Tugas kuliah Sistem irigasi dan audit ir

TUGAS TERSTRUKTUR IRIGASI DAN DRAINASE
“ SISTEM IRIGASI dan KUALITAS AIR IRIGASI”

NAMA : Jaliaman Sipayung
NIM : 135040201111250
KELAS: D
Dosen Pengampuh : Ir. Didik Suprayoga M,SC,.Ph,D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

1. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait sistem irrigasi, untuk
itu dari masing-masing peraturan berikut sebutkan Hak, Kewajiban dan sangsi
petani atau pengusaha di bidang pertanian bila melanggar peraturan-peraturan
berikut:
Jawab :
A. Hak, Kewajiban, dan Sangsi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian
Berdasarkan Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

1. Hak
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk memperoleh dan memakai
atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk memperoleh sarana dan
prasarana sumber daya air, yaitu dapat berupa bangunan air beserta bangunan lain
yang dapat menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung
maupun tidak langsung.
 Berhak memperoleh kemakmuran sebesar-besarnya dari sumber daya yang dikelola
secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup.
 Berhak mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
 Berhak memakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi tanpa
membutuhkan izin.
 Berhak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang
berbatasan dengan tanahnya.
 Perkumpulan petani pemakai air berhak atas pengembangan sistem irigasi tersier.
 Berhak menyatakan keberatan terhadap rancangan rencana pengelolaan sumber
daya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi
setempat.

 Berhak memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air
dan memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air.
2. Kewajiban

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar selalu tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk mencegah, menanggulangi,
dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak
air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib untuk merawat sumber air dan
prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi
sumber air dan prasarana sumber daya air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib izin terlebih dahulu jika cara
penggunaan air dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air, ditujukan
untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar, atau
digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib menyimpan air yang berlebihan di
saat hujan, menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif, dan

mengendalikan penggunaan air tanah.
 Perkumpulan petani pemakai air wajib memelihara pengembangan sistem irigasi
tersier.
 Berkewajiban untuk melalukan upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan
dalam upaya pengendalian daya rusak air.
3. Sanksi
 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling
banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan
rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air,
dan/atau mengakibatkan pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya adaya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52.
 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan dan denda
paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah):

a. Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan kerusakan sumber daya
air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan mengakibatkan
pencermaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

b. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.
 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan penggunaan air yang
mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi
sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3).
b. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang mengakibatkan
kerusakan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (7).
 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan pengusahaan sumber daya air
tanpa izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (3).

B. Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air.
1. Hak

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak memperoleh air dengan kualitas
yang baik (bersih dan jernih).
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak memperoleh air untuk
pemenuhan kebutuhan irigasi pada sistem irigasi yang sudah ada.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian untuk menggunakan air berhak
menggunakan air, sumber air, dan daya air sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam izin.
2. Kewajiban

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berkewajiban untuk ikut serta dalam
melaksanakan perlindungan dan pelestarian sumber air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berkewajiban melaksanakan pelestarian
fungsi resapan air dan daerah tangkapan air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib berperan serta dalam pengawetan
air yang ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas
air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berkewajiban dalam upaya penghematan
air salah satunya dengan menggunakan air secara efektif dan efisien utuk segala
macam kebutuhan.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib membayar biaya jasa pengelolaan

sumber daya air dari pemegang izin penggunaan sumber daya air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berkewajiaban untuk ikut serta dalam
pengendalian daya rusak air.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib meminta izin kepada pemerintah
daerah atau yang berwenag dalam penggunaan sumber daya air.
3. Sangsi
 Sanksi bagi petani atau pengusaha di bidang pertanian jika melanggar pasal-pasal
yang ada dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 yaitu berupa sanksi
administrasi, diantaranya adalah:
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan
c. Pencabutan izin
C. Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang : Sungai.
1. Hak
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak memanfaatkan air sungai sebagai
sumber untuk kegiatan irigasi.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk melakukan eksploitasi dan
pembuatan bangunan sungai dengan izin dari pemerintah atau pihak yang
berwenang.


2. Kewajiban
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib ikut serta menjaga kelestarian
rambu-rambu dan tanda-tanda pekerjaan dalam rangka pembinaan sungai.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib mengelola bangunan sungai yang
telah dibuatnya sesuai dengan pedoman pengoperasian waduk yang ditetapkan oleh
Menteri dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib mengamankan bangunan sungai
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan waduk dan lingkungannya.
3. Sanksi
 Dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974
dan peraturan perundang-undangan lainnya:
a. Barangsiapa untuk keperluan usahanya hanya melakukan pembangunan
bangunan sungai tanpa ijin sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (2) dan
Pasal 15 ayat (3),
b. Barangsiapa melakukan pengusahaan sungai dan bangunan sungai tanpa ijin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3),
c. Barangsiapa mengubah aliran sungai, mendirikan,mengubah atau membongkar
bangunan-bangunan di dalam atau melintas


sungai, mengambil dan

menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat komersil tanpa
ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27,
d. Barangsiapa membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun
berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27.
D. Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, Tentang : Bendungan.
1. Hak
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak membangun bendungan sebagai
sarana irigasi atas izin dari pihak yang berwenang.
 Pembangun bendungan berhak memperoleh izin melakukan pengisian awal waduk
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari.
 Pemilik bendungan berhak meminta bantuan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota

sesuai

dengan


kewenangannya

untuk

mengoordinasikan

penyelenggaraan

program

pelestarian

fungsi

daerah

tangkapan

air


dan

pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi daerah tangkapan air.
 Pemilik bendungan berhak meminta bantuan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota

sesuai

dengan

kewenangannya

untuk

mengoordinasikan

penyelenggaraan pelaksanaan pembangunan pengendali erosi dan sedimentasi serta
pemberdayaan masyarakat.
 Berhak mendapatkan kemanfaatan sumber daya air.

 Berhak untuk mendapat pemenuhan kebutuhan air dan daya air sesuai tujuan
pengelolaan bendungan beserta waduknya.
 Pelaksanaan perubahan atau rehabilitasi bendungan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam proses
pembangunan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
2. Kewajiban
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib meminta izin kepada pihak yang
berwenang dengan memenuhi persyaratan administrasi dan teknis dalam rangka
pembangunan bendungan untuk penggunaan sumberdaya air.
 Pihak

yang

membangun

bendungan

wajib

melakukan

studi

kelayakan

pembangunan bendungan yang meliputi analisis kondisi topografi, analisis geologi,
analisis hidrologi, analisis kependudukan, analisis sosial ekonomi dan budaya,
analisis kelayakan teknis, rencana dan pra-desain bendungan yang paling layak
dipilih, dan rencana penggunaan sumberdaya air.
 Pembangun bendungan wajib melakukan pemeriksaan dan evaluasi dalam
pelaksanaan konstruksi secara bertahap pada setiap tahapnya yang selanjutnya
disampaikan kepada instansi teknis keamanan bendungan untuk mendapatkan
rekomendasi.
 Pembangun

bendungan

wajib

melakukan

pembersihan

lahan

genangan,

pemindahan penduduk dan/atau pemukiman kembali penduduk, penyelamatan
benda bersejarah dan/atau pemindahan satwa liar yang dilindungi dari daerah
genangan.
 Pembangun bendungan wajib melaksanakan konstruksi bendungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Pembangun bendungan harus menyiapkan dokumen rencana pengisian awal waduk,
pengelolaan bendungan, pembentukan unit pengelola bendungan, dan tindak
darurat selama pelaksanaan konstruksi.
 Pembuat bendungan harus membuat laporan akhir pelaksanaan konstruksi
bendungan pada akhir pelaksanaan konstruksi.
 Pembuat bendungan wajib merencanakan pengendalian daya rusak air yang
diselaraskan dengan sistem peringatan dini di wilayah sungai yang bersangkutan.
 Pembangun bendungan wajib meninjau kembali dan mgevaluasi pola operasi
waduk paling sedikit 1 (satu) kali dalam waktu 5 tahun.
 Pembangun bendungan wajib melakukan pertemuan konsultasi publik dalam
menyusun rencana pengelolaan bendungan.
 Pembangun bendungan wajib melakukan tindakan pengamanan bendungan.
 Pembangun bendungan wajib mensosialisasikan rencana tindak darurat yang telah
ditetapkan kepada masyarakat serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang
terpengaruh potensi kegagalan bendungan.
 Pembangun bendungan wajib memberitahukan tanggal pelaksanaan pengisian awal
waduk kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam
waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum dilakukan pengisian awal waduk.
 Pembangun bendungan wajib memberi tahu masyarakat sekitar daerah genangan
waduk dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum melakukan
pengisian awal waduk.
 Pembangun

bendungan

wajib

melakukan

pemantauan,

pengawasan,

dan

pengendalian sesuai dengan rencana pengisian awal waduk.
 Pemilik bendungan wajib bertanggung jawab terhadap pengelolaan bendungan.
 Pemilik bendungan wajib menyerahkan pengelolaan bendungan beserta waduknya
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
ketika akan menghentikan pengelolaan bendungan.
 Pemilik bendungan harus menyediakan biaya pengelolaan bendungan sampai
dengan berakhirnya umur layanan bendungan.
 Pembangun bendungan wajib melaksanakan rencana pengelolaan bendungan
dengan memperhatikan kondisi sumber daya air dan lingkungan hidup.
 Pengelola bendungan harus memperbaiki persyaratan teknis pengoperasian dan
menyampaikan kembali perbaikan persyaratan teknis kepada Menteri dalam jangka

waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan izin dikembalikan kepada
Pengelola bendungan.
 Pembangun bendungan wajib melakukan perlindungan dan pelestarian waduk.
 Pembangun bendungan wajib menyelenggarakan program pelestarian fungsi daerah
tangkapan air dan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi daerah
tangkapan air.
 Pemilik bendungan wajib melakukan pemantauan penggunaan lahan pada daerah
tangkapan air.
 Pemilik bendungan wajib melaporkan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang terkait dengan bidang sumber daya air, gubernur, atau
bupati/walikota

sesuai

dengan

kewenangannya

apabila

terjadi

perubahan

penggunaan lahan pada daerah tangkapan air.
 Pemilik bendungan wajib melakukan pengendalian pengolahan tanah yang
dilakukan dengan memperhatikan kaidah konservasi dan fungsi lindung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pemilik

bendungan wajib penyelenggaraan

pengawasan dan pemantauan

pengaturan daerah sempadan waduk.
 Pemilik bendungan wajib melakukan upaya peningkatan kesadaran, partisipasi, dan
pemberdayaan pemilik kepentingan dalam pelestarian waduk dan lingkungannya.
 Pemilik bendungan wajib melakukan Pengawetan air pada waduk untuk
memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air sesuai dengan fungsi
dan manfaatnya.
 Pengelola waduk wajib mengelola kualitas air untuk mempertahankan atau
memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada di dalam waduk.
 Pengelola waduk wajib mengendalikan pencemaran air dilakukan untuk
mempertahankan kualitas air yang masuk dan yang berada di dalam waduk.
 Penggunaan air pada waduk oleh selain Pemilik atau Pengelola bendungan harus
mendapat izin dari pihak berwenang.
 Pelepasan air sebagaimana dimaksud pada ayat harus tetap memperhatikan
keperluan pencegahan kegagalan bendungan.
 Dalam perubahan bendungan untuk tindakan pengamanan bendungan, pengelola
bendungan wajib melakukan perubahan struktur bendungan.
 Dalam tindakan pengamanan bendungan, pengelola bendungan wajib melakukan
rehabilitasi bendungan dengan terlebih dahulu memperoleh persetujuan desain

rehabilitasi

dari

Menteri

dan

permohonan

harus

memenuhi

persyaratan

administratif dan persyaratan teknis.
 Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya izin perubahan atau izin
rehabilitasi bendungan, pengelola bendungan wajib melaksanakan perubahan atau
rehabilitasi bendungan sesuai dengan jadwal pelaksanaan perubahan atau
rehabilitasi bendungan.
 Pemilik bendungan wajib melakukan penghapusan fungsi bendungan jika tidak
mempunyai manfaat lagi atau terjadi kegagalan bendungan yang mengancam
keselamatan masyarakat.
 Dalam pembongkaran bendungan pemilik bendungan wajib mempertahankan fisik
bendungan dengan cara menjaga, memelihara, dan mempertahankan keamanan
bendungan serta lingkungannya.
 Pemilik bendungan wajib menyelenggaraan pengelolaan pasca penghapusan fungsi
bendungan.
 Pemilik dan pengelola bendungan harus menyimpan dan memelihara dokumen
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya. Dokumen
harus disimpan selama 10 tahun sejak penghapusan fungsi bendungan.
3. Sanksi
 Pembangun bendungan tanpa izin dikenai sanksi berupa penghentian pelaksanaan
konstruksi oleh Menteri.
 Pembangun bendungan yang tidak melakukan pelaksanaan konstruksi dikenai
sanksi berupa pencabutan izin pelaksanaan konstruksi oleh Menteri.
 Pembangun bendungan yang melakukan pengisian awal waduk tanpa izin dikenai
sanksi berupa penghentian pengisian awal waduk oleh Menteri.
 Pembangun bendungan yang tidak melakukan pengisian awal waduk sampai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan dikenai sanksi berupa pencabutan izin
pengisian awal waduk oleh Menteri.
 Pengelola bendungan yang tidak melakukan perubah struktur bendungan atau tidak
melakukan rehabilitasi bendungan dikenai sanksi berupa pencabutan izin operasi
bendungan.
 Pengelola bendungan yang melakukan perubahan atau rehabilitasi bendungan tanpa
izin dikenai sanksi berupa penghentian kegiatan pelaksanaan perubahan bendungan
atau rehabilitasi bendungan.

E. Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2008 tentang Air Tanah.
1. Hak
 Mendapatkan kemanfaatan air yang berkelanjutan.
 Berhak melakukan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan pengelolaan
air tanah.
 Melakukan konservasi air tanah.
 Memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
 Pemakaian air tanah untuk pertanian hanya dapat dilakukan apabila air permukaan
tidak mencukupi.
 Mendapatkan izin pemakaian air tanah dari bupati/walikota.
 Berhak memanfaatkan air tanah tanpa izin apabila untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat.
 Setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah berhak
untuk memperoleh dan menggunakan air tanah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam izin.
2. Kewajiban
 Melakukan pengawetan air tanah untuk menjaga keberadaan dan kesinambungan
ketersediaan air tanah.
 Menggunakan air tanah secara efektif dan efisien untuk berbagai macam
kebutuhan.
 Mengurangi penggunaan, menggunakan kembali, dan mendaur ulang air tanah.
 Mengambil air tanah sesuai dengan kebutuhan.
 Menggunakan air tanah sebagai alternatif terakhir.
 Memberikan insentif bagi pelaku penghematan air tanah.
 Memberikan desinsentif bagi pelaku pemborosan air tanah.
 Mengembangkan dan menerapkan teknologi hemat air.
 Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air tanah.
 Pengusahaan air tanah wajib memperhatikan rencana pengelolaan air tanah,
kelayakan teknis dan ekonomi, fungsi sosial air tanah, kelestarian kondisi dan
lingkungan air tanah, dan ketentuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

 Pemegang izin pengusahaan air tanah wajib menyampaikan laporan hasil kegiatan
pengeboran atau penggalian air tanah kepada bupati/walikota, menyampaikan
laporan debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan kepada
bupati/walikota dengan tembusan kepada Menteri atau gubernur, memasang
meteran air pada setiap sumur produksi untuk pemakaian atau pengusahaan air
tanah, membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh bupati/walikota,
berperan serta dalam penyediaan sumur pantau air tanah, membayar biaya jasa
pengelolaan air tanah, dan melaporkan kepada bupati/walikota apabila dalam
pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah, serta pemakaian dan
pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan lingkungan.
 Setiap pengguna air tanah wajib memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah
yang rusak akibat penggunaan air tanah yang dilakukannya dengan tindakan
penanggulangan intrusi air asin dan pemulihan akibat intrusi air asin dan/atau
melakukan tindakan penghentian dan pengurangan terjadinya amblesan tanah.
 Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah
pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati/walikota
dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur.
 Setiap pemohon izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah yang
mengambil air tanah dalam jumlah besar wajib melakukan eksplorasi air tanah.
 Pihak pengusahaan air menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu atas
informasi yang disampaikan tentang penggunaan air tanah.
3. Sangsi
 Bupati/walikota mengenakan sanksi administratif kepada setiap pemegang izin
yang melanggar ketentuan berupa peringatan tertulis, penghentian sementara
seluruh kegiatan, dan pencabutan izin.
F.

Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian Berdasarkan
Perturan Pemerintah No 77 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006
tentang Irigasi.
1. Hak
 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak atas hak guna air irigasi diberikan
terutama untuk kepentingan pertanian dengan tetap memperhatikan kepentingan
usaha lainnya.

 Perkumpulan petani pemakai air berhak memperoleh pemberdayaan perkumpulan
petani pemakai air secara berkesinambungan dan berkelanjutan melalui penguatan
dan peningkatan kemampuan perkumpulan petani pemakai air.
 Perkumpulan petani pemakai air berhak sebagai pengambil keputusan dan pelaku
utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya.
 Perkumpulan petani pemakai air berhak menyusun Perencanaan Tahunan
penyediaan air irigasi.
 Perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi berhak mengatur pembagian
air irigasi.
 Perkumpulan petani pemakai air berhak memperoleh bantuan dan fasilitas
rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi dengan memperhatikan prinsip
kemandirian.
 Perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi berhak mendampingi
pemerintah dalam pelaksanaan audit pengelolaan irigasi.
 Perkumpulan petani pemakai air berhak mengajukan usulan pemanfaatan dana
pengelolaan irigasi kepada komisi irigasi.
2. Kewajiban
 Perkumpulan petani pengguna atau pengusaha di bidang pertanian berkewajiban
untuk meminta izin kepada pejabat yang berwenang untuk pengambilan air irigasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Perkumpulan petani pemakai air dan masyarakat wajib ikut serta menjaga
kelangsungan fungsi jaringan drainase .

 Perkumpulan petani pemakai air berkewajian untuk melakukan upaya pengendalian
atau pencegahan pencemaran jaringan irigasi.
 Perkumpulan petani pemakai air berkewajian untuk bertanggung jawab atas
pembangunan jaringan irigasi tersier.
 Perkumpulan petani pemakai air berkewajian untuk bertanggung jawab atas
pembangunan jaringan irigasi untuk perluasan area irigas diwilayah kerjanya.
 Perkumpulan petani pemakai air memiliki wewenang, tugas, dan tanggung jawab
dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di wilayah kerjanya.
 Perkumpulan petani pemakai air wajib menjaga keamanan jaringan irigasi demi
kelangsungan fungsinya.
 Perkumpulan petani pemakai air wajib dalam melakukan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi di wilayah kerjanya.

 Perkumpulan petani pemakai air wajib meminta izin kepada Bupati/Walikota atau
Gubernur yang bersangkutan ketika akan melakukan perubahan dan atau
pembongkaran jaringan irigasi yang mengubah bentuk dan fungsi jaringan irigasi.
 Perkumpulan petani pemakai air wajib melakukan inventarisasi daerah irigasi yang
berada di wilayahnya.
 Perkumpulan petani pemakai air bersama masyarakat wajib menjaga dan
mengawasi keberadaan jaringan irigasi agar dapat memberikan pelayanan yang
optimal bagi seluruh pengguna air irigasi, dengan memperhatikan keberlanjutan
jaringan irigasi dan kelestarian lingkungan.
 Perkumpulan petani pemakai air wajib menyediakan informasi pengelolaan irigasi
dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan pengendalian dan pengawasan.
3. Sangsi
Tidak ada sanksi yang berlaku pada undang-undang ini.
2. Pemerintah telah mengeluarkan standar kualitas Air Irigasi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001 (lihat di bahan kuliah yang bersama tugas ini) , untuk itu
dari standar tersebut, melalui studi literatur deskripsikan teknik mengukur masingmasing standar kualitas air irrigasi baik secara Fisika, Kimia Anorganik, Mikrobiologi,
Kimia Organik (DDT saja). Mengapa kualitas tersebut penting bagi pertanian
Jawaban :
Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat
yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaan,
sebagai contoh, air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar mutu yang berbeda
dengan air untuk dikonsumsi. Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur
peubah fisika, kimia dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).
Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut,

kualitas air

diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu:


Kelas I : dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan konsumsi
lainnya.



Kelas II : dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman.

Kelas III : dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan



mengairi tanaman
Kelas IV: dapat digunakan untuk mengairi tanaman.



Secara umum, kualitas air Aias kita duga dengan melihat tingkat kejernihannya
,mencium baunya, rasanya tawar, dan tidak bewarna. Namun bila hanya dengan
tindakan tersebut, kita tidak Aias mengetahui apakah ada bahan – bahan pencemar dalam
air tersebut, sehingga untuk menindak lanjuti hal tersebut maka dilakukan serangkaian
pengujian. Hingga saat ini, dikenal dua jenis penduga kualitas air, yaitu secara fisik–
kimia dan biologi.
1. Monitoring kualitas air secara fisik
Monitoring kualitas air secara fisik dapat dilakukan dengan mengukur peubahpeubahnya seperti suhu, muatan sedimen, kecepatan aliran, ukuran batuan dasar sungai,
turbiditas/kekeruhan, warna, bau, keadaan kanopi dan jenis vegetasi di sekitar sungai.
Peubah-peubah yang digunakan pada pemantauan fisik merupakan informasi pendukung
dalam penentuan kualitas air secara kimia dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).
 Prosedur Pengukuran
Semua peubah fisik dapat diukur langsung di lapangan. Prosedur pengukuran untuk
masing-masing peubah adalah sebagai berikut:
c. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air adalah termometer standar(tidak
perlu menggunakan termometer khusus pengkur air). Langkah dalam pengukuran
suhu adalah:
o Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air.
o Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit.
o

Baca suhu saat termometer masih di dalam air, atau secepatnya setelah
dikeluarkan dari dalam air.

o Ukur suhu di dua titik yang berbeda (kurang lebih berjarak 1 km dari titik awal
atau tergantung panjang sungai) untuk mengetahui perbedaan suhu di sungai
tersebut.
b. Pengukuran lebar, kedalaman dan kecepatan aliran air
Pengukuran lebar, kedalaman dan kecepatan aliran air sungai telah diterangkan
secara rinci pada Bab II dari buku ini mengenai Pengukuran Parameter

Hidrologi.Dengan melakukan pengukuran profil sungai, maka luas penampang
sungai dapat diketahui. Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan
seluruh bagian penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara
interval jarak horisontal dengan kedalaman air atau dapat dituliskan sebagai
berikut, dimana:

L = lebar penampang horisontal (m); D = Kedalaman (m)
A(m )2= L1D1 + L 2D2 + .........Ln Dn
Kecepatan aliran merupakan hasil bagi antara jarak lintasan dengan waktu tempuh
atau dapat dituliskan dengan persamaan, dimana:
V = kecepatan (m/detik); L=panjang lintasan (m); t = waktu tempuh (detik)
v = L/t
Kecepatan yang diperoleh dari metode ini merupakan kecepatan maksimal sehingga
perlu dikalikan dengan faktor koreksi kecepatan. Pada sungai dengan dasar yang
kasar faktor koreksinya sebesar 0.75 dan pada dasar sungai yang halus faktor
koreksinya 0.85, tetapi secara umum faktor koreksi yang dipergunakan adalah
sebesar 0.65.
c. Penutupan permukaan (kanopi) sungai
Penutupan kanopi dihitung dalam satuan persen. Langkah-langkah dalam
menghitung persentase penutupan kanopi adalah:
o Tentukan plot contoh berukuran minimal 400 m pada bagian sungai. Lebar
plot contoh mengikuti lebar sungai, sementara ukuran panjang disesuaikan
sehingga memperoleh luasan minimal 400 m.
o Hitung persentase kanopi vegetasi yang menutupi permukaan badan sungai
pada plot contoh.
o Hitung luas plot contoh, lalu bandingkan antara persen kanopi yang menutupi
sungai dengan luas plot. Secara sederhana dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
CC ( % ) = AV/AP x 100%
dimana: CC=penutupan kanopi (%); AV=luas area yang tertutup vegetasi (m 2);
AP=luas plot (m2)
2. Monitoring kualitas air secara kimia

Peubah-peubah yang diamati pada monitoring kualitas air secara kimia adalah
keasaman (Ph), oksigen terlarut, daya hantar listrik, kandungan nitrat, nitrit, amonia,
fosfat, keberadaan bakteri dan kandungan bahan kimia

lainnya sesuai dengan

penggunaan air. Sebagian besar peubah dalam monitoring kualitas air secara kimia hanya
dapat diketahui di laboratorium,

karena memerlukan analisa tertentu.

Pengukuran

kualitas air berdasarkan peubah kimia telah menjadi standar umum untuk mengetahui
kualitas air karena:
o Hasil pengukuran secara langsung dapat menunjukkan jenis bahan pencemar yang
menyebabkan penurunan kualitas air.
o Hasil pengukuran berupa nilai kuantitatif yang dapat dibandingkan dengan nilai
ambang batas anjuran sehingga dapat menunjukkan tingkat pencemaran yang terjadi.
Meskipun demikian, pengukuran peubah kimia memiliki keterbatasan yaitu:
o Memerlukan biaya yang relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium.
o Hasil pengukuran bersifat sesaat, karena hanya mewakili saat pengambilan contoh
saja. Oleh karena itu, pengukuran harus dilakukan secara berulang-ulang dalam seri
waktu.
o Belum ada standarisasi teknik analisis, sehingga antara laboratorium satu dengan
lainnya menggunakan cara yang berbeda-beda dan tentunya akan memberikan hasil
yang berbeda-beda pula.
o Belum ada standarisasi nilai ambang batas jenis-jenis bahan pencemar yang
diperbolehkan, sehingga masing-masing negara memiliki nilai ambang batas yang
berbeda-beda (Rahayu,dkk, 2009).
 Prosedur Pengukuran
Umumnya, peubah dalam monitoring kualitas air secara kimia hanya dapat diukur di
laboratorium, kecuali Ph. Namun dengan berkembangnya teknologi, beberapa peubah
dapat diukur langsung di lapangan menggunakan bahan kimia penguji dalam bentuk
tablet yang telah tersedia dan dikenal dengan nama ‘water test kit’. Akan tetapi bahan
tersebut hanya tersedia di tempat-tempat tertentu dan harganya relatif mahal.Sebelum
melakukan pengujian, tentunya harus dilakukan pengambilan contoh air.Contoh air yang
telah diambil, selanjutnya akan diuji secara kimia untuk beberapa peubah yang
diperlukan dalam monitoring kualitas air seperti Ph, Nitrat, Fosfat, DO, BOD dan
Coliform.

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan ‘water test kit’ atau membawa
contoh air untuk diuji di laboratorium.Pengujian variabel kimia air seperti Ph, Nitrat,
Fosfat, DO dan BOD menggunakan ‘water test kid’ dapat dilakukan sesuai dengan
petunjuk yang tertera pada peralatan tersebut.Sementara itu, pengujian Ph dapat juga
dilakukan dengan menggunakan kertas indikator Ph (kertas lakmus) atau bahan khusus
penguji Ph yang tersedia di toko kimia. Cara pengukurannya adalah:
o Siapkan gelas ukur/tabung untuk pengujian, cuci tabung dan isi dengan air yang
akan diuji.
o Celupkan kertas lakmus ke dalamnya, biarkan beberapa saat sampai terjadi
perubahan warna. Bandingkan warna kertas lakmus dengan warna standar.
o Catat Ph sesuai dengan warna standar.
3. Monitoring kualitas air secara biologi (Biomonitoring)
Biomonitoring adalah monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan dengan
melihat keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang hidup di dalam air.
Kelompok organisme petunjuk yang umum digunakan dalam pendugaan kualitas air
adalah:
o Plankton: mikroorganisme yang hidup melayang-layang di dalam air.
o Periphyton: alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang hidup di dalam air.
o Mikrobentos: mikroorganisme yang hidup di dalam atau di permukaan air.
o Makrobentos: makroinvertebrata yang hidup di dalam atau di permukaan air.
o Makrophyton: tumbuhan air.
o Nekton: ikan.
Kelompok

tersebut

digunakan

dalam

pendugaan

kualitas

air

karena

dapat

mencerminkan pengaruh perubahan kondisi fisik dan kimia yang terjadi di perairan dalam
selang waktu tertentu. Namun, metode ini memiliki beberapa kelemahan antara lain:
a. Tidak dapat mengidentifikasi penyebab perubahan yang terjadi.
b. Hasil pendugaan menunjukkan kualitas air secara ekologi tetapi tidak dapat
menunjukkan adanya bahan patogen atau organisme berbahaya lainnya.

c. Hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengerti tentang biologi perairan ataupun
orang yang telah dilatih, karena harus mengidentifikasi secara taksonomi kelompokkelompok organisme petunjuk.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya
dilakukan penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi
(Rahayu,dkk, 2009).

3. Kualitas Air di sepanjang Sungai Brantas telah di lakukan monitoring secara periodik
oleh Perum Jasa Tirta, tetapkan wilayah pengairan yang tidak memenuhi standar air
irrigasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 , dari masing-masing
periode pengamatan. Beri penjelasan bila kualitas air tersebut tidak meneuhi standar air
irrigasi apa pengaruh terhadap produksi pertanian dan ekosistemnya!
Kriteria mutu air sesuai rencana pendayagunaan air didasarkan pada hasil pengkajian
penggunaan air. Penanggulangan pencemaran air dilakukan dalam upaya mencegah
meluasnya pencemaran pada sumber air melalui pengendalian debit air pada sumber air
dan melokalisasi sumber pencemaran pada sumber air.
Masuknya suatu unsur pencemaran ke dalam sumber-sumber air yang tidak jelas
tempat masuknya dan secara teknis tidak dapat ditetapkan baku mutu air limbah,
dikendalikan pada faktor penyebabnya.
Berdasarkan pada Undang – Undang No. 82 tahun 2001, menyebutkan bahwa, upaya
pengelolaan kualitas air dilakukan pada :
1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung;
2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan
3. Akuifer air tanah dalam.

Tabel: Hasil Monitoring Kualitas Air di Sepanjang DAS Bantas periode Januari s/d
Maret 2010.
Kualitas Air Sungai di Wilayah Brantas
Hasil Pemantauan Laboratorium PJT-I
No

Lokasi

Januari – Maret 2010

Keterangan

1.

2.
3.

Jembatan
Bumiayu

Kedung
Pedaringan
Waduk
Sengguruh

4.

Jembatan
Sengguruh

5.

6.

Waduk
Sutami hulu

Waduk
Sutami

DO

BOD

COD

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max
memenuhi

6.50

8.00

9.20

12.65

29.14

45.17

irrigasi
memenuhi
7.40

4.30

6.70

8.50

8.20

7.80

9.45

2.45

6.10

21.78

1440.
00

21.13

28.12

78.45

7.

8.

9.

10.

Sutami hilir
Jembatan
Kalipare
Jembatan
Kesamben
Waduk
Wlingi D/S

standar air
irrigasi
tidak memenuhi

7.21

80.19

standar air
irrigasi
memenuhi

16.14

61.18

standar air
irrigasi

4.60

2.50

10.00

10.30

1.15

< 1.6

820.0
0

690.0
0

2.47

47990.
00

1.60

3.20

4.00

4.20

9.80

4.00

5.50

5.00

< 1.6

1.05

0.65

< 1.6

660.0
0

11.05

430.0
0

11.25

tidak memenuhi
standar air
irrigasi

tidak memenuhi
4.38

31.15

standar air
irrigasi

tengah
Waduk

standar air

3.60

2.31

1.66

2.16

13760.
00

42.55

13760.
00

33.97

tidak memenuhi
standar air
irrigasi
memenuhi
standar air
irrigasi
tidak memenuhi
standar air
irrigasi
memenuhi
standar air
irrigasi

11.

12.

13.

14.

Waduk
Lodoyo D/S

Pakel
Tambangan
Jembatan
Ngujang
Bendung
Mrican

memenuhi
7.10

8.40

2.45

13.40

7.26

38.97

standar air
irrigasi

5.20

7.30

4.90

4.90

1.90

< 1.6

350.0
0

-1.60

tidak memenuhi
5.77

31.96

standar air
irrigasi
memenuhi

3.30

3.30

standar air
irrigasi
memenuhi

5.20

60.00

3.25

15.38

9.93

55.15

standar air
irrigasi
memenuhi

15.

Jembatan

6.90

7.20

3.05

11.15

9.76

37.29

Mengkikis

standar air
irrigasi
memenuhi

16.

17.

18.

Ngrombot
Tambangan

Jembatan
Ploso

Jembatan
Padangan

6.10

6.70

1.96

6.20

5.72

20.59

Lengkong

6.10

6.60

2.96

11.35

6.70

39.81

Lokasi

standar air
irrigasi
memenuhi

6.70

6.70

3.45

3.45

13.65

13.65

standar air
irrigasi
memenuhi

6.10

6.60

3.11

7.59

10.17

24.87

Baru

No

irrigasi
memenuhi

Bendung
19.

standar air

standar air
irrigasi

DO

April – Juni 2010
BOD

COD

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max

Keterangan

Jembatan
1.

Bumiayu

memenuhi
5.60

9.50

4.90

19.65

15.45

58.28

irrigasi
memenuhi

Kedung
2.

Pedaringan

3.

Waduk
Sengguruh

4.

6.20

9.70

6.50

20.25

20.33

78.45

5.40

9.60

3.70

27.00

12.91

80.19

Sutami hulu

6.60

8.90

1.80

21.13

4.46

61.18

Sutami

5.00

9.20

0.75

7.50

1.41

24.96

Sutami hilir

3.10

9.60

1.35

9.20

2.34

31.15

Kalipare

1.40

10.70

1.25

18.45

2.75

52.44

Kesamben

3.20

4.50

1.85

15.33

3.27

48.02

Wlingi D/S

4.40

8.90

0.75

10.30

1.68

31.80

Lodoyo D/S

5.00

7.80

1.05

11.25

2.46

33.97

13.

Tambangan
Jembatan
Ngujang

standar air

standar air
irrigasi
memenuhi

5.70

7.60

2.05

13.40

4.49

38.97

standar air
irrigasi
memenuhi

Pakel
12.

standar air

irrigasi
memenuhi

Waduk
11.

standar air

irrigasi
memenuhi

Waduk
10.

standar air

irrigasi
memenuhi

Jembatan
9.

irrigasi

irrigasi
memenuhi

Jembatan
8.

standar air

memenuhi

tengah
Waduk
7.

standar air
irrigasi
memenuhi

Waduk
6.

standar air
irrigasi
memenuhi

Waduk
5.

standar air
irrigasi
tidak memenuhi

Jembatan
Sengguruh

standar air

5.20
6.80

7.60
6.80

3.15
1.40

10.75
1.40

9.64
3.93

34.57

standar air

3.93

irrigasi
memenuhi
standar air

irrigasi
memenuhi

Bendung
14.

Mrican

4.80

7.20

1.45

17.83

3.88

58.53

irrigasi
memenuhi

Jembatan
15.

Mengkikis

standar air

6.60

7.20

2.95

11.15

8.96

37.29

standar air
irrigasi

16.

Ngrombot
Tambangan

memenuhi
6.20

6.60

4.43

5.17

13.64

20.59

standar air
irrigasi

memenuhi
17.

18.

Jembatan

6.00

6.50

4.91

11.35

21.00

39.81

Ploso

irrigasi

Jembatan

memenuhi

Padangan

6.20

6.70

1.62

10.19

7.18

56.24

Lengkong

6.10

6.70

2.92

7.08

10.17

36.06

Baru

No

Lokasi

1.

2.
3.

Bumiayu
Kedung
Pedaringan
Waduk
Sengguruh

standar air
irrigasi

DO

Juli – September 2010
BOD

COD

(mg/L)

(mg/L)

(mg/L)

Min
Jembatan

standar air
irrigasi
memenuhi

Bendung
19.

standar air

Max

Min

Max

Min

Keterangan

Max
memenuhi

6.60

7.30

4.50

6.30

14.49

20.71

standar air
irrigasi
memenuhi

6.20

6.80

4.25

11.90

14.62

38.76

standar air

6.00

7.00

4.15

15.50

13.98

52.80

irrigasi
memenuhi
standar air

4.

Jembatan
Sengguruh

5.

Waduk
Sutami hulu

irrigasi
memenuhi
4.00

6.50

3.55

15.38

12.73

46.52

irrigasi
memenuhi
1.80

7.80

2.10

4.40

6.06

14.23

Sutami

2.00

7.60

1.70

8.10

4.48

25.33

tengah
7.

8.

9.

10.

11.

Waduk
Sutami hilir

Jembatan
Kalipare

Jembatan
Kesamben
Waduk
Wlingi D/S

Waduk
Lodoyo D/S

standar air
irrigasi
memenuhi

Waduk
6.

standar air

standar air
irrigasi
memenuhi

2.00

8.20

1.75

5.50

4.89

16.51

standar air
irrigasi
memenuhi

2.20

7.40

2.45

5.45

6.07

15.35

standar air
irrigasi
memenuhi

6.90

7.90

3.35

4.05

9.28

12.55

standar air
irrigasi
memenuhi

5.10

8.10

1.25

4.50

2.99

12.45

standar air
irrigasi
memenuhi

5.50

6.90

1.65

4.70

4.10

15.63

standar air
irrigasi

memenuhi
12.

Pakel

7.30

8.10

3.60

4.30

9.40

12.67

Tambangan

13.

Jembatan
Ngujang

standar air
irrigasi
memenuhi

7.10

7.10

2.10

2.10

6.96

6.96

standar air
irrigasi

14.

15.

16.

17.

18.

Bendung
Mrican

Jembatan
Mengkikis
Ngrombot
Tambangan
Jembatan
Ploso
Jembatan
Padangan

Memenuhi
6.20

7.80

3.95

4.90

11.17

14.33

irigasi
memenuhi
4.40

7.30

2.30

7.25

6.02

22.22

Lengkong

5.75

6.50

3.15

4.25

8.62

15.47

1.

Lokasi

Jembatan
Bumiayu

standar air
irrigasi
memenuhi

4.82

6.30

2.35

3.86

8.26

11.40

standar air
irrigasi
memenuhi

5.91

6.80

2.27

2.60

8.16

11.53

standar air
irrigasi
memenuhi

6.30

6.60

2.70

3.77

8.13

12.24

Baru

No

standar air
irrigasi
memenuhi

Bendung
19.

standar air

standar air
irrigasi

DO

Oktober – Desember 2010
BOD
COD

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max

(mg/L)
Min
Max

Keterangan

memenuhi
4.40

6.80

1.55

4.55

3.42

13.57

standar air
irrigasi
memenuhi

2.

Kedung
Pedaringan

3.70

7.00

2.80

21.60

8.81

60.21

standar air
irrigasi

3.
Waduk
Sengguruh

memenuhi
4.90

7.40

3.05

14.35

9.07

40.52

standar air
irrigasi

4.

Jembatan
Sengguruh

5.

Waduk
Sutami hulu

memenuhi
4.80

6.20

4.10

22.85

12.87

64.84

irrigasi
memenuhi
3.20

8.10

2.35

7.10

6.64

23.51

Sutami

standar air
irrigasi

Waduk
6.

standar air

memenuhi
2.20

8.00

1.35

6.05

2.05

17.94

tengah

standar air
irrigasi

memenuhi
7.

Waduk

2.50

8.00

1.55

6.70

3.98

19.88

Sutami hilir

8.

9.

Jembatan
Kalipare

Jembatan
Kesamben

standar air
irrigasi
memenuhi

2.20

3.70

3.15

4.50

9.62

12.88

standar air
irrigasi
memenuhi

3.80

6.80

4.10

6.75

11.46

17.56

standar air
irrigasi
memenuhi

10.

11.

12.

13.

Waduk
Wlingi D/S

Waduk
Lodoyo D/S
Pakel
Tambangan

Jembatan
Ngujang

4.60

8.40

2.90

4.30

8.15

12.21

standar air
irrigasi
memenuhi

6.20

8.10

3.95

6.35

10.27

17.65

standar air
irrigasi
memenuhi

5.90

7.70

2.05

5.60

5.60

15.54

standar air
irrigasi
memenuhi

4.20

4.20

4.60

4.60

13.60

13.60

standar air
irrigasi

Bendung

14.

Mrican

16.

Mengkikis
Ngrombot
Tambangan

17.

18.

6.70

8.40

2.85

7.10

8.37

19.06

Jembatan
Ploso
Jembatan
Padangan

memenuhi
4.20

7.30

3.60

5.20

11.16

16.84

Lengkong

standar air
irrigasi
memenuhi

5.86

6.61

1.98

21.16

7.76

180.96

standar air
irrigasi
memenuhi

6.28

6.39

1.04

8.29

6.15

40.07

standar air
irrigasi
memenuhi

3.60

6.14

5.78

9.73

29.98

74.02

standar air
irrigasi
memenuhi

Bendung
19.

standar air
irrigasi

Jembatan

15.

memenuhi

5.57

6.52

2.h21

8.71

6.63

41.48

standar air

Baru

irrigasi

Penjelasan
Melalui kajian literatur, beri rekomendasi bagaimana cara agar wilayah pengairan yang tidak
memenuhi standar kualitas air irigasi menjadi air irigasi yang memenuhi standar kualitas air
irigasi bagi usaha pertanian.
Jawaban:
Dengan data literatur diatas Salah

satu

teknologi yang bisa digunakan untuk

meningkatkan kualitas air adalah sistem filter, baik itu sistem filter mekanik maupum
biologi. Sistem filter mekanik merupkan sistem yang berfungsi mengurangi partikelpartikel

yang

ada

di

dalam

air.

Hingga

menguranginya dari kolom air. Sehingga air
menimbulkan polusi lanjutan. Sedangkan

ukuran

partikel

tertentu

filter

bisa

terbebas dari partikel yang berpelunga

sistem

filter biologi merupakan

filter yang

memanfaatkan aktivitas biologi baik itu yang ukuran kecil maupun besar untuk mengurangi
polusi di perairan (Nana, dkk, 2008)

Beberapa strategi untuk memperbaiki kualitas air irigasi menurut Universitas
Brawijaya (2010), dapat ditempuh melalui kegiatan pencegahan di lahan agar residu pupuk
dan pestisida tidak segera masuk ke air permukaan, perbaikan kualitas air sungai yang sudah
tercemar dengan berbagai teknik, salah satunya fitoremediasi, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat umum dengan melakukan pendekatan terutama kepada petani, khususnya petani
mengenai dampak residu pupuk dan pestisida yang tidak hanya akan menimpa tanah, tapi juga
tanaman, ternak bahkan manusia. Terkait fitoremediasi, tanaman kangkung dan akar wangi.
Kedua tanaman ini, sesuai dengan penelitian Program Studi Ilmu Tanah (Agroekoteknologi)
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya , mampu memperbaiki kualitas air irigasi yang
ditandai dengan BOD, COD, serta beberapa unsur hara lain yang menurun sehingga kualitas
air menjadi lebih baik.
Sedangkan menurut Upi, (2010) terdapat beberpa alternatif untuk memperbaiki kulitas
air irigasi yaitu:
1.

Lumpur aktif (Activated Sludge)
Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam setiap
tahap pengolahan, tersusun oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan di
dalamnya terhimpun kehidupan mikroorganisme.

2.

Saringan trickling (Trickling Filter)
Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar, keras dan kedap air.
Kegunaannya untuk mengolah air buangan dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan
mengalir

perlahan-lahan

melalui

lapisan

batu

untuk

kemudian

disaring.

Saringan trickling memiliki 3 sistem utama yaitu:
a. Distributor
b. Pengolahan
c. Pengumpul
3.

Kolam oksidasi/stabilisasi (Oxidation Ponds)
Kolam ini tidak memerlukan biaya yang mahal. Terdapat beberapa kolam yang utama
digunakan

yaitu

kolam

fakultatif,

kolam

maturasi,

dan

kolam

anaerob.

kelebihan kolam ini :
(a) Beban BOD pada kadar rendah dapat menghasilkan kualitas efluen sehingga 97 %.
(b) Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber protein yang tinggi
dan dapat digunakan untuk perikanan. Ikan dapat dibiakkan dalam kolam maturasi.
(c) Kolam pengoksidaan juga dapat digunakan untuk mengolah air sisa industri dan air
yang mengandung logam berat.

(d) Pengoperasiannya mudah, kebutuhan pengoperasiannya minimum.
Kekurangan kolam pengoksidaan seperti berikut:
(a) Kolam pengoksidaan ini untuk mengalirkan efluen dengan kepekatan suspended solis
(SS) dan BOD yang tinggi.
(b) Pengeluaran bau yang busuk mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar kolam ini.
Hal ini terjadi jika tidak ada cahaya matahari (ketika hujan dan waktu malam).
(c) Untuk membuat kolam pengoksidaan diperlukan kawasan yang luas jika dibandingkan
dengan sistem konvensional yang lain. Sehingga tidak sesuai jika dibuat di kawasan
yang tanahnya mahal.
4. Parit oksidasi (Oxidation Ditch)
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang
lebih tinggi (90%-95%).
5. Perabukan cairan
Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat secara aerobik dimana
energi yang berasal dari oksidasi limbah dilakukan oleh mikroorganisme dihasilkan pada
suhu operasi yang dinaikkan. Naiknya suhu akan menyebabkan : kekentalan padatan total
tertinggi menurun (di bawah kondisi aerob), meningkatkan laju reaksi oleh
mikroorganisme dan membantu menghasilkan stabilitas bahan organik yang cepat dan
detuksi patogen. Keberhasilan proses perabukan cairan ditentukan oleh aerob yang dapat
memindahkan oksigen yang cukup untuk memnuhi kebutuhan oksigen dari campuran
cairan yang pekat.
6. Kontraktor biologik berputar (rotating biological contractor)
Analog dengan rotating trickling filter/penyaring menetes berputar. Digunakan antara lain
untuk menangani limbah kota, air limbah yang berasal dari industri pengemasan daging,
susu dan keju, minuman keras dan anggur, produksi babi dan unggas, pengolahan sayuran
dan indutri perekat dan kertas.
7. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan suatu teknologi inovatif pengolahan limbah, yang dapat menjadi
teknologi alternatif dalam menangani pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan
pertambangan di Indonesia. Bioremediasi ini teknik penanganan limbah atau pemulihan
lingkungan, dengan biaya operasi yang relatif murah, serta ramah dan aman bagi
lingkungan. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan

menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Ada dua jenis bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan exsitu (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini
lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side dilakukan dengan cara tanah
yang tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol,
kemudian diberi perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ
dapat berlangsung lebih cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah
yang lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi in-situ.

DAFTAR PUSTAKA
Prihatman. K., 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS,
Jakarta
Setyawan, C., S. Susanto dan Sukirno., 2011. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi. Jurnal
Teknotan Vol. 7, No. 2.

Rahayu,Sri ,dkk. 2009. Sistem Irigasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
Upi,S. 2010. Sistem irigasi dan drainase. Jakarta : Penebar Swadaya
Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang : Sungai
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, Tentang : Bendungan
Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2008 tentang Air Tanah
Perturan Pemerintah No 77 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi