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipandu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif.

d. Sejarah Komik

Walaupun komik telah menjadi bahan bacaan yang merata di seluruh dunia dan penggemarnya boleh dikatakan berada pada semua tingkat usia,

18


(34)

tapi jarang sekali orang yang mengetaui kapan komik untuk pertama kali diciptakan atau kapan mulai adanya komik. Ternyata komik itu usianya sudah tua sekali. Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, hampir 20.000 tahun yang lalu, saat orang-orang pra sejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf mesir kuno, Hieroglyph.

Cerita bergambar semacam komik sudah dijumpai di china sejak abad ke-12. Di eropa pada abad pertengahan, telah dikenal biblia pauperum, suatu bentuk penerbitan kitab suci bergambar. Pada abad ke-19, dikenal cerita gambar rodolphe topffer pada tahun 1799-1864 di swis dan gustave dore pada tahun1832-1883di perancis.

Adapun komik dengan bentuk seperti yang dikenal sekarang mula-mula berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1897. Komik amerika lebih banyak menceritakan tentang superhero, pahlawan antariksa, dan tema sains fiksi, seperti superman, batman, spiderman. Sebaliknya komik eropa lebih berbau petualangan dan humor, seperti Tin-Tin, Asterisk, Lucky Luke, Mobieus

Kalau sekarang ini yang sedang popular adalah manga yaitu Komik Jepang. Komik Jepang mulai diciptakan sejak tahun 1800-an. Bukunya kecil, tidak bewarna, dan matanya bermata bulat besar. Dulu manga sangat terpengaruh oleh gaya komik Amerika. Tapi dalam perkembangannya, komik jepang lebih banyak menceritakan tema-tema keseharian. Tokoh-tokohnya orang biasa seperti kita, maka tak heran bila kita jadi lebih mengenalnya. Seru memang membaca komik apalagi yang mengisahkan petualangan sekaligus mengandung unsur persahabatan yang kental, seperti doraemon.

Cerita gambar di Indonesia dapat dijumpai di candi prambanan dan candi borobudur. Pada dinding lima dari antara sepuluh tingkat borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul (relief) sebanyak 1.300 panel (kotak) berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di prambanan, pada dinding tiga diantara candi-candinya terukir rangkaian gambar timbul kisah Ramayana dan Kresnayana.


(35)

20

e. Unsur-unsur komik

Komik secara sepintas dipandang sebagai media visual yang hanya terdiri dari kumpulan gambar dan tulisan yang terjalin menjadi sebuah cerita. Namun, bagi para komikus komik mempunyai unsur-unsur yang lebih besar artinya dari sekedar kumpulan gambar dan tulisan belaka. Unsur-unsur komik terbagi atas sampul depan, sampul belakang, dan halaman isi.

Pada halaman sampul depan biasanya terdapat komponen-komponen sebagai berikut : 19

1) Judul cerita atau judul serial

Judul biasanya diambil dari tema cerita yang diangkat atau sang tokoh utama. Ukuran huruf dibuat kapital dan besar serta berwarna mencolok sehingga mudah ditangkap oleh pembaca.

2) Credits

Yaitu keterangan tentang pengarang komik.

3) Indicia

Yaitu keterangan tentang penerbit maupun percetakan lengkap dengan waktu terbitan dan pemegang hak cipta.

Sedangkan pada halaman sampul belakang biasanya tertera ringkasan cerita yang ada pada komik untuk memberikan gambaran sementara tentang isi komik kepada pembaca.

Halaman isi komik terdiri dari unsur-unsur berikut : 20 1. Panel

Merupakan unsur yang cukup berperan pada komik. Panel ini berfungsi sebagai ruang tempat diletakannya gambar-gambar sehingga akan tecipta suatu alur cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik dan sesuai dengan alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa.

19

Toni Masdiono, op.cit, h. 12.

20


(36)

2. Gang

Gang pada komik berfungsi sebagai ruang waktu yang menjembatani antara satu panel dengan panel lainnya. Melalui gang inilah imajinasi pembaca mengambil dua gambar yang terpisah dan mengubahnya menjadi gagasan.

3. Narasi

Penggunaan narasi pada komik cukup penting peranannya. Narasi berfungsi untuk menerangkan dialog suatu percakapan, waktu, maupun tempat, dan kejadian.

4. Balon kata dan Efek suara

Balon kata dan efek suara merupakan suatu lambang yang mengekspresikan suara dialog suatu percakapan. Penggunaan variasi bentuk huruf yang sering disesuaikan dengan bunyi-bunyi non verbal.

f. Macam macam komik

Komik dengan media massa hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai denga kebutuhan khalayak atau konsumen. Dalam hal ini untuk komik Indonesia Marcell Boneff membaginya kedalam beberapa jenis komik, yaitu :

1. Komik Wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia, apalagi komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik impor di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya. Lakon pokok

(karakter utama) komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber Hindu, yang kemudian diolah dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari Kesusteraan Jawa kuno seperti Mahabarata dan Ramayana.

2. Komik silat

Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya karate dari Jepang, atau Kun Tao dari Cina. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan


(37)

22

petualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan memerangi kejahatan, dan kebaikan yang akan memenangkannya.

3. Komik Humor

Komik humor dalam tampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya.

4. Komik roman Remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri berarti kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukan bahwa komik ini ditunjukan bagi kaum muda, dimana ceritanya tentu saja harus romantis. Adapun sumber ilhamnya bermacam-macam. Tema-tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan liku-liku kehidupannya.

5. Komik Didaktis

Komik didaktis merujuk kepada komik yang bermaterikan ideologi, ajaran-ajaran agama, kisah-kisah pejuangan tokoh dan materi-materi lainnya memiliki nilai-nilai pendidikan bagi para pembacanya. Komik memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi hiburan, dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif (pendidikan).

g. Kelebihan dan Kekurangan Komik

Sebagai media visual, komik mempunyai kelebihan maupun kelemahan dalam pembelajaran. Kelebihan media komik, disamping sifat-sifat komik yang khas, harus diakui efektivitas media dalam pembelajaran


(38)

merupakan segi yang menguntungkan dalam pendidikan. Menurut Hurlock menjelaskan argumen yang menguntungkan komik adalah : 21

1. Komik membekali dengan kemampuan membaca yang

menyenangkan.

2. Komik dapat digunakan untuk memotivasi siswa mengembangkan keterampilan membaca.

3. Prestasi pendidikan yang dicapai siswa yang sering membaca komik hampir identik dengan mereka yang jarang membacanya.

4. Siswa diperkenalkan dengan kata-kata yang luas, banyak kata yang dijumpainya lagi dalam bacaan lain.

5. Buku komik menyediakan teknik bagus untuk menyebarluaskan propoganda yang menentang prasangka.

6. Komik memberi siswa sumber katarsis emosional bagi emosi yang tertahan.

7. Siswa mungkin mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh buku komik yang memiliki sifat yang dikaguminya.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa media komik efektif digunakan oleh siswa, sehingga dapat mengembangkan minat baca dan dapat melatih daya imajinasinya agar kelak menjadi manusia yang kreatif.

Sebaliknya bagi kelompok yang menentang komik mengatakan mencurahkan waktu bermain secara berlebihan untuk membaca komik tidak saja kurang baik melainkan juga merupakan sumber yang dapat merugikan secara psikologis, adapun argumen yang menentang komik menurut Hurlock dalam Syaiful Hadi, adalah : 22

1. Komik mengalihkan perhatian anak dari bacaan lain yang lebih berguna;

21

Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 339

22

Syaiful Hadi, Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi Bermain Peran pada Siswa SD Kelas IV Semen Gresik, ( diaskes 9 September 2011.,


(39)

24

2. Terdapat sedikit atau bahkan tidak ada kemajuan pengalaman membaca dalam komik;

3. Lukisan, cerita dan bahasa komik kebanyakan bermutu rendah;

4. Cerita yang berkaitan dengan seks, kekerasan dan ketakutan merangsang dan sering menakutkan anak;

5. Komik menghambat anak melakukan bentuk bermain lainya;

6. Dengan menggambarkan perilaku antisosial, komik mendorong timbulnya agresivitas dan kenakalan remaja;

7. Komik menjadikan kehidupan sebenarnya membosankan dan tidak menarik;

8. Komik menimbulkan stereotype terhadap orang-orang dan ini mendorong timbulnya prasangka.

Dengan demikian, buku-buku komik selain berfungsi sebagai media hiburan, juga dapat dipergunakan secara efektif dalam upaya membangkitkan minat baca, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan keterampilan membaca serta dapat dijadikan media efektif untuk tujuan pembelajaran. Untuk pembelajaran disekolah tentu dipilih komik yang dapat mendidik, dapat menimbulkan gairah belajar pada anak-anak, komik yang lucu dan komik yang dikenal oleh anak-anak yang disesuaikan dengan dunianya.

h. Penggunaan komik sebagai media pembelajaran

Komik sebagai media visual diasumsikan dapat memberikan pengaruh terhadap perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar, karena mampu menarik inat dan perhatian dalam menyampaikan informasi. Komik mempunyai keunggulan dapat berinteraksi dengan siswa secara individual, memberikan pengalaman, menunjang kecepatan belajar, sesuai dengan pesan atau informasi yang menghendaki urutan tetap, untuk keperluan menjelaskan, memungkinkan pengulangan, penghafalan, dan menarik perhatian sehingga dimungkinkan siswa tertarik untuk mempelajari konsep-konsep biologi.


(40)

Penggunaan komik menurut De Porter, Reardon dan Nourie dalam Maulana yaitu sebagai media dalam pembelajaran yang memiliki peran penting untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena penyajian komik membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraan, sehingga menciptakan kegembiraan pula dalam belajar. 23 Kegembiraan dalam belajar merupakan luapan emosi yang mengaktifkan saraf otak untuk dapat merekam pelajaran dengan lebih mudah. Hal ini senada dengan pendapat Goleman yaitu penelitian menyampaikan kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. Apalagi pada saat usia sekolah kebanyakan siswa masih memiliki gaya belajar visual daripada cenderung mengaktifkan ingatannya melalui gambar yang ditangkap oleh mata. 24

Komik juga dapat diinteraksikan dengan karakter siswa kelas XI SMA, sebab komik merupakan bacaan dunia yang disukai oleh anak-anak dan kalangan remaja. Kegemaran merupakan salah satu bentuk motivasi belajar. Media pembelajaran berbentuk komik merupakan sesuatu yang tidak biasa sehingga menarik bagi siswa.

C. Hakekat Hasil Belajar

1. Hasil Belajar kognitif Biologi a. Pengertian Belajar

Setiap manusia di dalam kehidupannya pasti belajar, baik itu secara formal maupun balajar non formal. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku, serta perubahan-perubahan aspek lain yang dialami individu dalam belajar. Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta

23

Maulana, Matematikomik sebagai Alternatif Media dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa, Penelitian Riset pada SMUN 3 Bandung (Universitas Pendidikan Indonesia, 2009), h.2.

24 Ibid.


(41)

26

dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar.25 Ada pula yang menyebutkan bahwa belajar merupakan latihan seperti kegiatan membaca dan menulis.26 Dari pernyataan tersebut makna belajar terlihat kurang lengkap. Untuk menghindarinya maka beberapa ahli dalam dunia pendidikan mencoba untuk merumuskan definisi belajar sebagai berikut.

Belajar menurut Hilgrad dan Bower seperti yang dikutip oleh purwanto berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.27

Sementara Witting seperti dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.28 Pada definisi yang dikemukakan oleh Witting menekankan pada perubahan yang menyangkut seluruh aspek Psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.29 Sedangkan menurut Anita E. Woolflok belajar adalah suatu proses yang terjadi dari pengalaman atas suatu percobaan yang relative dalam suatu bidang pengetahuan atau tingkah laku.30

Ketiga definisi yang dikemukakan oleh Hilgrad, Witting dan Anita E. Woolflok menekankan bahwa proses belajar mengharuskan perubahan pada

25

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.64.

26 Ibid. 27

Ngalim Purwanto, “Psilkologi Pendidikan”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), h.84

28

Muhibin Syah, op.cit., h. 65-66.

29

Muhibbin Syah, op.cit.,h. 66.

30

Usman Melayu, Hakikat Minat dan Hasil Belajar. (Berita STMT TRISAKTI: Edisi 084, Januari 1999), h.55.


(42)

individu. Tiga ahli ini menekankan pada perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman.

Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses balajar, jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi, belajar ditandai oleh dua faktor, yaitu adanya pengalaman dan perubahan.

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang melalui proses latihan atau pengalaman, sehingga terjadi perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan itu meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku. Perubahan pengetahuan (kognitif) berpengaruh pada perilaku. Perilaku belajar seseorang dapat diketahui melalui tes dan pada akhirnya memunculkan hasil. Dengan demikian kegiatan belajar akan menimbulkan hasil belajar.

Namun, baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari pengetahuan serta perubahan perilaku yang terjadi pada individu bersangkutan. Oleh karena itu, hasil belajar dipengaruhi dari kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan perilaku kearah tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar menjadi tiga ranah, yakni : 31

1. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan observasi.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap.

31


(43)

28

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

Ada banyak faktor penyebab yang dapat mempengaruhi hasil belajar, dan faktor itu digolongkan ke dalam dua macam, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (eksternal).

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) yaitu : 32 a. Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu kemapuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen.

b. Bakat

Merupakan potensi atau kemapuan yang jika dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.

c. Minat dan perhatian

Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang diminatinya. Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu biasanya akan membangkitkan minat pada objek tersebut.

d. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

e. Kesehatan jasmani

Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seseorang apabila

32Kartini Kartono, “


(44)

memiliki badan atau kondisi fisik sehat, maka ia akan mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaliknya, seseorang yang sedang dalam kondisi sakit, maka akan sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar.

f. Cara belajar

Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar yang efisien, diantaranya:

1) Berkonsentrasi baik sebelum belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

2) Mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima. 3) Membaca denga teliti dan betul materi yang sedang dipelajari,

dan berusaha menguasai dengan sebaik-baiknya.

4) Mencoba menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah diajarkan.

2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (eksternal).

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga Yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat.

a. Faktor Lingkungan Keluarga.

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: Cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 33

b. Faktor Lingkungan Sekolah.

Faktor sekolah yang yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

33

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. IV, h. 60.


(45)

30

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.34

c. Faktor Lingkungan Masyarakat.

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat ini mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat contoh sebagai pengurus organisasi social dan keagamaan dan lain-lain, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang kesemuanya mempengaruhi belajar.35 Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap pribadinya. Namun jika terlalu banyak kegiatan dalam masyarakat, maka akan mengganggu belajarnya. Untuk itu perlu diatur waktunya.

b. Pengertian Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar merupakan proses seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat, seorang manusia akan selalu ada dan senantiasa belajar dimanapun dia berada. Kemampuan untuk berfikir melalui proses belajar merupakan ciri penting yang membedakannya dari makhluk lainnya. Kemampuan belajar itu memberi manfaat bagi individu dan juga masyarakat.

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi didiri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada

34

Ibid, h. 64

35


(46)

perilaku. Dan perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari, dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non riil.

Hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya akibat belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari pengetahuan dan perubahan prilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajarinya.36

Hasil belajar yang akan penulis bahas pada penulisan ini adalah hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang berkaitan degan produk. Tingkatan pada ranah kognitif, diantaranya: 37

1). Hafalan (C1)

Jenjang hafalan (ingetan) meliputi kempuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. 2). Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan penangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan dari satu bentuk ke bentuk yang lain baik dalam bentuk kata-kata, angka, maupun interprestasi berbentuk penjelasan, ringkasan dan prediksi.

3). Penerapan (C3)

Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit.

4). Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas.

36

Usman Melayu, loc.cit. 37

Ahmad Sofiyan, Dkk, Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 15-17.


(47)

32

5). Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruan yang terpadu. Termasuk kedalamnya kemampuan merncanakan eksperimen menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman) menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya.

6). Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangjan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan riteria tertentu yang ditetapkan.

D. Hakikat Biologi

Biologi secara etimologi berasal dari kata bios yaitu makhluk hidup dan logos yaitu ilmu. Sedangkan secara terminologi ilmu biologi bearti ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Belajar biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Para pakar dari pendidikan tinggi, khususnya yang terkait dengan biologi berhadapan dengan sebuah kenyataan betapa pentingnya memahami hakikat biologi. Di dalamnya tercakup kemungkinan-kemungkinan yang dapat muncul, keterbatasan, dan perannya di dalam masyarakat. Dengan pemahaman seperti ini, maka ketika biologi dan metodenya diperkenalkan kepada masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, kita selalu dapat memulai dari titik yang paling dasar: biologi adalah hasil karya manusia demi kemanusiaan itu sendiri.

Selanjutnya biologi merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam, merupakan ilmu yang mempelajari tentang hidup, makhluk hidup, dan kehidupan. Maka, konsep dasar biologi merupakan abstrak dari fenomena


(48)

visual, sehingga biologi sebagai ilmu dapat dilihat sebagai gambar yang merupakan hakikat utama. 38

Berdasarkan hakikat tersebut, terdapat tiga aspek biologi yang dikenal, yaitu:

a. Biologi untuk mengenal diri.

Pemahaman ini meliputi pemahaman tentang proses-proses yang berlaku di dalam diri, menyadari potensi dan kemampuan diri serta peranan manusia sebagai pengurus alam

b. Biologi untuk mengenal alam sekitar.

Karena manusia berada dan hidup dalam suatu komunitas, merupakan hal yang wajar jika ia memahami tentang enda-benda hidup dan proses yang berada di sekelilingnya. Hal ini menjadikan manusia menghargai peranannya dalam kehidupan.

c. Biologi untuk memahami interaksi diantara diri dengan alam sekitar. Ini berarti bahwa manusia dan alam sekitarnya mempunyai hubungan yang berarti antara satu dengan yang lainnya demi kekekalan keseimbangan alam.

Sebagaimana halnya IPA, biologi dapat dipandang sebagai:

a. Semua pengetahuan tentang makhluk hidup (sebagai bangunan ilmu). b. Metode ilmiah/logik yang dipergunakan oleh biologi untuk menambah

pengetahuannya.

Mengingat hal tersebut, biologi bukanlah ilmu pengetahuan yang statis, tetapi sebagai ilmu pengetahuan yang dinamis. Biologi merupakan pengetahuan fisik yang tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pukiran guru ke pikiran siswa dengan kata lain tidak dapat diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dan mengalaminya secara langsung.

38

Tim Penulis PEKERTI bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), h. 11.


(49)

34

Pada proses belajar biologi harus dikembangkan ketrampilan proses IPA, hal ini dikarenakan biologi merupakan bagian dari IPA. Sehingga proses belajar lebih berfokus pada ketrampilan intelektual. Ketrampilan proses merupakan sejumlah ketrampilan yang memungkinkan siswa memproses lebih lanjut dalam mempelajari biologi, seperti observasi, klarifikasi, interpretasi, merancang percobaan, dan aplikasi.

E. Hasil Penelitian yang relevan

Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks di SMAN-87 Jakarta oleh Zulkifli. Menyimpulkan bahwa: terdapat pengaruh yang signitifikan terhadap hasil belajar kimia siswa dengan menggunakan media komik pada konsep reaksi redoks. Hal ini dapat terlihat dari perbedaan yang signitifikan rata-rata hasil kelas kontrol, dibuktikan dengan hasil perhitungan uji ”t” yang telah dilakukan yaitu thitung >ttabel

(4,1685>2,0000). 39

b. Sri Mulyani, Hasil belajar siswa pada konsep energi bernuansa nilai melalui media pembelajaran komik dan media gambar. Sebuah penelitian Eksperimen di SMPN 2 Balaraja. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada konsep energi bernuansa nilai melalui media komik dan media gambar.40 c. Maulana, Matematikomik berpengaruh signifikan untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitiannya dapat

39

Zulkifli, “Pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep reaksi redoks di SMAN-87 Jakarta, ” Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h. 68.

40

Mulyani, Hasil belajar siswa pada konsep energi bernuansa nilai melalui media pembelajaran komik dan media gambar. Sebuah penelitian Eksperimen di SMPN 2 Balaraja,


(50)

disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara peningkatan motivasi dengan prestasi belajar siswa sebagai pengaruh penggunaan matematikomik. Selain itu, siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan komik.41

F. Kerangka Berfikir

Penerapan suatu model, strategi, atau media dalam pembelajaran biologi, merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat, efektif, efisien, dan mengenai pada tujuan yang diharapkan salah satunya dapat melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, mengembangkan motivasi siswa, sehingga tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selama ini siswa menganggap bahwa pelajaran biologi adalah suatu pelajaran yang sulit karena cenderung bersifat menghafal dan memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi untuk menguasai suatu materi. Sehingga dari sifat inilah menyebabkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan membuat siswa semakin malas, tidak berminat belajar biologi. Jika keadaan ini bertahan terus menerus dalam waktu yang panjang, maka tentu saja akan sangat mempengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran biologi. Sikap dari keadaan siswa yang seperti ini akan mebuat hasil belajar akan menurun.

Dengan digunakan media komik sebagai media pengajaran biologi, diharapkan siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi dan kesan negatif dalam pelajaran biologi dapat dihilangkan. Sehingga hasil belajar siswa pun dapat meningkat. Selain itu, isinya diselingi dengan unsur

41

Maulana, Matematikomik sebagai Alternatif Media dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa. Sebuah Penelitian Riset pada SMUN 3 Bandung pada Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.


(51)

36

humor yang juga merupakan keunggulan dari komik dehingga membacanya menjadi sangat menyenangkan dan dapat menghilangkan stress. Jika keunggulan ini dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar, maka komik dapat membantu menciptakan suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman dalam pelajaran biologi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa media komik dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran biologi.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, serta terdapatnya berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi, maka hipotesis penelitian sebagai berikut :

“Terdapat pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kognitif siswa”


(52)

37

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Tangerang Selatan. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Februari 2012.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi experimental (eksperimen semu). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengkontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi experiment,

digunakan karena pada kenyataannya sukit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu dengan cara mengajar di sekolah tersebut. Pada kelas eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan media komik sedangkan pada kelas kontrol dalam pembelajarannya tidak menggunakan media komik. Pada kedua kelas tersebut menggunakan pendekatan ekspositori. Pendekatan ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (teacher centered).


(53)

38

Desain atau rancangan yang digunakan adalah pretest-posttest control group design.

Adapun desain penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Group Pretest Treatment Postest

E T1 XE T2

K T1 XK T2

Keterangan :

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

XE : Perlakuan kelas dengan menggunakan media komik (eksperimen) XK : Perlakuan kelas yang tidak menggunakan media komik (kontrol)

T1 : Hasil test awal (pretest) yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol)

T2 : Hasil test akhir (posttest) yang diberikan setelah proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1 Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 2Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMAN 5 Tangerang Selatan, dan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas XI SMAN

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

(Bandung:Alfabeta, 2009), h. 117-118.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h.144


(54)

5 Tangerang Selatan. Dengan rincian 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kontrol. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik random sampling.

D. Variabel Penelitian

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional

Variabel Y (Hasil Belajar kognitif Biologi

Siswa)

Hasil belajar kognitif ini berkaitan dengan produk.

Untuk menilai aspek

penguasaan materi.

Hasil belajar biologi adalah hasil yang telah dicapai siswa dari proses belajar biologi dimana nilai hasil belajar biologi dapat diketahui pada tes mata pelajaran tersebut

Hasil belajar kognitif biologi siswa adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran biologi pada konsep sistem pencernaan. Hasil belajar biologi akan dapat diketahui dari skor Pretest dan

Posttest setelah seluruh siswa mengerjakan tes yang diberikan kepada mereka .

Variabel X (Media Komik)

Komik sebagai media

berperan sebagai alat yang mempunyai fungsi untuk

menyampaikan pesan

pembelajaran. Dalam konteks ini pelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pembelajar (siswa) dan sumber belajar (dalam hal ini komik pembelajaran).

Komik adalah suatu bentuk media

komunikasi visual yang

mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi pelajaran secara popular dan mudah dimengerti oleh siswa. Sehingga

penggunaan komik dalam

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa sebaiknya dipandu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif.


(55)

40

E. Tenik Pengumpulan Data

Cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan tes. Tes adalah alat bantu atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.3 Alat itu dapat dijadikan pengukur kemampuan sesuatu dengan hasil yang sah.4 Tes digunakan untuk memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar siswa. Tes berupa tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice). Tes obyektif ini di gunakan pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Penggunaan tes obyektif pada tes awal dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep yang akan dipelajari sedangkan penggunaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan media komik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik secara objektif. Untuk mengetahui bahwa pada awalnya kedua kelompok tidak ada perbedaan hasil belajar, maka dilakukan observasi dengan pretest, sedangkan untuk mengetahui terdapat perbedaan hasil belajar setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen, maka kedua kelompok diuji dengan posttest. Instrumen yang akan digunakan untuk hasil belajar pada penelitian ini berupa tes objektif pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban, sebanyak 40 soal yang berkenaan dengan materi sistem pencernaan yang sebelumnya diuji keshahihannya. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif yang meliputi jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).

3

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 53.

4


(56)

Kompetensi Dasar Sub Konsep Indikator Jenjang Kognitif Jumlah

C1 C2 C3

Menjelaskan

keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan (misalnya ruminansia)

Sistem pencernaan

Mengidentifikasi zat-zat yang terdapat dalam

bahan makanan dan fungsinya bagi tubuh. 1, 2, 3,4, 5 - 6 6

Mengidentifikasi alat-alat sistem pencernaan

makanan pada manusia 7, 8, 9 10 - 4

Mendeskripsikan struktur dan fungsi

organ-organ pencernaan manusia 11, 12 13, 14, 15 - 5

Mendeskripsikan saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan sebagai penyusun sistem pencernaan

16, 17, 18, 19 20, 21, 22,

23 24 9

Menjelaskan proses-proses pencernaan

makananan didalam tubuh manusia 25, 26 27, 28, 29 - 5

Menjelaskan proses pencernaan makanan pada

hewan ruminansia 30, 31, 32 33, 34, 35 - 6

Hubungan sistem pencernaan dengan kesehatan manusia

Menjelaskan berbagai penyakit atau gangguan

pada sistem pencernaan makanan pada manusia 36, 37 38, 39, 40 - 5

Jumlah 21 17 2 40


(57)

42

G. Kalibrasi Instrumen

Uji instrumen dilakukan dengan mengukur daya pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir soal, tingkat validitas soal, dan reliabilitas instrumen sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan apakah instrumen tersebut dapat dipakai atau tidak. Perhitungan uji instrumen pada penelitian ini menggunakan program anates.

1. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).5 Dalam penelitian ini, daya pembeda masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan anates atau dengan menggunakan rumus daya pembeda. Dengan meranking seluruh siswa dari mulai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan anates atau dengan menggunakan rumus:

D = BA– BB = PA - PB

JA JB

Dimana :

D = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

PA = proporsisi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsisi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

5


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)